NovelToon NovelToon

Mencintai Gadis Indigo

1. Payung Hitam

Prolog

Aku seharusnya tidak bertemu denganmu. Aku seharusnya bisa menghindari pertemuan dengan mu saat itu, ketika aku masih memiliki semuanya di bawah kendali diriku. Dan jika aku bisa menghentikan diriku untuk tidak menjadi begitu egois. Maka kita akan bisa menghindari semua masalah yang kita lalui sampai saat ini.

Mungkin jika aku tidak jadi mengambil langkahku yang dulu, kisah kita tidak akan pernah terjadi dan kisah cinta kita sekarang tidak akan pernah berujung bahagia.

*********** Kisah dimulai*************

Hari ini adalah satu hari sebelum malam tahun baru dan Ryu pergi keluar rumah untuk menemui kekasihnya untuk memperbaiki hubungan mereka yang sedang renggang.

Ryu menggunakan jaket berwarna hitam tebal karena cuaca masih terasa begitu dingin, mengingat saat ini adalah musim penghujan. Ryu sudah menunggu selama 2 jam di dalam sebuah restoran favorit dirinya bersama kekasihnya tapi kekasihnya itu tidak menjawab pesan singkat yang dikirimnya atau mengangkat telepon yang sudah dilakukannya hampir 30 kali.

"Yuna dimana kau sekarang? Kau tidak lupa kan kalau kau sudah setuju untuk menemui ku malam ini?" Tanya Ryu.

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa keluar malam ini." Balas Yuna dengan suara yang terdengar begitu lembut.

"Kenapa? Apakah kau baik-baik saja? Apa kau sakit? Apa kau lelah? Apa kau..."

Kesal karena pertanyaan Ryu yang terus-menerus, membuat Yuna tidak mengatakan apapun hingga Ryu menyadari bahwa sambungan telepon telah putus. Insting Ryu mengatakan bahwa dia harus melihat keluar jendela dan begitu terkejut.

Ryu langsung keluar dari dalam restoran dan berhadapan dengan seorang pria yang digandeng oleh Yuna. Dan Yuna akhirnya berbicara dan menjawab semua pertanyaan yang diucapkan Ryu tadi.

"Iya aku lelah. Aku lelah dengan semua tingkah mu dan hubungan membosankan kita."

Tanpa berpikir panjang Ryu langsung mendaratkan sebuah tinju ke arah wajah pria yang bersama dengan Yuna dan hal itu berakhir menjadi perkelahian di antara mereka berdua di tengah jalanan yang sedang tampak sibuk oleh lalu lalang orang yang berjalan.

Perkelahian itu akhirnya berhenti setelah Yuna berteriak dan memposisikan dirinya berada diantara Ryu dan selingkuhannya itu.

"Hentikan! Tolong Ryuga tinggalkan aku sendiri. Aku tidak mencintaimu lagi. Aku tidak mau bermain-main denganmu lagi."

Kata-kata yang diucapkan Yuna, menjadi puncak kemarahan Ryu dan berakhir dengan tamparan di wajah gadis itu sekaligus menjadi akhir dari hubungan mereka.

Saat berjalan menjauh, Ryu dengan jelas dapat merasakan ada darah di bibirnya dan rasa sakit dari wajahnya yang terkena pukulan selingkuhan Yuna tadi. Dengan tangannya yang juga masih berdarah karena terluka, Ryu mengusap air matanya yang ternyata tidak bisa ditahan untuk jatuh juga setelah dia bertindak layaknya seorang pemberani dihadapan mantan kekasihnya itu.

Tetes demi tetes air matanya jatuh ke tanah dan tiba-tiba hujan turun dengan begitu deras. Siang yang begitu terik beberapa waktu lalu berubah menjadi begitu gelap seperti bagaimana hari yang dijalani Ryuga saat ini. Jaket tebal berwarna hitam yang dikenakannya pun terasa semakin berat saat dia melanjutkan untuk berjalan tanpa menghiraukan orang-orang ramai yang berlarian untuk mencari perlindungan dari air hujan.

