Triiinnnggg
Suara pintu minimarket dibuka terdengar bel berbunyi menandakan ada pelanggan yang masuk, sebagai mahasiswa yang bekerja paruh waktu, Isabella dengan kerja kerasnya mampu menghidupi dirinya sendiri. Kegiatan nya sehari-hari yaitu kuliah dan kerja. Terkadang ia harus mengerjakan semua tugas-tugasnya di minimarket sembari dirinya bekerja.
Minimarket biasanya tidak ramai pengunjung jika diwaktu malam hari, untungnya Isabella mendapatkan waktu kerja di sore hari sampai jam 9 malam.
Isabella adalah seorang anak yatim piatu dari sedari ia kecil. Tinggal bersama nenek sampai dirinya beranjak remaja tepatnya saat ia masih sekolah SMP. Setelah neneknya meninggal dunia, ia harus tinggal sendirian dan harus bisa menghidupi diri sendiri. Karena ia punya pengalaman yang banyak mengenai kerja keras, Isabella dengan mudah mendapatkan kerja paruh waktu hingga ia bisa memasuki perkuliahan yang dinginkan nya.
Isabella mengambil jurusan mengenai manajemen, selain itu di saat ada waktu luang ia akan belajar banyak hal. Pengetahuan dan keterampilan mudah ia kuasai. Di SMA ia mengikuti ekstrakulikuler bela diri sehingga ia pun memiliki kemampuan bela diri.
Namun, dibalik kerja kerasnya itu ia kadang menyempatkan diri untuk merasakan bahagia. Sebagai seorang anak yang sebatang kara namun pekerja keras serta memiliki otak cerdas, mudah baginya untuk melakukan apapun yang diinginkan kata hatinya.
Bermain game di warnet adalah kesukaannya, ada salah satu warnet langganannya. Keseringan berada di warnet membuat penjaga warnet di sana pun hafal dengan kebiasaannya. Bisa dibilang mereka berdua teman bersaudara, namanya Ben, penjaga warnet berumur 24 tahun. Rambut Kribo, tubuh ramping, kulit sawo dan wajah yang manis.
Sedangkan Isabella?!
Dia wanita tapi dia 'Tomboi', warna hitam adalah warnanya seperti warna ciri khas. Tapi dia juga suka warna yang menurutnya menarik. Kepribadiannya Unik, kadang pendiam dan kadang ramah. Kadang Isabella terlihat seperti memiliki Gangguan Identitas Disosiatif atau Gangguan Kepribadian Ganda. Padahal tidak, itu memang dirinya.
Film yang paling ia sukai pasti beralur cerita seorang mata-mata, kadang ia akan berusaha mempelajari apa saja yang dilakukan oleh seorang Intel.
Umurnya sekarang yaitu 19 Tahun, tahun pertama dirinya masuk ke Universitas. Tubuhnya tinggi, rambut Ash Grey bergelombang, wajah cantik kulit putih dan cerdas.
Kini seperti biasa Isabella berada di minimarket menjalani kehidupannya sebagai pekerja paruh waktu. Seperti biasa juga Isabella menyempatkan diri mengerjakan semua tugas yang ada.
Minggu, Pukul 20.25, Minimarket
Tringgggg
Isabella yang sedang duduk sambil belajar di meja kasir itu kini mendongak, sadar akan pelanggan yang masuk. Ia langsung membereskan semua buku-bukunya ke bawah meja.
Malam ini suasananya sangat dingin, langit pun benar-benar berwarna hitam hanya cahaya bulan yang menyinari langit sana. Bulan itu seperti bulan purnama, hampir berbentuk bulat sempurna.
"Apa sekarang waktu nya bulan purnama ya? Haihh Bella harusnya kau itu tidak terlalu fokus pada belajar. Sesekali harusnya lihat berita." Ujarnya pada dirinya sendiri. Memang Isabella atau yang sering dipanggil Bella itu sangat jarang melihat berita di televisi. Hidupnya sibuk dengan Kerja, Kuliah, dan warnet.
Tak terasa ternyata pelanggan yang tadi masuk kini sudah mulai mendekati tempat kasir untuk membayar belanjaannya. Bella pikir pria itu akan membeli beberapa barang tapi ia salah, pria berjaket dan bertopi hitam itu hanya membeli satu batang coklat dan permen rasa stroberi.
Sebagai seorang kasir yang baik, ia berusaha untuk tidak membicarakannya di depan korban ghibah nya nanti.
"Totalnya 10.500." Ucap Bella.
Pria itu mengeluarkan uang 15.000 dan menyodorkannya ke Bella. Bella hendak menerimanya, namun pria itu menarik kembali uangnya sambil berkata dengan nada menyidik.
"Kau tidak curang kan?" Tanya pria misterius itu. Bella terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar, ia tidak menyangka pria itu akan seberani itu padanya.
Wajahnya sebagian tertutup oleh topi tapi sebagian hidung dan mulutnya masih terlihat dengan jelas, mancung dan bibirnya yang seksi.
"Apa maksudmu tuan?" Tanya Bella merasa sedang di fitnah.
"Harga coklat dan permen tidak mungkin semahal itu." Jelas pria tersebut.
