Niky duduk seorang diri di sudut bar dengan sangat anggun. Wajah cantiknya terlihat tenang menikmati musik keras di ruangan di mana para pengunjung sedang asyik berjoged tanpa memperhatikan sekitarnya.
Ini sudah ke empat botol vodka yang diteguk Nikita. Sementara seorang lelaki tampan sedang memperhatikan dirinya dari jauh. Setelah dirasanya cukup meneguk banyak minuman beralkohol itu, Nikita lalu membayar minumannya dan pergi dari tempat itu.
Ia berusaha mengatur langkahnya agar tetap kelihatan anggun namun kepalanya tidak mampu mengajaknya untuk kuat berjalan.
"Kalian hanya menjadikan aku seperti boneka pajangan selama sepuluh tahun. Setelah itu kalian membuangku seperti sampah." Oceh Nikita setelah berada di samping mobilnya.
"Hai gadis, apakah kami bisa membantumu?" Tiga orang lelaki nakal mencekal lengan Nikita.
Nikita kembali mengusai emosinya, menghadapi tiga laki-laki di depannya yang ingin melecehkan dirinya. Belum sempat ia bertanya balik kepada ketiga pemuda itu, datang seorang pahlawan ingin menyelamatkannya dari ketiga pemuda nakal tersebut.
"Apakah ada masalah tuan-tuan ini dengan istri saya?" Tanya seorang pria tampan menatap tajam wajah tiga preman yang berusaha menggoda Nikita.
"Oh maaf kami salah orang!" Ucap salah satu dari mereka lalu meninggalkan Nikita dan pria misterius itu.
Nikita masuk ke mobilnya dan duduk di dalam mobil sambil mendekap stir mobilnya. Iapun tidur beralaskan stir mobil untuk menompang kepalanya yang terasa berat karena mabuk parah.
"Si**!"
Pria tampan itu mengeluarkan Nikita dari dalam mobilnya karena gadis itu sedang menyalakan mesin mobil dan berdiam diri di dalam sana.
"Apakah kamu ingin mati nona!" Bentak pria tampan itu lalu memindahkan tubuh Nikita ke jok belakang dan meminta asistennya membawa mereka ke hotel terdekat.
"Ada apa dengan gadis ini?" Tanya pria tampan itu sambil memangku Nikita yang sudah tertidur lelap.
FLASH BACK
Nikita adalah korban dari keegoisan kedua orangtuanya yang gila harta hingga menikahkan dirinya dengan seorang pria kaya yang sangat arogan.
Saat itu usianya masih sangat muda karena baru menamatkan SMK. Nikita yang saat itu mengambil jurusan kuliner di sekolah tingkat akhir itu, baru bekerja sebulan di salah satu restoran milik keluarga Aryo.
Sikapnya yang sangat jujur ketika gelang permata milik pelanggan bernilai miliaran rupiah tertinggal di wastafel cuci tangan khusus untuk tamu, membawanya menjadi seorang ratu Aryo Dwisasono.
"Nyonya!" Maaf ini gelang anda ketinggalan saat anda mencuci tangan." Ucap Nikita dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.
Nikita tidak tahu jika nyonya itu adalah pemilik restoran tersebut. Ia hanya mengetahui putra dari pemilik restoran itu bernama Aryo yang selalu dingin dengan para pelayan restoran. Tuan Aryo Dwisasono tidak terlalu memperhatikan setiap wajah para staffnya kecuali orang-orang kepercayaannya yang bekerja di restoran miliknya.
"Terimakasih nak!" Siapa namamu?" Tanya nyonya Ruby yang langsung jatuh cinta pada Nikita.
"Nikita, nyonya!" Jawab Nikita sambil memperlihatkan pin namanya yang dipakai di dadanya.
"Kamu bekerja di sini?" Tanya nyonya Ruby yang baru melihat wajah Nikita.
"Iya nyonya, baru sebulan ini." Jawab Nikita tanpa menatap wajah nyonya Ruby.
"Ini uang untukmu, anggap saja ini uang jajan untukmu." Nyonya Ruby memberikan banyak lembaran merah pada Nikita.
"Maaf Nyonya, saya hanya mengembalikan barang berharga milik anda tanpa mengharapkan imbalan. Permisi Nyonya saya harus segera ke dalam sebelum di cari bos saya."
Nikita berlari meninggalkan tempat parkir dengan buru-buru. Dalam lima menit ia kembali melayani para tamunya yang malam itu sedang ramai mengunjungi restoran mereka.
Nyonya Ruby makin terpesona dengan sikap Nikita yang begitu bertanggung jawab apa lagi tidak tergiur dengan uangnya yang diberikannya sekitar tiga juta.
"Coba kalau gadis lain, pasti gelang mahal ini sudah terjual keesokan harinya." Ujar Nyonya Ruby pada sopir pribadinya.
