Dave Felixio Ghaza, pimpinan Ghaza Corp diantara beberapa gedung tinggi Kota Jakarta. Menjuntaikan kaki ke pelataran gedung, meninggalkan kesan wah pada setiap mata yang memandangnya. Dave turun dari mobil sembari membuka kaca mata yang bertengger di hidungnya. Semua orang dibuat terpana akan ketampanan seorang Dave yang selalu tampil maskulin. Namun tatapan itu tak berlangsung lama jika mengingat tunangannya yang teramat judes.
Dave melangkahkan kaki memasuki gedung mewah yang terdiri puluhan lantai ini. Langkah lebar membawanya segera masuk ke dalam lift khusus bersama sang assisten. Setiba di lantai lima belas, dari kejauhan ia melihat sesosok gadis juga berjalan menuju ruangannya sembari membawakan secangkir kopi kesukaannya.
Tampak terburu-buru tatkala pandangan mereka bertemu. Dave mengulum senyum merasa lucu, sorot matanya pun teralihkan ke objek lain yang selalu mencuri perhatiannya.
"Bagaimana bisa tubuh mungil itu mempunyai dada teramat berisi?" gumamnya, tersenyum miring
"Anda mengatakan sesuatu, Tuan?" rupanya gumaman kecil itu terdengar juga di telinga tajam sang assisten
"Tidak. kau masuklah ke ruanganmu," usir Dave yang segera diangguki oleh assistennya
Dave semakin mempercepat langkah kakinya, tak ingin kehilangan momen langka saat berdua dengan sosok idamannya didalam satu ruangan. hingga pintu yang terdorong sedikit mengejutkan gadis itu.
"Selamat pagi, Tuan. maaf kopinya terlambat datang," ucap gadis bernama Mawar Kharisma yang tak lain adalah sekretarisnya.
"Its oke, tidak masalah. justru saya senang dengan keadaan ini." ujar Dave tersenyum tipis, menatap lekat wajah Mawar yang teramat manis juga cantik
Sedangkan Mawar hanya menyipitkan mata saat menelaah ucapan tuannya.
"Baiklah, Tuan."
"Oh iya, kebetulan saya disini, saya ingin menyampaikan sesuatu kalau saya-" Mawar menjeda kalimatnya karena ragu
"Ada apa? katakan dengan benar," pinta Dave yang sudah duduk di kursi kebesarannya sembari menyatukan kedua tangan dengan siku yang bertumpu diatas meja. memerhatikan gelagat Mawar yang tampak gugup.
"Saya akan resign dari perusahaan ini, Tuan. maka dari itu--
"Apa!!" belum selesai dengan ungkapannya, sontak saja Dave langsung syok. gebrakan meja membuat jantung Mawar hampir melompat. Mawar tak berani menatapnya, ia menundukkan kepala dan bersiap-siap dengan kalimat penolakan dan bahkan amukkan.
"Ma-maaf, Tuan. saya sungguh tidak profesional dengan pekerjaan yang baru saya tekuni ini. saya benar-benar ingin resign,"
"Apa alasannya, hah? kamu baru dua bulan disini dan beraninya ingin lepas dari pekerjaanmu! kamu kira ini pekerjaan asal-asalan, hah?" Dave mengamuk, mencengkeram rahang Mawar yang semakin membuatnya ketakutan
"M-m-lepas dulu, Tuan," pinta Mawar
Dave segera melepaskan cengkeramannya dan bersiap mendengarkan cerita wanita ini
"Katakan!"
"Saya harus kembali ke kampung untuk menikah dengan anak juragan disana. jika tidak, mereka akan mengambil alih rumah dan kebun keluarga saya." ungkap Mawar. Dave menyimak dengan serius sembari menatap lekat netra Mawar yang terus menunduk hingga setetes air mata tak luput dari perhatiannya
Air mata itu sungguh membuatnya iba
Dave menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar seolah terlihat frustasi.
"Apa hak mereka ingin mengambil milik kalian? dan mempertaruhkan dirimu? astaga!"
Mawar mengangkat bola matanya sekilas untuk melihat ekspresi tuannya yang berlebihan.