Bella terkekeh ia lalu menjelaskan pada pria itu dan berkata "Tuan harga coklatnya yang mahal, lihatlah mereknya dan jika masih tidak percaya lihat di sini." Ucap Bella sambil menunjuk ke arah komputernya.
Wajah pria itu mendekat semakin dekat dengan Bella, tentu saja Bella mundur ke belakang membiarkan pria itu melihatnya sendiri di layar komputer. Setelah pria itu melihat dengan jelas buktinya lalu ia mengangguk dan berkata "Baiklah terimakasih."
Tanpa meminta maaf pada Bella atas perbuatannya tadi, pria itu malah langsung pergi dari minimarket.
"Apa-apaan itu? Setidaknya minta maaf dulu baru pergi."
"Ck, semoga kita tidak bertemu lagi." Sejenak Bella melirik jam tangannya melihat jika kini jam kerjanya sudah habis.
Sambil membereskan barang-barang yang ia miliki ke tas, seorang wanita seusianya masuk ke toko dan menyapa Bella. Begitu pun dengan Bella ia menyapanya balik.
"Bella, bagaimana harimu?" Tanya Kal wanita berambut pendek serta tinggi bak model itu pun memakai baju kerja siap untuk berganti shif dengan Bella.
"Baik, kau?"
"Tidak baik, pacarku selingkuh dengan wanita lain. Sangat menjijikkan." Terdengar nada emosi Kal saat dirinya mengingat pacarnya yang menjadi seniornya di kampus itu berselingkuh darinya dengan wanita seangkatannya.
Kal dan Bella memang sudah menjadi teman lewat kerja paruh waktunya itu, bedanya keduanya berbeda tujuan. Kal adalah seorang anak dari keluarga yang bisa dibilang cukup mapan, tapi Kal tetap ingin mandiri dengan bisa bekerja menghasilkan uang untuknya pribadi. Keduanya berbeda angkatan, namun Kal sebagai orang yang lebih tua dari Bella sangat baik pada Bella. Perhatiannya seperti seorang kakak dan keduanya juga kadang healing bersama.
"Apa kamu tidak sakit hati? Atau menangis begitu?" Tanya Bella. Namun dengan santainya Kal menjawab tanpa menunjukkan ekspresi seperti orang diselingkuhi pada umumnya.
"Kenapa nangis, lagipula dia tidak tampan-tampan amat. Ditambah nih ya, dia tuh orangnya 'So' 'So' gitu."
Bella hanya bisa tertawa karena tidak biasanya orang diselingkuhi seperti bahagia diselingkuhi.
"Baiklah, nikmati saja shif kali ini." Ucap Bella hendak keluar dari toko.
"Ck, Kau ini." Ujar Kal yang sudah siap di meja kasir.
"O iya kak, apa hari ini ada bulan purnama?" Tanya Bella sebelum dirinya benar-benar pergi.
"Bulan purnama?" Ucap Kal merasa heran, alisnya sampai bertaut karena hal itu.
"Iya bulan purnama."
"Gak ada Bella, liat deh ke atas emangnya gelap." Kal menunjukkan ke langit yang langsung diikuti oleh Bella, benar Bella melihatnya sudah mulai gelap. Namun kenapa Kal seperti biasa-biasa saja.
"Udah mulai gelap kok. Matamu rabun ya?"
"Ya gak lah Bel kamu yang salah, liat lagi coba. Di luar sana itu terang benderang karena lampu, bulannya juga kecil."
Sekali lagi Bella menengok ke luar dan ia masih melihat hal yang sama. Ia jadi terheran apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Ini aneh gak biasanya kaya gini. Apa karena lelah yah?!! Pulang langsung tidur mungkin bisa kali ya biar gak halusinasi lagi kayak gini. Ucapnya dari dalam hati.
"Lupain deh, aku mau pulang. Dah Kal." Ujar Bella melangkah pergi dengan masih lambaian tangannya.
"Byee." Teriak Kal dari dalam.
Bella kini sedang berjalan di pinggir jalan, Orang-orang masih banyak di berkeliaran di malam hari begini. Diantara mereka juga ada yang sedang bercumbu dengan kekasih nya sendiri di depan umum. Namun itu sudah menjadi hal yang biasa di Negara sana, China.
Musim dingin kali ini sering kali turun hujan di malam hari. Seperti halnya sekarang, rintik-rintik air hujan mulai turun membasahi jalanan. Bella saat itu tidak membawa payung, hingga terpaksa ia harus berlari menuju rumahnya.
Namun siapa sangka di tengah-tengah ia berlari melewati jalanan besar yang sepi, ia melihat sebuah truk dari kejauhan yang berjalan dengan kecepatan tinggi. Di saat itu juga seorang anak kecil hendak menyebrang dari arah berlawanan. Tanpa pikir panjang Bella berlari ke arah anak laki-laki tersebut tanpa memikirkan dirinya yang mungkin saja tertabrak oleh truk besar itu.
