NovelToon NovelToon

Menembus Dimensi

Sang penunggu

Pada siang hari di sebuah pedesaan. Seorang pria sedang berjalan menuju hutan, Dia berniat untuk mencari kayu bakar di sana.

Di hutan itu terdapat sungai yang sangat jernih, tidak heran warga desa menjadikannya sebagai sumber air, mereka melakukan kegiatan sehari-hari di sana untuk mencari ikan, mandi dan juga mencuci.

Karena banyak jenis satwa dan burung yang tinggal di hutan, sesekali hutan di jadikan tempat berburu. Hutan yang dekat dengan ke pemukiman, di jadikan lahan perkebunan, warga menanami buah dan sayur di sana. Karena tanahnya yang subur hasil panen mereka melimpah, sering kali warga desa mendapat keuntungan yang cukup besar. Namun ada juga kawasan yang jarang sekali terjamah oleh warga.

Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika melihat warga desa yang berlalu lalang memasuki hutan, mereka beraktifitas dari pagi hingga sore hari.

Namun kali ini kondisi hutan terlihat berbeda, hutan terlihat sepi, gelap dan terasa mencekam. Tidak ada seorang pun yang nampak memasuki hutan, situasi tersebut membuat pria itu terheran-heran.

"Hari ini hutan terlihat sepi, padahal matahari belum terbenam, kemana orang-orang?" lirih pria tersebut celingukan memperhatikan sekitar sambil terus berjalan.

"Ah sudahlah, aku harus segera mendapatkan kayu bakar di hutan, Kasihan istriku belum masak di rumah." Ucapnya.

Pria tersebut tidak peduli dengan situasi jalanan yang sepi, apa boleh buat, dia harus tetap mendapatkan kayu bakar, jika tidak keluarganya tidak bisa makan malam.

..........

Tidak terasa pria tersebut sudah memasuki hutan.

Dia mulai mengambil ranting-ranting yang tergeletak di tanah, sesekali dia menebang pohon yang kecil juga.

Namun pria tersebut nampak kecewa, karena ranting yang dia dapatkan ternyata basah semua.

"Ck! sepertinya semalam hujan deras, semua ranting yang ku dapatkan basah, mana bisa di pakai, haahh.. aku akan coba masuk lebih jauh ke dalam hutan, mungkin di sana aku bisa menemukan ranting yang cukup kering." keluhnya sambil mengibaskan air terus menetes dari ranting-ranting yang bawanya.

pria itu dengan berani masuk ke kawasan hutan yang jarang sekali terjamah oleh warga. Di sana sinar matahari tertutupi oleh rimbunnya pepohonan, penerangan jadi minim, jalan setapak pun tertutupi oleh rumput yang tinggi, udaranya terasa lembap dan dingin.

Setelah sekian lama dia berjalan menyusuri hutan, pria tersebut menemukan sebuah pohon yang berukuran sangat besar, berdiri kokoh tidak jauh dari hadapannya.

Pohon itu tinggi sekali, dan memiliki akar gantung dan sulur yang panjang menjuntai

Pria itu penasaran dan menghampiri pohon tersebut.

"Aku baru tahu kalau ada pohon sebesar ini di dalam hutan." Ungkapnya

sambil menyentuh dan mengamati seluruh bagian pada pohon itu dengan seksama.

"Aneh! Kenapa pohon ini kering. padahal pohon lain basah semua. Kok bisa?" ucapnya yang terkejut kemudian berpikir.

"Ah sudahlah, itu artinya aku beruntung. aku jadi tidak perlu susah mencari ranting lagi, akar gantung dan dahan pohon ini bisa aku jadikan kayu bakar." Ungkapnya senang.

Dia pun menaruh tas punggungnya di tanah, lalu membungkuk untuk mencari kapak di dalam tas.

Setelah dia mendapatkan kapak miliknya, dia pun berdiri. Alangkah terkejutnya, tepat di hadapannya tengah berdiri seorang kakek tua yang memakai pakaian serba hitam

"Astagaaa!!" Ucapnya kaget.

Kakek tua itu sedikit bungkuk dengan janggutnya yang putih panjang, pakaian hitam yang dia kenakan seperti pakaian adat Sunda. Dia tengah melotot menatap marah pada pria tersebut.

Pria tersebut memang sedikit takut, namun dia mencoba untuk bertanya.

"Ka, kakek siapa?! Ke, kenapa kakek tiba-tiba muncul di sini?!" Tanyanya sedikit gemetar.

Namun kakek itu tidak menjawab, kakek itu terus saja melotot ke arahnya tanpa berkedip, pria tersebut mulai resah dengan keberadaan kakek tersebut.

" Kenapa kakek terus menatap saya seperti itu? Apa saya melakukan kesalahan?" tanya pria tersebut sedikit kesal.

" Pulanglah! Jangan pernah kamu mencoba untuk menebang pohon ini!" ucap Kakek tersebut tiba-tiba mengingatkan dengan tegas.

Pria tersebut jelas tidak mengerti dengan maksud Kakek tua itu. Namun dia seolah tahu jika pria itu akan berbuat sesuatu pada pohon besar itu.

" A, aku tidak akan menebangnya kek! aku hanya ingin memotong dahan dan akar gantungnya sedikit saja, aku membutuhkan itu untuk kayu bakar." Ucap pria tersebut menjelaskan niatnya sambil menunjuk ke arah pohon yang berada dibelakangnya.

Namun saat kembali menoleh ke arah si kakek, kakek itu sudah tidak ada, dia menghilang.

Pria tersebut kaget bukan main

" Lho! Kakek tadi kemana?" ucapnya kebingungan, dia celingukan mencari keberadaan si kakek, namun tetap dia tidak menemukannya.

" Apa-apaan ini! Apa kakek tadi sengaja mengerjai aku? Tiba-tiba muncul dan menghilang seperti tadi, itu kan tidak masuk akal." ujarnya kesal, dan mencoba menghilangkan rasa takutnya.

Dia pun merenung, teringat dengan ucapan kakek tadi yang menyuruhnya untuk tidak menebang pohon itu.

"Ah, sudahlah, aku tidak perlu menganggap serius ucapan kakek tadi, lagipula aku tidak akan menebang pohon ini, aku hanya akan memotong sedikit dahannya aja, setelah itu aku akan pulang." celotehnya sendiri.

Pria itu mulai mengambil ancang-ancang untuk menebang dahan pohon, dia pun mengayunkan kapaknya dan

KRAK!

Kapaknya mulai menancap pada dahan pohon, lalu di tarik dan di ayunkan nya lagi kapak tersebut agar kali ini dahannya benar-benar terpotong.

Namun tiba-tiba saja, pohon besar tersebut bergetar, lalu bergoyang-goyang dengan kencang, Daun-daunnya yang rimbun mulai berjatuhan di atas kepalanya.

Pria tersebut terkejut

"Eh?! Ada apa ini?!" Ucapnya panik, refleks dia berjalan mundur menjauhi pohon tersebut.

Di lihatnya pohon itu masih bergoyang, padahal tidak ada angin yang menerpanya, sontak dia melihat ke sekitar hutan, jelas sekali diaelihay semua pohon di sekitarnya nampak diam dan hanya pohon besar itu yang terus bergoyang.

"Ada apa ini sebenarnya?" Ucapnya panik, namun tetap berusaha tenang.

Tiba-tiba, dari atas pohon, dia melihat sebuah bola api terbang yang memutar.

"A,apa itu!" Ucap pria itu makin panik.

Bola api itu kini berhenti berputar dan diam tepat di puncak pohon.

PATS!

cahaya terang sesaat dan muncul begitu menyilaukan dan,

BLAR!

Terdengar suara ledakan beserta angin yang berhembus kencang.

Sontak pria tersebut melindungi wajahnya dengan kedua tangan. Lalu,

"HaHaHaHa..."

Terdengar suara tawa yang berat dan keras menggema.

Mendengar suara tawa itu, bulu kuduknya seketika berdiri. dengan badan yang gemetaran pria tersebut mencoba melihat ke atas puncak pohon.

" Astaga! Apa itu!" Ucapnya kaget, detak jantungnya mulai berdegup kencang, nafasnya kini mulai sesak, Kaki dan tangannya gemetar luar biasa.

Ternyata di atas pohon, dia melihat sosok kera raksasa berbulu hitam, Matanya yang merah menatap tajam pada pria tersebut dengan penuh amarah.

Pria tersebut hendak melarikan diri, namun tubuhnya tidak bisa di gerakan. Dia panik namun hanya bisa diam dan berdiri mematung.

Sosok kera itu kini menyeringai padanya, menunjukkan gigi taringnya yang panjang dan tajam, di penuhi alir liur yang menetes. Dengan sangat cepat, sosok kera itu melompat dan melesat ke arahnya.

"Aaaaaaaaaaaa........." Pria tersebut pun berteriak sangat kencang, membuat semua burung di hutan kaget dan berterbangan pergi menjauhi hutan.

..............

Tiga hari pun berlalu.

Pada siang hari yang begitu terik saat itu, Iman tengah mengendarai sepeda motornya menuju pedesaan yang berada di kaki gunung.

Tujuan Iman ke sana untuk mengunjungi rumah temannya dalam satu grup komunitas burung. Dia hendak mengambil burung peliharaannya yang dia titipkan pada temannya tersebut.