"Hei! Apakah kau sudah gila, hujan-hujanan membasahi tubuh mu dengan berjalan di jalanan yang begitu dingin. Apa kau ingin mati dengan begitu mengenaskan?"

Seseorang terdengar berteriak dari belakang Ryu. Suaranya terdengar mengalahkan derasnya hujan.

Ryu berbalik dan melihat seseorang tengah memegang payung berwarna hitam di belakangnya. Dia menarik Ryu untuk berada di bawah payung yang dia pegang dan berhasil menarik Ryu sampai mereka mencapai sebuah teras toko dan kemudian meninggalkan Ryu dengan omelan nya dan sebuah saputangan berwarna putih.

"Gunakan saputangan itu untuk menghapus air matamu. Beruntung bagimu karena aku melihatmu tepat waktu."

Ryu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan gadis itu dan dia bahkan tidak sempat melihat wajah gadis itu dengan jelas atau bahkan berterima kasih kepadanya karena memberikan sapu tangan itu. Satu hal yang diketahui oleh Ryu adalah payung hitam miliknya dan fakta bahwa hanya dia orang yang bersiap menghadapi hujan yang turun.

'Gadis asing yang tidak biasa.'

Setelah membeli sebuah payung dari dalam toko, Ryu akhirnya berjalan pulang ke rumah dan membersihkan diri dengan mandi menggunakan air hangat. Dia baru saja ingin mencuci pakaian nya yang basah, ketika dia mengingat saputangan itu masih berada di dalam saku celananya dan ketika dia melihat nya, dia menyadari terdapat sebuah ukiran nama di ujung saputangan itu.

'A. Yu'

Hati Ryuga kembali merasa sakit setelah melihat inisial itu yang memang memiliki inisial yang sama dengan mantan kekasihnya Ananda Yuna.

Pikiran Ryu menjadi kelam saat berpikir bahwa gadis tadi kemungkinan berhubungan dengan mantan kekasihnya. Ryu ingin membuang saputangan itu dengan segera tapi dia terdiam beberapa saat dan memutuskan untuk menyimpan saputangan itu sampai dia bertemu dengan gadis itu.

'Mungkin akan lebih baik untuk bertanya pada gadis itu secara langsung sebelum aku mulai berpikir yang tidak-tidak tentang dia.' pikir Ryuga.

*************

Saat tahun baru akhirnya datang, Ryu memutuskan untuk pergi keluar rumah. Setidaknya untuk mengalihkan pikirannya dan berakhir dengan pergi ke sebuah kafe di depan sebuah toko dimana gadis itu membawanya ke sana di saat hujan waktu itu.

Ryu menatap ke arah depan toko, berharap seorang gadis memegang payung hitam itu secara ajaib muncul dari dalam toko. Meskipun sebenarnya akan terlihat begitu lucu bagi seseorang yang membawa payung besar di cuaca yang begitu terik tanpa adanya kemungkinan untuk turun hujan.

Ryu hampir saja selesai meminum kopi nya dengan satu tegukan terakhir. Tapi dia secara tidak sengaja memuntahkannya keluar dari dalam mulutnya ketika dia melihat gadis itu datang. Seorang gadis yang membawa payung hitam itu masuk kedalam toko dan setelah beberapa menit dia keluar. Kemudian dia melangkah dan membuka payungnya dan Ryu tidak dapat mempercayai apa yang terjadi selanjutnya.

Langit biru yang begitu cerah berubah menjadi hitam dan petir mulai menggelegar dan hujan mulai turun dengan sangat deras saat gadis itu mulai berjalan.

'Apakah dia seorang penyihir? Ataukah dia seorang pawang hujan? Atau seorang malaikat?'

Rasa penasaran Ryu mendorongnya untuk segera berlari keluar dan bertanya kepada gadis itu semua pertanyaan yang ada di dalam pikirannya.

"Hai Nona payung hitam." Teriak Ryu tanpa berpikir dan membuat dirinya basah karena hujan lagi.