"Jaman sekarang sulit menemukan gadis cantik yang masih lugu seperti nona Nikita, nyonya." Ujar sang sopir sambil sesekali menatap wajah cantik bosnya melalui spion dalam.
"Benar mang Yunus, aku langsung jatuh cinta dengan gadis itu. Dia bukan hanya jujur dan sopan, tapi dia juga sangat cantik dan cerdas. Apakah selama ini putraku tidak memperhatikan dirinya?" Tanya nyonya Nikita sedikit heran pada putranya yang begitu dingin pada para pelayan restoran.
Keesokan harinya, Nyonya Ruby memerintahkan manajer restoran untuk memberikan arsip pribadi milik Nikita.
Selang sebulan kemudian dari peristiwa malam itu. Nyonya Ruby dan suaminya mendatangi rumah sederhana milik Nikita untuk melamar gadis itu kepada kedua orangtuanya Nikita.
Awalnya, Aryo yang belum mengetahui gadis yang akan dinikahinya adalah pegawainya sendiri di restoran tersebut, menolak keras perjodohan itu.
Tapi setelah melihat tampang Nikita secara jelas, Aryo langsung menyukainya. Nikita yang saat itu tidak mampu menolak keinginan orang tuanya yang mendapatkan menantu yang sangat kaya raya, hanya pasrah setelah berdebat panjang dengan ibunya yang terus menerus membandingkan dirinya dengan anak tetangga yang mendapatkan jodoh yang sangat tajir.
"Nak, jangan terlalu memikirkan tentang perasaanmu. Lihatlah keadaan kita yang begitu miskin. Nak Aryo adalah lelaki yang tampan, masih muda dan yang terpenting dia adalah putra konglomerat." Ibu Nikita membelai rambut putrinya sambil membujuk hati Nikita.
"Bu, menikahi lelaki kaya berarti kita siap ditindas. Jika batin kalian siap, terimalah lamaran ini." Nikita kelihatan pasrah dengan permohonan kedua orangtuanya.
Sejak saat itu, Nikita sudah menyandang nyonya Aryo Dwisasono. Perjanjian awal pernikahan yang dipinta Nikita adalah ingin melanjutkan kuliahnya, Aryo pun memberikan kebebasan kepada sang istri untuk menggapai cita-citanya.
Lima tahun pertama, pernikahan mereka mulai goyah karena ketidak hadiran seorang anak. Tiga tahun kemudian, keduanya menjalani program bayi tabung namun selalu saja gagal. Tahun ke sembilan pernikahan, keduanya sudah tidak nampak akur dan nyonya Ruby menjadi dingin dengan sang menantu.
Memasuki tahu kesepuluh pernikahan putranya, nyonya Ruby memanggil Nikita dan putranya untuk membahas perceraian.
Nyonya Rubby menghubungi Nikita saat gadis ini sedang mengawasi para pelayan yang sedang melayani para pengunjung restoran.
"Hallo mami!"
"Hallo Nikita, apakah nanti malam kamu ada waktu sayang?" Ada yang Mami ingin bicarakan pada kalian berdua." Ucap nyonya Ruby dari seberang telepon.
"Nanti malam Nikita tidak punya acara ke manapun. Nanti Nikita akan temui mami bersama mas Aryo. Tapi sebaiknya, mami sendiri menghubungi mas Aryo kalau memang ini sangat penting untuk dibahas." Ucap nikita tanpa rasa curiga kepada ibu mertuanya.
"Mami sudah menghubungi Aryo sayang. Yang penting jam delapan malam, kalian berdua harus temui mami, ok!" Pinta nyonya Ruby setengah memaksa Nikita.
"Siap mami!" Ucap Nikita sedikit malas.
Nikita memasukkan lagi ponselnya ke kantong blazernya. Ia kemudian menuju taman restoran sambil menarik nafas.
"Tumben mami bersikap manis kepadaku, padahal selama satu tahun ini, wajahnya seperti tembok es batu yang begitu dingin. Sekarang bersikap lembut, pasti ada maunya deh. Yah, semoga ini kabar baik." Ucap Nikita.
Setibanya di mansion, Nikita berdandan ala kadarnya karena ia akan bertemu dengan mertuanya di perpustakaan keluarga. Tanpa ingin mengajak suaminya, Nikita berjalan anggun menuju ruang perpustakaan di mana ibu mertuanya dan suaminya sedang menunggu dirinya.
Nikita masuk ke ruang perpustakaan itu dan berdiri sebentar, menunggu titah ibu mertuanya.
"Nikita, sini duduk dekat mami!" Pinta nyonya Ruby lembut.
Nikita mengangguk senang lalu duduk di sebelah ibu mertuanya dengan wajah ceria. Tapi tidak dengan wajah Aryo yang terlihat tertekuk seperti dompet tanggung bulan.