Akhirnya Iman pun sampai di kediaman rumah temannya tersebut.

Sambil memarkirkan motornya, dia melihat suasana rumah nampak sepi. Dia tetap menghampiri rumah tersebut.

Tok, tok, tok!

"Assalamualaikum.." ucap Iman, berharap sang pemilik rumah mendengar dan membukakan pintu. Namun sekian lama dia menunggu tidak ada yang menjawab. Bahkan pintu pun tidak kunjung terbuka.

"Assalamualaikum.." ucap Iman lagi dan mengetuk pintu rumah itu sekali lagi.

Sama seperti sebelumnya, rumah itu seolah sedang di tinggal pergi oleh pemiliknya.

" Enggak ada orang, pada kemana ya?" celotehnya sendiri, sambil mengintip ke dalam rumah lewat jendela.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Iman dari belakang.

" Astaga!" Iman sontak terkejut dan berbalik melihat siapa yang menepuk pundaknya.

" Sedang apa kamu di sini, nak?" Tanya seorang bapak-bapak yang bertubuh gempal dengan kumis tipisnya tersenyum pada Iman.

"Eh, pak, hehehe... ini benar rumahnya rusli kan pak?" tanya Iman memastikan takut salah rumah.

" Iya nak, tapi kebetulan keluarga rusli sedang tidak ada di rumah. Ada perlu apa ya?" tanya bapak tersebut.

" Oh begitu, pantas saja saya ketuk rumah nya enggak ada yang menyahut pak, kalau begitu kenalkan pak, Saya temannya Rusli, saya ke sini mau ambil burung peliharaan saya yang titipin ke Rusli tadinya." Ungkap Iman menjelaskan niat nya.

" Lho, Memangnya kamu tidak tahu kalau Rusli masuk rumah sakit?" tanya bapak itu heran.

" Hah? memangnya rusli sakit apa pak? Kok bisa masuk rumah sakit?" tanya Iman terkejut mendengar kabar Rusli.

" Kamu kan teman nya masa tidak tahu? Rusli sudah tiga hari di rumah sakit nak. Makannya rumah kosong, semua keluarganya menunggu di rumah sakit.

" Innalilahi.. Saya benar-benar enggak tahu kalau rusli di rumah sakit pak, sudah dua pekan saya tidak bertemu dengannya, makannya saya datang ke sini untuk sekalian silaturahmi. Tapi malah mendengar kabar buruk." keluh Iman cemas.

" Ya gimana lagi nak, namanya musibah. Saya Pak Toto tetangganya di sini." ucap Pak toto memperkenalkan diri lalu bersalaman.

"Kalau boleh tahu pak, Rusli sakit apa pak?" tanya Iman penasaran.

"Rusli enggak sakit nak, malah dia sehat bugar, cuman ada kejadian janggal yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Sehingga dia harus di bawa ke rumah sakit sampai sekarang belum ada kabar." ungkapnya dengan wajah sedikit ragu dan takut menceritakannya.

Tiba-tiba muncul seorang bapak paruh baya beserta istrinya yang datang menghampiri Iman dan Pak Toto yang tengah mengobrol.

" Assalamualaikum!" ucapnya bapak paruh baya itu yang memakai peci dan kemeja motif.

"Walaikumsalam! Nah.. itu Pak Amin sudah pulang!" Seru Pak Toto menjawab salam dan berseru pada Iman.

Mereka pun bersalaman.

" Pak Amin, ini lho ada temannya Rusli datang, sepertinya dia ingin bertemu dengan Rusli." Tanya Pak Toto memberitahukan kedatangan Iman

" Oh Nak Iman, bagaimana kabarmu, Nak? Sudah lama tidak berkunjung ke sini, kemana saja?" Sapa Bu Yasmin ramah pada Iman.

" Hehe iya Bu maaf, saya baru sempat ke sini lagi, Kabar saya baik kok Bu, bagaimana keadaan Rusli sekarang Bu? apa benar Rusli masuk rumah sakit?" Tanya Iman langsung tanpa berbasa-basi.

Raut wajah Bu Yasmin seketika berubah menjadi sedih, Begitu juga dengan Pak Amin.

"Mari kita bicarakan di dalam saja ya, ayo semuanya silahkan masuk" Ajak Pak Amin.

Mereka pun masuk dan duduk di kursi tamu, sementara ibu Yasmin langsung pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.

Sejenak ruang tamu hening tanpa suara.

" Anu Pak Amin, bagaimana dengan kondisi Rusli sekarang, ada kemajuan?" Tanya Pak Toto yang membuka pembicaraan lebih dulu dengan perasaan cemas.

Pak Amin nampak menghela nafas panjang, seolah dia berat menceritakan tentang kondisi Rusli.

" Rusli koma, To." Ucap Pak Amin dengan wajah yang begitu sedih.

" Inalillahi wa Inna ilaihi rojiun" ucap Pak Toto dan Iman secara bersamaan.

" Kenapa Rusli bisa koma pak?! Apa yang terjadi padanya?" Tanya Iman begitu panik.

" Entahlah Man, bapak juga bingung dengan diagnosa dokter kali ini." Ungkap Pak Amin yang kelihatan cemas.

"Bagaimana bisa dokter kebingungan?" Tanya Pak Toto yang merasa heran.

"Entahlah, saya juga tidak mengerti Dokter bilang kondisi Rusli begitu membingungkan, bahkan riwayat seperti itu jarang sekali terjadi, sudah beberapa dokter yang bergantian untuk memeriksa Rusli, namun Rusli tetap tidak kunjung sadar, bahkan dokter juga melakukan pemeriksaan fisik pada Rusli, Rusli di nyatakan sehat, dia tidak memiliki riwayat penyakit berat, bahkan tidak ada luka yang di temukan di tubuhnya, Rusli baik-baik saja, hanya saja dia kehilangan kesadarannya dalam waktu yang cukup lama. Berbagai cara di lakukan dokter untuk membuatnya tersadar, namun tidak ada respon sama sekali dari Rusli." Tutur Pak Amin yang bercerita dengan menitikkan air mata, namun segera dia usap, terlihat dia mencoba untuk tegar.

" Ya Allah, yang sabar pak." Ucap Iman turut bersedih.

" Aku yakin apa yang menimpa Rusli ada sangkut pautnya dengan pohon keramat itu, pasti pohon itu ada penunggunya." Ucap Pak Toto terlihat begitu yakin.

Pak Amin hanya diam mendengar penuturan Pak Toto.

" Memangnya apa yang terjadi sebelumnya pak, sampai Rusli bisa jatuh koma?" Ucap Iman yang semakin bertanya-tanya.

" Rusli itu sempat hilang selama dua hari man, keluarganya mencari dia ke sana kemari, namun tidak kunjung ketemu, kemarin malam istrinya baru ingat, jika Rusli sempat pamit untuk mencari kayu bakar di hutan, malam itu juga warga sekampung termasuk saya ikut mencarinya beramai-ramai ke hutan, dan benar saja kami menemukan Rusli tidak sadarkan diri tergeletak di depan pohon keramat itu, dan Rusli tidak kunjung bangun hingga sekarang ." Tutur Pak Toto bercerita.

"Astagfirullahaladzim" Mendengar penuturan Pak Toto, Iman begitu syok.

" Makanya saya yakin, pasti ini terjadi karena ulah penunggu pohon keramat tersebut, buktinya, medis pun tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada Rusli kan? pasti ada kejadian mistis yang menimpa Rusli." Ujar Pak Toto dengan wajah begitu yakin.

"Yang saya tidak mengerti, jika memang pohon keramat itu ada penunggunya, kenapa penunggu pohon itu membuat kondisi Rusli hingga seperti ini? Apa salah Rusli? Dia hanya mencari kayu bakar, apa mencari kayu bakar di sana mengganggu mereka? Haah.. saya bingung, saya tidak tahu harus berbuat apa agar Rusli bisa sembuh dan kembali sadar." Ungkap Pak Amin mulai gusar.

"Pak! yang tenang, yang tabah Pak. kita harus terus mendoakan anak kita. Ibu yakin Rusli akan sembuh pak." Ucap Bu Yasmin yang menyiapkan minuman, tiba-tiba memeluk Pak amin dan menenangkannya meski dia pun mencoba kuat demi suaminya.

Suasana hening sesaat. Semua larut dalam pikiran masing-masing, yang saling mencemaskan keadaan Rusli.

"Pak, Bu! Saya ingat saya memiliki seorang teman, dia seorang ahli spiritual dia memang ahli dalam hal mistis semacam ini, saya akan mencoba menemuinya dan menceritakan hal yang menimpa Rusli, siapa tahu, dia mau membantu kita. Mungkin di zaman sekarang hal seperti itu terkesan tidak masuk akal, namun tidak salahnya kita coba, bagaimana?" Usul Iman kepada semuanya.

Semua saling memandang satu sama lain.

" Benarkah ada orang yang ahli dalam hal seperti itu?" Tanya Pak Amin ragu.

" Tentu saja ada pak, ibarat penyakit pasti ada obatnya, pasti ada juga orang yang ahli dalam mengobatinya. Dokter pun memiliki keahlian tersendiri pada bidangnya, bukan." Ungkap Iman menjelaskan.

Semua nampak mengangguk dan memahami perkataan Iman.

" Bagaimana Bu?" Tanya Pak Amin menanyakan pendapat Bu Yasmin.

