⚠️Biasakan suka dan komen, karena itu adalah bentuk dukungan pada author⚠️
Krieeettt...
”Mas?!” bak tersambar petir, kala Fi Saeadat menyaksikan sang suami tercinta Asir, tanpa busana di tunggangi seorang wanita di kamar yang menjadi saksi bisu perjalanan cintanya.
Buk!
Tas belanjaan yang ada di kedua tangannya pun terjatuh ke lantai, netranya membulat sempurna, air mata kesedihan pun mengalir di kedua pipinya.
“Fi?” Asir tersentak saat menyadari kehadiran sang istri yang ia pinang dengan cinta 5 tahun yang lalu.
Saat ia ingin bangkit, wanita yang menjadi pemuas nafsunya tak memberinya ruang untuk kemana pun.
“Diamlah mas, aku belum keluar,” ucap wanita gemulai tersebut.
Tubuh Fi bergetar, kakinya sulit untuk melangkah. Tak cukup sampai di situ, ia kembali di cekoki pil pahit saat tahu, bahwa wanita perusak rumah tangganya adalah Dewi, adik kandungnya sendiri.
Sar!!! Pembuluh darahnya seolah pecah, ia yang tak mampu berdiri kokoh pun seketika ambruk ke lantai.
Melihat istrinya yang tak berdaya, Asir meminta rehat pada Dewi.
“Sudahlah! Kau tak lihat kakak mu syok?!” Pekik Asir.
“Biarkan saja! Lagi pula sudah lama aku ingin hubungan kita terbongkar, ah! Ah!” karena sudah sama-sama pada puncaknya, Asir tetap membiarkan Dewi melanjutkan pengadukan nya.
“Akhhh!!” keduanya pun terkulai lemas.
Fi yang merasa di rendahkan oleh adik dan suaminya menguatkan diri untuk bangkit dari duduknya.
“Biadab!!!” teriak Fi dengan suara menggelegar.
Dengan langkah cepat ia berjalan menuju dua pengkhianat yang baru saja merasakan puncak surga dunia.
“Bikin malas istri mu mas.” ucap Dewi seraya memutar mata malas.
Fi yang di kuasai emosi mengambil raket nyamuk yang ada di meja sebelah ranjang.
“Adik binatangg!” ucapnya.
Puk puk puk!
Fi memukul punggung sang adiknya yang tak di balut busana.
“Akh! Sakit!!!” teriak Dewi.
“Berhenti! Jangan pukul Dewi Fi!” Asir membentak Fi di hadapan adiknya.
“Apa kau bilang?” Ia tak habis pikir meski telah tertangkap basah, suaminya masih saja membela Dewi sang adik tak punya akhlak.
“Kalau kau berani menyentuhnya lagi, kau akan terima akibatnya!” pekik Asir.
Fi yang tak terima akan perkataan suaminya, kembali melancarkan serangannya.
“Turun kau dari ranjang ku anjiing!” Fi menarik kasar tangan Dewi.
Ia yang tak perduli soal malu dan apa kata orang lain, menjambak rambut dan menarik kasar tangan sang adik agar bangkit dari tubuh suaminya.
Kemudian dengan sekuat tenaganya yang di bantu amarah dalam hatinya, Fi menuntun adiknya untuk keluar dari dalam kamar.
“Apa yang kau lalukan Fi! Jangan bawa Dewi! Nanti orang lain bisa lihat!” Asir tak dapat mencegah aksi istrinya sebab ia tak siap jika seluruh tubuhnya di tonton orang lain.
Fi tak sedikit pun menggubris perkataan suaminya, ia terus melangkahkan kakinya. Kali itu tujuannya adalah jalan raya.
“Lepas! Lepaskan aku!” teriak Dewi dengan menahan rasa sakit di punggung dan rambutnya.
“Diam kau adik setan! Banyak laki-laki lain di dunia ini, kenapa harus mas Asir! Kenapa!” dengan kuat Fi menghempaskan tubuh sang adik ke lantai.
“Kami saling mencintai!” jawab Dewi tanpa rasa sungkan atau bersalah.
“Benarkah?”
Puk! Puk! Puk!
Para Art yang menyaksikan ke brutalan Fi tersenyum puas. Pasalnya mereka juga geram akan pengkhianatan yang di lakukan sang majikan dan sang adik iparnya.