Sang supir truk sudah membunyikan berulang kali klakson mobilnya. Namun kecelakaan itu tidak dapat di hindari, tubuh Bella seketika terbang akibat hantaman dari depan mobil. Bahkan saking kencangnya, tubuh Bella sambil berguling-guling dari kaca mobil truk tersebut. Darah segar membaui jalanan serta Bella yang kini sudah terbaring di jalan tubuh nya bersimbah darah dari kepala hingga kaki.
Kepalanya mengeluarkan begitu banyak darah, tulang tangan kiri nya keluar menyobek kulit putihnya. Sepatu yang Bella kenakan pun terlepas di sembarang arah. Namun di saat kritis itu, Bella masih bisa bernafas walau sepertinya ia tidak mungkin terselamatkan. Sang sopir yang selamat langsung menelpon ambulan, suaranya bergetar sambil menatap Bella yang sedang masih bisa menatap langit malam. Di waktunya yang seperti itu, ingin sekali Bella berucap namun mulutnya kelu tak mampu berkata. Air matanya mulai menetes mengingat masa-masa hidupnya dulu, betapa dia merindukan ayah ibunya serta nenek yang selalu menjaga dan menyayangi.
Kenangan-kenangan itu terlintas dalam pikirannya, disertai air hujan membahasi wajahnya ia berusaha untuk tetap sadar walau Bella tahu jika ia tidak mungkin bisa hidup.
Hingga di saat dirinya melihat bintang yang paling bersinar di atas langit, ia melihat bintang itu semakin membesar. Dan di saat itu juga ia melihat seorang anak kecil yang hendak ia tolong tadi berdiri di sampingnya menatapnya dan mengulurkan tangan kecilnya itu padanya.
"Kamu telah menolongku, kini aku yang akan menolong mu." Ucap lembut anak laki-laki itu.
Bella yang tidak bisa menggerakkan tangannya, hanya bisa berusaha untuk tersenyum. Hingga akhirnya ia menutup mata dengan begitu tenang. Nafasnya yang tadi tidak teratur mulai berhenti yang berarti tubuh itu sudah tidak bernyawa.
Disaat itu juga ambulans dan para polisi datang ke tempat TKP. Para polisi melakukan tugasnya untuk menginvestigasi si supir truk tersebut. Sedangkan para medis langsung membantu korban kecelakaan itu.
Suasana menjadi riuh setelah para reporter dan pembawa acara segera memberitakan kecelakaan truk tersebut. Ditambah dengan bukti CCTV di salah satu gedung memperlihatkan bagaimana Bella berlari ke jalan dan akhirnya tertabrak oleh mobil dengan begitu tragis. Namun anehnya di dalam CCTV tersebut tidak memperlihatkan anak kecil yang akan di tolong oleh Bella. Anak itu seperti tidak ada sama sekali.
Kini di dalam mobil ambulans, para medis sudah menghela nafas karena tubuh Bella sudah tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, bahkan detak jantungnya pun tidak ada.
"Kita harus segera memberitahukannya pada keluarga korban." Ujar salah satu dari mereka. Para medis yang lain pun mengangguk lemah melihat iba pada Bella yang mengalami hal seperti ini.
Di sisi lain, di tempat yang luas dan hanya berwarna putih Bella terbangun dari tidurnya yang hanya beralaskan lantai. Bella tidak merasakan sakit atau hal biasa yang orang rasakan saat mengalami kecelakaan.
"Tempat apa ini?" Ucap Bella pada dirinya sendiri sambil berusaha membuka matanya dan mengedarkan pandangannya.
Bella berdiri dan mulai mengelilingi tempat aneh itu dengan berbagai pertanyaan yang terlontarkan dari mulutnya.
"Apa ini surga? Lalu di mana dewa? Apa nanti aku harus di sidang? Semoga aja masuk surga? Tapi, bagaimana bisa di akhirat sepi? Bajuku saja masih tetap yang tadi? Lalu dimana ini?"
Di tengah-tengah dirinya sedang menatap sana-sini, tiba-tiba ia menendang sebuah permen stroberi dan permen itu menggelinding ke depan. Di sanalah ia melihat seorang anak kecil yang ia lihat sebelum dirinya benar-benar mati.
"Kau." Ucap Bella mengerutkan dahi. Anak laki-laki itu mengambil permennya dan melangkah kaki mendekat pada Bella.
Bella refleks mundur dan membuat anak itu menghentikan langkahnya. Sambil tersenyum manis anak itu berkata "Tenanglah kakak kau belum meninggal, tubuh mu masih berada di bumi dan kakak hanya perlu koma selama waktu yang telah di tentukan."
Bella terdiam karena masih belum mengerti apa yang diucapkan anak kecil tersebut. "Aku tidak mengerti apa maksudmu. Beritahu aku apa yang terjadi di sini."
"Baiklah aku akan menjelaskannya."
Petikan jari dari anak kecil itu seketika membuat tempat yang putih tanpa apa pun berubah menjadi sebuah taman yang indah, disertai pohon apel di samping mereka serta taman bunga yang mengelilingi tempat tersebut menyejukkan pandangan Bella.
"Wahhhhh indah sekali." Kagum Bella sambil tubuhnya berputar melihat pemandangan yang luar biasa indah.