"Anda tidak perlu tahu tentang keluarga saya, Tuan. saya juga sudah mengajukan surat permohonan kepada HRD dan hari ini pekerjaan terakhir saya,"
"Permisi!" pamit Mawar sedikit menganggukkan kepalanya
Dave sungguh frustasi, sepasang netranya memerhatikan lekat tubuh Mawar yang kian menghilang dari balik pintu. bagaimana bisa wanita itu akan pergi dari kehidupannya, sedangkan ia butuh Mawar untuk menjadi bahan fantasinya.
Sial sekali! mengapa juga perempuan itu yang selalu terngiang dikhayalannya.
"Tidak-tidak! Mawar tidak akan boleh meninggalkanku!" gumamnya, segera Dave mendudukkan tubuhnya yang kekar lalu mengambil gagang telepon untuk menelpon seseorang
***
Waktu berakhirnya pekerjaan hari ini pun telah tiba. Mawar merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah seharian penuh menyelesaikan tugasnya dan sekaligus menyiapkan apa saja untuk ia serahkan kepada Assisten Refal.
Hari ini adalah hari terakhirnya bekerja dan akan berangkat keesokan paginya ke kampung halaman. Jujur, sebenarnya Mawar begitu berat untuk meninggalkan pekerjaan barunya di Ibukota ini. namun apalah daya, ancaman juragan desa berhasil mengoyakkan cita-citanya dan menuntun Mawar untuk tetap terus mempertahankan milik keluarganya sejak turun temurun.
Mawar menghela napas panjang sembari menggenggam tumpukan dokumen. Ia pun segera bangkit dan melangkah menuju ruangan assisten.
Seusai dari ruangan assisten, tiba-tiba dari ambang pintu seseorang menepuk pundaknya. sedikit membuat Mawar kaget.
"Ada apa? kamu mengagetkanku," keluh Mawar kepada salah satu rekan kerjanya
"Tadi Tuan Dave nyariin kamu, War. masuk gih sana," ucapnya
Mawar melirik ke arah pintu ruangan presdir, ia pun mengangguk mengiyakan
"Oke deh."
"Jadi beneran kamu akan resign?" tanya temannya yang langsung diangguki Mawar. tampak temannya tersebut memasang raut sedih, ia pun memeluk Mawar sebagai tanda perpisahan.
Mawar segera masuk ke ruangan presdir sebelum pria itu akan mengamuk lagi
"Permisi," ucap Mawar. sosok lelaki itu tengah memunggunginya, memandang pemandangan diluar yang penuh dengan gedung-gedung menjulang
Dave membalikkan kursi kebesarannya, menatap Mawar yang seharian ini selalu ada di pikiranmya.
"Mawar."
"Ada apa Tuan memanggil saya? jika soal pekerjaan sudah saya selesaikan semuanya," ucap Mawar
"Bukan itu," Dave bangkit berdiri, mendekati Mawar
"Jadi??"
"Saya sudah tahu semuanya apa yang terjadi denganmu dan keluargamu,"
Mawar terbelalak kaget, sontak saja ia berkata, "Lancang sekali anda, Tuan!"
"Sssstt!" Dave menempelkan jari telunjuknya di bibir mungil milik Mawar, perempuan itu segera menepis, tak ingin disentuh. Dave tergelak menatap lucunya wanita ini.
"Saya akan melunasi semua hutang keluargamu pada juragan itu, asalkan--bercintalah denganku, Mawar, maka semua urusanmu dengan mereka segera usai."
~Bersambung ~
Lagi-lagi Mawar dibuat terbelalak. kedua matanya melotot karena terkejut. pria ini sungguh menjatuhi harga dirinya, tidak akan mungkin Mawar melakukan hal sehina itu hanya demi melunasi hutang keluarganya.
Mawar pun menggelengkan kepala seolah miris dengan pengajuan syarat dari Tuannya.
