NovelToon NovelToon

Terpikat Pesona Gadis Lugu

Tamparan Keras

Gadis malang, ia harus ikut bersama ayah dan juga ibu tirinya ke sebuah pesta yang seharusnya tidak ia kunjungi.

Gadis itu terlihat sangat cantik dengan mengenakan gaun berwarna biru selutut tanpa lengan. Penampilan nya saat ini menutupi jika dirinya masih berusia 19 tahun. Anggun dan mempesona.

Gadis itu terus melangkah mengikuti kedua orang tua nya dari belakang. Penampilan nya anggun, namun raut wajah nya tak seanggun dirinya. Sejak tadi gadis itu hanya cemberut dan manyun.

Kenapa aku harus ikut?? kenapa tidak Mawar saja yang mereka ajak.

Raisa Anglina, itu adalah nama gadis itu. Ia kerap di panggil Raisa, si manis yang ceria. Kini kesabaran nya tengah di uji oleh papa dan mama tirinya.

Ketika merek berada di depan pintu masuk pesta, tiba tiba pria tua itu berbalik dan menatap pada Raisa.

"Bersikap yang sopan, kamu harus bisa memikat salah satu dari tuan muda kaya. Papa gak mau tahu, pokoknya harus ada yang terpikat" Ucap Bram dengan sorot mata tajam.

"Tapi pa, aku ini masih kecil. Kenapa aku harus melakukan hal yang menjijikan seperti ini!" tolak Raisa dengan wajah memelas.

"Kamu itu sudah cukup dewasa. Habisin uang untuk kuliah hanya sia sia!" sahut Melinda, mama tiri Raisa. Ia selalu saj bersikap tidak baik pada Raisa. Tanpa segan Melinda memperlihatkan ketidaksukaannya pada Raisa meskipun di depan Bram.

"Sudah cepat sana. Ajak lah mereka mengobrol!" titah Bram sedikit mendorong bahu Raisa.

Dengan jalan pelan, karena heels yang di gunakan Raisa terlalu tinggi, membuat tubuhnya terlihat anggun berlenggak lenggok di dalam ruangan yang megah di dekor sedemikian mewah.

Raisa menghampiri sebuah meja, ia melihat ke sekeliling nya. Di sana terdapat banyak pria dari yang tua dan yang muda. Mereka rata rata memiliki pasangan di samping nya.

"Aku merasa seperti wanita penggoda Sekarang. Mencari pria yang harus di goda" lirih Raisa di dalam hati. Matanya terus melirik ke sana kari. Entah apa sebenarnya yang ia lakukan saat ini.

Merasa bosan dengan situasi pesta ini, Raisa mencari keberadaan papa dan mama tirinya. Setelah tidak ia temukan, Raisa tersenyum lebar. Ini kesempatan bagus, Raisa tidak melihat keberadaan dua orang itu.

Raisa beringsut sembari tetap was was, takut papa nya melihat dirinya yang ingin kabur.

"Haa.. Berhasil juga"

Raisa bernapas lega, ia berhasil keluar dari ruangan pesta dan berjalan menelusuri lorong hotel tempat pesta berlangsung.

"Ahh...Beib...." rintihan seseorang terdengar di salah satu ruangan.

Raisa berhenti, ia menoleh ke semua arah. Di lihatnya jejeran pintu kamar yang tersusun rapih. Ada sekitar 5 kamar di sana.

"Ahh.. Cepetan beibb.."

Terdengar lagi, Raisa menajamkan pendengarannya dan berjalan pelan mengikuti sumber suara itu. Rasa penasaran nya luar biasa. Tanpa rasa takut ia mendekati salah satu pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Suara apa itu yah?" batin Raisa penasaran. Ragu ragu Raisa mencoba mengintip dari balik cela pintu yang terbuka sedikit.

Terlihat dari sana seorang wanita tengah bergoyang goyang, namun Raisa tidak melihat dengan jelas. Ia sedikit mendorong pintu itu agar terbuka lebih lebar lagi.

