Elma melihat jam di dinding di ruang tengah rumah nya, saat itu waktu menunjukkan pukul 10 malam.
Tapi hingga kini sang suami belum juga pulang, bahkan Danu pun tidak memberikan kabar apapun.
Sementara di luar sana hujan gerimis belum juga reda, hawa dinginnya masuk sampai ke relung hati Elma, wanita berusia 34 tahun yang kini duduk sendirian termenung di ruang tengah berukuran kecil itu.
Di sepinya malam, Elma membuang nafasnya dengan kasar. Tiap hari hanya ini yang selalu dia lakukan, selalu menunggu Danu pulang denga banyak pikiran buruk di dalam kepalanya.
Kemana mas Danu pergi? sementara jam kerja nya hanya sampai jam 5 sore?
Lembur? tapi ini bukan hanya sekali. Seminggu bisa sampai 5 kali kamu pulang tengah malam.
Lagi, Elma membuang nafasnya ke udara. Merasakan sesak yang berkesudahan setiap hari.
Sesak yang tanpa ujung karena tiap kali Elma bertanya menuntut penjelasan, Danu selalu berkilah dan mengalihkan pembicaraan.
"Ma, papa belum pulang?"
Sebuah suara membuyarkan lamunan Elma, dia menoleh dan melihat sang anak datang menghampiri. Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, anak satu-satunya Danu san Elma yang kini tengah sibuk mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan Sekolah Menengah Pertama.
"Belum Ar," jawab Elma pada Arkan.
"Kamu tidurlah dulu, besok harus berangkat lebih pagi kan?" timpal Elma lagi, kembali memerintahkan sang anak untuk masuk ke dalam kamar dan tidur.
Arkan mengangguk. Meski tak sepenuhnya menuruti perintah sang ibu. Karena meski masuk ke dalam kamar, dia tetap terjaga dan ikit menunggu ayahnya pulang.
Jujur saja, Arkan tidak tega melihat sang ibu yang selalu menunggu sendirian seperti itu. Belum lagi nanti saat ayahnya pulang, pasti akan ada cek cok mulut.
30 menit menunggu dan akhirnya terdengar suara motor memasuki area rumah.
Elma buru-buru bangkit dan membuka pintu, dia tahu itu adalah suara motor suaminya.
Dan benar saja, saat pintu sudah terbuka dia melihat Danu mulai melepaskan jas hujan.
Elma mendekat, membantu sang suami membawa tas kerja. Namun seketika dadanya kembali sesak saat mencium aroma wangi yang menyengat dari tubuh sang suami.
Nyaris tengah malam begini namun tak ada sedikitpun bau keringat yang menempel di tubuh suaminya.
"Kamu dari mana Mas?" Tanya Elma, dadanya yang sesak membuat suara itu terdengar begitu dingin. Mengalahkan dinginnya hembusan angin malam ini.
"Bisa tidak tanya nya di dalam saja, aku capek El. Pulang kerja dan langsunh di cerca pertanyaan tidak masuk akal mu itu," jawab Danu dengan suara yang tak kalah dingin.
Ada event di tempat kerjanya yang membuat dia pulang larut malam, tapi tiap kali sampai di rumah dia selalu mendapati tatapan curiga dari sang istri.
Dan setelah jas hujan nya terlepas, Danu lebih dulu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Tidak peduli dengan Elma yang masih tergugu di samping motornya.
Seolah tak peduli pada Elma yang sedari tadi menunggu dia pulang.
Tes! Air mata Elma lagi-lagi jatuh malam ini. Bagaimana pikirannya tak pernah buruk, jika sekalipun Danu tidak pernah menjelaskannya dengan baik.
Tapi malam ini Elma tidak ingin hanya diam, dia sudah lelah, sudah sangat menyerah dengan rumah tangga yang mereka jalani.
15 tahun bukanlah waktu yang sebentar, dia tidak ingin pernikahan ini semakin membelenggunya tanpa kejelasan.
Malam ini juga Elma akan menuntut penjelasan itu. Dia menghapus air mata dan menyusul sang suami ke dalam rumah.
"Mas Danu!" pekik Elma, suara teriakan yang juga mampu di dengar sampai ke dalam kamar Arkan.