"Apakah memang hobi mu berlari basah-basahan di tengah hujan?" Tanya gadis itu segera saat dia melihat kedatangan Ryu.

"Bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" Tanya Ryu tanpa pikir panjang takut jika gadis itu akan kembali menghilang.

Gadis itu tersenyum dan terdiam sesaat sebelum memberitahu Ryu

"Amanda Yumi, hanya seorang manusia biasa. Bukan penyihir jahat yang membawa payung hitam."

'Apakah dia membaca pikiranku?'

Ryu tiba-tiba merasa panas, bukannya kedinginan karena tubuhnya yang basah kuyup oleh hujan. Dan akhirnya Ryu menyadari bahwa inisial yang ada di saputangan itu adalah berasal dari nama gadis dihadapannya dan hanya mirip dengan mantan kekasihnya.

"Aku Ryuga Oliver, manusia biasa juga dan sama sekali bukan orang aneh. Tolong berteman lah denganku."

Pikiran Ryu benar-benar kacau dan dia tidak dapat mengikuti apa yang sebenarnya ingin dia lakukan tapi dia tetap merasa sedikit bahagia saat gadis itu mengangguk akan ajakannya untuk berteman.

"Baiklah, mari berteman."

Ryu merasa begitu bahagia saat itu. Ketika dia secara perlahan merasa pusing dan tidak menyangka bahwa dia akan berakhir dengan terjatuh pingsan di hadapan teman pertamanya itu.

Bersambung.....

2. Meminta Maaf

Hal selanjutnya yang diketahui oleh Ryu adalah dirinya yang membuka mata dengan mendapati dirinya yang tengah berbaring di tempat tidur rumah sakit atau lebih tepatnya sebuah klinik.

Saat dia mencoba untuk bangun, Yumi memasuki ruangan tempat dia tertidur dengan membawa segelas air dan beberapa jenis obat di atas sebuah nampan.

"Wah, bagus sekali. Kau akhirnya bisa bangun. Apakah kau sudah merasa lebih baik sekarang?" Yumi menaruh nampan itu di atas meja yang berada di samping tempat tidur Ryu dan tersenyum ke arahnya.

"Iya, aku merasa lebih baik sekarang. Terima kasih, ku ucapkan padamu. Ngomong-ngomong, apakah kau yang membawaku ke rumah sakit ini?"

"Aku memang ingin membawamu ke rumah sakit ketika kau jatuh pingsan. Tapi karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, jadi aku membawamu ke tempat terdekat. Jadi aku membawamu kemari, ke klinik ku."

"Klinik mu?" Ryu terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Yumi.

'Kenapa kau bahkan mempunyai klinik mu sendiri?'

"Iya benar. Ini adalah klinik ku, dan jarak nya hanya beberapa langkah saja dari toko serba ada yang tadi tempat dimana kau jatuh pingsan. Sebenarnya klinik ini hanya untuk anak kecil saja. Tapi aku percaya, bahwa aku bisa mengobati mu yang hanya terkena flu dengan keahlian yang aku miliki."

"Jadi maksud mu, kau ini seorang dokter?"

"Iya, dan lebih tepatnya seorang dokter anak." Ucap Yumi memegang jubah putih yang ia kenakan dimana Ryu tidak menyadarinya sejak awal.

Ryu termenung sesaat, dia tidak pernah berpikir bahwa dirinya sudah mengatakan hal yang bodoh kepada seseorang yang usianya lebih tua darinya beberapa saat yang lalu. Ryu pikir Yumi adalah gadis yang seusia dengannya. Jadi dia bertingkah sesuai dengan instingnya sendiri dan bertindak seolah tidak sopan pada Yumi.

"Aku minta maaf karena bertingkah sok kenal denganmu dan tidak sopan padamu. Aku tidak pernah berpikir bahwa kau lebih tua dariku, tolong maafkan aku Kak Yumi." Ucap Ryu meminta maaf dan mulai berbicara dengan sopan pada Yumi.