Semuanya tampak jelas, Raisa kaget, syok, ia melihat apa yang sedang dua insan itu lakukan. Tubuhnya kaki, Raisa mematung menatap pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat.

Tubuh nya kaku ketika tatapan tajam menatap nya. Cepat cepat Raisa ingin pergi, namun tubuhnya tidak bisa bergerak, ia malah oleng ke depan dan....

Bruk~

"Ahhhh!!!!!!" wanita yang berada di atas pria itu malah kaget dan berteriak.

"Maaf, saya tidak sengaja" ucap Raisa gugup. Ia bersiap pergi, namun suara tegas menghentikan langkahnya yang sudah berbalik.

"Berhenti di sana!"

Raisa memejamkan matanya, ia mengutuk dirinya yang sudah membuat dirinya terjebak di dalam situasi ini.

"Pergi kau j***ng!" hardik pria itu. Terdengar oleh Raisa suara wanita terpekik dan dentuman orang jatuh ke lantai.

"Tu-tuan apa sal-" protes wanita itu terhenti.

"Aku tidak membutuhkan mu!" tegas pria itu dengan suara beratnya. Jantung Raisa semakin berdetak keras, ia hendak melangkah cepat mengikuti wanita yang menatap sini kearahnya keluar. Namun, sebuah cekalan mendarat pada lengan nya.

"Siapa yang memperbolehkan mu pergi!"

"Maaf tuan, saya salah kamar. Jadi biarkan saya pergi" ucap Raisa menunduk, ia tidak berani menatap pria yang kini sudah berdiri di hadapan nya.

Pria yang bernama Yoga Arditya menatap tajam Raisa. Mood nya yang sudah buruk semakin buruk melihat gadis di hadapan nya ini tidak menatapnya ketika berbicara.

"Tatap aku!"titah Yoga.

"Biarkan saya pergi tuan, saya tidak bermaksud mengganggu anda" mohon Raisa lagi.

"Sayangnya kamu sudah mengganggu ku!" balas Yoga angkuh.

"Maafkan saya" mohon Raisa. Namun Yoga malah menarik tubuhnya dan memeluknya begitu saja.

"Lepaskan br*ngsek!!" hardik Raisa sembari mendorong tubuh Yoga dan mengayunkan pukulan nya.

Bug!! Bug!!

"Pria mesum, dasar kurang ajar! aku bukan j**ang seperti wanita tadi!"

Raisa menatap sinis wajah Yoga, lalu berlari keluar dari kamar itu, meninggalkan Yoga yang terhuyung ke samping menahan pukulan kecil dari seorang gadis lemah seperti Raisa.

Namun, yang membuat Yoga terdiam adalah, penolakan Raisa terhadap dirinya. Selama ia hidup, baru kali ini ada gadis yang menolak bersamanya. Biasanya semua gadis dengan sukarela melemparkan tubuh kepada dirinya.

"Siapa dia?" pikir Yoga menggeram, ia merasa terhina karena perbuatan gadis itu.

"Lihat saja nanti, kamu akan memohon di hadapan ku!" gumam Yoga menatap pintu kamar yang terbuka lebar, seakan dirinya dapat melihat Raisa dari sana.

Raisa berjalan menelusuri lorong hotel, ia berniat ingin keluar dari hotel ini. Sungguh ini bukanlah kesukaan Raisa, menggoda merayu, dia tidak suka semua hal itu.

Ting~

Raisa keluar dari dalam lift, tiba tiba.

Plak!!!!

Tamparan keras mendarat di pipi kirinya, membuat Raisa menoleh ke kanan. Kulit wajahnya bahkan memerah mencetak jari jemari yang menggambarkan betapa kerasnya tamparan itu.

Raisa memejamkan matanya, ia sudah tahu siapa yang melakukan ini. Menahan emosi yang sebenarnya sudah di ubun ubun.

"Dasar anak yang tidak tahu diri, papa kan sudah bilang sama kamu. Kamu harus memikat salah satu dari mereka! " hardik Bram membentak.