"Maaf, Tuan. saya tidak bisa, kehormatan saya tidak dapat ditukar dengan apapun termasuk hutang kami!" tegas Mawar dengan sorot mata tengah berkobar berapi-api
Mawar melenggang pergi meninggalkan ruangan bosnya. tidak ada toleransi lagi untuk melayani panggilan pria itu. lagi pula sore ini dia bukanlah siapa-siapa Mawar lagi, dan notifikasi baru, baru saja masuk berupa gaji keduanya di perusahaannya.
"Mawar!" teriak Dave, Mawar tak lagi menggubrisnya. ia menutup pintu dengan kasar seolah meluapkan amarahnya yang sudah dihina
"Kurang ajar kau, Mawar! lihat saja nanti apa yang akan kau dapat setelah menolak penawaranku!" gumam Dave, meremat kertas dengan mengkepalkan tangannya
***
Dikediamannya yang bertempat di kost-an tak jauh dari Ghaza Corp, Mawar bersiap-siap untuk berkemas. mengemasi semua pakaiannya dan benda-benda lain yang merupakan miliknya. seluruhnya ia susun dengan apik ke dalam koper.
Ditengah kegiatannya, Mawar lebih banyak termenung merenungi nasibnya yang akan menikah dengan anak juragan yang sama sekali tidak ia cintai. walaupun pria itu sedikit ada kekurangan, tetap saja Mawar tidak ada hati dengannya. apalagi mengingat kedua orang tua lelaki itu sangatlah angkuh, sungguh membuatnya merinding sendiri membayangi sifat mereka.
Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Mawar sudah menyetujuinya untuk menerima pinangan mereka demi harta bapak dan ibunya agar segera kembali. ditengah lamunannya tiba-tiba saja deringan ponsel membuyarkan segala dibenak Mawar.
Dddrrrrrttt!!
Mawar menghembuskan napas dengan kasar kala melihat kontak anak juragan tengah menelponnya.
"Ada apa!" sahut Mawar sedikit kesal
[Kamu kapan kesininya, Mawar?]
"Besok pagi! usah nelpon-nelpon!"
[Jangan marah-marah dong, Mawar, nanti aku kaduin sama bapak lho.] pria diseberang sana sedikit memelas
"Heleh! dasar budak!" Mawar merasa jengah mendengar suaranya. tanpa berbasa-basi Mawar pun mematikan sambungan panggilan secara sepihak.
Mawar membuang jauh ponselnya, tidak ingin mendengar suara berisik yang selalu ditimbulkan oleh pria itu.
Seusai beberes, Mawar merebahkan tubuhnya diatas ranjang tunggal sembari memandang langit-langit kamar ini. seketika memorinya kembali teringat akan penawaran Tuan Dave yang teramat gila baginya. Mawar bergidik geli nan ngeri, bagaimana mungkin ia harus menerima tawaran untuk bercinta dengannya.
"Lelaki *****! mesum! napsuan! nggak nyangka kalau Tuan Dave benar-benar segila itu," umpatnya
"Dia memang baik dan bersikap manis, tapi aku baru sadar kalau manisnya itu ada apa-apanya ketimbang bersikap dengan pegawai lain."
"Ya ampun ... tapi syukur deh kalau aku milih berhenti dari sana,"
"Tapi-gantinya malah urusin anak juragan." keluh Mawar berbicara sendiri
Disisi lain, Dave sedang berkumpul dengan beberapa anak buahnya yang baru saja tiba di kediamannya. tinggal hanya seorang diri di rumah dari hasil jeripayahnya selama bekerja tanpa bantuan kedua orang tua.
Dave sudah biasa hidup mandiri sejak masa kuliah hingga kini diusianya yang hampir menginjak dua puluh delapan tahun.
"Kalian, siapkan photografer, penghulu dan orang-orang lalu bawa mereka ke tempat ini pukul delapan pagi! sekalian ini dibagikan ke mereka," titah Dave kepada dua anak buahnya sembari menyodorkan secarik kertas berupa alamat
"Kalian berdua, mulai malam ini pergilah kembali ke desa itu dan serahkan sekoper ini kepada mereka."
"Dan untuk kalian berdua,"
Dave pun menceritakan satu rencananya lagi kepada dua anak buahnya tentang tugas yang harus dijalani.