"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu minta maaf dan lagipula aku tidak memperkenalkan diriku dengan baik jadi ayo kita mulai saling mengenal satu sama lain lebih dulu."

"Kalau begitu biarkan aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Ryuga Oliver, 20 tahun kuliah semester 2 di universitas negeri di daerah sini, jurusan kesenian."

"Aku Amanda Yumi, 28 tahun, seorang dokter anak. Aku hanya orang biasa, jadi aku tidak bisa mengatakan hal yang lebih banyak tentang diriku." Yumi tersenyum dan menjabat tangan Ryu.

"Usia kita terpaut 8 tahun. Apakah kau yakin ingin berteman dengan seorang bocah sepertiku?"

"Pffftttt.... Kau tahu, terkadang aku tidak tahu jika para anak muda sekarang memang begitu bodoh atau hanya mencoba untuk bertingkah konyol. Kau adalah orang yang sejak awal mencari dan mengejar ku, lalu bertanya kepadaku. Apakah kita bisa berteman, tapi sekarang kau sendiri yang bersikap begitu membingungkan dengan situasi yang seperti ini." Yumi tertawa menatap Ryuga.

"Maaf, aku hanya mengikuti insting ku sejak kemarin. Jadi aku mencari mu."

'Wah, kenapa aku selalu mempermalukan diriku sendiri di hadapannya.'

"Kenapa? Apakah aku menarik perhatian mu?"

"Apa? Serius saja, seseorang yang melihat orang lain selalu membawa payung hitam akan merasa penasaran tentang orang itu. Kau terlihat seperti memiliki suatu keajaiban atau apapun itu." Ryuga mulai berbicara seperti anak kecil yang menjelaskan sesuatu yang tidak masuk akal.

"Jadi kamu hanya penasaran padaku?" Kali ini suara Yumi terdengar dingin.

"Iya, eh maksudku tidak. Aku melihat bagaimana menakjubkan nya dirimu dan aku ingin berteman denganmu."

"........" Yumi tidak lagi menjawab.

Hal itu terlihat seperti Ryuga telah menyinggung dirinya.

"Kak Yumi, aku tidak bermaksud untuk...." Sebelum Ryuga bisa meminta maaf, ucapannya terhenti ketika seorang pria memaksa masuk ke dalam ruangan itu. Dia terlihat seperti seseorang yang lebih tua atau mungkin seusia dengan Yumi.

"Yumi, kemarin kau bilang kepadaku bahwa kau akan pulang lebih cepat hari ini. Tapi kenapa sekarang kamu masih ada disini, sibuk bekerja."

"Maaf Henry, di sini sedang ada hal yang mendesak."

"Hmmmm.... Seorang pasien dalam keadaan darurat?" Pria bernama Henry itu menatap kearah Ryuga. "Hei, dia bukan anak kecil lagi. Kenapa kau ada disini, di dalam klinik anak-anak? Apakah kau tidak melihat tanda di luar sana?" Pria itu tiba-tiba menjadi agresif dan mulai menarik Ryuga.

"Hei.... Hentikan. Aku lah orang yang membawanya kemari, karena dialah pasien darurat itu."

"Jadi kau mengenal berandal ini. Apakah dia ini temanmu atau sesuatu?"

Pria itu terus saja memanggil Ryuga dengan sebutan anak kecil, dan menjadi begitu bising dengan mulai mengganggu Ryuga.

"Aku hanya melihatnya jatuh pingsan di luar."

Ryuga tanpa terkejut mendengar ucapannya Yumi yang berbohong tentang bagaimana sebenarnya mereka bertemu. Ryuga merasa sedikit sedih menyadari bahwa Yumi tidak lagi berpikir untuk ingin berteman dengannya.

'Apakah aku memang mengatakan sesuatu yang buruk dengan tidak sadar?'

"Kak Yumi, aku minta maaf..." Ucapan Ryuga kembali terhenti saat Yumi menatap dirinya.

"Aku pikir kau sudah lebih baik sekarang. Bawa obat ini dan jangan lupa untuk meminumnya dua kali sehari."