"Sudahlah pa, tahu sendiri kan. Anak keras kepala ini mana mungkin mau berkorban demi perusahaan kita.Mana mungkin dia mau seperti Mawar!" ucap Melinda menghasut Bram.

Raisa menatap keduanya, air matanya menetes perlahan dari pelupuk matanya yang sudah memerah menahan emosi.

"Aku tentu berbeda, karena aku tidak terlahir dari j***ng seperti mu!" balas Raisa tajam.

Plak!!

"Dia mama mu, jaga ucapan mu pada nya!!" hardik Bram lagi.

Raisa memejamkan matanya, melawan papa nya juga percuma. Hanya akan membuat dirinya malu di sini.

"Walau bagaimanapun dia bukan mamaku. Aku tidak Sudi memiliki mama j***ng seperti nya!" ucap Raisa penuh penekanan dan kebencian. Ia menatap papanya dan menatap wanita yang 5 tahun lalu menjadi mama tirinya.

"Anak bodoh!! kemari kau!!! kau harus memikat mereka!!!" teriak Bram berusaha ingin menarik Raisa, namun gadis itu sudah berlari kencang meninggalkan mereka.

"Anak bodoh!" geram Bram kesal, rencananya gagal gara gara putrinya.

Menyebalkan!!! Tuan Arogan!!

Yoga duduk di kursi kerja bak duduk di atas singgah sana. Matanya menatap lurus, tajam seperti tatapan elang mengintai mangsa.

"Boss, ini data gadis yang anda minta" ucap seorang pria tegap memakai jas hitam.

Yoga melirik map biru yang di sodorkan Anka buah nya, ia mengambilnya dan memeriksa isi nya.

"Gadis itu bernama Raisa Anglina, putri dari Bram Gunawan, pemilik perusahaan Gunawan yang hampir bangkrut. Mereka sedang mencari bantuan kepada beberapa perusahaan besar yang pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka.

Gadis itu berusia 19 tahun. Tidak kuliah, dia hanya seorang pekerja paru waktu di sebuah hotel." jelas pria itu lagi.

Sudut bibir Yoga terangkat, membentuk sebuah senyuman yang siapapun yang melihatnya akan merasa takut.

"Mainan baru ku, lakukan berbagai cara untuk mendapatkan nya!"

"Baik boss saya akan melakukan nya" jawab pria itu sembari menunduk hormat.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri boss"

Pria yang mengenakan jas hitam menunduk lagi bersiap untuk pergi. Namun, suara Yoga kembali menghentikan nya dan berbalik menghadap pada boss nya.

"Jangan lakukan apapun, cukup bawa pria tua itu datang ke sini!"

"Baik boss" jawab nya. Lalu kembali berbalik melihat perintah dari sorot mata Yoga.

"Gadis kecil, kau akan menjadi milik ku. Apapun yang sudah mengusik ku, tidak akan pernah bisa lari dari kekejaman ku!" gumam Yoga dalam hati.

...****************...

Bram begitu gembira, ia mendapat pesan bahwa tuan muda dari perusahaan besar mengundangnya datang ke perusahaan nya.

"Melinda!!! Melinda!!!" teriak Bram memanggil istrinya. Ia berlari ke ruang keluarga sembari memegang ponsel yang memperlihatkan pesan dari sekretaris tuan muda itu.

Melinda langsung berlari menemui suaminya setelah mendengar teriakan itu.

"Ada apa suami ku? kenapa kamu berteriak?" tanya Melinda.

Raisa yang baru saja keluar dari kamarnya ikut heran mendengar teriakan papa nya. Ia berhenti di ruang tamu menatap papa dan mama tirinya tengah membaca sebuah pesan di ponsel milik Bram.

"Wahhh pa, akhirnya ada juga perusahaan besar yang mau membantu kita!" sorak Melinda senang.

"Hah? ada yang membantu perusahaan? siapa yang udah menggoda pengusaha kaya.?" batin Raisa.

"Heh! kenapa kamu berdiri di situ?" Melinda menatap Raisa yang menatapnya datar.