“Pada hal kau tahu dia suami ku! Tapi kau melakukan hubungan terlarang dengannya! Ipar mu, dia ipar mu Wi!”
Puk! Fi kembali memukul tubuh adiknya dengan sembarang.
“Sudah berapa lama? Katakan pada ku? Berapa lama kau menjalin hubungan dengannya Dewi ******!!” teriak Fi dengan sekencang-kencangnya, hingga suaranya memenuhi isi rumah.
“4 tahun, aku dan mas Asir sudah melakukannya selama 4 tahun, dia yang mengejar ku, kami saling mencintai!” pengakuan dari Dewi membuat dunia Fi runtuh, rumah tangga yang ia bina selama ini hancur berantakan.
Saat ia ingin menghajar adiknya kembali, Asir yang berdiri di belakangnya memegang raket nyamuk yang ada di tangannya.
“Sudah ku bilang jangan sentuh Dewi, babii!”
Bruk!!
Asir yang sudah lama tak mencintai istrinya Fi Saeadat, memberi tatapan sinis ke wajah istrinya yang tersungkur ke lantai akibat tendangan yang ia berikan di bokong istrinya.
“Jahanam kau mas!” Fi kembali menitihkan air mata, kala suami yang bagai malaikat di mata dirinya dan keluarga berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.
“Kau tahu, kenapa aku menduakan mu?” ucapnya seraya membantu Dewi berdiri. “Itu karena, kau sudah gagal menjadi wanita.”
Penuturan dari Asir membuat Fi bingung, “Apa maksud mu? Aku gagal? Bukankah aku berhasil memberikan anak pada mu?” ucap Fi.
Sebelum menjawab perkataan istrinya, Asir menyuruh Dewi kembali ke kamar. “Pakai baju mu sayang.” ucapan mesra dari Asir membuat hati kecil Fi semakin menangis darah.
Setelah itu, Asir berjalan, mendekati istrinya, “Karena kedua anak itu, kau jadi gagal, pertama kau melahirkan normal, punya mu jadi longgar!” puk!
Asir membanting raket nyamuk yang ada di tangannya ke punggung Fi.
“Akhhh!” Fi pun meringis kesakitan.
“Kedua, kau melahirkan sesar, perut mu yang banyak stretch mark harus bercampur dengan keloid di bekas perut mu yang di belah, jijik, aku mau muntah, tiap kali melihat lekuk tubuh mu yang jelek dan selalu membuat ku merinding! Jadi, wajar kalau aku mencari yang mulus dan sempit!”
Puk puk puk!!
“Sakit!! Sakit!!” teriak Fi yang kini terkapar di lantai.
“Itu tak sebanding dengan yang Dewi rasakan! Beraninya kau melukai tubuh indah kekasih ku! Winda!” Asir memanggil Art nya.
”I-iya tuan?” sahut Winda dengan kaku.
“Sini, pelan yang ada di tangan mu!” pinta Asir.
Winda pun menggelengkan kepalanya, sebab ia tak tega jika tongkat pelan yang terbuat dari aluminium itu di hantam ke tubuh majikannya.
“Akhh!” teriak Winda, sebab Asir mengambil paksa pelan twrsebut dari tangannya.
Fi yang tak ingin di hajar lagi oleh Asir mencoba bangkit dari lantai.
Puk! Namun terlambat, Asir yang gesit dengan sekuat tenaga memukul tubuh istrinya bersama tongkat pelan yang ada di tangannya.
“Kau pikir kau siapa? Dewi itu orang yang ku cinta! Kau sungguh tak punya otak membuatnya sakit. dan terluka! Rasakan, harusnya kau mati saat melahirkan!” Asir mengumpat dan marah seraya menghajar tubuh Fi tanpa henti.
Ibu dari dua anak itu pun menangis histeris, pukulan yang ia terima terus menerus tiada henti, Winda dan Art lain berdatangan mencoba menghentikan kegilaan Asir, namun suami cacat nurani itu memberi ancaman.
“Berani mendekat, ku bunuh betulan wanita ini!” semua Art tak pun mundur teratur, Winda yang tak sanggup, berlari ke kamarnya untuk menelepon kedua belah pihak keluarga majikannya. Ia tak berani menelepon polisi, sebab dirinya adalah nara pidana yang sedang buron.
Di ruang tamu, aksi pukul masih berlanjut, Asir bak di rasuki setan memukul sembarang istrinya layaknya ingin membunuh seekor ular.