Setelah semuanya usai, mereka pun pergi meninggalkan ruangan kerja tuannya begitu pula dengan kediaman tersebut. sedangkan Dave tersenyum simpul membayangi rencananya yang dirasa sangat cemerlang setelah seharian penuh memikirkannya.
"Lihatlah pertunjukkan besok, Mawar, kau akan terikat denganku." gumamnya tersenyum devil membayangi sosok Mawar yang aduhai
"Sial! lagi-lagi bodynya menghantuiku," decak Dave yang segera menyalakan laptop dan juga ponsel. entah untuk apa kedua benda itu
Sedang asyik-asyiknya menonton film terfavorite, Dave mengumpat kesal kala seseorang mengganggunya lewat panggilan via video call. Dave menghela napas frustasi, namun juga tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala.
"Karena gadis seksi itu, aku sampai lupa dengan kekasihku sendiri. astaga!" Dave tergelak heran dengan dirinya sendiri sampai melupakan seseorang diseberang sana
Tanpa menunggu lama, Dave segera mengangkat panggilan kekasih yang kini sudah menjadi tunangannya itu sembari menutup laptop.
"Hallo, Sayang?"
[Kenapa lama sekali mengangkat telponku, hm? dan lagi, hari ini kau tidak ada menghubungiku agak sekali pun.] omel wanita diseberang sana
"Sorry, Sayang. pekerjaanku sungguh menumpuk akhir-akhir ini. lihatlah, aku berada di ruang kerja."
[Heleh! palingan nonton bok*p!] perempuan itu memutar bola matanya
"Bekerja juga, bok*p hanya selingan. lagi pun kamu nggak pulang-pulang udah empat bulan ini," keluh Dave
[Sabaaar!! nanti menjelang hari pernikahan kita, aku akan pulang dan siap dihajar olehmu.] Ia mengedipkan sebelah matanya seolah tengah menggoda pria yang kuat akan nafsu itu.
Dave hanya menghela napas panjang membayangkannya.
~Bersambung ~
Mawar berjalan menuju kereta api setelah selesai dengan perihal urus mengurus. Suasana pagi di stasiun ini terlihat cukup ramai tatkala banyaknya calon penumpang yang akan berangkat bersamanya. Pengumuman pun tersiarkan, tanda keberangkatan akan segera tiba dan hal itu membuat langkah kaki Mawar semakin ia lebarkan. begitu pula dengan calon penumpang lainnya yang tampak berdesakkan.
Mawar menghela napas panjang setelah melihat pintu masuk ke dalam kereta. segera ia mencari celah untuk menyelip diantara banyaknya para penumpang yang berbondong-bondong masuk.
Saat kaki Mawar hampir menyentuh kereta, tiba-tiba saja ia terhenyak tatkala mulutnya dibekap oleh sesuatu dan aroma ini terasa sangat menyengat.
Apa-apaan ini, batinnya, Mawar berusaha meronta
Namun sialnya seseorang itu semakin membekap mulut Mawar hingga gadis itu pun pingsan.
Disisi lain, entah setan apa yang merasuki Dave sampai pria itu membuat keputusan untuk menikahi Mawar secara diam-diam di sebuah villa yang ia sewa. padahal lelaki itu telah memiliki tunangan yang teramat ia cintai dan selalu ia puja-puja. Namun melihat sosok Mawar, seolah Dave memiliki dua jiwa ataukah mungkin dua perasaan yang tertuju pada dua wanita ini.
Benar-benar gila, hanya karena napsunya yang begitu tinggi, Dave sampai ingin menikahi gadis malang tersebut.
Kini Dave mengulum senyum manis nan lebar dibibirnya sembari mengenakan jas hitam pada tubuh kekarnya. terlihat raut wajah bahagia menghiasi wajah tampan pria ini.
"Beberapa menit lagi kau akan menjadi istriku, wahai sekretarisku," ucapnya pada pantulan dirinya di cermin
Langkah kaki yang dibaluti pantofel hitam mengkilat menghiasi kaki Dave yang menuruni tangga dengan elegantnya. lengkap dengan rambut klimis yang tersisir rapi, setelan jas hitam formal dan tak lupa dengan aroma tubuh maskulin yang menggoda.