Saking bahagianya ia lalu melepaskan sepatunya dan berlari tanpa alas kaki menikmati rumput hijau di sana. Ia sangat bahagia sampai lupa jika anak laki-laki itu masih berada di sana sambil menatapnya bahagia.
"Wah, jika ini surga aku tidak ingin kembali ke dunia itu lagi. Oh iya, apa kau tahu di mana keluargaku berada?" Tanya Bella setelah ia ingat anak laki-laki tadi, Bella segera berbalik menatap anak kecil itu dan mendekatinya.
"Apa kau tahu di mana mereka?" Tanya Bella sekali lagi.
Bersambung.
Jangan Lupa Like nya ya🤗
"Apa kau tahu di mana mereka?" Tanya Bella sekali lagi.
"Maaf aku mengecewakanmu tapi kamu masih belum meninggal jadi kau tidak bisa melihat mereka."
"WHATTT?"
"Bukankah aku sudah meninggal tertabrak mobil tadi, dan kau tahu itu."
"Aku akan menjelaskannya oleh karena itu diam lah." Ucap anak itu dengan dingin. Tubuh Bella langsung terduduk seperti seorang murid yang sedang di nasehati oleh guru lesnya.
Tubuhku dikendalikan, batin Bella.
"Pertama-tama aku akan memperkenalkan diriku, namaku Lou Xi. Dan aku adalah dewa kehidupan, aku memiliki sebuah misi untuk membenarkan semua sistem yang rusak di bumi. Kehidupan manusia yang seharusnya tertata rapi malah tidak sesuai dengan aturan. Aku, memilih dirimu untuk membantuku menyelesaikan misi ini. Jika misi ini gagal, kau akan meninggal dengan sangat tragis."
"Untungnya aku sudah mengalaminya tadi, aku tidak mungkin terkejut lagi." Sela Bella. Luo Xi langsung menatapnya tajam melalui ujung matanya yang super sipit. Bella hanya mampu menutup mulutnya dan meminta maaf dengan pelan.
"Walaupun kau sudah mengalaminya tapi kamu tetap akan merasakan sakit seperti halnya dirimu di bumi."
"Maksudmu ini alam lain?" Tanya Bella menaikkan alisnya.
"Bisa ku jawab, ya."
Bella membulatkan mulutnya hingga berbentuk O besar, kepalanya mengangguk sambil memperhatikan Luo Xi yang kadang-kadang berjalan ke sana kemari layaknya seorang guru yang mengajar di kelas sambil membawa tongkat di belakang pinggulnya.
"Untuk sementara tubuhmu yang asli akan koma sampai misi ini selesai."
"Hm, tidak apa-apa." Ujar Bella mengangguk-angguk sambil tangannya mengusap dagunya kayaknya ilmuan yang sedang berfikir kritis.
"Setelah misi ini selesai, kamu boleh melanjutkan hidupmu seperti biasa."
"Apa kau akan memberiku bonus setelah misi selesai?" Tanya Bella.
"Bonus??"
"Tentu saja, bukankah jika aku koma aku tidak akan menghasilkan uang, di tambah kuliahku akan terpotong dan aku akan miskin setelah keluar dari rumah sakit."
"Bagaimana bisa kau menghitung sampai sejauh itu?" Tanya Lou Xi yang tak habis pikir dengan manusia sejenis ini.
"Karena uang yang utama." Jawab Bella dengan pasti
"Baiklah, anggap saja aku dermawan." Ucap Luo Xi yang terlihat seperti orang berhidung panjang.
"Dewa harus seperti itu!! Jika tidak aku tidak akan mengikuti perintah mu." Sebelas dua belas nya dengan Lou Xi, Bella menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang ia alami saat ini.
Aku tidak menyangka jika dewa ternyata anak kecil, batin Bella.
Namun ternyata ucapan hatinya itu dapat di dengar oleh Lou Xi.
"Beraninya kau mengatai dewa anak kecil!" Ucap Lou Xi sedikit terkekeh ingin menunjukkan wujud aslinya.
"Itu fakta, lihatlah dirimu." Bella berkata dengan yakin agar melindungi dirinya dari Lou Xi.
Namun entah dari mana sebuah angin tiba-tiba mengelilingi tubuh kecil Lou Xi dan merubah nya menjadi seorang pria tampan dan tinggi. Bajunya seperti dari sebuah Dinasti, pakaian para raja-raja china terdahulu.
Bella yang menyaksikannya terdiam bak seorang patung dengan bola matanya yang terbuka lebar.
"K-kamu!!" Tunjuk Bella ke arah Lou Xi sambil tubuhnya yang mundur sedikit saking terkejut nya ia.
Pasalnya pria itulah yang ia temui di tempatnya bekerja, pria yang mengamuk karena harga belanjanya yang mahal.
"Kau tahu aku?"
"Tentu saja, mulut dan hidungmu sama persis dengan pria bertopi hitam itu. Permen yang ku tendang tadi juga mirip dengan permen yang dibeli pria gila."
"Pria Gila?!!!" Kini Lou Xi sedikit meninggi mendengar dirinya di sebut gila oleh Bella.
"Orang Gila adalah orang yang tidak mau minta maaf setelah melakukan tuduhan."