Tubuh Fi berguling ke kiri dan kanan, kepalanya pun pecah dan mengeluarkan darah.
Namun Asir yang belum puas, lanjut dengan memukul bekas operasi isterinya 3 tahun yang laku.
Dug dug dug! Mati kau! Mati kau!” ucapnya dengan kasar, tak cukup sampai disitu, ia pun melakukan fatality, dengan menendang organ vital istrinya.
”Akkkhhh!” teriak 2 Art yang tak jauh berdiri dari tempat kejadian perkara.
...Bersambung......
Bukannya iba, Dewi yang menyaksikan kakak kandungnya meregang nyawa malah tersenyum puas.
“Akhirnya, sebentar lagi kau akan mati! Cepat, bunuh dia mas Asir bodoh! Dengan begitu, aku akan menikah dengan mu. Setelah itu kau akan ku laporkan pada polisi, dan pada akhirnya, akulah yang akan menguasai harta mu, hahaha...” Dewi senang bukan main, ia sungguh berharap Asir menghabisi Fi saat itu juga.
“Cuih!” Asir meludahi wajah istrinya yang tak berdaya. “Dasar perempuan laknat! Tak bisa merawat diri! Cih!” Asir yang belum puas mengambil kabel telepon yang tak jauh dari jangkauan tangannya. Kemudian ia melilitkan ke leher jenjang istrinya.
“Humm...” Asir sekuat tenaga menarik kabel telepon yang ada di leher Fi.
Winda yang kembali melihat hal tersebut. Ia dengan cepat berlari menuju kedua majikannya
“Apa yang kalian lalukan! Ayo pisahkan!” Winda membentak kedua rekan kerjanya.
Dengan cepat ketiganya memisahkan Asir dari Fi, Winda yang melihat gunting ada di atas meja tempat telepon rumah berada, segera mengambilnya.
Tek! Tek!
Winda menggunting kabel telepon yang mencekik Fi dari sisi kiri dan kanan.
“Apa yang kau lakukan Winda?! Kau juga Sinta! Resti!” pekik Asir. Asir yang kalap menendang perut ketiga Art nya secara sembarang dengan berutal.
Bertepatan itu, Andri dan Emir putra Asir dan Fi pulang dari rumah abang sepupu Asir.
Emir yang melihat ibunya terkapar tak berdaya serta bersimbah darah menangis histeris.
“Ibu!!!” si kecil Emir yang masih berusia 4 tahun lari mendatangi ibunya.
Sedang Andri yang di gendong oleh Johan sang supir pribadi keluarga itu menatap nanar tanpa berkata apapun.
Ada apa ini? batin Johan.
Ia tak dapat melakukan apapun, sebab ia takut di pecat, ia yang masih butuh kerja untuk membiayai istri dan kelima anaknya harus tutup mata melihat 4 wanita terbaring mengenaskan di lantai.
“Ibu... hiks...” Emir memeluk Fi sang ibu yang sangat menyayanginya.
Fi dengan susah payah membuka matanya yang telah sipit karena bengkak.
“Ibu baik-baik saja nak.” ucapnya dengan penuh senyum.
Emir yang tahu itu adalah perbuatan ayahnya, bangkit dari tubuh ibunya.
“Ayah jahat! Ayah jahat!” Emir kecil memukul-mukul paha sang ayah dengan kepalan tangannya yang mungil.
“Akh! Anak pembawa sial!”
bruk! Asir mendorong tubuh darah dagingnya hingga menimpa istrinya yang tak berdaya.
Andri yang melihat hal tersebut pun menangis, karena Andri begitu menyayangi Emir, ia tak pernah terima jika sang abang sakit atau di marahi ibu dan ayahnya.
Tangisan kedua buah hatinya membuat Asir mendadak pusing, ia yang ingin memberi pelajaran pada Andri dengan amarah berapi-api berjalan menuju anaknya yang ada di dekat pintu masuk.
“Bagus, bunuh semua, karena itu yang ku mau, hehehe!” Dewi tertawa licik.
Plak! Tanpa belas kasih, Asir menampar putra bungsunya.
“Hiks... huahh!!” tangisan Andri dan Emir semakin kencang.
Emir yang menoleh ke arah belakangnya melihat tawa menyeringai tantenya.