Langkah Danu terhenti di ruang tengah saat dia mendengar namanya dipanggil oleh sang istri, memanggil dengan nada tinggi yang semakin menyulut amarah.
Setiap hari selalu ada pertengkaran seperti ini, selalu ada kecurigaan yang tak berkesudahan.
Danu lelah, sangat lelah. Tidak bisakah sedikit saja Elma menaruh rasa percaya padanya?
"Kamu dari mana?" tanya Elma ketika dia sudah berdiri di hadapan sang suami. Elma menatap dengan tatapan nanar, banyak embun di kedua manik matanya.
Tatapan yang selalu mengartikan bahwa Danu salah.
"Berapa kali aku harus mengatakan padamu El? Aku kerja!"
"Kerja apa sampai tengah malam begini? lembur? bahkan gaji mu tiap bulan selalu sama!"
"Itu sudah dihitung dengan uang lembur."
"Bohong! mana slip gaji mu?"
Danu terdiam, sementara Elma langsung tersenyum kecut.
"Lihat lah, kamu diam kan? Aku bahkan sampai lupa kapan terakhir kamu memberikan slip gaji itu pada ku? apa yang sebenarnya kamu tutupi? kamu punya wanita lain? kamu bosan denganku?" tanya Elma bertubi, entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh dari kedua matanya. Wajah itu kini telah basah.
"Cukup El, berhenti menyudutkan aku. Aku juga lelah, sangat lelah. Tidak bisakah kamu mempercayai aku sedikit saja?"
"Kamu lelah? lalu bagaimana dengan aku? tidak bisakan kamu sedikit saja berpikir dari sudut pandang ku?"
"Jangan hanya menuntut, coba pikir juga bagaimana jika ada di posisi ku?"
"Posisi seperti seperti apa yang kamu keluhkan? setiap hari pulang malam? menikmati hidupmu sendiri sementara aku terkurung di rumah ini?"
"Jadi itu yang kamu pikirkan tentang aku El? disaat aku bekerja siang dan malam tapi kamu selalu menaruh curiga? mau sampai kapan? mau sampai kapan kita seperti ini?"
Keduanya terdiam, larut dalam pikirkan kusut masing-masing. Namun dari banyaknya kemelut di dalam kepala, selalu kata pisah yang muncul sebagai penyelesaian untuk semuanya.
Elma merasa dia bisa lebih bahagia setelah berpisah dengan Danu, tidak peduli bagaimana nanti yang terpenting dia keluar dari rumah ini.
Sementara Danu merasa perpisahan ini akan membuat beban hidupnya semakin berkurang. Bisa mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak dia rasa.
Mereka sama-sama lelah, sama-sama ingin mengakhiri pernikahan ini.
"Ayo kita berpisah," jawab Elma dari pertanyaan terkahir yang Danu lontarkan.
Danu diam saja, kata itu tetap terdengar menyakitkan bagi keduanya. Namun ini adalah keputusan yang paling tepat.
Dengan bersama mereka hanya terus saling menyakiti satu sama lain. Maka berpisah lah satu-satunya jalan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Tanpa terbelenggu dengan pernikahan ini.
"Baiklah, mari kita berpisah." Balas Danu, sebuah balasan yang tak kalah menyayat hati Elma.
15 tahun lalu mereka berdua memutuskan untuk menikah muda. Tidak peduli jika kedua orang tua mereka tak setuju namun pernikahan itu tetap terjadi.
Danu dan Elma percaya bahwa cinta mampu membuat mereka mengalahkan segalanya. Namun nyatanya, cinta saja tidak cukup.
Setelah waktu berlalu, kini mereka memutuskan untuk berpisah.
Dan setelah perdebatan panjang itu hujan turun semakin lebat. Menutupi suara tangis seorang anak remaja di dalam kamarnya.
Arkan bisa mendengar dengan jelas semua kata-kata dari ruang tengah, juga keputusan akhir yang diambil oleh ayah dan ibunya.
Elma dan Danu tidak pernah tahu, bahwa diantara mereka Arkan lah yang paling banyak menanggung luka.