Nyonya Ruby mulai buka suara dan ia menghadap tubuhnya ke arah Nikita sambil memberikan senyum kecut yang dipaksakan.
"Nikita, pernikahan kalian sudah memasuki tahun kesepuluh dan apa yang kalian programkan untuk mendapatkan anak dari proses bayi tabung, tidak juga membuahkan hasil. Sementara keluarga besar Dwisasono membutuhkan seorang ahli waris.
Mami hanya ingin kamu bersikap bijak menyikapi keadaan ini sayang. Mami harap, kalau kamu berbesar hati untuk berpisah dari Aryo, supaya Aryo bisa menikah lagi dengan gadis lain agar keluarga ini bisa mendapatkan keturunan." Ucap nyonya Ruby sedikit memelas kepada Nikita.
Degg...
Bagai disambar petir, Nikita sangat syok dengan keputusan ibu mertuanya yang sangat egois tanpa berdiskusi dengannya terlebih dahulu.
"Mami, aku rela di madu asalkan aku tidak diceraikan oleh mas Aryo!" Pinta Nikita sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Mas Aryo, tolong aku mas!"
Aryo langsung bangun lalu mengatakan hal yang menyakitkan hatinya Nikita.
"Apakah kamu tidak dengar perkataan mami, kalau keluarga ini butuh pewaris?"
Aryo keluar dari mansionnya meninggalkan istri dan ibunya yang masih saja berdebat.
"Sayang, kamu pergi dari rumah ini tidak dengan tangan kosong. Mami sudah menyiapkan rumah mewah beserta pelayan dan perusahaan untukmu."
Hati Nikita tercekat mendengar ucapan ibu mertuanya yang menggantikan kebahagiaannya dengan harta.
Nikita tidak mau menjawab apa-apa lagi. Ia berlalu pergi dari hadapan ibu mertuanya dan kembali ke kamarnya. Sejak saat itu Nikita berubah drastis. Ia tidak lagi menjadi dirinya sendiri.
Hari demi hari dilaluinya dengan perasaan yang sangat kacau. Hingga datang surat panggilan dari kantor pengadilan agama untuk meminta dirinya menandatangani sidang perdana perceraian mereka.
"Jika aku sudah tidak diharapkan di rumah ini, apa lagi yang bisa aku pertahankan. Suamiku sendiri saja sudah tidak menginginkan aku, lantas apa yang harus aku perjuangkan?" Nikita merasa dunianya seketika runtuh.
Dalam sepuluh tahun hanya diakhiri dengan perceraian dan koperasi perusahaan.
"Apakah harga diriku yang sebatas perusahaan dan rumah mewah yang mereka janjikan itu?" Seru Nikita sambil menangis hingga matanya makin bengkak karena terlalu banyak menangis.
Flash back off
Setibanya di hotel mewah, pria tampan yang menggendong tubuh Nikita membaringkan tubuh itu diatas kasur. Ketika pria tampan itu hendak pergi, Nikita mengerjapkan matanya.
Nikita yang baru sedikit sadar menarik tangan pria itu untuk tidur dengannya.
"Jangan pergi sayang!"
Apakah kamu tidak ingin bercinta denganku?" Pinta Nikita dengan wajah sendu.
"Maaf, aku tidak ingin bercinta dengan istri orang." Ujar pria tampan itu dengan wajah datar.
"Istri?" Status aku hari ini adalah janda. Suamiku tidak lagi menerima aku karena aku adalah seorang istri yang mandul." Tangis Nikita mulai terdengar lirih.
"Benarkah anda sudah berstatus janda?"
Ia terus menggapai tubuh pemuda itu, hingga tubuh keduanya saling bertindihan.
Nikita yang sangat merindukan sentuhan dari mantan suaminya yang tidak lagi menjamah tubuhnya, merindukan sentuhan itu lagi dari pria yang berbeda.
Ia tidak peduli dengan dirinya saat ini dengan reputasi yang ia sandang dari nama besar mantan suaminya. Baginya menenggelamkan diri dalam pergulatan panas bersama pria lain mampu mengobati kesepiannya saat ini.
Ia punya segalanya namun ia sangat merasakan kesepian dalam dua tahun terakhir setelah dia dan mantan suaminya pisah ranjang.
"Tolong jangan tinggalkan aku sendiri!" Temanilah aku malam ini!"
Tanpa dikomando, pria misterius mulai memagut dan melu**t bibir Niki dengan rakus.
Nikita juga memberikan balasan yang sama untuk pria asing itu.
Pria itu menahan tengkuk Niki dan meremas rambut gadis itu kuat. Sambil lidahnya terus menari dengan ritme yang harmonis di dalam rongga mulut gadis malang itu.
Membuat insting liarnya menari didalam otaknya dan logikanya menghilang di momen erotis ini.