"Kau lihat ini, pasti Mawar yang udah membuat tuan muda kaya ini terkesan!" ucap Melinda membanggakan putrinya yang tidak melakukan apapun.

"Cih, wajar saja. Kalian kan sama" balas Raisa tersenyum miring, lalu pergi begitu saja dari rumah.

"Ih papa! lihat putri mu. Dia selalu menghina ku!"rengek Melinda meminta pembelaan dari pria yang sudah buta akan kekuasaan.

"Sudah lah ma. Lupakan gadis kecil itu. Sekarang kita tidak boleh marah marah. Lihat kabar baik ini"

Melinda tersenyum kecut, ia merubah ekspresi nya menjadi senang.

"Ayo pa, pergilah dengan ku ke perusahaan itu. Aku akan membantu mu berbicara dengan tuan muda itu!"

Bram mengangguk, membawa istri nya bukanlah hal yang sulit baginya.

"Baiklah, ayo kita bersiap!" seru Bram.

Mereka bersiap dengan sangat rapi, seperti akan mendapatkan kabar baik saja. Padahal di dalam pesan itu tidak ada kata kata yang menjelaskan bahwa mereka akan di bantu. Pesan itu hanya berisi tentang perintah dari tuan muda Yoga, agar Bram datang menghadap dirinya.

Raisa bekerja di sebuah hotel, namun dirinya bukanlah sebagai pelayan hotel. Tapi, Raisa bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restauran yang ada di dalam hotel tersebut.

Gadis ini sangat pintar, ceria dan rajin dalam bekerja. manager Restauran sangat senang dengan nya. Gaji Raisa tidak sama dengan gaji pegawai lain, meskipun hanya paru waktu, Raisa mendapatkan gaji sedikit lebih tinggi dari pegawai yang lain.

"Selamat siang boss!!" sapa Raisa tersenyum lebar pada Johan, manager Restauran.

"Pagi cantik, apa kau sangat bahagia hari ini?" tanya Johan, ia menatap Raisa yang terlihat tersenyum lebar padanya.

"Tentu saja boss, perusahaan papa saya sudah ada yang membantu. Jadi saya tidak akan di paksa lagi untuk menggoda pria kaya untuk membantu perusahaan papa" jelas Raisa jujur.

"Wah bagus dong, saya turut senang Raisa" sahut Johan. Padahal dalam hati ia sangat sedih melihat keadaan gadis ini.

"Andai kamu mau ikut bersama ku, maka kamu akan bahagia Raisa" ucap Johan begitu saja. Membuat wajah bahagia Raisa berubah menjadi cemberut.

"Boss mulai lagi, saya kan udah katakan. Saya tidak mau menjadi seorang yang sudah lama mati, sadar lah boss!" ucap Raisa sembari beranjak meninggalkan Johan menghela nafas berat.

"Wajah mu terlihat sangat mirip dengan nya, jika dia masih hidup, aku yakin kalian akan terlihat sangat mirip" gumam Johan menghela nafas berat, sulit baginya melupakan gadis kecil yang selama ini terus menghantui hidupnya.

Raisa bekerja seperti biasanya, tiba-tiba ponselnya berdering menghentikan aktivitas nya yang sedang membersihkan meja.

"Siapa sih!"gerutunya dalam hati.

Raisa mendengus, ternyata panggilan itu dari papanya.

Dari kejauhan Johan melirik Raisa, ia mendengar dering ponsel Raisa berbunyi.

"Ada apa?" tanya Raisa to the poin.

"Pulang segera!"

"Aku sedang bekerja, mana bisa aku pulang!" protes Raisa dengan suara meninggi

"Aku tidak mau tahu, kau harus pulang dan menghadap pada ku!"

Klik!

"Cih... " Raisa menatap tidak percaya layar ponselnya. Masih adakah yang mengganggu hidupnya lagi? apa yang akan mereka perintahkan lagi pada nya.

"Ada apa?"tanya Johan menghampiri.

Raisa tak menggubris, ia melewati boss nya itu dan pergi ke ruang ganti.

Setelah berganti pakaian, Raisa pergi menemui Johan.