Pagi itu ia terlihat ceria, senandung siul selalu ia dendangkan disepanjang langkahnya menuruni anak tangga. hingga bibi yang memerhatikannya pun juga turut tersenyum tipis melihat tingkah tuannya tersebut.
"Bahagia sekali. apa Nona Wilona sudah pulang, ya?" gumam Bibi menerka-nerka penyebab keceriaan tuannya
Setiba di depan rumah, Dave memanggil sang sopir yang sedang membersihkan mobil lamborgini hingga mengkilap.
"Kita berangkat!" titah Dave, yang diangguki oleh sang sopir
Seperti biasa, pintu selalu dibukakan oleh sopir agar tuannya segera masuk ke dalam kendaraan roda empat itu. tidak seperti biasanya sang tuan menyuruhnya mengeluarkan mobil sport ini, biasanya setiap akan bekerja Dave selalu menggunakan mobil pada umumnya.
"Kita ke kantor, Tuan?"
"Tidak! ke alamat ini," Dave menyodorkan secarik kertas padanya
***
Dave Felixio baru saja tiba disebuah villa yang ia sewa dikawasan perbukitan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. beberapa kendaraan sudah menempati pekarangan villa ini, telah dipastikan orang-orang yang ia panggil sudah berada ditempat tersebut.
Dave melangkahi kaki ke sebuah kamar, tampak sosok gadis fantasinya tengah terlelap diatas ranjang dengan mengenakan kebaya putih sembari dirias oleh penata rias.
"Apa dia masih lama mendandani wanitaku, hm?" tanya Dave kepada anak buahnya
"Sepertinya sedikit lagi, Tuan."
"Bagaimana dengan tubuhnya, sudah kau suntik obat tidur, kan?"
"Aman, Tuan."
"Siip! urus wanita itu, dalam lima menit harus segera selesai!" titah Dave. langsung meninggalkan dua anak buahnya yang ia tugaskan
Mawar yang terlelap efek obat bius ditubuhnya, digendong ala bridelstyle oleh salah seorang anak buah Dave menuju sebuah ruangan di mana itu adalah tempat pernikahan berlangsung. Dave yang menunggunya diantara penghulu dan saksi tampak menyipitkan mata, sepertinya ia merasa tidak suka melihat calon istrinya disentuh oleh pria lain selain dirinya. padahal Dave sudah berangan-angan menjadi pria pertama yang menyentuh tubuh aduhai itu.
Hingga tatapan tajamnya terhenti ketika sosok Mawar sudah diduduki tepat disampingnya.
"Siapa yang menyuruh kau menggendongnya, hah! biarkan dia berjalan!" bisik Dave, meluapkan kekesalannya
"Orang tidur mana bisa berjalan, Tuan." jawab anak buahnya, yang segera mendapatkan pukulan di kepalanya
"Pandai kau menjawab! pergi sana!" usir Dave
***
Mawar mengerjap-ngerjapkan kedua matanya setelah tertidur hampir dua belas jam lamanya. sayup-sayup melihat plafon putih bersih dihadapannya, seketika memori wanita itu langsung tertuju pada stasiun kereta api yang akan membawanya ke Kota Bandung.
"A-apa aku sudah sampai di rumah--aaaah!" Mawar mendesah, sesuatu menyentuh perutnya dibawah sana
Sontak saja Mawar berusaha mengangkat kepalanya, menatap ke bawah sana yang berhasil membuatnya terkejut.
"Siapa kau!" teriak Mawar, mendorong tubuh pria itu berusaha untuk menyingkirkannya
Melihat sosok wajahnya seketika Mawar pun kenal. matanya terbelalak dan tubuhnya meringsek ke belakang berusaha untuk menjauh.
"Enak sekali tidurmu, Sayang. pasti kamu kelelahan sejak menjelang pernikahan kita,"
Mawar menyipitkan mata, kata pernikahan sungguh membuatnya bingung.
"Lihatlah tubuhmu,"
~Bersambung ~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!