"Aku dewa, tidak mungkin aku meminta maaf." Ujar Lou Xi membela diri.
"O jadi you tidak mau minta maaf pada I." Bella sudah berdiri bersiap menghajar Lou Xi dengan tangannya sendiri. Lengan bajunya sudah di gulung ke atas bersiap meninju wajah yang ingin ia tinju.
"Hei hei, apa yang kau lakukan. Diam di sana." Titah Lou Xi yang dihiraukan oleh Bella.
Lou Xi berusaha lari dari kejaran singa betina yang sedang mengamuk. Keduanya berlarian ke sana kemari hingga akhirnya Bella berhasil menangkap tubuhnya dan langsung memukul wajahnya dengan sekali tonjokan di bagian kiri.
Bughhhhh
Lou Xi yang berada di bawah tubuh Bella seketika pingsan hanya sekali tonjokan maut dari Bella. Sedangkan Bella merasa puas setelah nafsunya balas dendam tercapai.
"Hahhh akhirnya lega juga." Ucapnya menghembuskan nafas, ia bangkit dan menepuk-nepuk bajunya yang sempat kotor.
Hingga akhirnya ia sadar jika Lou Xi pingsan di tempat. Bella segera jongkok dan berusaha menyadarkan Lou Xi dengan tepukan di kedua pipi.
"Lou Xi, Xi, Xi sadar Xi. Lou Xi, woy bangun woy. Jangan pingsan lah, obat pingsan gak ada lagi. Masa dewa lembek, sekali tonjok aja pingsan." Saking paniknya, ia melihat ke sana kemari berdoa semoga ada dewa lain yang lewat.
Sampai akhirnya, netra-nya menemukan tanaman yang memiliki bunga berbau busuk namanya Titan Arum.
"Titan arum, yang dijuluki bunga bangkai, memiliki sebutan yang tidak menguntungkan sebagai "bunga berbau paling buruk di dunia." Baunya dijabarkan seperti jasad yang membusuk. Penyerbuk utama titan arum adalah lalat dan kumbang yang lebih suka bertelur di benda mati." ~Biologi
Sebelum Bella menghampiri bunga bangkai itu, ia terlebih dahulu menyobek baju Lou Xi untuk dijadikan penutup hidung dan sarung tangan.
Breeetttttttt
"Ups, maaf."
Setelah kainnya dirasa cukup, ia langsung menutup hidungnya dengan kain dan langsung membuat sarung tangan. Bella melangkah mendekati Bunga Titan tersebut, hingga semakin ia mendekat semakin jelaslah ukuran nya.
"Bagaimana bisa aku mencabutnya jika ukurannya sebesar ini."
Ia pun lalu menggunakan otaknya untuk menyelesaikan masalah tersebut, dengan mencari benda tajam seperti pisau dan sejenisnya ia pun mulai mencari di taman yang luas itu. Karena tidak ada, akhirnya ia menggunakan batu yang tajam di bagian ujungnya dan mulai memotong akarnya. Terlebih dahulu ia menggali tanahnya lalu yang kedua ia memotong akarnya.
Waktu berjalan dengan cepat, akhirnya ia bisa memotong bunga bangkai tersebut. Dengan berusaha semaksimal mungkin ia mengangkat bunga itu dan membawanya pada Lou Xi. Sesampainya di tempat tadi, ternyata Lou Xi masih tidak sadarkan diri.
Bella pun lalu memulai aksinya dengan menempelkan bunga bangkai itu tepat di dada Lou Xi. Dan ujung bunga itu menempel tepat di hidung Lou Xi, Bella akhirnya menunggu hingga semenit kemudian Lou Xi terbangun sambil muntah-muntah setelah mencium aroma bangkai bungan Titan itu.
Lou Xi yang sudah sadar langsung membuang bunga tersebut, ia segera bangkit dan mulai menyadarkan diri sepenuhnya.
"Seketika aku berfikir apa kau itu benar-benar dewa." Ucap Bella menyelidik.
"Dari jutaan umat yang ada hanya kau yang berani lakukan hal seperti itu padaku." Tunjuk Lou Xi pada Bella, ia melangkah pergi meninggalkan Bella di belakang
"Beritahu aku siapa dirimu yang sebenarnya." Ucap Bella dengan nyaring dari arah belakang.
"Lakukan satu misi dulu untukku. Akan kuberi tahu siapa diriku yang sebenernya." Lanjut Lou Xi berjalan ke depan.
Bella berlari kecil mengikuti Lou Xi dari belakang. Hingga akhirnya tibalah mereka di sebuah pantai.
"Aneh, padahal tadi kita ada taman."
"Itu karena aku yang mengubah latarnya." Jelas Lou Xi sambil menatap pemandangan pantai di sore hari.
Mereka berdua kini sudah duduk di pasir menikmati lautan dan matahari terbenam.
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu sebelum misi benar-benar di mulai." Ucap Bella membuat Lou Xi menatapnya dengan tatapan matanya yang menghipnotis kaum wanita.
"Kamu akan memberitahuku tentang dirimu setelah misi ini selesai, jadi pertanyaan kali ini aku tidak akan bertanya tentang mu." Jelas Bella.