“Diam! Diam kau anak nakal! Aku tak pernah menginginkan kehadiran kalian berdua, karena kalianlah wanita jelek itu menjadi sampah, tak bisa di pakai! Menjijikkan, aku selalu ingin muntah melihat bekas-bekas mengerikan yang ada pada tubuhnya.” ketika Asir akan kembali menampar putra bungsunya, Alisyah, ibu kandung Asir pun datang.
”Hentikan! Mau kau apakan cucu ku bangsat!” pekik Alisyah dengan raut wajah tegang.
Lalu Alisyah mengambil Andri dari gendongan Johan.
“Kau juga tak berguna, anak bayi tak berdosa kau biarkan di aniaya di depan mata mu?! Kau manusia atau bukan? Ternyata setan lebih punya hati, di bandingkan dirimu!” Alisyah memarahi Johan yang tak bisa melindungi kedua cucunya.
“Saya tak berani nyonya,” Johan menunduk takut.
“Kau gagal! Mulai sekarang kau ku pecat!”
Duar!!
Bak tersambar petir, Johan yang diam karena takut di pecat.
Malah di pecat karena diam dan tak melalukan tindakan apapun.
“Tapi nyah...”
“Keluar kau!” Alisyah mengusir Johan dari rumah putranya.
“Apa-apaan kau bu?! Jangan ikut campur dengan urusan ku!” Asir si anak durhaka membentak ibunya.
“Diam kau!” Alisyah pun melihat ke sekitarnya yang begitu kacau.
“Kalau ayah mu masih hidup, pasti kau sudah di tendang, hanya karena kau mewarisi perusahan ayah mu, kau jadi seenaknya, biadab!” tutur kata Alisyah yang menusuk telinga membuat Asir muak.
“Sebaiknya ibu pulang, bawa semua sampah ini ke rumah ibu, aku tak butuh!” Asir meyerahkan anak dan istrinya pada ibunya.
“Aku akan membawanya.” lalu netra Alisyah tak sengaja menangkap Dewi yang tengah berdiri di pintu kamar anak dan menantunya.
“Oh, jadi wanita itu yang telah merusak akal sehat mu?” Alisyah tertawa getir. “Sebelum kau sadar, kau akan menyesali segalanya, dan saat itu terjadi, urus dirimu sendiri!”
“Simpan nasehat mu itu orang tua, dan pulanglah ke rumah mu!” Asir mengusir sang ibu dari rumahnya.
“Baik. Toni!” Alisyah memanggil supir pribadinya.
“Siap nyonya!” sahut sang supir.
“Bawa Fi ke dalam mobil, kita ke rumah sakit.” titah Alisyah.
“Baik nyonya.” Toni pun menggendong tubuh Fi keluar dari dalam rumah. Selanjutnya Alisyah membawa kedua cucunya menuju mobilnya yang terparkir di depan pintu utama.
Setelah ibu dan anak istrinya pergi, Asir pun mengusir seluruh pembantunya.
Ia tak sudi jika berhubungan dengan orang-orang yang telah berkhianat padanya.
“Keluar, kalian semua ku pecat!!” Ketiga Art angkat kaki dengan langkah tertatih.
Saat seisi rumah telah hening. Dewi yang licik datang menghampiri Asir.
“Apa setelah ini kau akan menikahi ku?” ucapnya manja seraya memeluk tubuh iparnya.
“Tentu saja.” jawab Asir dengan yakin.
“Jangan lupa, ceraikan Fi, aku tak ingin kau punya istri dua mas.” permintaan Dewi tak dapat di tolak oleh Asir.
Dewi yang ahli mengendalikan ranjang membuat Asir mabuk kepayang, hingga menghancurkan rumah tangganya sendiri.
“Aku masih tanggung, ayo main lagi!” ucap Asir.
“Ayo mas!” ketika pasangan hina itu akan beranjak ke kamar. Yuri, ibu sambung Dewi dan Fi pun datang.
“Assalamu'alaikum...” orang tua bertubuh rentan itu mengucap salam.
Dewi yang mengenali suara itu pun memutar mata malas.
“Untuk apa wanita tua dan mandul itu kemari.” Dewi yang tak pernah menghargai ibu sambungnya dengan perasaan malas memberi tatapan mata tajam pada Yuri.
“Pulanglah, acara sudah selesai.” ucap Dewi.
“Wi, ibu sudah dengar apa yang terjadi, teganya kau main gila dengan suami kakak mu sendiri.” Yuri sangat kesal dan juga menyesal, karena gagal mendidik anak sambung yang di titipkan suaminya padanya 7 tahun silam.