Sementara Niki melingkari kedua tangannya ke leher pria asing itu dan menarik tubuh pria itu kuat-kuat.
Saat ini, hanya ada ia dan pria tampan ini dan ciuman terasa begitu nikmat yang langsung memacu adrenalinnya ke titik yang cukup tinggi, merangsang setiap stimulasi disetiap titik tubuhnya tanpa kendali lagi.
Sambil terus berciuman, pria itu lalu merebahkan kembali tubuh Nikita di atas kasur empuk itu. Dan mulai melancarkan serangan demi serangan berikutnya ke seluruh tubuh Nikita.
Mulai dari dahi, mata, telinga, mulut, leher dan terakhir di belahan dada. Meninggalkan banyak bekas cinta yang sudah memerah.
Nikita mulai melenguh nikmat dan mengerang dengan erotis di setiap sentuhan yang diberikan oleh pria itu dengan penuh kelembutan. Memberikan sentuhan bagai dialiri dengan sengatan sensual yang terasa sangat pantas untuknya malam ini.
Pria ini seakan sudah mengerti setiap jengkal tubuhnya. Bagian mana yang harus di sentuh olehnya hingga membuat ia menggelinjang nikmat.
Pria itu lalu bermain dengan bukit kembarnya, memilin, mengisap dan menciumi di bagian puncaknya dengan sangat hati-hati.
Ia memperlakukan tubuh Nikita seperti gadis perawan yang baru tersentuh oleh suaminya di malam pertama. Lalu ketika lidahnya mulai terus bergerak di area bawah, Nikita mulai merasa bahwa bagian sensitifnya sudah mulai terasa basah ternyata ia baru saja merasakan orgas** pertamanya.
Tapi lidah pria tampan itu tidak cukup berhenti di sana, ia terus bergerak maju, pelan...pelan... menciumi mahkota Nikita yang terawat baik tanpa bulu yang berwarna merah muda. Membuka dan menguncup secara otomatis.
Sangat menggoda seperti bibir ranum Nikita. Setelah beberapa lama lidah dan bibir pria itu berjibaku dengan miliknya, Nikita tidak kuat menahan lagi, ia lalu or**me untuk kedua kalinya.
"Ahhhkkk!" Des*h Nikita nikmat dengan tubuh melengkung.
Nikita merasakan desakan benda tumpul mulai menghujam miliknya. Awalnya terasa sulit, namun dengan sedikit bersusah payah akhirnya dapat memasuki gerbang miliknya dengan lembut.
Sekarang tubuh pria itu tepat diatas tubuhnya, menindihnya, namun Nikita tidak merasa keberatan. Ia menginginkan lelaki ini menggaulinya walaupun harus berulang-ulang.
Harga dirinya sudah hancur kini, ia mengabaikan siapa dirinya yang sebentar lagi tidak akan di anggap oleh orang lain sebagai mantan menantu Ruslin Dwi Kusuma.
Dia hanya pantas menjadi barang bekas yang telah terbengkalai di jalanan, toh tidak ada yang berubah setelah ia di depak dari rumah besar itu.
Tubuh keduanya lalu saling memompa dengan penuh irama. Naik turun, pelan cepat, sambil sesekali saling memberikan ciuman panas tanpa henti.
Nafas keduanya makin memburu, seiring tubuh keduanya terus berpacu, hingga kedua mencapai puncak kenikmatan bersamaan.
"Akhhhhkkk!" Des**h pria itu nikmat sambil memagut lagi bibir ranum Nikita dibawahnya.
Tubuh keduanya bermandikan peluh, walaupun begitu, keduanya terlihat sangat puas dan bahagia.
"I Wish, I cold make you mine, Nikita Celia...."
"You just head it to night...." Timpal Nikita dengan suara lirih.
"No, just to night sweet heart, but forever baby..."
Tubuh Nikita di biarkan terbuka oleh lelaki misterius itu. Pria itu malah melebarkan kaki Nikita agar ia bisa menatap belahan indah yang terpampang merekah bak lukisan hidup.
Nikita yang sudah tidak sadarkan diri, tidak tahu apa yang dilakukan partner ranjang ini.
Seakan belum puas mereguk milik Nikita, pria tampan itu kembali mengisap milik Nikita. Sesekali Nikita melenguh karena merasakan miliknya sedang di manja dengan lidah panjang yang merangsak masuk ke dalam liangnya yang sempit.
Nikita meracau meminta pria tampan itu memasuki lagi miliknya yang masih mendambakan sentuhan dari milik pria tampan itu.
Tubuh polos pria tampan itu dengan miliknya yang sudah bengkak dan panjang siap menerobos masuk milik Nikita karena permintaan gadis itu yang terus memelas.