"Lalu?"
"Kau akan membantuku di semua misi ini kan?" Tanya Bella yang mengharapkan jawaban yang baik dan sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
"Tidak."
"APA?"
"Aku bercanda, tentu saja aku akan membantumu." Ucap Lou Xi sambil bangkit dari duduknya.
"Kenapa kau berdiri?"
"Aku akan memberimu bonus, lihat ini." Ucapnya.
Bella melihat apa yang akan di lakukan Lou Xi kali ini, karena pria itu hanya berdiri dan mulai merasakan angin pantai menyerbu tubuhnya.
"Lihat ini baik-baik."
Tek tek tek
Lou Xi melakukan petikan jari beberapa kali lalu tubuhnya tiba-tiba berubah-ubah wujud serta bentuk. Lou Xi menunjukkan dirinya sendiri jika dia bisa menjadi apa pun yang ia inginkan. Seperti pria tampan, anak kecil, wanita, nenek tua, kakek, hewan lucu dan bahkan bentuk hewan ganas lainnya. Serta benda-benda aneh yang tidak bisa dipercaya bisa ia lakukan hanya dengan petikan jari.
Bella melongo melihat pertunjukkan Lou Xi tadi, ia hendak bertepuk tangan tapi ia tidak bisa melakukannya. Tubuh Lou Xi yang tadi tersapu oleh angin kini tidak lagi, seperti angin itu hilang atas perintahnya.
"Biarkan aku berfikir."
Lou Xi terkekeh dan kembali duduk bersama Bella, membiarkan Bella dengan pikirannya sendiri.
Karena bosan ia pun berubah menjadi anak kecil lagi dan kembali membuat Bella terkejut mendadak. Bella hanya mengusap dadanya agar tenang dan tidak berfikiran aneh-aneh.
"Kau pasti benar, setelah semua yang aku lihat dan yang kurasakan semua itu terasa sangat nyata. Kamu bisa mendengar suara hatiku dan kamu bisa berubah wujud. Tapi aku masih heran, jika dewa seperti mu bisa berubah-ubah wujud maka bagaimana wujud aslinya yang sebenarnya?"
"Jika kamu ingin tahu jawabannya maka selesaikan misi dan akan ku beritahu setelah semua selesai."
"Cukup misi pertama saja. Dan juga selain itu ada bonus untukmu jika menyelesaikan misi dengan sempurna." Lanjut Lou Xi.
Bella berdiri sambil berkata "Baiklah, beritahu apa misinya sekarang juga aku akan menyelesaikannya."
"Hei tidak usah terburu-buru, setelah kecelakaan mu tadi tidak mungkin mental mu baik-baik saja bukan?"
"O jadi kau akan membiarkanku beristirahat hari ini. Kalau gitu, baguslah. Dewa memang harus seperti itu."
"Kau...." Sebelum Lou Xi melanjutkan ucapannya, Bella segera memotongnya dengan mengalihkan topik.
"By the way, di mana tendanya?" Tanya Bella.
Lou Xi hanya bisa menghela nafas sambil memutar bola matanya lalu dengan cepat ia menjentikkan jarinya dan di sinilah mereka. Di sebuah kamar hotel dunia akhirat.
"Ck, hotel sebagus ini buat apa jika sepi."
"Seharusnya kamu bersyukur wahai manusia, kamar ini hanya ada satu di tambah ini bukan pantai itu lagi melainkan kita sudah berada di bumi."
"Whaattttt!!!!" Suara nyaring terdengar sampai ke pulau, ke samudra, langit, bumi, alam semesta, dan galaksi.
Keesokan harinya.
Bella terbangun dari tidurnya pagi ini, walaupun ia masih merasa ngantuk karena kemarin tidak sempat tidur nyenyak namun ia berusaha bangkit dari ranjangnya yang empuk. Ia mengerjapkan matanya berulang kali hingga setelah matanya benar-benar terbuka lebar ia terkejut melihat melihat dirinya yang berbeda.
"Pagi."
Bella terjungkal kaget sedikit berteriak setelah Lou Xi mengagetkannya dari belakang. Masih berwujud anak kecil, Lou Xi duduk di kasurnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Berhenti tertawa!"
"Hahaha baiklah-baiklah aku tidak akan tertawa haha ha."
Namun Bella sudah menatapnya dengan tatapan kesal, tangannya seakan sudah bersiap mengeluarkan pedang dari sarungnya.
"Katakan padaku apa yang terjadi?"
"Begini..."
Misi pertama kali ini adalah menjadi superstar. Tubuh yang kau masuki sekarang ini adalah tubuh seorang putri tunggal dari keluarga kaya raya di Korea Selatan. Ayahnya Kim Jo Han adalah seorang Menteri Keuangan di negara ini dan ibunya Kim Ji Hye adalah pemilik Apotek, kakak pertamanya Kim Ryu adalah seorang dokter spesialis kanker yang terkenal dengan wajah tampannya. Lalu kakak keduanya Kim Jae Woo adalah seorang mahasiswa jurusan manajemen yang sedang berkuliah di Jerman.