“Lalu kau mau apa? Hah! Tak usah menasehati ku mandul! Kau bukan ibu ku, sebaiknya kau pulang, perbanyak amal ibadah, karena kau sudah bau tanah!” meski Dewi bersikap kasar di hadapan Asir.
Namun Asir tetap menyukai Dewi yang telah membuatnya mabuk darat.
...Bersambung......
“Astaghfirullah, Dewi! Kau sungguh lupa dosa! Tuhan akan marah dengan perbuatan mu ini.” ucap Yuri dengan perasaan sedih, meski ia telah sering mendapat penghinaan dari anak sambungnya, namun hatinya tetap sakit, tiap kali Dewi berkata mandul padanya.
“Jangan bawa-bawa nama Tuhan! Karena Tuhan tak mengurusi masalah kecil seperti ini, dan... pulang! Jangan campuri apa yang bukan kewajiban mu! Aku, bukan anak mu, jadi tak perlu repot menasehati ku!” Dewi yang tak sabaran mendorong tubuh ibu sambungnya untuk keluar dari suami kakaknya.
“Innalillahi wa inna Ilahi ro'jiun, Dewi istighfar, ibu tak pernah mengajari mu hal seperti itu, bertaubatlah nak, kasihani kakak dan kedua keponakan mu, mereka butuh Asir untuk bertahan hidup.” meski tak pernah di hargai, Yuri tak pernah jera memberi nasehat pada putri sambungnya.
“Bacot banget kau!”
Bruk! Asir mendorong ibu mertuanya hingga terjatuh ke lantai.
“Pergilah orang tua!” pekik Asir.
Netra Yuri membulat sempurna, saat menantu yang begitu baik selama ini berbuat kasar padanya.
“Aku muak tiap kali melihat mu memarahi Dewi, kau juga selalu menyuruhnya menikah di hadapan ku, bu! Aku tak sekali pun menganggap mu mertua ku, aku baik pada mu, dan bertahan dengan Fi hanya karena ayah ku!” pengakuan Asir membuat Yuri menyesal karena telah memberi restu putrinya Fi menikah dengan Asir.
“Baiklah, jangan menyesal nak, semua akan ada masanya.” Yuri pun bangkit dari lantai.
Dewi yang geram akan ibu sambungnya memberi satu tendangan di bokong wanita tua itu.
Buk!
“Astaghfirullah!” tubuh rentan Yuri tersungkur ke tanah.
Dengan menahan tangis, ia bangkit dan meninggalkan dua pasangan itu.
“Hahaha... aku puas banget mas, sudah lama ingin ku hajar wanita tua itu!” dendam Dewi tak pernah surut pada Yuri sedari ia kecil. Sebab di matanya, Yuri tak pantas mengantikan ibunya yang telah tiada.
“Kau benar, aku juga kesal padanya, karena dulu perempuan itu sempat menentang hubungan ku dengan kakak mu. Tapi kini ku menyesal.” ucap Asir.
“Kenapa mas?” tanya Dewi penasaran.
“Harusnya saat itu, ku putuskan rencana pernikahan ku dengan kakak mu, tapi sayang itu hanya sebuah penyesalan tak berarti,” terang Asir.
“Lupakan dia dan anak-anak mu mas, tak ada yang bisa membuat mu bahagia, selain aku.” Dewi yang manja memeluk tubuh iparnya.
“Kau betul, untuk itu, angkat rahim mu, karena aku tak ingin ada anak yang mengganggu Kebagiaan kita.” Asir yang tak ingin tubuh Dewi rusak karena mengandung mengantisipasi sejak dini.
”Tentu mas, aku juga sependapat dengan mu,” Dewi membekap mulut keji iparnya dengan bibirnya.
Enak saja kau memerintah ku, kau pikir aku akan melakukannya? Jangan harap, tunggu saja, setelah aku menguasai harta mu, ku tendang kau dari kehidupan ku! Wanita mana yang suka pada lelaki biadab seperti mu? Orang gila juga tahu, mana berlian, mana kotoran! batin Dewi.
Demi harta, Dewi rela hidup bersampingan dengan orang yang tak ia cinta.
Ia yang selalu di selimuti dengan kemiskinan, berencana merubah takdir hidupnya melalui sang abang ipar yang gila surga dunia.