"Eh, tapi aku masih..."

Yumi mulai mendorong Ryuga keluar dari ruangan itu dengan memegang beberapa bungkus obat yang dia bawa dengan nampan tadi.

"Jangan pikirkan masalah bayarannya, ini gratis. Jadi kau bisa pergi sekarang, selamat tinggal..."

Dan pada akhirnya Ryuga diusir keluar dari dalam klinik.

************

Setelah memikirkan tentang semua yang terjadi sepanjang malam, Ryuga memutuskan untuk pergi dan mencoba berbicara bagi dengan Yumi satu kali lagi di hari berikutnya. Dan jadilah, hari ini dia pergi langsung menuju ke depan klinik Yumi secepat mungkin pada siang hari setelah mata kuliahnya selesai.

Ryuga masih ragu untuk masuk ke dalam karena dia merasa gugup untuk berbicara dengan Yumi. Tapi suara dari dalam kepalanya terus memintanya untuk masuk ke dalam dan menjadi lebih berani. Ryuga menggala napas dan berdiri di depan pintu hendak masuk ke dalam sampai seseorang menyadari kehadirannya.

"Hei, apakah kau bocah yang tadi malam itu? Apakah kau berencana untuk mengganggu pekerjaan Yumi lagi? Apakah kau ini seorang penguntit?"

Suara itu berasal dari pria yang semalam begitu bising dan terus mengganggu Ryuga.

"Tidak. Kau salah tentang aku. Aku disini bukan untuk mengganggu dan membuat masalah. Aku datang kemari hanya untuk berterima kasih sekaligus meminta maaf pada Yumi."

"Kalau begitu, kau tidak perlu berbicara secara langsung padanya. Aku akan memberitahukan pesan mu padanya. Jadi kau bisa pergi dan berhentilah mengganggu nya."

"Tapi aku ingin meminta maaf dengan benar dan membuat semuanya menjadi lebih jelas."

"Kau tahu bocah, bisakah kau menghentikan tingkah kekanak-kanakan mu ini. Berhentilah terlibat dengan kehidupan orang dewasa dan pulanglah ke rumah mu dan belajarlah dengan baik"

"Bisakah kau berhenti untuk memperlakukan aku seperti bocah berusia 5 tahun. Usiaku hanya sedikit di bawah dirimu dan tolong berhentilah bicara seolah kau mengetahui sesuatu antara aku dan Kak Yumi."

"Hah? Antara kau dan dia? Maksudmu, bagaimana putus asanya dirimu ingin berteman dengan dia karena kau berpikir bahwa dia itu spesial? Aku sudah mendengar semuanya dari Yumi tadi malam dan tebak saja. Dia sangat terluka karena hal itu."

"Aku tidak bermaksud untuk melukai nya dengan kata-kataku dan disamping itu aku benar-benar datang kemari untuk meminta maaf. Jadi tolong biarkan aku masuk dan berhentilah menghalangi langkahku untuk masuk ke dalam."

"Tidak, aku tidak akan membiarkan mu membuat Yumi merasa buruk lagi. Menjauh lah berandal kecil." Henry terus menghalangi langkah Ryu untuk bisa melewati pintu.

Mereka terus membuat keributan di depan pintu masuk klinik dan mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah mengundang perhatian dari orang-orang yang lewat termasuk polisi yang tengah berpatroli yang langsung membawa mereka berdua ke kantor polisi.

Setelah beberapa saat, Yumi tiba di kantor polisi dengan wajah yang kebingungan.

"Aku pikir ada keributan apa yang terjadi di depan klinik ku. Tapi kenapa kau ada disini Henry? Masalah apa lagi yang kau lakukan saat ini?"

Bersambung.....

3. Tentang Yumi

"Aku pikir ada keributan apa yang terjadi di depan klinik ku. Tapi kenapa kau ada disini Henry? Masalah apa lagi yang kau lakukan saat ini?"

Yumi tiba di kantor polisi masih menggunakan jubah berwarna putih nya.