Pria itu tidak ingin terburu-buru memuaskan Nikita. Sesekali ia mencabut miliknya dan kembali mengisap milik Nikita lalu memasukkan lagi miliknya dan terus bergantian seperti itu hingga laharnya kembali meledak di dalam rahim Nikita.
"Sayang, semoga benihku lah yang akan tumbuh subur dirahimmu." Bisiknya lirih.
Seperti masih terbakar na*su yang membara, pria tampan itu mengisap lagi cairan miliknya yang terdapat di liang sempit milik Nikita.
Lagi-lagi Nikita meracau. Ia terus-menerus memuji permainan hebat partner ranjangnya itu.
"Tahukah kau?" Ternyata kamu lebih hebat dari mantan suamiku. Kamu lebih tahu bagian-bagian tubuhku yang sangat mudah terangsang. Tapi sayangnya kita hanya dua orang asing yang tidak saling kenal tapi lebih mudah untuk saling memahami.
Aku tidak punya lagi kehormatan, apalagi kebanggaan sebagai wanita karena kamu hadir disaat yang salah." Nikita meracau dengan air matanya yang terus mengalir.
"Tidak sayang, jangan berkata seperti itu!" Aku akan menikahimu karena aku sangat mencintaimu." Ucap pria tampan itu.
"Jangan coba-coba menghiburku!" Karena orang sepertimu tidak betah dengan satu wanita. Apa lagi, aku hanya seorang wanita mandul, mana ada lelaki tampan sepertimu mau bertahan denganku." Nikita hanya menyampaikan isi hatinya pada pria tampan itu tanpa ingin membuka matanya.
Jiwanya saat ini benar-benar terluka setelah sepuluh tahun membina rumah tangga dengan sangat bahagia harus hancur karena dirinya yang tidak bisa produktif.
"Nikita, kamu adalah kebanggaan ku, segalanya bagiku. Jika kamu tahu perasaanku dan pengorbananku kepadamu, mungkin kamu tidak akan percaya, sayang." Timpal pria tampan itu.
Nikita tidak lagi melanjutkan perkataannya karena kembali pulas. Sementara, pria tampan itu tidak henti-hentinya memanfaatkan tubuh Nikita demi kepuasannya.
Ia memperlakukan tubuh Nikita seperti Nikita adalah miliknya. Perkakas milik Nikita seperti mainan baginya.
"Nikita, seandainya aku lebih awal mengenalmu atau memisahkan kamu dengan suamimu, mungkin kamu tidak akan mengalami semua ini sayang." Ujar pria tampan itu dengan wajah sendu.
Setelah puas bermain-main dengan tubuh Nikita, pria tampan itu membersihkan tubuhnya. Iapun segera masuk ke dalam selimut Nikita untuk mendampingi Nikita untuk tidur bersama. Namun belum saja matanya terpejam, ada panggilan masuk dalam ponselnya.
"Hallo bos!"
"Ada apa?""
"Ada masalah besar bos di pabrik." Ucap asistennya seraya menceritakan apa yang terjadi dengan pabrik milik pria tampan itu.
"Baiklah, aku akan pulang malam ini juga. Tolong lakukan sesuatu untukku karena aku bersama Nikita malam ini." Ucap pria tampan itu.
"Apa...?" Maksud bos gadis yang bos incar selama ini?" Bagaimana bisa?" Bukankah dia sudah bersuami?" Apakah bos mengajak dirinya selingkuh dengan bos?" Tanya asistennya tanpa henti.
"Dia sudah menjadi wanita bebas karena telah diceraikan oleh suaminya. Berarti sekarang dia sudah menjadi milikku. Aku tidak akan mengijinkan dua dengan lelaki manapun." Timpal pria tampan itu.
🌷🌷🌷🌷
Nikita mengerjapkan kedua matanya, merasakan rasa nyeri dan pegal pada tubuhnya. Kepalanya terasa sangat berat ketika ia beringsut bangun dengan pelan menuju kamar mandi.
Tubuhnya rasanya enggan untuk melangkah. Ia memijit perlahan kepalanya sambil mengingat-ingat kejadian semalam.
"Semalam telah terjadi sesuatu, apa ya?"
Nikita berjalan tertatih-tatih dengan hati-hati menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Setelah merasakan dinginnya air, kesadarannya baru terkumpul dan ia menatap kaku tubuhnya di cermin dan berteriak histeris.
"What?" Astaga!!"
Banyak sekali ****** yang menghiasi tubuh mulusnya yang tak terhitung.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi semalam denganku?"..... Tunggu!" Apakah aku sudah di perkosa, pantas saja milikku terasa sangat nyeri. Siapa yang tega melakukan itu padaku?"
Air mata Nikita tertumpah ruah, ia memeluk tubuhnya sendiri yang terasa sangat hina.