_______________________________________
Pukul 23:00, Fi yang telah siuman terbangun dari tidurnya.
Matanya yang masih bengkak menyulitkannya untuk melihat ke sekitarnya.
Sepi, batinnya.
Tak ada yang menemaninya dalam ruangan yang bau obat-obatan itu.
Tes!
Air mata kesedihan kembali membasahi pipinya yang juga bengkak dan membiru.
“Aku tak menyangka kau akan mengkhianati ku mas, pada hal dulu, kau yang memaksa ku untuk menikah dengan mu, hiks...” Fi yang malang menangis sesungukan kala mengingat nasibnya yang malang.
Flash Back!
12 Juli tahun 2017, Fi yang berusia 20 tahun menjalin kasih dengan Asir yang berusia 25 tahun.
Saat itu Fi masih duduk di bangku kuliah semester 4, sedang Asir telah bekerja di perusahaan ayahnya, yang bergerak di bidang peralatan rumah tangga.
Wajah cantik Fi yang begitu menawan di banding dengan gadis-gadis yang ada di kampusnya, membuat Asir mantap untuk mempersunting kekasih yang begitu ia cintai.
Siang itu, di bawah pohon rindang yang ada di taman kampus, Asir datang untuk menjemput kekasihya pulang, saat itu ia pun mengambil kesempatan untuk mengutarakan niat baiknya.
“Fi sayang.” ucapnya lembut.
“Ya mas Asir? Ada apa?” sahut Fi Saeadat si gadis cantik visual kampus.
“Aku tak tahu apa ini terlalu cepat bagi mu, tapi ayah ku, meminta ku untuk segera menikah.”
“Menikah?” Fi menatap lekat wajah tampan kekasihnya.
“Ya, ayah menyuruh ku untuk mencari istri, kalau tidak, dia yang akan mencarikan untuk ku, kau tahukan, aku anak tunggal, ayah ingin aku segera memberinya cucu, sebab rumah terasa sepi, karena hanya ada aku dan kedua orang tua ku, jadi... ayah ingin menambah anggota lebih banyak.” Asir menggenggam tangan Fi, berharap gadis cantik itu tak menolaknya.
“Tapi... aku masih kuliah mas.” Fi ragu untuk menerima lamaran kekasihnya atau tidak.
“Ayolah sayang, masalah kuliah tak usah kau pusingkan, kau tetap lanjut meski sudah menikah, aku akan membiayai mu hingga wisuda, kau juga tak perlu repot mencari kerja, karena setelah kau jadi istri ku, apa yang menjadi milik ku, adalah milik mu juga,” Asir membujuk Fi agar mau menikah dengannya
“Bukan hanya itu mas, tapi... aku tak sepadan untuk mu, kau anak orang kaya, sedangkan aku hanya anak seorang pekerja serabutan, aku juga yatim piatu, hanya adik dan ibu sambung yang ku punya, keluarga mu pasti tak menyukai ku, kau pun pasti begitu, kau belum lihat rumah ku saja mas, ku yakin, hati mu mubah saat tahu bagaimana kondisi keluarga ku, jadi ku mohon, carilah wanita lain, yang setara dengan mu.” Fi anak yatim piatu yang berasal dari kalangan ekonomi tengkurap tak berani jika bersanding dengan sang kekasih yang memiliki segalanya.
“Ya Allah Fi, aku tak pernah melihat mu dari sisi harta, yang ku cinta itu adalah kau! Kau hanya perlu mengabdikan hidup mu pada ku, itu saja sudah cukup bagi ku.” Asir terus membujuk sang kekasih agar mau menikah dengannya.
“Maaf mas, aku tak bisa memutuskannya sekarang, karena aku perlu berunding dengan ibu ku.” meski Yuri hanya ibu sambungnya, namun Fi telah menganggapnya seperti ibu kandung dan sangat menghormatinya.
“Baiklah, kabari aku, apapun keputusan dari tante,” ucap Asir.
“Tentu mas.” Fi tersenyum pada sang pujaan hati yang sebentar lagi akan jadi suaminya, bila sang ibu mengizinkan.
“Ayo, ku antar ke kosan mu.”
Karena jarak tempuh yang jauh dari rumahnya, Fi pun memilih kos tak jauh dari kampusnya yang hanya berjarak 5 menit bila di tempuh dengan berjalan kaki.
...Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!