" Kita coba saja dulu pak." Jawab Bu Yasmin mengangguk.

" Baiklah Man, mohon bantuannya. Jika dia bersedia, ajaklah dia ke sini, saya ingin bertemu dengannya." Ucap Pak Amin penuh harap.

" Baik pak, setelah ini saya akan langsung menemuinya dan mendiskusikan semuanya, semoga masalah yang menimpa Rusli ini tidak berat dan tidak begitu membahayakan, saya yakin dia pasti mau membantu kita. Saya kenal baik dengan beliau." Ucap Iman.

" Terima kasih Man, semoga dia bisa menyembuhkan Rusli." Ucap Pak Amin yang tadi terlihat gusar seolah menemukan secercah harapan.

..............

Aku adalah seorang ahli spiritual, tentu saja aku bisa berkomunikasi dengan makhluk ghoib. Aku juga peka tehadap hal-hal mistis.

Awalnya aku bertanya-tanya dari mana asal kemampuan ini, karena sedari kecil aku sudah sangat peka dengan hal mistis. menurut cerita dari kedua orang tuaku, Leluhurku dulu adalah seorang tabib yang memiliki keahlian spiritual juga, dan kami menduga kemampuan ini di turunkan secara turun-temurun.

Saat ini aku bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik farmasi di kota Parahyangan.

Di tengah kesibukan itu aku menyempatkan diri untuk belajar dan terus mengasah kemampuan yang ku miliki ini, sebisa mungkin aku dapat membantu banyak orang yang mengalami permasalahan dalam hal-hal mistis.

Seperti menyembuhkan orang yang menderita penyakit aneh, mengusir jin-jin yang mengganggu penghuni rumah, menyadarkan orang yang kesurupan, dan lain sebagainya.

Terkadang karena aku terlalu peka akan kehadiran mereka yang ghoib, sering juga aku di datangi oleh jin Qorin dari orang-orang yang sudah meninggal, ada yang meninggal secara tidak wajar, seperti korban pembunuhan, kecelakaan, atau korban tumbal. Mereka sengaja meminta tolong padaku untuk menyampaikan pesan atau tujuan mereka kepada keluarganya yang masih hidup.

Peranku tidak hanya sebatas sebagai ahli spritual dan karyawan saja, di rumah aku juga memiliki peran sebagai seorang suami dan seorang ayah dari kedua anak laki-lakiku.

Disinilah aku harus bisa menjalani semua peranku itu dengan baik. Bagaimana cara mengayomi keluargaku, bagaimana cara menjadi karyawan yang baik dan teladan, dan bagaimana caraku agar bisa menolong orang lain sebagai ahli Spiritual.

Itu semua menjadi sebuah di lema bagiku, terutama dalam hal membagi waktu.

Mana yang lebih di utamakan, antara keluarga, pekerjaan atau sebagai ahli spiritual.

Jika menolong orang lain dalam hal mistis adalah hal yang begitu penting, apalagi menyangkut nyawa, Maka mau tak mau aku harus menolongnya tanpa terkecuali hingga tuntas, karena itu adalah alasan utama, mengapa aku mendapatkan kemampuan ini.

Untuk menyelesaikan masalah mistis itu hingga tuntas, terkadang aku harus izin untuk tidak bekerja dengan berbagai alasan, tidak hanya itu, aku juga terpaksa harus meninggalkan keluargaku selama berhari-hari .

Tidak jarang pula, aku sering bertengkar dengan istriku karena semua hal itu.

Pernah satu kali aku mencoba menolak permintaan dari seseorang yang membutuhkan kemampuan spiritual ku ini.

Saat itu pekerjaan dan keluarga lebih penting dan tidak bisa di tinggalkan.

Tanpa tahu jika masalah mistis orang tersebut sangat berbahaya dan menyangkut nyawa, aku justru menolak untuk membantunya, dan akibatnya orang tersebut kehilangan nyawanya.

Di sanalah penyesalan pertamaku muncul.

Apalah dayaku, hidup yang aku alami sangatlah rumit, namun inilah risiko yang harus di hadapi sebagai seorang Spiritual.

Bukan inginku, namun inilah jalan hidup yang sudah di takdirkan untukku, aku tidak bisa menolak ataupun merubahnya.

............

Tiba-tiba ponselku berbunyi.

Ada panggilan video call dari Iman.

Iman adalah temanku sejak SMA, dia mengetahui semua tentang kehidupanku.

Bahkan jika ada tugas dalam hal mistis. Dialah yang selalu menjadi partner yang menemani.

" Halo bah?" Sapa Iman.

" Ya hallo, ada apa Man?" jawabku.

" Sedang apa Bah?" tanyanya.

Abah adalah panggilan akrabku.

Entah kenapa orang-orang selalu memanggilku seperti itu. Mungkin bagi mereka panggilan abah terlihat lebih sopan dan nyaman.

Mungkin juga dengan sebutan Abah mereka lebih leluasa mengobrol denganku tanpa memikirkan perbedaan umur, baik yang lebih tua atau yang lebih muda dariku, Mereka terlihat lebih leluasa memanggilku dengan sebutan Abah.

"Biasa sedang santai, Man, ada apa?" tanyaku lagi.

"Boleh nggak gue berkunjung ke rumah loe bah? ada perlu nih!" tanya Iman.

" Oh, silahkan, Tapi jangan lupa bawa makanan, Man." ucapku menjahilinya.

"Oke siap, mau gue bawain makanan apa bah?" tanya Iman menawari.

" Bawakan ayam bakar, sate, martabak, roti bakar, nasi padang, seblak, cilok, dan mie bakso." candaku.

" Wah, parah.. itu namanya pemerasan, Jangan kebanyakan makan dong bah! Ingat perut tuh! Sudah hampir mirip dengan kantung semar." timpal Iman mengejekku.

"Hahaha, gak apa-apa! setidaknya kulit gue lebih putih dibanding kulit elu yang mirip black coffee." Ejek ku balik pada Iman.

"Sial*n, Bawa-bawa jenis kulit segala, jualan skincare ya bah. Hahaha..." Ejeknya Iman lagi.

" Ada tuh lulur tahi kebo mau? Di jamin makin wangi man. Hahaha.. mau datang jam berapa? Ini malam Jumat lho man. Gue ogah kalau loe nanti minta di anterin pulang." jawabku mulai menakutinya.

" Lah! jangan nakut-nakutin gue dong Bah. curang nih! Mentang-mentang temannya kebanyakan sama setan." gerutu Iman.

" Hahaha, ya sudah cepetan gue tunggu sekarang." jawabku.

" Oke Bah, gue siap-siap dulu." jawab Iman.

Kami pun menyudahi video call kami, dan aku pun menunggu kedatangan Iman di teras depan, di temani secangkir kopi yang panas.

................

Assalamualaikum..

Sesudah baca, jangan lupa like nya ya.. biar makin semangat buat nulis.

Jangan lupa komen dan sarannya tentang apa yang kamu rasakan setelah membaca. sebagai semangat untuk memperbaiki tulisanku yang masih kurang bagus

Terima kasih atas dukungannya.

i love you readers.

😍🥰😘

Wasalam..

Rusli

Setelah sekian lama aku menunggu, lalu tak lama terdengar deru motor Iman yang berhenti di depan rumah.

Aku segera membukakan pintu pagar, Iman pun masuk untuk memarkirkan motornya, setelah itu, dia pun turun dari motor dan menaruh helm nya di atas meja.

Kami pun saling menghampiri dan menyodorkan tangan kami untuk bersalaman.

" Minal Aidin..." Ucap kami bersamaan.

" Haha, lebaran udah lewat Man." ujarku.

" Ya, nggak masalah, sekalian mohon maaf lahir batin kan, siapa tahu selama nggak ketemu, gue punya salah sama loe Bah." ujar Iman cengengesan.

" Duh, kesalahan loe mah Banyak Man."jawabku.

Iman hanya terkekeh.

"Terus gimana kabar keluarga sehat?" Tanya Iman yang menjabat tanganku dengan gaya soulmatenya.

" Alhamdulillah sehat, sudah lama kita enggak ketemu Man, makin tinggi aja loe, mau saingan sama tiang listrik?" Candaku.

" Lah, loe sendiri makin pendek. Makanya kalau tumbuh itu ke atas, bukan mentok di perut." Jawab Iman membalas candaan ku.

" Mau jadi sales susu loe?" Ujarku sambil berjalan menuju pintu.

" Sensi bener, lagi dapet Bah?" ejek Iman.

" Dapet pusing kalau datang loe man." ejek ku lagi.

" Yah, kalau begitu gue balik lagi dah, merajuk gue." keluh Iman.

" Hehehe, canda man, gitu aja marah.. ih gemes deh ingin nampol." jawabku merangkul Iman, kami berdua pun terkekeh dan masuk ke dalam rumah.

" Tumben lama? Padahal rumah kita kan dekat." Tanyaku mempersilahkan Iman untuk duduk.

" Lho! Kan loe sendiri yang tadi minta di bawain makanan kemari, jadi gue keliling dulu lah, cari orang yang jualan" jawab Iman.

" Oh, mana lihat, bawa apaan?'' tanyaku.

" Martabak Nih.." ucap Iman sambil memberikan kantong keresek berisikan sekotak martabak padaku.