"Maaf ini memang salahku, aku tidak bermaksud untuk menyebabkan masalah apapun untukmu." Balas Henry.

"Jadi apa yang sudah terjadi?"

"Kak Yumi, aku hanya ingin meminta maaf padamu. Tapi dia terus saja menghalangi langkahku untuk masuk kedalam klinik mu." Ryu langsung berbicara sebelum Hendry dapat berpikir untuk mengatakan apapun.

Yumi melihat kearah Henry dengan tatapan mata yang sangat tajam seolah dia ingin membaca pikirannya.

"Kenapa kau lakukan itu? Kau bisa saja membiarkan anak ini masuk ke dalam dan bukannya membuat masalah. Apa kau ingin berusaha untuk membully nya?"

"Tidak, aku hanya berpikir bahwa anak ini tidak baik dan dia akan mengganggu pekerjaanmu saat kalian bertemu."

"Tapi tetap saja kau tidak perlu bertingkah berlebihan dari yang seharusnya." Yumi menghela napas. "Baiklah, kita bicarakan nanti saja, setelah aku menjelaskan semuanya kepada polisi. Tetaplah disini dan bertingkah baik."

Sekarang Yumi juga memperlakukan Henry seperti anak kecil, sama seperti dia memperlakukan Ryuga. memperingatkan nya bagaimana untuk bersikap baik.

'Semua ini memang kesalahan anak itu.' Pikir Henry.

"Kenapa kau begitu over protected kepada kami? Apakah kau ini adalah saudaranya?" Ryu mulai kembali berbicara mencoba memutuskan keheningan yang terjadi diantara mereka berdua.

"Kenapa aku harus memberitahukan padamu. Kau itu hanya orang asing di antara kami."

"Karena aku juga ingin dekat dengannya. Aku serius ingin menjadi temannya." Ucap Ryuga.

"Dia tidak butuh teman seperti dirimu. Seseorang yang hanya ingin memuaskan rasa penasaran mereka terhadap Yumi lalu dengan begitu saja pergi tanpa permisi."

Ryuga langsung terdiam tanpa mengatakan apapun.

'Apa maksud si Henry ini mengatakan hal itu padaku?'

*****************

(Tentang Yumi)

Amanda Yumi adalah teman Henry sejak kecil dan Hendry lebih tua 1 tahun dari Yumi. Mereka belajar bersama sejak masih sekolah dasar hingga kuliah dan tinggal berdampingan di asrama kampus, walaupun mereka berada di fakultas yang berbeda. Yumi mengambil jurusan medis sementara Henry berada di fakultas literatur.

Henry sendiri mengetahui semua tentang Yumi bahkan rahasianya yang paling dalam, termasuk kemampuan spesial yang dimiliki Yumi.

Yumi memiliki kemampuan untuk meramalkan sesuatu, dengan mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya.

(Flashback on....)

Saat duduk di bangku sekolah menengah, Yumi memberitahu kemampuannya kepada seisi kelasnya untuk pertama kalinya. Dengan mengatakan bahwa akan terjadi hujan deras esok hari tapi tidak ada yang percaya kepadanya kecuali Henry. Jadi Henry membawa payung keesokan harinya dan benar saja, hari itu hujan besar dan teman-teman mereka menanyakan bukti lainnya. Yumi mengatakan bahwa jam pelajaran siang nanti, guru tidak akan masuk. Dan nyatanya semua yang dikatakan Yumi itu memang benar terjadi.

Semua orang percaya pada Yumi dan mereka ingin berteman dengan Yumi dan juga memperlakukan nya seperti orang hebat yang dapat melihat masa depan. Walaupun mereka tidak tahu benar, apakah semua yang diramalkan Yumi itu bisa terjadi. Kekuatan Yumi hanya untuk meramalkan dan tidak sepenuhnya benar terjadi tentang masa depan, karena semuanya bisa berubah.