"Astaga!" Di mana harga diriku yang ku bangun selama ini. Dalam sekejap aku memiliki suami yang tampan, kaya raya dan sangat mencintaiku dan aku mengelola restoran suamiku dan dalam sekejap pula aku hanya diberikan harta tapi kebahagiaanku direnggut seketika.
Dan saat ini, aku telah diperkosa oleh lelaki yang tidak aku kenal sama sekali kecuali bau parfum khas miliknya saat aku berada dalam dekapannya di kondisi yang mabuk berat." Nikita masuk ke dalam buthtub dan merendamkan tubuhnya di air hangat yang sudah diatur suhunya.
Ia menangis sesenggukan di dalam kamar mandi sambil menyabuni tubuhnya. Gadis malang ini terus meratapi nasibnya, ia memiliki wajah yang sangat cantik dengan tubuh ideal dan otak yang sangat cerdas.
Tapi sayangnya ia kurang beruntung karena memiliki rahim yang tidak sempurna.
"Apakah aku yang membuat rahimku tidak sempurna?" Aku sudah berusaha menjalani apa pun yang menunjang rahimku bisa dibuahi, tapi mengapa pada akhirnya aku harus dihukum di luar dari kuasaku?" Ya Tuhan, kenapa dalam hitungan hari hidupku menjadi mengenaskan seperti ini."
Nikita terus berbicara sendiri merasakan kepedihan demi kepedihan walaupun mengenang kisah indah hidup bersama suaminya Aryo Dwisasono selama satu dekade, namun itu hanya menyisakan luka untuknya.
Sekarang kedua orangtuanya juga sudah meninggal tiga tahun yang lalu dalam waktu satu bulan. Ia tidak begitu sedih karena memiliki mertua yang sangat mencintainya.
"Ah persetan kalian semua!"
"Brengs*k kamu Aryo!" Umpatnya tanpa henti pada suaminya yang lebih memilih ibu mertuanya dari pada dirinya."
Nikita menyelesaikan mandinya lalu mengambil baju buthtub menyelimuti tubuhnya lalu berjalan menuju tempat tidur.
Matanya tertuju pada benda tipis kotak kecil dengan kertas dibawahnya.
Kertas itu bertuliskan nomor ponsel dan sebuah nama Kenzo.
"Ada dress dan pakaian dalam, obat pengar dan black card untukmu sayang, jika kamu sudah sadar telepon aku, gunakan black card itu semaumu, kamu milikku saat ini, jaga kesehatanmu dan jangan coba-coba kembali ke tempat itu lagi dan mabuk berat karena saat ini aku sedang berada di negaraku untuk menyelesaikan urusanku yang tidak bisa dihandle oleh asistenku, maafkan aku, aku sangat mencintaimu Nikita Celia."
Kenzo.
Nikita membuka laci itu dan mengambil gaun lengkap dengan bikininya.
"Ternyata ada pria yang baik hati dan bertanggungjawab atas diriku setelah ia mendapatkan keuntungan dariku, lumayan juga sebagai partner ranjangku," senyumnya mengembang lalu ia memasukkan kartu itu ke dalam dompetnya.
Obat pengar segera diminum, ia lantas berganti pakaian dengan dress-nya yang baru.
Setelah berdandan ala kadarnya, Nikita keluar dari kamar hotel. Kebetulan kunci mobilnya masih ada dalam tasnya berarti mobilnya berada di area parkir hotel.
Nikita langsung pulang ke rumah barunya yang diberikan mertuanya. Ia juga tidak ingin ke perusahaan yang sudah diberikan mertuanya.
"Mana mungkin aku memperkenalkan diriku dengan keadaan aku seperti ini di perusahaan itu, sebaiknya aku bersembunyi di kediamannya baruku sambil menunggu cetakan merah dari pria kurangajar bernama Kenzo itu hilang dari permukaan kulitku." Gumamnya sambil menyetir mobilnya.
Nikita mencari alamat rumah barunya dengan menggunakan google map. Ia ingin melihat seperti apa rumah itu.
Tiba di tempat yang di tuju, ia membunyikan klakson mobil agar penjaga rumah itu membuka pintu untuknya.
Dua orang lelaki bertubuh atletis dengan raut wajah kaku membuka pintu gerbang utama.
Nikita turun dari mobilnya sambil melihat ke sekeliling rumah minimalis modern terbaru yang cukup untuknya. Dua orang pelayan menyambutnya dengan ramah dan betapa senangnya Nikita setelah melihat dua pelayan yang sangat akrab dengan dirinya selama bekerja di mansion mertuanya.
"BI Ijah dan bibi Luky!"
Nikita merentangkan kedua tangannya agar asisten rumah tangga itu memeluknya.
"Neng Niki!" Seru bi Ijah dengan nada parau.
"Ke mana saja neng?"
Dari semalam kami berdua tidak tidur hanya menunggu neng pulang." BI Ijah mengurai pelukannya dan mengajak Nikita makan siang.