"Wah, makasih man, lumayan buat mengganjal perut." Ujarku sambil membuka kotak martabak tersebut untuk di makan bersama.

" Yoi." Jawab Iman sambil membuka jaketnya.

" Enak nih kalau di tambah kopi, gue ke dapur dulu ya, bikin kopi buat tamu terhormat." Ujarku sambil beranjak dari kursi.

" Duh, jadi malu ngerepotin tuan rumah." Jawab Iman.

" Gak apa-apa, biasanya memang loe malu-maluin." Timpal Ku sambil berlalu menuju dapur. Iman kembali terkekeh.

Tidak lama kopi pun siap, aku bawa menuju ruang tamu.

" Nih man diminum, awas masih panas." Ucapku menyuguhkan kopi tersebut pada Iman.

"Makasih bah, ngomong-ngomong istri sama anak pada kemana Bah, kok sepi?" tanya Iman sambil menyeruput kopinya.

" Ini kan sudah jam sebelas malam, ya anak sama istri udah tidur man, masa dugem." ujarku.

" Oh iya ya. Ya kali gue kira masih pada bangun gitu, Berarti kemalaman dong gue datang kesini." Ujar Iman.

" Kepagian." Timpal Ku. Iman pun kembali terkekeh.

" Ya sengaja juga sih bah, gue ke sini malam-malam, ada yang mau gue ceritain sama loe. Gue rasa pas aja ngobrol begituan malam-malam."ujar Iman

"Begituan apaan sih loe, merinding gue." Ucapku bergidik karena merasa aneh dengan ucapan Iman.

" Memangnya loe mikir apaan? Pake acara merinding segala" Ucap Iman terkekeh.

" Langsung aja lah, loe mau cerita apaan jangan bikin gue mikir yang aneh-aneh." Keluhku.

" Lah, otak loe sendiri yang kemana-mana, curiga belum dapat jatah dari istri ya? Hahaha.." Iman tertawa terbahak-bahak.

" Wah, Minta di usir ini orang. Jadi cerita kagak nih ?"ujarku jengkel.

" Iya, iya.. jadi gini, Gue tuh punya teman di komunitas burung, Rusli namanya. Dua minggu yang lalu, gue sempat titip burung gue si tohir ke rumahnya. Nah.. baru tiga hari yang lalu gue mau ambil si tohir balik,

Gue kaget lah pas datang ke sana dapat kabar kalau Si Rusli koma di rumah sakit." Ungkap Iman.

" Sakit apa memangnya?" Tanyaku penasaran, sambil mengambil satu potong martabak.

"Nah Itu dia bah yang aneh, dokter yang memeriksanya pun bingung." Ujar Iman.

" Lah, kok bisa ada dokter yang bingung sama pasiennya sendiri. dokter-dokteran kali ." Jawabku sambil mengunyah.

" Gue serius bah, Si Rusli di tangani sama banyak dokter, malah hasil Diagnosisnya menyatakan dia sehat, tidak memilik riwayat penyakit, tapi kehilangan kesadaran dalam waktu yang cukup lama, sampai sekarang dokter belum menemukan apa penyebab pastinya, Aneh kan?" Ujar Iman menjelaskan dengan serius.

" Hmm.. iya sih. apa enggak ada yang aneh sebelum dia jatuh Koma? mungkin dia jatuh di kamar mandi atau kepalanya terbentur sehingga kesadarannya hilang seperti itu." Tanyaku memastikan.

" Nah, ini yang jadi pertanyaan semua orang bah, sebelum dia koma, dia sempat hilang selama dua hari. Di temuin warga malam hari di hutan, dan lebih aneh lagi dia di temukan dalam keadaan pingsan di depan pohon yang di keramat kan oleh warga sana. Firasat gue bilang, ini bukan masalah penyakit atau apa, tapi ke lebih masalah mistis, benar nggak bah?" Ungkap Iman.

Mendengar perkataan iman, seketika aku menghentikan aktifitas makanku.

" Yang menjadi pertanyaannya adalah, apa mungkin yang telah menimpa si Rusli itu ada sangkut pautnya dengan pohon keramat tersebut, soalnya ada salah satu warga yang merasa yakin, Rusli begitu karena ulah dari si penunggu pohon keramat. Kalau menurut elu gimana?" Tanya Iman.

Iman pun menunjukkan sebuah Poto di handphone nya, ada sosok pria yang tersenyum dalam foto tersebut.

" Ini orang nya. namanya Rusli bin Amin. coba loe lihat" ucap Iman menjelaskan identitas Rusli

"Hmm, Gue nggak terlalu yakin sih, tapi biar jelas gue coba terawang dulu." ucapku sambil memandangi poto Rusli tersebut.

Aku pun memejamkan mata dan duduk bersila sambil menerawang.

Beberapa detik kemudian, Terlihat gambaran seorang pria yang wajahnya sama persis dengan pria yang ada di poto tersebut, dia terperangkap di sebuah tempat yang begitu asing dan aneh menurutku.

Gambaran itu melintas begitu saja. Tidak butuh waktu lama aku sudan mendapatkan sebuah titik terang tentang penyebab Rusli koma.

Aku memutuskan untuk menceritakan penglihatan ku itu pada Iman.

" Apa yang loe lihat bah, ketemu jawabannya?" tanya Iman penasaran yang seolah sudah mengerti dengan caraku menerawang.

"Menurut penglihatan gue man, benar adanya sih apa yang di duga warga, apa yang menimpa Rusli itu sepertinya memang ulah dari penunggu di pohon keramat tersebut." Ungkap ku.

" Nah benar kan, gue juga udah feeling sih. Terus menurut loe, kenapa si Rusli sampai jadi sasaran penunggu pohon keramat. Setahu gue dia ke sana cuman cari kayu bakar, segitu jahatnya ya, itu mahluk ganggu orang." Ujar Iman terlihat jengkel.

"Nggak juga Man, gue yakin tanpa sadar Rusli melakukan sesuatu yang membuat si penunggu pohon itu marah." Ujarku.

" Hmm, memangnya orang yang cari kayu bakar bisa bikin mahluk itu marah?"tanya Iman lagi.

" Ya kali, si Rusli nyari kayu bakar dengan cara menebang pohon, bisa aja dia tanpa sengaja menebang pohon keramat man." Ucapku.

"Nah kalau itu sih masuk akal, bisa jadi karena si Rusli mau menebang pohon keramat si penunggunya merasa terancam lalu nyerang dia." jawab Iman menduga.

" Pasti, dugaan gue juga sama." Tuturku.

" Tapi parah juga sih, penunggu pohon itu menyerang si Rusli sampai dia jatuh koma, brutal banget." Ujar Iman bergidik.

" Si Rusli Koma itu, bukan karena dia di serang secara fisik man. Tapi jiwanya Si Rusli di bawa penunggu pohon itu ke dimensinya." Tuturku.

" A, Apa!"ucap Iman terkejut bukan main.

" Maksud loe roh nya si Rusli di bawa gitu sama mahluk itu?" Tanya Iman sedikit bingung.

" Ck, kalau roh nya di ambil udah jelas si Rusli meninggal, tapi ini kan enggak, dia cuman koma, jadi yang di culik itu Sukma nya, kalau dalam daerah gue itu lelembut." Tuturku menjelaskan.

Iman mengangguk tanda dia mulai paham.

" Sukmanya di bawa kemana?" Tanya Iman penasaran.

" Tentu saja ke tempat tinggal mahluk itu, lebih tepatnya ke dimensi ghoib miliknya." tutur ku lagi.

"Gila, gila. Mahluk apaan sih itu? pasti kuat banget, sampai bisa bawa Sukma manusia ke dimensi ghaib." Ujar Iman.

" Rajanya para kera" jawabku.

"Hah! maksud loe Sun go kong." Ujar Iman.

" Ya loe kira aja, si Sun go kong mahluk jenis apa? Dia kan kuat." Ucapku memberi Iman pertanyaan.

" Hmm, jenis siluman kera kan." Jawab Iman.

" Nah itu tahu." Jawabku lagi.

Sedikit lama Iman mencerna perkataan ku.

" Berarti mahluk penunggu pohon keramat itu. sejenis siluman kera!? Begitu?" Duga Iman.

Aku mengangguk.

" Wah? kok bisa? berasa cerita film jadi kenyataan bah." Ujar Iman.

" Menurut loe, cerita film begitu, berasal dari mana? kalau nggak ada sumbernya. Nggak mungkin seratus persen imajinasi. Tentu ada mahluk nyatanya man, jangan salah mahluk mitologi benar adanya, makannya di sebut mahluk ghoib, berarti kan mahluk yang tidak terlihat, dan hanya terlihat oleh orang tertentu dengan mata batin, macam gue yang bisa lihat mereka, mereka memang ada man. Nama pun mereka punya."Tuturku.

Iman merasa takjub mendengar penuturan ku.

" Siluman raja kera yang bawa Sukma si Rusli itu bentuknya beda, pasti deh loe mikir wujudnya mirip sun go kong." Ujarku.

" lah gue kira sama." Tanya Iman.

" Ya beda lah Tohir." Ungkapku tak habis pikir.

"Bawa-bawa si tohir, nama burung gue itu, ya Gue kira sama gitu bah." Ucap Iman.

" Beda Man, wujudnya lebih besar dan lebih bringas dari yang loe kira. Mungkin loe bakal lihat langsung sosoknya sewaktu-waktu." Ucapku.