"Maaf boss, saya harus pulang sekarang"

Raut wajah Johan terkejut.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Pria tua itu memaksa ku untuk pulang. Aku harus menemuinya terlebih dulu!" ucap Raisa dengan suara datar.

"Baiklah kalau begitu, kau akan ku antar"

Raisa menggeleng, ia tidak mau Johan berurusan dengan Bram. Bisa bisa papanya akan memeras Johan nantinya.

"Tidak perlu boss, aku bisa pulang sendiri. Anda tetaplah di sini" tolak Raisa tersenyum meyakinkan Johan bahwa dirinya baik baik saja.

"Baiklah, kalau begitu kabari aku setelah kau tiba di rumah. Ada apa apa hubungi aku segera!" ucap Johan mengacak rambut Raisa pelan.

Gadis itu tidak marah, ia sudah terbiasa dengan sikap Johan seperti ini padanya.

"Kalau begitu aku pergi dulu boss" pamit Raisa sembari menunduk hormat.

"Hati hati" sahut Johan.

Raisa berjalan kaki menuju halte, ternyata di luar baru saja selesai hujan. Raisa benar benar tidak tahu. Dengan hati hati Raisa melangkah cepat ketika berjalan di trotoar yang terdapat genangan air di aspal.

Cittt.......

Byur~

Basah kuyup, Raisa menatap bajunya berwarna putih berubah menjadi kecoklatan terkena air kotor itu.

"Sialan!!!! Gak ada otak!!! baju aku jadi kotor!!" umpat Raisa berteriak menunjuk kearah mobil yang membuat genangan air itu melayang menghampiri bajunya.

"Eh" tiba-tiba mobil hitam itu berhenti dan perlahan mundur. Raisa menjadi terkejut, ia menatap mobil hitam yang sudah berhenti di hadapannya.

"Dasar pengemudi kurang ajar!" maki Raisa lagi, namun ia mendadak diam ketika kaca mobil tiba-tiba terbuka.

"Ka-Kamu?" kaget Raisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu. Jantung nya berdetak cepat, seakan ingin melompat dari dalam tubuhnya.

Tatapan mata itu tidak bersahabat, ia menatap Raisa sangat tajam, seolah tatapan itu menunjukkan bahwa peperangan baru saja di mulai.

Raisa menetralkan raut wajahnya, ia berusaha terlihat berani.

"Heh tuan. Lihat baju saya jadi kotor. Apa anda tidak mau meminta maaf?", tanya Raisa pada Yoga.

"Maaf nona, saya ti-" ucap supir terhenti.

"Tidak perlu meminta maaf padanya, kesalahan nya lebih besar dari ini!" ucap Yoga memotong ucapan supirnya.

Mata Raisa melebar setelah mendengar ucapan pria itu.

"Tuan, anda ini kenapa sih! kesalahan apa yang saya lakukan!" teriak Raisa. Namun Yoga memberi kode pada supirnya untuk menjalankan mobilnya.

"Dasar tidak sopan!!! tidak bertanggung jawab!!! Pria arogan" teriak Raisa mencak mencak menahan emosi yang sudah hampir melewati ubun ubun. Jika bisa di lihat, kepala Raisa pasti terlihat berasap saat ini.

Setegah itu kah??

Raisa tiba di rumah, penampilan nya sangat kacau. Baju kaos putih yang ia kenakan terlihat kotor dan sedikit lembab.

"Wah anak gembel mana nih?" ledek Mawar.

Raisa tetap berjalan lurus melewati mawar yang tengah duduk di sofa.

"Cih, anak tak tau diri" cibir Mawar lagi, ia merasa kesal karena Raisa mengabaikan ucapan nya.

Raisa masuk ke dalam kamar, ia harus segera berganti pakaian. Belum sempat ia menggapai ganggang pintu kamarnya, sebuah tangan tiba-tiba menarik lengan nya.

Raisa meringis, ia menatap siapa yang telah menarik lengannya hingga terasa nyeri ke tulang.

"Kamu dari mana aja sih, papa kamu dari tadi nunggu kamu!" hardik Melinda.