Dan kini Bella menggantikan tubuh Kim Ha Na yang sudah meninggal karena di racun oleh pelayan tadi malam. Ha Na adalah seorang siswi SMA yang terkenal dengan kebodohannya di semua mata pelajaran. Padahal ayah ibunya sudah berusaha memberikan fasilitas yang terbaik untuk Ha Na namun tetap saja Ha Na tidak bisa naik peringkat. Karena kebodohannya itu sering kali ia di manfaatkan oleh teman-temannya di sekolah, namun ada beberapa teman pria yang hubungannya lumayan dekat dengan Ha Na namun semua itu sebatas hubungan orang-tua mereka. Bagi Ha Na, cukup untuknya bersenang-senang di sekolah dan menikmati hidupnya.
"Oh lalu kenapa ada pelayan yang mau meracuninya."
"Karena pelayan itu ingin menguasai keluarga ini. Di tambah anak dari pembantu itu sering kali berbuat onar dan menyalahkannya pada Ha Na. Naas Ha Na yang sering mendapat hukumannya dan bodohnya dia tidak melaporkan yang sebenarnya pada orangtuanya, hal itu karena Lee Ram menghasutnya untuk melindungi diri sendiri."
"Lee Ram?" Tanya Bella.
"Lee Ram adalah anak pelayan itu." Jelas Lou Xi.
"Misi kali ini adalah pertama : menjadikan Ha Na murid terpintar di sekolah. Kedua, buat hubungan yang baik dengan beberapa teman di sekolah. Ketiga, berikan hukuman pada Lee Ram dan ibunya Bo Ram."
"Lalu...."
Sebelum Bella kembali bertanya Lou Xi segera memotong ucapannya dengan mengatakan "Selebihnya kau akan di bantu oleh sistem."
"Sistem? Sistem apa?"
Bersambung
"Misi kali ini adalah pertama : menjadikan Ha Na murid terpintar di sekolah. Kedua, buat hubungan yang baik dengan beberapa teman di sekolah. Ketiga, berikan hukuman pada Lee Ram dan ibunya Bo Ram."
"Lalu...."
Sebelum Bella kembali bertanya Lou Xi segera memotong ucapannya dengan mengatakan "Selebihnya kau akan di bantu oleh sistem."
"Sistem? Sistem apa?" Tanya Bella pada Lou Xi yang sudah mulai menghilang ditelan kabut.
Tiba-tiba setelah kepergian Lou Xi, sebuah layar biru di sampingnya muncul seperti tekhnologi mutakhir yang di dalamnya terdapat banyak fitur.
"Hello Bella, senang bertemu denganmu." Seorang wanita tiba-tiba berbicara di layar transparan tersebut. Suaranya lembut namun tetap mematuhi etika sebuah mesin.
"Namaku Xiao Mei, kamu bisa memanggilku Meimei. Itu adalah panggilan akrab untuk kita berdua. Tuan Lou Xi sudah membuat sistem ini untukmu." Meimei menunjukkan beberapa fitur yang bisa digunakan oleh Bella tanpa batas. Di sana pula Meimei membantu Bella dalam misi kali ini.
"Misi pertama telah diterima dari sistem. Memuat ulang untuk memutar waktu delapan jam yang lalu. Dalam hitungan 10, 9, 8,...."
"Hei, hei tunggu...." Teriak Bella panik karena ruangan kamar itu sudah mulai dipenuhi oleh angin besar yang membuat barang-barang di sana beterbangan ke mana-mana. Bella tiba berbuat apa-apa saat ingin menghentikan sistem tersebut. Ini adalah pertama kali baginya dan itu membuatnya bingung apa yang sedang terjadi.
Tiba-tiba dalam sekejap matanya dirinya sedang duduk di meja belajar dengan penuh buku-buku pelajaran sekolah SMA kelas 10.
Di sana Jo Han dan Ji Hye sedang berada di kamarnya sambil berdiri menatapnya. Mereka berdua adalah orang-tua Ha Na, dan ternyata Bella masih berada dalam tubuh Ha Na hanya saja sekarang waktunya berbeda. Pukul 09.00 malam.
"Hallo Bella saat ini kamu sedang berada di situasi tanya jawab. Orang tuamu sedang menguji sejauh mana pembelajaran mu. Harap jawab 5 pertanyaan dari mereka, saya yakin anada pasti menjawabnya dengan benar."
Suara Meimei kembali terdengar, namun kali ini layar biru itu tidak ada di hadapannya melainkan hanya suara di telinganya saja.
Situasi di ruangan ini sangat mencekam ketika kedua orangtuanya sedang menatapnya dengan tajam. Situasi tambah mencekam setelah Jo Han mulai memberikan pertanyaan pertama.
"Pertanyaan pertama soal biologi, Ilmu yang mempelajari jaringan tubuh adalah..."
Pertanyaan ini....Batin Bella.
"Ha Na, ini soal yang paling mudah!" Tekan Jo Han dengan tatapan yang mengerikan.
"Histologi." Jawab Ha Na (Bella)
Jo Han dan Ji Hye saling bertatapan, walau sepertinya mereka berdua belum yakin dengan kemampuan Ha Na kali ini.