" Mulai nakut-nakutin!" Ucap Iman kesal, nampak Iman sedikit menelan ludah.

" Hahaha.." aku tertawa.

" Terus ada cara nggak buat nolong si Rusli bah?" tanya Iman.

" Ada, caranya pertama bujuk siluman kera itu untuk melepaskan Rusli, tapi jika siluman kera itu enggak mau, apa boleh buat, harus ada yang bisa membebaskan Rusli keluar dari dimensi siluman kera. Tapi itu nggak mudah karena siluman kera itu kuat." Tuturku.

"Terlalu berisiko dong bah, terlalu bahaya. Tadinya gue pikir masalah Rusli ini gak seberat yang gue kira, mungkin dengan begitu loe bisa bantu dia, bahkan Ayahnya juga minta tolong ke gue, nyuruh gue buat bujuk loe, berharap loe bersedia membantu. Tapi kalau bahaya begini gue jadi ragu nyuruh loe bantu mereka." Tutur iman nampak berpikir keras.

" Gue bisa bantu kok." Jawabku.

" Eh, Eh, Elu yakin? Menurut gue ini berat bahkan bahaya, kalau loe sampai kenapa-kanapa gimana?" Ucap Iman panik.

" Man gue bantu orang dalam masalah mistis begini bukan sekali dua kali, loe juga tahu kan. " Ucapku.

" Iya sih, tapi beneran loe yakin bisa bantu mereka? Asli gue jadi nggak enak sama loe Bah, seandainya gue juga bisa bantu tolong si Rusli."ujar Iman.

" Loe bantu doa aja udah cukup Man, kemungkinan besar buat negoisasi dengan mahluk kaya begitu susah di bujuk, paling cara terakhir yang bisa di pakai, Pergi Ke dimensi ghoib mereka pun hanya orang-orang tertentu saja yang bisa. Gak sembarang orang bisa ke sana apalagi loe." Ungkapku.

"Hm, ya udah, kalau begitu, kapan loe ada waktu? Gue mau ajak loe ketemu ayahnya Rusli."tanya Iman.

" Minggu aja, gue libur kerja" Ucapku.

" oke lah, minggu gue jemput loe kemari, sebelum itu gue mau kabarin keluarga Rusli dulu, mau kasih kabar kalau loe bersedia bantu mereka." Ujar Iman, aku pun mengangguk tanda setuju.

Tidak terasa waktu pun sudah berlalu dengan cepat, jam sudah menunjukan pukul dua dini hari.

" Duh, udah jam dua pagi bah, Gimana cara gue pulang" Keluh Iman cemas, sambil mengintip di balik tirai jendela, melihat suasana malam di luar yang terlihat begitu sepi.

" Pulang ya, tinggal pulang Man. rumah loe kan dekat." ucapku enteng.

" Dekat sih dekat, tapi kan loe tahu bah. jalan ke rumah gue banyak rintangannya, harus lewat kuburan, terus sekolahan malem-malem gini, Apalagi sekolah itu terkenal banyak yang lihat penampakan di sana." keluh Iman bergidik.

" Aman kok, gue pantau loe dari jauh." sambung ku.

" Beneran nih aman? kalau ada apa-apa sama gue, loe harus tanggung jawab." pinta Iman. Sambil memakai jaketnya

" Hahahaha, aman, aman, setan juga pilih-pilih, mana ada yang mau gangguin loe Man." Candaku yang mengantar Iman keluar rumah.

" Sial*n loe Abah. Mentang-mentang teman loe banyaknya setan. Sombong! Ih gemes pengen deh gue geprek." Ujar Iman terlihat kesal dan memakai helm nya.

" Hahaha, geprekin itu ayam bukan gue." Jawabku lagi. Kami pun tertawa.

Lalu Iman pun pamit, dia keluar pagar dan menyalakan motornya.

" Kalau mereka udah siap ketemu loe, nanti gue kabarin, udah ya gue balik, assalamualaikum.." ucapnya Iman pamit.

"Walaikumsalam." Jawabku, Iman pergi melaju dengan motornya.

................

Hari Minggu tiba.

Pukul sembilan pagi, Iman menelepon. Posisiku saat itu sedang bekerja.

" Bah, loe ada di rumah nggak?" tanya Iman di telepon.

" Gue lagi di tempat kerja Man."jawabku.

"Lah! Bukannya libur?" Tanya Iman heran.

" Gue di suruh lembur, kerjaan lagi numpuk. ada apa?" Tanyaku lagi.

" Loe lupa kita mau ke rumah keluarga si Rusli?" Tanya Iman.

" Waduh! Iya, sorry gue lupa" Ungkapku

" Terus gimana jadi kita ke sana?" Tanya Iman lagi.

" Malam aja gimana? Gue pulang kerja jam dua siang." ucapku memberitahu.

" Oh, ya udah malam aja gue jemput, gue udah ceritakan semua ke Mereka kemarin. Mereka nunggu kedatangan loe sekarang." pungkas Iman.

"Oke, gue tunggu loe di rumah." jawabku, Dan kami pun mengakhiri pembicaraan kami di telepon.

Seperti inilah keseharian ku, aku sudah terbiasa dengan tugas hal mistis yang terkadang ada saja waktu yang tidak pas dengan waktu bekerja, aku harus bisa semaksimal mungkin membagi waktu, selagi aku sehat tidak masalah bagiku, selama kemampuan ku bermanfaat bagi orang lain aku juga turut senang.

................

Pukul dua siang, aku pulang ke rumah. Aku di sambut oleh kedua anak laki-lakiku.

Aku melihat mereka tengah bermain bersama, Sedangkan Istriku tengah fokus menonton tv.

" Ayaaah pulang!" Ucap si sulung Raka namanya, dia bersorak melihat aku datang. Begitupun si bungsu Rayi namanya, yang sama ikut antusias.

Aku mencoba bermain dengan mereka sebentar sambil memberitahu Istriku jika aku harus pergi lagi malam nanti karena urusan mistis.

" Mah, nanti malam aku ada urusan, mau pergi sama Iman." ucapku memberi tahu Dita istriku.

" Pergi kemana?" Tanya Dita.

"Ada urusan penting yang harus aku Selesaikan." Ujarku.

"Ada orang yang harus kamu bantu ya? " tebak Dita.

" Itu tahu, kasihan pasien yang sekarang, kalau enggak di tolong segera, bisa berbahaya." Jelas ku.

" Pulang jam berapa kira-kira? Kalau bisa jangan pulang kemalaman. Kalau kamu enggak ada, anak-anak enggak bisa tidur nyenyak, seolah kaya ada yang gangguin mereka." Keluh Dita.

" Insya Allah kalau beres lebih cepat aku pulang subuh, nanti malam sebelum pergi aku mengaji dulu, biar aman anak-anak bisa tidur nyenyak." Ungkapku.

" Ya sudah, aku siapkan barang-barang yang kamu butuhkan nanti malam, aku juga sudah masak tadi, lebih baik makan siang dulu, kalau mau istirahat tidur aja di kamar, biar malam pas berangkat badan kamu segar." usul Dita.

" Iya nanti saja, aku sedang main dengan anak-anak." sahutku yang tengah seru menggambar dengan kedua putraku.

................

Malam pun tiba.

Tepat pukul delapan malam, Iman datang.

Terdengar suara motornya berhenti di depan rumah.

" Assalamualaikum." ucap Iman mengucap salam.

Dita pun membukakan pintu.

" Walaikumsalam. Eh Iman, ayo masuk dulu man." Ucap istriku mempersilahkannya masuk.

"Oh, iya kak makasih, Nandy mana kak?" tanya Iman pada Dita

" Ada Man, dia sedang mengaji di kamar. bentar ya, saya panggilkan." Kata Dita pergi menuju kamar.

Dita pun membuka pintu kamar.

" Ayah, Iman sudah datang tuh." ucap Dita memberitahuku.

" Oh, iya. suruh tunggu saja dulu, aku belum bersiap." sahutku.

" Ya sudah cepetan, kasihan nunggu kelamaan, barang-barang kamu semua sudah aku masukkan di ransel." Ujar Dita.

" Oke." Jawabku.

Selesai bersiap. Aku segera keluar dari kamar, dan menemui Iman di ruang tamu.

Aku lihat Iman tengah duduk dengan memegangi ponselnya.

" Man, mau langsung atau ngopi dulu ?" tanyaku menawari.

" Langsung aja Bah, keluarganya sudah nunggu." sahut Iman.

" Ya, ayo." Jawabku.

" Mah. Aku pamit berangkat ya? jangan lupa kunci rumah sama jendela, enggak usah nunggu pulang, aku pasti pulang subuh nanti," himbauku pada Dita mengingatkan.

" Iya." jawab Dita.

" Saya pinjam Nandy bentar ya kak, tenang aja Nandy saya ajak cari setan kak, bukan cari cewek" cetus Iman.

Dita terlihat menahan tawanya.

" Gini-gini setan juga banyak yang nyari man, kalau setan ketemu loe, setannya yang bakal lari." Timpal Ku.

"Iya , iya, terserah abah deh, leluhur abah memang yang terhebat." canda Iman membungkuk padaku seolah sedang memberi hormat.

"Wah! ini kepala minta di jitak." jawabku kesal.