"Tetaplah tinggal di rumah ini bersama Arkan, aku yang akan pergi," ucap Danu.
Pembicaraan yang menciptakan sesak untuk semua orang masih berlanjut, tentang perpisahan nyatanya pun tak hanya dengan sekali ucap.
Elma dan Danu memiliki Arkan yang harus dipikirkan bagaimana baiknya.
Karena itulah Danu memutuskan untuk keluar tanpa menghitung siapa yang lebih pantas tinggal di rumah ini. Rumah yang mereka beli dari hasil menabung dan pemberian kedua orang tua mereka masing-masing.
Rumah yang mereka beli ketika cinta masih sangat berseni.
Dan Elma yang mendengar ucapan Danu memalingkan wajah, menghapus air matanya yang tidak ingin berhenti mengalir.
Bodoh, kenapa aku menangis? kenapa dadaku sesak sekali? Aku sangat menginginkan perpisahan ini, harusnya aku tak perlu bersedih. Batin Elma, tapi kedua tangannya sibuk menyeka air mata.
"Pagi nanti aku akan mengatakan pada Arkan tentang perpisahan kita."
"Jangan! besok Arkan ujian try out. Biar aku yang pelan-pelan mengatakan padanya. Kamu pergi saja, Arkan tidak akan mencari mu. Toh sudah biasa kami di tinggal." balas Elma, tiap ucapannya masih saja mengandung sindiran, itu betapa dia sangat kecewa atas semua perlakuan Danu selama mereka menikah.
Niat untuk selalu terbuka dalam menghadapi apapun nyatanya hanyalah bualan manis, karena akhirnya banyak yang ditutupi dan menjadi duga-duga yang menyakitkan.
Dan Danu yang mendengar sindiran itu hanya diam, bukan tak mau menjawab namun dia sudah sangat lelah. Badannya lelah, pikirannya lelah dan hatinya lebih lelah lagi.
Dia ingin mengakhiri ini semua dan tidur.
"Aku akan tetap memberimu uang bulanan, tapi tidak akan bisa seperti kemarin. Aku akan memberi setengahnya, jadi sisanya juga bisa untuk aku bertahan hidup." jelas Danu lagi, bicaranya pelan tak ingin menyulut lagi pertengkaran. Namun hal seperti ini tetap harus mereka bahas secara rinci.
Elma hanya diam.
"Aku akan berkemas dan besok pagi pergi," ucap Danu lagi, setelahnya mengatakan itu dia meninggalkan Elma di ruang tamu. Masuk ke dalam kamar mereka yang menjadi saksi bisu selama 15 tahun berlalu, saksi tiap tangis dan pergumulan penuh cinta yang pernah mereka lakukan bersama.
Danu menutup mulutnya rapat, menepis semua kenangan indah dan kenangan buruk yang berlalu lalang di dalam kepalanya.
Seperti buru-buru dia segera mengambil koper kecil di atas lemari dan memasukan semua baju-bajunya.
Sementara Elma yang juga mengikuti ke dalam kamar ini hanya mampu menatap nanar punggung pria yang pernah dia cintai, sekarang pun rasa itu masih sama. Namun selalu berselisih dengan amarah yang tak berkesudahan, sampai Elma tak tahu, ini cinta atau benci?
"Aku akan tidur di ruang tengah."
"Kamu tidak mau mandi dulu?" pertanyaan itu terlontar otomatis dari mulut Elma, tetap saja selalu memperhatikan meski hati tertekan.
"Aku akan mandi di kamar mandi dapur."
Elma hanya diam, tidak memberikan pergerakan apapun saat Danu melewatinya sambil menyeret koper kecil itu keluar dari dalam kamar ini.
Dan saat pintu kamar tertutup, Elma lantas memukuli dadanya yang teramat sangat sesak. Sakit luar biasa yang tak pernah dia rasakan selama ini.
Seolah semua kesakitan kini mengumpul jadi satu dan membuat dadanya ingin pecah.
Elma menangis, kembali sesenggukan menumpahkan semua rasa, cinta, amarah dan benci akan dia keluarkan semua malam ini.
Berharap esok saat pagi dia akan jadi lebih baik-baik saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!