"Gak usah narik narik juga kali! kalau tangan aku lecet gimana!" ketus Raisa mengusap lengannya yang ia yakini membiru.

"Raisa!" suara nan berat itu membuat Raisa menahan nafas dan berbalik. Ia menatap papa nya yang sudah di buta kan oleh hasutan mama tirinya.

"Mas, lihat kan. Putri kamu itu selalu saj tidak menghargai aku!" adu Melinda dengan suara merengek.

"Bagaimana aku menghargai seseorang yang tidak pantas untuk di hargai!" ucap Raisa berani.

"Raisa! jaga ucapan kamu!" tegas Bram.

Sudah cukup, Raisa merasa semua ini sudah melampaui batas. Ia sudah tidak tahan lagi tinggal di sini.

"Papa lihat gak sih, dia itu kasar dan tidak pernah bersikap sebagai seorang mama!" teriak Raisa.

Plak!!!!

Bibir Raisa bergetar, ia tidak menyangka papa nya kembali menampar dirinya.

"Cih.... Sungguh miris" cibir Mawar menyaksikan pertengkaran papa tirinya dan adik tirinya. Ia terlihat menikmati ini.

"Papa nampar aku lagi?" lirih Raisa menatap papanya dengan sebelah tangan memegangi pipi yang di tampar Bram tadi.

"Mulai hari ini, aku gak akan pernah bertemu kalian lagi. Aku akan pergi dari rumah ini!!!" teriak Raisa masuk ke kamarnya.

"Kamu gak bisa melakukan itu!" teriak Bram, namun tidak di hiraukan Raisa. Gadis itu mengemasi semua barang barang nya, memasukkan semua pakaian nya ke dalam koper.

"Kamu gak boleh pergi dari rumah ini!" cegah Bram. Ia tidak mungkin membiarkan Raisa keluar dari rumah nya.

"Kenapa pa!! aku lebih baik jadi gelandangan dari pada hidup bersama iblis seperti kalian!" teriak Raisa emosi. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang mereka inginkan.

"Kamu tidak bisa pergi bodoh!, karena kamu harus di jual pada tuan muda Yoga!" ucap Mawar yang berdiri di pagar tangga.

"Apa?" Raisa menatap papa nya, ia tidak salah mendengar perkataan Mawar.

"Kau tidak perlu mencari tempat di luar sana. Karena kamu sudah mencarikan mu tempat" Ucap Melinda tersenyum miring.

Raisa menatap papanya meminta kejelasan, apa papa nya benar benar tega melakukan semua ini?.

"Kamu mau pergi kan dari rumah ini? jadi kamu akan pergi, tapi ke tuan muda Yoga. Jika kamu bersamanya perusahaan kita akan terselamatkan!"

Raisa menitikkan air mata, papa nya benar benar tega melakukan semua ini padanya. Kasih sayang yang dulu di curahkan oleh Bram padanya seketika sirna semenjak mama nya meninggal dan papa nya menikah dengan Melinda.

"Apa papa tidak pernah memikirkan perasaan ku? apa papa benar benar sudah di butakan oleh mereka berdua??" lirih Raisa.

"Kamu harus berkorban demi perusahaan kita" ucap Bram.

"Demi perusahaan!!! papa tega menjual ku?? apa papa tidak berpikir sebelum melakukan nya? kenapa harus aku?? kenapa bukan Mawar saja!!! dia kan lebih unggul dalam merayu laki laki!"

"Kurang ajar!" hardik Mawar hendak menyerang Raisa, namun di tahan oleh Bram.

"Mereka meminta mu, aku tidak bisa melakukan apapun" jawab Bram.

"Cih. Bukan kah itu yang kau inginkan?" sinis Raisa menatap papa nya tajam.

"Kau harus menuruti nya, jika tidak kami akan memaksa mu!" ucap Bram tegas.

"Aku tidak mau!!! persetan dengan perusahaan!!" tolak Raisa. Ia menarik kopernya dan hendak pergi dari rumah.