"Ampun Abah suhu." ucap Iman takut melindungi kepala nya.

Kami semua pun tertawa.

Kami pun pamit pada Dita, dan segera pergi menuju rumah Rusli.

Perjalanan yang kami tempuh, kurang lebih memakan waktu dua jam untuk bisa sampai.

Karena rumah Rusli berada di sebuah kampung yang berada di kaki gunung.

Perjalanan kami kesana tidaklah mulus, banyak hambatan yang terjadi selama perjalanan.

Aku tahu ini misi menyelamatkan seseorang, pasti tidaklah mudah, tapi aku harus berusaha semaksimal untuk menyelamatkan Rusli.

Berbagai macam hambatan yang kami alami begitu banyak. Tiba-tiba hujan deras, ban yang kempes, motor tiba-tiba mogok, motor tidak kuat saat naik tanjakan, dan masih banyak lagi.

Tapi kami tidak gentar, kami terus berdoa dan berusaha untuk sampai dengan selamat ke kediaman Rusli.

................

Assalamualaikum..

Sesudah baca, jangan lupa like nya ya.. biar makin semangat buat nulis.

Jangan lupa komen dan sarannya tentang apa yang kamu rasakan setelah membaca. sebagai semangat untuk memperbaiki tulisanku yang masih kurang bagus

Terima kasih atas dukungannya.

i love you readers.

😍🥰😘

Wasalam.

Rekan ghoib

Perjalanan panjang sudah lama kami tempuh, akhirnya kami mulai memasuki desa tempat tinggal Rusli, terdapat Gapura selamat datang yang bernamakan Desa Jaya mekar.

Tinggal beberapa kilo meter lagi kami tiba, sepanjang jalan aku lihat pemandangan begitu asri, masih hijau dan udaranya pun sejuk. Di kelilingi banyak pohon dan juga sawah.

Kini Iman pun memberhentikan motornya di depan sebuah rumah panggung yang sederhana, dindingnya pun masih terbuat dari anyaman kayu.

" Kita sampai bah, ini dia rumah Rusli, Ayo kita ke sana." Seru Iman berjalan mendekati pintu rumah tersebut. Aku pun mengikutinya.

Tok tok tok.

''Assalamualaikum." Iman mengucapkan salam dan mengetuk pintu.

"Walaikumsalam.''

Terdengar sebuah jawaban dari dalam rumah, lalu ada seseorang yang membukakan pintu untuk kami.

Terlihat seorang bapak paruh baya yang tersenyum ramah menyambut kami, badannya tegap dan sehat meski terlihat sudah berumur.

''Eh Iman, sudah datang!'' sambut Bapak tua yang tidak lain adalah Ayah Rusli Pak Amin.

" Iya Pak, bagaimana keadaan bapak dan keluarga sehat?" tanya iman menanyakan kabar, lalu mencium tangan Pak Amin.

" Alhamdulilah Man, hanya sedikit lelah karena terus bolak-balik ke rumah sakit. Akhir-akhir ini saya selalu mencemaskan keadaan Rusli." keluhnya dengan wajah sedih.

" Bapak Jangan terlalu banyak pikiran, nanti kesehatan bapak menurun, bapak harus sehat, Insyaallah Rusli akan baik-baik saja, Nah! kebetulan Pak, saya bawa teman yang waktu itu saya ceritakan. namanya Nandy. Nah! Bah ini kenalkan ini Pak Amin, Bapaknya Rusli.'' Seru Iman memperkenalkan kami berdua.

" Halo pak, salam kenal, saya Nandy." Jawab ku menyapa Pak Amin lebih dulu.

" Oh, ini orang nya! salam kenal juga nak, saya Pak Amin, senang sekali akhirnya bisa bertemu, terima kasih lho Nandy, sudah bersedia menyempatkan diri untuk berkunjung ke sini." seru Pak amin yang menjabat tanganku.

"Sama-sama pak." Jawabku tersenyum

" Panggilnya Abah saja Pak, jangan Nandy, semua orang di lingkungan rumahnya sering memanggilnya Abah." Ujar Iman menjelaskan.

"Oh begitu, ternyata sebutan Abah bisa juga dipakai untuk anak muda ya, hahaha." tertawa membuat suasana lebih akrab.

"Ya sudah Abah, Iman mari masuk, ayo silahkan duduk.'' sahut Pak Amin mengajak kami masuk ke dalam rumahnya.

Saat masuk ke dalam rumah Pak Amin, nampak suasana pedesaan begitu terasa, meski dindingnya masih terbuat dari anyaman kayu, namun tata ruangannya begitu rapih, bersih dan terawat.

"Ibu kemana Pak?'' tanya Iman membuka obrolan lebih dulu.

''Ibu ada, dia sedang di dapur." Jawab Pak Amin.

Lalu Pak Amin berteriak memanggil istrinya.

"Bu! sini sebentar, ada tamu!"panggil Pak Amin.

" Siapa yang datang Pak?" Terdengar suara ibu dari dapur.

Lalu dari balik pintu dapur muncul seorang ibu yang sedikit gemuk dan bungkuk. memakai daster dan kerudung pendek, ibu itu mendekati kami yang sedang duduk di ruang tamu, sambil berjalan dia terus mengelap wajahnya yang berkeringat karena kepanasan oleh panasnya api dari tungku kayu bakar.

" Astaga! Iman." seru ibu tersebut kaget melihat keberadaan ku dan Iman yang sedang duduk di ruang tamu.

Iman pun mencium tangan Ibu tersebut. Begitupun aku.

"Sejak kapan kalian sampai? ibu sudah tunggu kamu dari pagi Man, kenapa baru datang sekarang? Lho ini siapa? Temanmu man?" Tanya Ibu pada Iman sambil menatapku.

" Iya maaf Bu, tadi pagi teman saya ini masih kerja lembur katanya, ini teman saya yang waktu itu saya ceritakan bu."jawab Iman.

Kening ibu nampak berkerut, seolah dia sedang mencoba mengingat.

" Itu lho Bu, teman Iman yang dia bilang bisa membantu kita untuk menyelamatkan Rusli." Tutur Pak Amin menjelaskan.

" Halo Bu, saya Nandy" ucapku memperkenalkan diri lebih dulu.

" Oh ini! wah, masih muda sekali ya, kenalkan Saya Ibu Yasmin, ibunya Rusli." Ucap Ibu menjabat tanganku.

Aku pun membalasnya dengan senyuman.

" Nandy, terima kasih ya, sudah mau datang ke sini jauh-jauh, pas ke sini malah di buat repot, di mintai tolong masalah Rusli anak ibu, maaf ya nak, habisnya ibu sama bapak sudah bingung mau minta tolong kepada siapa lagi." Ucap ibu terharu menatapku sambil memegang pundak ku.

" Sama-sama Bu, nggak apa-apa kok Bu, saya senang bisa membantu." Jawabku. mendengar perkataan ku yang tulus, ibu Yasmin kembali terharu.

" Oh iya, ibu lupa. Ibu belum membuatkan minuman, ibu tadi baru beres-beres dapur. Nandy mau minum apa?" Tanya Ibu begitu antusias.

" Jangan bu, nggak usah repot-repot " Sahutku.

" Eh, ternyata Nandy ini pemalu ya man. nggak seperti kamu." Ibu tertawa.

" Panggil Nandy Abah aja Bu, biar lebih akrab." Ujar Iman.

" Oh begitu, ya sudah, Abah Nggak perlu sungkan, anggap saja ini rumah sendiri. Ibu sangat senang kalian datang ke sini." Ucap Ibu Yasmin tersenyum senang.

" Iya ibu terimakasih." Jawabku sedikit malu.

" Kalau begitu ibu ke dapur dulu ya, buatkan minuman untuk kalian. Ayo teruskan saja ngobrolnya." Ucap Bu Yasmin berlalu menuju dapur.

Kami pun kembali fokus dengan obrolan kami.

" Oh ya, Abah berarti sudah tahu cerita mengenai anak saya Rusli kan? Dan tujuan saya ingin bertemu Abah?" Tanya Pak Amin langsung padaku tanpa basa-basi lagi.

" Sudah Pak, Iman yang cerita semua pada saya." Jawabku.

" Oh syukurlah kalau begitu, Tapi Abah benar mau membantu saya untuk menyelamatkan anak saya?"Tanya Pak Amin memastikan lagi

" Insya Allah Pak, saya akan coba membantu bapak sebisa mungkin untuk menyelamatkan Rusli." Jawabku.

" Alhamdulillah ya allah, terima kasih banyak sebelumnya bah. Saya tidak tahu harus meminta pertolongan pada siapa tentang masalah Rusli yang aneh seperti ini, saya sudah hampir putus asa." Ungkap Pak Amin terlihat lega.

" Sama-sama." Jawabku.

"Tapi ada yang ingin saya tanyakan, saya ingin memastikan, benarkah Rusli mendapat gangguan mistis dari penghuni pohon?" Tanya Pak Amin penasaran.

"Sebelumnya maaf, kalau kesannya seperti tidak masuk akal Pak, tapi menurut penerawangan saya memang begitu. Rusli seperti itu karena ulah penunggu pohon keramat." Ungkap Ku menjelaskan dengan berhati-hati. Takut jika Pak Amin tidak percaya pada ucapanku.