"Neng, bibi sudah masak kesukaan neng, di makan ya!"
"Tahu aja bibi, kalau Niki saat ini sedang lapar." Nikita membiarkan bibi Luky melayaninya.
Iapun meminta keduanya untuk makan bersama seperti biasanya. Nikita melahap masakan lezat siang itu yang sudah disiapkan pelayannya. Ia sangat beruntung karena ada dua orang yang sangat ia cintai hadir tepat disaat ia sudah dibuang oleh suaminya.
"Neng, baju milik neng sudah ditata dengan baik di ruang ganti setelah itu neng istirahat saja ya."
BI Ijah dan bi Luky sangat paham dengan keadaan rumah tangga Nikita. Mereka tahu Nikita sedang terpuruk saat ini. Tapi mereka tidak ingin melihat gadis ini sedih berkepanjangan. Sepuluh tahun hidup bersama dengan tuan mereka, tidak akan bisa membuat Nikita mudah move on.
Baru saja, Nikita mau ke kamarnya, datang seorang tamu wanita yang merupakan asistennya di restoran itu.
"Meilan!"
"Nikita!"
"Sedang apa kamu kemari?" Tanya Nikita lalu mempersilahkan asisten pribadinya itu duduk di lantai atas bersamanya.
"Sekarang aku tidak boleh mengelola restoran lagi bos, aku di suruh ikut bos ke perusahaan baru milik bos itu. Dari kemarin aku mempelajari semuanya dengan instan hingga semalam.
Dan sekarang para karyawan itu sedang menunggumu datang untuk meresmikan pemimpin perusahaan baru mereka." Timpal Meilan.
"Aku butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan dalam dua hari ini, aku ingin sendiri membenahi pikiranku Meilan." Nikita masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya yang masih sangat lelah.
"Baiklah, kalau begitu aku kembali ke perusahaan dulu bos, semoga cepat move on dan lupakan laki mu yang bre*gsek itu."
Meilan menutupi tubuh Nikita dengan selimut lalu menyalakan AC kamar gadis itu.
Baru saja ia ingin memejamkan matanya lagi, tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselnya. Nikita mengingat tiga angka terakhir yang ia kenal. Ia memang belum sempat memasukkan nomor ponsel Kenzo dalam ponselnya.
"UPS!" Bukankah ini nomor ponsel Kenzo?" Apakah aku harus mengangkatnya.
"Mengapa aku harus berurusan dengannya?" Nikita mematikan ponselnya agar tidak terganggu lagi dengan lelaki misterius itu.
"Mengapa ponselnya dimatikan?" Apakah dia malu padaku karena percintaan panas kami semalam?" Kenzo makin bingung dengan sikap Nikita yang berubah dalam sekejap.
Tuan Kenzo memandang taman bunga yang ada di halaman perusahaannya. Ia membayangkan kembali peristiwa permainan seru yang terjadi antara dirinya dan Nikita.
Dan tanpa diketahui Nikita, tuan Kenzo merekam permainan mereka yang kedua, ketiga dan seterusnya. Bagian-bagian tubuh Nikita yang menjadi pusat perhatiannya di rekamnya dengan sangat jelas. Sekarang ia memutar kembali video panasnya dengan Nikita sebagai pengobat rindunya pada gadis itu.
"Nikita, rupanya aku tidak sulit mendapatkan dirimu setelah sekian lama menanti kesempatan untuk kita bisa bersama. Bukan hanya bersama saja, tapi kamu dengan rela memberikan milikmu yang sangat berharga untuk aku nikmati. Ternyata rejeki tidak akan lari ke mana." Ucap Tuan Kenzo sambil menonton video hasil rekamannya melalui laptop miliknya.
"Apa yang sedang kamu lakukan saat ini sayang?" Tidakkah kamu penasaran denganku?"
Rupanya kamu cukup angkuh untuk menerima telepon dariku. Nikita, kita akan segera bertemu, cepat atau lambat mungkin kita akan segera menikah. Aku yakin tidak lama lagi, kamu akan segera hamil anakku, sayang karena benihku lebih subur dari pada milik suamimu." Ucap tuan Kenzo sambil tersenyum puas menatap video tayangan tubuh Nikita yang begitu se*si nan menggoda.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Pagi itu, Nikita berangkat ke perusahaan yang diberikan oleh mertuanya sebagai kompensasi atas perceraiannya dengan putra kesayangan mereka.
Semua mata tertuju kepada sosok gadis yang sangat cantik dan anggun memasuki perusahaannya yang disambut oleh para karyawannya.
"Selamat pagi nona Niki!" Sapa Meilan bersama para karyawan yang lain.
"Selamat pagi juga. Terimakasih sudah menyambutku dengan baik.
"Apakah ini bunga untukku?" Nikita mengambil bunga dari seorang karyawan yang lupa menyerahkan kepadanya karena sangat terpana dengan kecantikan Nikita.