Aku Bella, si jenius mata pelajaran. Batinnya memuji diri sendiri.
"Hebat Bella, kamu sudah membuat orang tuamu sedikit bangga padamu." Puji Meimei.
Baguslah lebih cepat mereka menyukaiku makin cepat juga menyelesaikan misi ini. Pikir Bella.
"Bagus, ada peningkatan." Ujar ayah.
Bella tersenyum dan berterimakasih namun bukan pujian yang ia terima malah peringatan sekaligus hinaan yang diterima.
"Jangan bangga diri, kamu seharusnya malu pada peringkat mu yang rendah itu. Jika ujian nanti nilai mu semakin rendah, ayah akan mengirim mu ke luar negeri."
Bella terkejut pasalnya ia tidak pernah merasa terhina ini saat di bilang bodoh secara tidak langsung. Tapi mau bagaimana lagi, ini bukan hidupnya melainkan hidup seorang putri konglomerat yang bodohnya minta ampun. Untung saja wajahnya cantik kalau tidak dia tidak memiliki kelebihan lain selain anak orang kaya.
"Ayah jangan khawatir, aku pasti akan belajar dengan giat." Bella berusaha meyakinkan Jo Han dengan setulus hatinya.
"Huh buktikan dengan menjawab sisa pertanyaan."
"Baik ayah." Patuh Bella bersiap menjawab pertanyaan selanjutnya.
"Kedua soal Fisika, Periode benda yang bergerak melingkar beraturan dengan jari-jari 1 m adalah 0,2 s. Kecepatan sudut benda itu adalah...?"
"....."
Bella mulai menghitung di kertas kosong dengan cepat, dengan waktu yang cepat pula ia langsung menjawab sambil menjelaskan jawabannya.
"10 rad/s. Karena kecepatan sudut rumusnya yaitu 2π dibagi T dengan T adalah periode. Jika dihitung maka
2π/0,2 hasilnya 10 rad/s."
Krikk krikk krikk
Dua orang dihadapan Bella kini hanya bisa diam dengan tatapan terkejutnya.
"Ha Na, benarkah itu dirimu?" Tanya sang
"Kau tidak sakit kan?" Lanjut nya sambil memeriksa dahi Bella.
"Aku baik-baik saja bu." Ucap Bella tersenyum.
"Baiklah pertanyaan selanjutnya kimia, Penemu neutron adalah....?"
"James Chadwick." Jawab cepat.
"Sekarang matematika, Nilai dari | x - 3 | \= 5x + 9 adalah...?"
"......" Sekali lagi Bella mulai berhitung di kertas kosongnya menyelesaikan soal matematika wajib kelas 10 semester 1 mengenai nilai mutlak.
"-1 atau -3." Jawab Bella.
Walaupun orangtuanya sempat tidak percaya namun mereka lalu mengangguk dan mulai membacakan pertanyaan kelima.
"Pertanyaan terakhir, Sebuah bakteri memiliki ukuran 0,000000015 mm. Bentuk baku dari ukuran bakteri tersebut adalah ....?"
"1,5 x 10-8."
Jo Han lalu menghela nafas dan segera berdiri dari duduk sambil berkata pada Bella "Sangat bagus, ayah berharap saat ujian nanti kamu akan menyelesaikannya dengan baik. Yah setidaknya masuk 20 besar atau 10 besar."
"Bagaimana jika peringkat satu?" Tanya Bella.
Jo Han bingung sambil menaikan alisnya, ia menatap istrinya dulu yang mengangguk dan mulai menatap Bella sambil menepuk bahunya.
"Jika kamu bisa mendapat peringkat satu di semester pertama ini ayah akan mengabulkan semua permintaanmu."
"Baiklah ayah, tantangan diterima." Ucap Bella tersenyum manis.
Jo Han dan Ji Hye lalu beranjak pergi dari kamar Ha Na, sebelum mereka pergi Bella menghentikan mereka dan memberi peringatan kepada keduanya.
"Ayah, ibu." Seru Bella membuat Jo Han dan Ji Hye kembali berbalik.
"Jangan mudah mempercayai seseorang begitu saja, jangan berfikir tidak ada ular di rumah."
Jo Han dan sang istri hanya terdiam dan saling bertatap.
"Tenang saja ayah tidak akan membiarkan ular masuk ke dalam."
"Bagaimana jika ular itu sudah masuk ke sini ayah dan bahkan mereka bertelur dengan tenang tanpa diketahui oleh kita semua."
Jo Han maju dan mendekati Bella, ia lalu merangkul kedua bahu Bella dan berkata pada Bella "Baiklah, ayah akan memeriksanya. Jika kamu ingin bantu ayah mencari ular itu, kamu harus membawanya langsung pada ayah sekalian dengan telurnya. Tapi ingat, Hati-hati saat menangkap mereka!"
Jo Han sepertinya mengerti dengan metafora itu, walaupun masih belum direncanakan bagaimana menangkap ular berbisa berwujud pelayan itu namun yang penting ayahnya mengerti akan peribahasa nya.
"Tidurlah dan jangan lupa besok sekolah."
"Siap ayah."
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!