"Ternyata benar, saya dan semua warga sudah menduga ke arah sana, saya merasa ada hal ganjil yang terjadi pada Rusli, tapi saya bingung bagaimana cara menjelaskannya, bapak tidak tahu sama sekali mengenai hal mistis semacam ini, sebelumnya saya juga resah bagaimana mengatasinya. Untunglah ada Abah sekarang, saya harap dengan bantuan Abah Rusli bisa sembuh dan selamat." Ungkap Pak Amin.

" Tenang saja pak, Abah ini ahlinya, dia sudah banyak pengalaman mengatasi hal mistis semacam ini, kenapa saya percaya, karena saya dulu pernah di tolong oleh Abah juga pak." Puji iman mengenaliku.

" Wah benarkah? Ternyata Abah ini hebat." Puji Pak Amin.

" Ah tidak juga pak, Iman saja yang bicaranya terlalu berlebihan, saya hanya senang kemampuan saya bisa bermanfaat untuk banyak orang." Ungkap Ku.

" Abah begitu baik, bapak salut." Puji Pak Amin.

Aku sangat tersanjung dan senang mendengarnya.

" Ngomong-ngomong, apa Abah bisa menjelaskan bagaimana keadaan Rusli sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi pada Rusli dalam hal mistis semacam ini? lalu apa yang telah mahluk itu lakukan pada Rusli, hingga Rusli menjadi koma?" Tanya Pak Amin meminta penjelasan ku tanpa jeda.

"Menurut penerawangan saya, Rusli jatuh koma karena sukma nya telah keluar dari tubuhnya. Sehingga raganya kosong. Dan yang membuat sukma Rusli keluar dari tubuhnya itu, karena ulah si penunggu pohon keramat, saya lihat dia membawa sukma Rusli secara paksa ke dimensi ghaib miliknya dan di tawan di sana, itulah sebabnya kenapa Rusli belum kunjung sadar." Ungkap Ku menjelaskan sambil membuka kembali penglihatan ku.

Pak Amin kaget dan syok, dia tidak mampu berkata-kata dengan ceritaku. dirinya hanya bisa diam mematung. Wajahnya memucat dan sangat khawatir.

" Ta, tapi mengapa mereka tega melakukan hal itu terhadap Rusli bah? Setahuku tujuan Rusli ke sana hanya untuk mencari kayu bakar. Apa mungkin mereka merasa terganggu? Atau Rusli berbuat salah?" Tanya Pak Amin dengan nada yang sedikit bergetar.

" Sepertinya tanpa di sadari Rusli melakukan kesalahan yang memancing kemarahan si penunggu pohon keramat." Jelas Ku.

Pak Amin nampak termenung berpikir keras dan begitu khawatir.

" Tenang saja Pak, selama jantung Rusli masih berdetak, Rusli masih bisa di selamatkan, tapi jika Sukma nya terlalu lama pergi jauh dari raganya kemungkinan yang terburuk bisa saja terjadi. Maka dari itu saya akan secepatnya menyelematkan Rusli sebisa mungkin. Bapak jangan khawatir, perbanyak saja kita berdoa, agar Allah memudahkan jalan untuk kita menyelematkan Rusli." Ungkap Ku menjelaskan pada Pak Amin.

" Baiklah Abah, saya mohon sekali bantuannya. Saya berharap Abah berhasil menyelamatkan Rusli. Dan selalu dalam lindungan allah." Ungkap Pak Amin.

" Aamiin." ucap kami semua.

" Kalau begitu pak, boleh tidak saya minta tolong, untuk mengantar saya ke hutan, ke lokasi Rusli terakhir di temukan?" Ujarku.

" Se, sekarang?" Tanya Pak Amin kaget dan ragu. Iman pun sama terkejutnya mendengar permintaanku.

" Iya sekarang pak." Jawabku jelas.

"Bah! Nggak salah? Masa ke hutan?" Tanya Iman heran.

" Lho, memangnya kenapa?" Tanyaku juga.

" Loe enggak lihat di luar sudah gelap bah, masa malam-malam begini ke hutan, mau apa?!" Tanya Iman dengan nada kesal.

" Ya, gue harus ke sana Man, gue harus memastikan sesuatu." Jawabku tenang.

" Astaga, memastikan apa lagi Bah? Hutan tetap aja hutan, banyak pohon banyak binatang buas, apa lagi yang mau Loe pastikan, loe pikir hutan bakal jadi taman surga begitu." Ucap Iman sewot dengan wajah kesal.

''Ck! Gue ke sana untuk cari petunjuk yang berkaitan dengan Rusli, bilang aja loe takut Man" Ledekku.

" Bukan gitu, coba aja loe pikir, mana ada orang yang pergi ke hutan malam-malam, kan bahaya, pasti Pak Amin juga takut bah. Ucap Iman mencari alasan untuk membenarkan pendapatnya.

" Hm, iya sih Man, saya juga takut sebenarnya. Tapi apa boleh buat, kalau ini menyangkut keselamatan Rusli,bapak bersedia kok." Ungkap Pak Amin berterus terang.

Iman nampak menepuk jidat.

" Nah, gimana Man? Ikut nggak? Pak Amin saja orang tua ikut, masa loe enggak?" Ujar ku tersenyum meledek Iman.

Iman nampak enggan.

"Tapi bah, gue..

"Sudah Man, ikut saja temenin saya, saya juga sudah tua butuh yang mendampingi, ada banyak orang kan lebih ramai, lebih baik daripada sendirian kan?" Ujar Pak Amin yang langsung memotong alasan Iman.

" Iya man, ada satu hal juga yang harus gue pastikan, mungkin di sana kita menemukan petunjuk." Ungkapku menjelaskan tujuanku.

"Ck, Iya, iya.. " Iman pun terpaksa menyetujui.

Aku pun tersenyum senang melihat wajah Iman yang cemberut.

"Kalian tunggu sebentar di sini, sebelum pergi saya mau pamit sama ibu dulu ya? sekalian saya mau cari senter untuk penerangan selama perjalanan." Sahut Pak Amin pergi menuju dapur dan meminta Izin pada istrinya.

Setelah perlengkapan kami siap, kami pun pergi bersama ke hutan melalui jalan yang berada belakang rumah, karena jalan tersebut adalah jalan pintas yang dekat menuju hutan.

................

Sudah cukup lama kami berjalan, akhirnya kami tiba di kawasan hutan. Aku lihat jam tanganku menunjukan pukul satu dini hari.

Kami mulai melewati kebun yang ada di hutan, disini keadaan sedikit terang karena sinar bulan nampak menerangi perjalanan kami.

Namun semakin kami memasuki kedalaman hutan, suasana mulai mencekam, semilir angin yang dingin, membuat bulu kuduk berdiri.

Bulan mulai bersembunyi di lebatnya rimbunan pohon, penerangan kami sekarang hanya mengandalkan senter masing-masing.

Suara lolongan anjing dan suara burung hantu seolah saling bersahutan, suara-suara mereka menemani setiap langkah kami menuju pohon keramat.

Beberapa kali angin bertiup kencang dengan tiba-tiba, membuat nyali Pak Amin dan Iman semakin menciut.

Tidak jarang juga Iman beberapa kali mengajak kami untuk kembali pulang. Namun aku tetap mengingatkan untuk terus melanjutkan perjalanan. Bagaimanapun juga, aku harus melihat pohon keramat dengan mata kepalaku sendiri.

Kemungkinan aku bisa bertemu dan berbicara dengan sosok penghuni pohon keramat tersebut. siapa tahu mahluk itu dengan sukarela mau melepaskan Rusli.

Hampir lima belas menit berjalan, akhirnya kami tiba di pohon keramat tersebut.

Iman berdiri jauh di belakangku. dia enggan mendekati pohon itu. sangat jelas bentuk pohonnya yang besar memberikan kesan menakutkan karena aura negatif dari pohon itu sendiri.

Saat melihat dengan mata batinku, sekilas pada batang pohon keramat Itu memiliki sebuah lubang yang memancarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata namun seketika menghilang begitu saja.

Kini aku paham, jika pohon keramat ini merupakan pintu atau portal menuju dimensi ghoib.

Kami pun berjalan lebih mendekati pohon keramat, namun pada jarak lima meter, aku menyuruh Iman dan Pak Amin untuk berhenti. Karena jarak yang terlalu dekat bagi mereka orang biasa dengan pohon keramat ini sangatlah beresiko.

Aku mengambil sebuah ranting kayu, lalu membuat garis yang melingkari tempat Iman dan Pak Amin berdiri.

Tujuannya agar mereka terlindung dan aman saat aku melakukan komunikasi dengan mahluk penunggu pohon keramat tersebut.

" Bah, kalau berbahaya lebih baik kita pulang." kata Iman yang mulai ketakutan dan khawatir.

" Nggak apa apa Man, kalian aman kok di dalam lingkaran yang aku buat, jangan sampai kalian melewati batas itu, berdoa saja agar kita semua bisa selamat. aku akan mencoba berkomunikasi dengan penunggunya." Ungkapku menjelaskan.

Iman dan Pak Amin mengangguk.

Aku segera mendekati pohon tersebut, langkah demi langkah, aku semakin dekat dengan pohon tersebut, namun pada jarak satu meter, keanehan mulai terjadi.

Tiba-tiba pohon keramat bergoyang-goyang sangat kencang dengan sendirinya. Daun daun berjatuhan begitu banyaknya, padahal tidak ada angin yang berhembus menyentuhnya.