"I...iya nona, tolong maafkan saya!" Ujar karyawan wanita itu gugup.
"Mengapa kamu sampai bengong seperti itu melihatku?" Hingga lupa menyerahkan ini untukku."
"Karena anda terlalu cantik nona, jadi saya sempat termangu menatap wajah anda. Tolong maafkan saya." Ucap karyawan yang bernama Lulut itu.
"Lulut."
Nikita membaca kartu karyawan Lulut yang tergantung di lehernya.
"Selamat pagi semua, kalian pasti sudah tahu siapa saya dan mengapa saya ada di perusahaan ini. Kalian juga pasti tahu status baru saya saat ini dan saya yang akan menggantikan pemilik sebelumnya sekaligus akan menjadi atasan kalian. Mohon kerjasamanya, semoga perusahaan ini makin berkembang pesat atas kerjasama kita." Ucap Nikita dengan elegan di hadapan para karyawannya.
Tepuk tangan riuh dari para karyawan Nikita menyambut bos baru mereka yang sangat cantik bak peragawati.
"Kalau punya bos cantik seperti ini, aku akan semangat bekerja." Ucap salah satu karyawan saling berbisik diantara mereka.
"Apa lagi dia sekarang sudah jadi seorang janda, kali nasib baik akan berpihak kepadaku." Ujar salah satunya lagi.
"Eh, ngaca dong!" Wajah loe di sandingkan sama neng Nikita, kaya bumi dan langit. Gadis sekelas dia, walaupun janda mana mungkin mendapatkan orang rendahan seperti kita, dia mah malah dapat lebih hebat dari pada tuan Aryo.
Kenapa ya?" Tuan Aryo melepaskan istri secantik itu hanya karena ia tidak bisa memiliki momongan. Yang kasih rejeki anak Allah, yang kasih jodoh juga Allah. Kenapa manusia kejam sekali menghukum orang yang tidak berdaya karena masalah rejeki." Gosip itu mulai menebar di kalangan para staffnya.
Nikita menangkap sedikit suara lirih tentang dirinya, namun ia tidak menggubrisnya sama sekali karena ia tidak ingin berurusan dengan bawahannya.
"Meilan ikut aku ke ruang kerjaku!" Nikita berlalu dari hadapan karyawannya menuju ruang kerjanya.
Begitu pintu dibuka, ia melihat ruang kerja yang sangat mewah lengkap dengan kamar pribadinya untuk istirahat jika kelelahan.
"Lumayan juga!"
Nikita duduk di kursi kebesarannya sambil memainkan kursi itu ke kanan dan ke kiri.
"Untuk bisa bercerai dariku, mereka rela menyerahkan perusahaan besar ini kepadaku dan aku harus menerima ini semua karena takut di lempar ke jalanan menjadi seorang gelandangan." Air matanya hampir tumpah untuk kesekian kalinya karena ini adalah bentuk penghinaan dalam hidupnya.
"Untuk apa mempertahankan harga diri, bukankah aku juga butuh hidup. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan dariku, maka sekarang waktunya aku menikmati kemalanganku dengan menjalankan roda perusahaan ini walaupun aku tidak mengerti dengan dunia modeling.
Mungkin ini suatu jebakan untukku atau tidak, tapi aku akan berusaha untuk menunjukkan potensi yang ada dalam diriku walaupun aku adalah seorang ahli kuliner." Paparnya kepada asistennya Meilan yang ikut prihatin dengan kehidupan pernikahan bosnya ini.
"Semoga Tuhan segera mempertemukan anda dengan lelaki yang lebih baik dari pada Tuan Aryo nona Niki." Imbuh Meilan menyemangati bos-nya ini.
"Aamiin!"
"Anggap saja aku sudah mendapatkannya Meilan, karena aku sudah menemukan lelaki misterius yang sudah menghajar tubuhku semalam suntuk saat aku mabuk. Permainannya begitu hebat. Aku seakan dibawa ke negeri khayangan.
"Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi?" Mungkin bisa, karena dia telah memberikan black card miliknya yang menandakan posisinya adalah orang yang berpengaruh dan memiliki aset tanpa batas. Tapi untuk sekarang ini, aku tidak ingin terburu-buru untuk berumah tangga lagi, sebelum aku memperlihatkan eksistensi ku pada ibu mertuaku yang sangat kejam itu.
"Sebaiknya kamu belajar dulu bagaimana cara mengembangkan usaha ini bos, jangan langsung mempercayai beberapa klien yang kadang menjatuhkan agensi kita." Imbuh Meilan.
Nikita terlihat tenggelam dalam lamunannya.
"Nona Nikita!" Panggil meilan beberapa kali pada Nikita yang masih bengong.
"Nona Nikita, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Meilan sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nikita.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!