"Kau tidak bisa pergi, sebentar lagi mereka akan datang menjemput mu!" Bram menarik tangan Raisa dan mendorong nya masuk ke dalam kamar.

"Tetap di sini, atau kamu akan mendapatkan kekerasan lain nya!" ancam Bram menunjuk wajah Raisa.

"Apa kau bukan papa ku huh? kenapa kau melakukan ini pada putri mu sendiri!!!" teriak Raisa, ia sudah menangis keras menerima sikap tidak adil papa nya.

Mawar dan Melinda hanya tersenyum miring menatap Raisa yang berusaha untuk melewati papanya yang menahan pintu.

"Pa!! papa gak bisa lakukan ini pada ku!!! Lepasin ku, biarkan aku pergi!!!" mohon Raisa.

"Kamu harus melakukan nya, diam lah di dalam kamar, nanti kamu akan papa panggil ketika mereka datang!"

Blam~

Bram menutup pintu dan menguncinya dari luar. Lalu mereka pergi begitu saja dari sana.

Brak!!! Brak!!!

"Pa!! buka pintu nya!!"

Brak!! Brak!! brak !!!

Raisa terus mengendor pintu kamarnya sembari berteriak minta di bukakan. Air matanya terus mengalir deras.

"Pa!!! tolong biarkan aku pergi...Hiks... papa!!!!"

Brak!! Brak!!!

...----------------...

Flashback

"Boss, mereka sudah datang!" ucap anak buah nya. Yoga yang tengah berdiri menatap langit dari jendela kaca ruangannya langsung berbalik dan mengangguk. Ia berjalan menuju ke kursi kebesaran nya.

Bram dan istrinya masuk ke dalam ruangan, mereka terlihat sangat senang.

"Selamat siang tuan muda Yoga" sapa Bram memberi hormat, begitu juga dengan Melinda.

"Langsung ke intinya" ucap Yoga dengan nada suara datar.

Bram menoleh pada istri nya, Melinda tersenyum dan mengangguk.

"Tuan muda mengundang kami kesini, apa proposal kerja sama kamu di terima?" tanya Bram.

"Semuanya akan sesuai rencana kalian, jika kalian memenuhi apa yang aku inginkan!" jawab Yoga menatap Bram tajam.

"Apa itu tuan muda? kami akan berusaha memenuhinya!" ucap Bram cepat.

Yoga melirik pada anak buahnya yang berdiri di samping nya. Mengerti dengan arti tatapan boss nya, pria berjas hitam itu pun meletakkan selembar foto di atas meja di hadapan Bram da Melinda.

"Raisa?" gumam Melinda kaget.

"Tuan muda Yoga akan membantu krisis keuangan perusahaan kalian dengan syarat, Kalian harus menyerahkan gadis ini pada Tuan muda sebagai imbalan bantuan yang tuan muda berikan." jelas pria itu.

Bram tersenyum lebar, tanpa berpikir dua kali. Ia menyanggupi syarat yang Yoga berikan.

"Baiklah tuan, saya akan memberikan gadis itu kepada anda" ucap Bram senang.

Yoga tertegun, ia tahu jika gadis ini merupakan putri dari pria tua Bangka di hadapan nya ini. Namun, tanpa rasa keberatan pria itu memberikan putrinya sebagai imbalan bantuan darinya. Itu artinya pria ini rela menjual putrinya demi uang.

"Pria macam apa dia?" pikir Yoga. Namun, ia tidak ambil pusing, terpenting baginya gadis itu menjadi milik nya.

"Kalian boleh pergi, 1 jam lagi gadis itu akan di jemput anak buah ku!!" usir Yoga.

"Saya tunggu kabar baik nya tuan!" ucap Bram menunduk hormat ,lalu pergi dari ruangan Yoga dengan hati senang. Ternyata tidak sulit mendapatkan bantuan dari tuang muda yang terkenal kejam dan sangat arogan itu.

"Akhirnya, kita gak jadi miskin pa!!" sorak Melinda tertahan.

"Iya ma, ternyata tidak sesulit yang kita bayangkan" ujar Bram.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!