Tiba-tiba terdengar suara geraman seperti binatang buas, namun begitu keras dan menggema.

Roarr!!!

" Bah! itu suara apa!'' Tanya Iman bergidik ketakutan sambil memeluk Pak Amin.

Pak Amin juga sama ketakutan, tubuh mereka berdua gemetar sambil berpelukan satu sama lain, mereka takut dengan apa yang mereka dengar, mereka celingukan mencari dari mana asal suara itu.

Namun aku merasa yakin jika suara itu berasal dari pohon keramat, karena aku merasakan energi negatif yang kuat muncul dari pohon tersebut. Bahkan pohon itu kini mulai mengeluarkan asap hitam dari seluruh bagiannya.

Tiba-tiba Geraman itu berubah menjadi suara seseorang yang berat menggema, seperti berbicara kepada kami.

''Untuk apa kalian kemari wahai manusia!!"

" Pergilah kalian dari sini!! Ini wilayahku!!'' ucap suara itu marah.

Iman dan Pak Amin makin gemetaran, tapi tidak denganku, karena aku tahu dia adalah mahluk penunggu pohon keramat.

Tiba-tiba Pak Amin berteriak.

" Ruslii !!"

"Lihat Bah! Man, di sana! Di sana ada Rusli!"

" Ruslii ! Ruslii ! Cepat kemari nak! Bapak ada disini !!" teriak Pak Amin memanggil-manggil Rusli dan melambaikan tangannya ke arah pohon keramat.

" Dimana Pak?! mana Rusli?!"ucap Iman tangah mencari keadaan Rusli ke arah yang di tunjuk Pak Amin, namun Iman tidak bisa melihat apa yang di lihat Pak Amin dia hanya kebingungan sendiri.

"Di sana Man ! Rusli di pohon itu." jawab Pak Amin yang panik. seketika matanya membelalak.

"Di, dia di ikat, Man! tubuhnya berdarah !Astaga.. Ruslii !! Ruslii !!" teriak Pak Amin yang kemudian histeris.

Pak Amin bahkan hendak berlari keluar dari batas lingkaran yang aku buat, Aku segera berteriak mencegahnya.

" Pak Amin !! Bapak jangan keluar dari batas lingkaran itu Pak, bahaya !!" Teriakku menegaskan.

" Tapi Bah, Rusli minta tolong! Bapak harus kesana menyelamatkan Rusli !!" teriak Pak Amin makin panik.

"Itu bukan Rusli pak ! Rusli tidak ada di sini !Rusli masih ada di dimensi miliknya. itu hanya ilusi Pak! " teriakku cepat menyadarkan Pak Amin.

Namun Pak Amin tidak mendengar ucapan ku, satu kakinya sudah keluar satu dari batas yang ku buat.

" Iman! tarik Pak Amin, cepat ! tenangkan dia!'' Teriakku pada Iman. Ku lihat dengan sigap Iman menarik kembali tangan Pak Amin sehingga dia pun masuk kembali ke dalam lingkaran.

" Pak tenanglah! Bapak tidak dengar apa yang Abah bilang? Rusli tidak ada di sini pak, bapak mungkin hanya berhalusinasi." ucap Iman menarik tubuh Pak Amin kembali ke dalam lingkaran.

" Tidak mungkin! itu terlihat nyata Iman! apa yang harus bapak lakukan sekarang!" teriak Pak Amin yang mulai panik dan menangis. Iman hanya menahan dan menghalangi Pak Amin.

" Lepas Man! Kamu buta ! Rusli kesakitan di sana, saya harus kesana ! saya harus menolong Rusli Man! " Pak Amin cemas dia mulai memberontak, Iman dengan sekuat terus mengunci pergerakan Pak Amin dari belakang dengan memeluknya.

" Tidak Pak! Jangan kemana-mana di sana terlalu berbahaya, biar Abah yang bertindak!" Teriak Iman juga menghimbau dan menahan Pak Amin.

" Dengar saya Pak, Bapak itu hanya berhalusinasi! Aku bahkan tidak melihat apa-apa di sana! sadarlah Pak! tetaplah berada di dalam lingkaran ini, jika bapak tetap ke sana, bapak hanya akan menganggu dan merepotkan Abah nantinya. Biar Abah yang bertindak pak!" Teriak Iman pada Pak Amin.

Mendengar Ucapan Iman, Pak Amin sadar dan mulai berhenti memberontak, kini dia tertunduk menangis tersedu-sedu.

Lalu, muncul angin yang semakin lama semakin besar berhembus. Kami mencoba melindungi wajah kami dari terpaan angin besar tersebut, semua daun-daun yang berserakan di tanah berterbangan kemana-mana. Dan..

Ctar !!!!

Terdengar suara yang sangat kencang hingga memekakkan telinga, suara itu seperti suara petir yang sedang menyambar keras.

Lalu muncul sebuah bola api di atas pohon.

Seketika bola api itu berubah menjadi sosok kera hitam raksasa yang berbulu lebat, matanya merah menyala, bertaring besar dan menyeringai kepada kami.

Seketika kami bertiga terkejut melihat sosok tersebut.

Iman yang melihatnya sangat ketakutan hingga dia tidak sadarkan diri.

Pak Amin dengan sigap menangkap tubuh Iman yang hampir jatuh ke tanah, dia mencoba melindungi Iman di sampingnya.

" Wahai Siluman kera! Kenapa kamu membawa Rusli ke dimensi mu. Apa salahnya?! Cepat lepaskan dia!" bentak ku berteriak pada siluman kera itu.

" Jangan ikut campur!! Kalau tidak, kau pun akan ku bawa juga ke alamku." ucap siluman kera remeh.

Tiba-tiba makhluk itu merangkak turun dari atas pohon, Dan datang menghampiriku. Dia tertawa dan berkata.

" Hahahaha.. aku akan menyantap daging manusia hari ini. Hahaha." Ucap siluman kera itu senang dan menyeringai.

Tentu saja aku tidak dapat menghindar karena tubuhku tiba-tiba saja di buatnya tidak bisa bergerak, dia memang mahluk yang kuat.

"Akh, sial!" Lirihku.

Siluman kera itu pun memutari ku yang tengah berdiri mematung.

" Berani sekali manusia sepertimu menemuiku dan memerintakanku untuk melepaskan tawananku, bagaimana jika aku merusak wajahmu lebih dulu, sebagai hukumannya. Agar kau paham! manusia sepertimu tidak boleh berbuat seenaknya!." ucapnya sambil melayangkan cakaran tajam ke arah wajahku. Seketika mataku terpejam dan tiba-tiba,

Wush!

Bug!

Terdengar suara pukulan di dekatku, seketika aku membuka mata untuk melihat apa yang terjadi, dan ternyata siluman kera itu sudah terpental menjauh dan tersungkur.

" Akh, sial! Rupanya kau tidak sendirian bocah!" sindir siluman kera menggeram marah melihat ke arah belakangku.

" Kenapa kau mengganggu cucuku! Akulah lawanmu." Ucap seseorang di belakangku.

Sontak aku menoleh, ku lihat Ki Sugro muncul dan melindungiku.

Ki Sugro adalah rekan ghoib ku yang berwujud seorang kakek tua yang bersorban dan berpakaian serba putih, dia bertubuh manusia dan wajahnya berbentuk harimau.

Siluman kera dan Ki Sugro pun saling melawan satu sama lain. Namun sekali lagi siluman kera itu terpental.

" Siapa kau berani sekali menghalangiku?!dasar kucing tua!" Ucap siluman kera marah dengan kondisinya yang kini melemah.

" Cih, tangguh juga dasar kera b*doh! seharusnya kau paham, akibat menyerang manusia di dunia manusia, Energimu jadi terkuras habis." ejek Ki Sugro.

Mengerti dengan kondisinya sekarang, siluman kera itu sadar dan kembali melesat ke puncak pohon, dia diam sejenak melihat ke arahku dari atas sana.

"Heh! Bocah manusia! Kamu ingin temanmu bebas, jika mau, kau harus menjadi budakku, jika tidak tangkap saja aku, bunuh aku juga! barulah teman manusia mu itu bebas. Tapi aku yakin kau pasti tidak akan mampu hahaha.." ejek siluman kera itu lalu menghilang.

"Ck, aku akan mengejarnya!" Ucapku yang hendak berlari menuju portal pintu pohon keramat yang terbuka, tiba-tiba tangan Ki Sugro menahan pundakku.

" Jangan terpancing Anom! dia hanya menggertak mu." tutur Ki Sugro.

" Tapi Ki..

" Jika kamu mengejarnya dan masuk ke dimensinya akankah kamu bisa untuk kembali ke sini?! jangan ceroboh!" ucap Ki Sugro.

" Tapi bagaimana dengan temanku yang dia dia tangkap, dia juga dalam bahaya." ujarku.

" Jangan gegabah Anom, masih ada cara lain untuk bisa menyelamatkan teman manusiamu itu. Tapi tidak sekarang, kita butuh rencana dan persiapan yang matang. jika kita gegabah kita akan celaka, siluman kera itu bukan lawanmu, dia adalah mahluk yang cukup kuat. mengerti!" tutur Ki Sugro memperingatkan ku.

"Baik, aku mengerti Ki." jawabku.

......................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!