Henry merasa senang karena bisa melihat Yumi begitu bahagia bisa berteman dengan semua orang. Selama ini hanya dia saja teman Yumi sejak mereka kecil. Tapi hari-hari bahagia itu berakhir dengan cepat, ketika tragedi itu terjadi.

Hari itu adalah hari dimana mereka berkemah saat duduk di bangku sekolah menengah. Lokasinya camping mereka berada di kaki bukit yang mana lokasinya jauh berbeda dari lokasi yang pernah mereka tempati. Seperti di dalam hutan yang terletak di belakang sekolah mereka. Jadi semua orang merasa begitu senang dengan camping kali ini. Yumi mengatakan kepada semua orang, bahwa tempat itu sangat aman.

Hari itu mereka begitu bersenang-senang sampai semua terasa tidak dapat dilupakan. Tapi apa yang terjadi berikutnya adalah sesuatu yang lebih tidak akan pernah bisa untuk dilupakan seumur hidup.

Saat itu tengah malam, dan semua orang terdengar tertidur lelap di dalam tenda mereka. Setelah sepanjang hari berlari dan bermain di area camping. Ketika Hendry tiba-tiba mendengar suara Yumi berteriak dan menyadari bahwa dia tengah mengalami mimpi buruk. Henry mencoba membangunkan Yumi dan ketika Yumi membuka matanya, dia langsung melompat keluar dari dalam tenda dan berteriak sekencang-kencangnya.

"Semuanya bangun. LARI. LARI. SEKARANG."

Henry tidak pernah mendengar Yumi berteriak begitu kencang sejak pertama mereka bertemu sampai saat itu. Hendry lalu dengan cepat mendekati Yumi dan bertanya kepadanya, apa yang sedang terjadi. Tapi Yumi terus saja berteriak dan mencoba untuk membangunkan semua orang.

"Hai, berhenti berteriak. Ini sudah tengah malam."

"Diam lah! Kami tengah mencoba untuk istirahat di sini.'

"Tapi kita semua dalam bahaya, kita harus berlari sekarang. Sangat bahagia di sini." Yumi berteriak lagi.

"Bukankah kau sendiri yang bilang kepada kami bahwa camping di sini aman."

"Semuanya baik-baik saja, kembalilah tidur."

"Bahaya seperti apa yang coba kau katakan? Apa itu hujan?"

"Hahahaha. Iya aku tahu itu. Kau hanya bisa meramalkan hujan. Lupakan itu, tenda kami anti air."

Tidak ada yang mendengarkan Yumi dan mereka malah mulai menertawakan nya. Henry dapat melihat dengan jelas bagaimana khawatir nya pandangan mata Yumi malam itu tanpa sedikitpun keraguan. Henry lalu membantu Yumi untuk membangunkan semua orang tapi hanya beberapa kerumunan orang saja yang keluar dari tenda mereka.

Setelah beberapa menit untuk menunggu semua orang keluar, beberapa orang lainnya merasa lelah dan kembali tidur di dalam tenda mereka dan mengatakan kepada Yumi untuk tidak bercanda lagi. Pada akhirnya hanya ada beberapa orang termasuk Yumi dan Henry yang berdiri di luar dan tenda mereka ketika mereka menyadari bahwa bumi mulai bergetar.

Getaran itu awalnya terasa lemah sampai bumi terasa bergetar begitu keras dan saat itu sudah terlambat. Saat mereka menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya adalah hal yang jauh lebih buruk. Mereka berada di kaki gunung dan longsoran besar tengah datang.

"SEMUANYA LARI!" Yumi kembali berteriak mencoba untuk membuat semua orang keluar dari tenda mereka.

Semuanya seperti bergerak begitu lambat, saat semua orang menjadi panik. Henry menarik Yumi saat ingin berlari dari longsor itu. Tapi bahkan meski mereka mencoba berlari dengan kecepatan penuh tidak ada cara untuk bisa selamat dari longsoran itu dan mereka berakhir dengan terkubur dan semuanya menjadi gelap.

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan like, komen, vote dan hadiahnya juga ya.... 🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!