Nisa menatap dirinya lewat pantulan cermin. Dalam ruang make up yang cukup luas, dia memoles wajahnya dengan riasan tebal karna tuntutan pekerjaan. Sudah dua bulan ini Nisa bekerja sebagai pemandu karaoke.
Nisa terpaksa bekerja di dunia hiburan malam, demi menyambung hidupnya yang kini sebatang kara.
"Nis,!" Mella menepuk pundak Nisa.
"Mikirin apaan sih.?" Tegurnya.
Nisa mengukir tersenyum pada Mella dalam pantulan cermin.
"Lagi mikirin 'kapan ya ada pangeran tampan, mapan dan baik hati yang mau nikahin gue,," Seloroh Nisa dengan candaan, kemudian terkekeh sendiri. Merasa ucapannya terlalu tinggi dan sulit di gapai meski itu hanya sekedar candaan.
"Wah,, instingmu kuat juga ternyata." Mella tertawa senang.
"Insting apaan.?" Nisa berbalik badan, dia penasaran dengan ucapan sahabatnya itu.
"Kebetulan ada pangeran yang mau dateng malam ini, kamu temenin dia ya. Aku ada BO mendadak nih, sayang kalau nggak di ambil." Ucap Mella sedikit berbisik.
"Pangeran.? Jangan ngaco kamu Mell." Tukasnya tak percaya.
"Gue serius Nis, pangeran itu pemilik tempat ini. Bukannya kamu penasaran sama dia, ini kesempatan kamu buat liat wajah tampannya. Beuuhhgg,, dijamin kamu bakalan nafsu liatnya,," Kata Mella dengan ekspresi wajah yang menggambarkan ketakjuban. Kemudian Mella terbahak - bahak.
"Apaan sih Mel,,!" Nisa menabok pelan lengan Mella.
"Sayangnya dia nggak tertarik sama wanita kelas bawah kaya kita. Mainannya model dan artis papan atas,," Bisik Mella. Wanita itu takut ucapannya didengar oleh pekerja lain yang berada didalam sana, jadi membuatnya harus berbisik.
"Husst.!! Jangan ngeghibah kamu." Nisa menegurmu.
"Bukan ghibah, emang kenyataan Nis.
Gue serahin semuanya sama kamu ya, nggak susah kok ngeladenin bos besar itu. Kamu juga aman, nggak bakal di apa-apain. Tapi kalau gue sih di apa-apain juga rela, nggak masalah kalau nggak dibayar. Di cip*k sama dia aja gue udah seneng banget,," Ucap Mella masih dengan candaannya yang nyeleneh.
"Mella,,!" Nisa menatap tajam sahabatnya. Mella memang tidak memiliki filter dalam berbicara, spontan begitu saja.
"Hehe,, gue keluar dulu ya. Ingat temenin dia jam 11 malam." Mella melambaikan tangan pada Nisa sebelum menghilang dibalik pintu.
Nisa menghela nafas berat melihat kepergian Mella, dia pikir hanya dirinya saja yang memiliki takdir mengenaskan. Ternyata takdir Mella jauh lebih mengenaskan darinya. Sudah 4 tahun Mella bekerja sebagai pemandu karaoke setelah lulus SMA, untuk mencari selembar demi selembar uang di Ibu Kota.
Mella sampai terpaksa menerima BO 2 tahun terakhir, karna kebutuhan ekonomi keluarganya yang mendesak.
Ayahnya pergi entah kemana, lari dari tanggung jawab, meninggalkan Mella dan ke tiga adiknya yang masih sekolah, serta ibunya yang kini mulai sakit - sakitan. Menjadikan Mella sebagai tulang punggung keluarga. Tuntutan ekonomi membuat Mella menempuh jalan pintas untuk mendapatkan banyak uang.
Meskipun Mella memilih jalan yang salah, tapi hal itu tak membuat Nisa membenci atau menjauhi Mella. Karna bagaimanapun semua itu bukan keinginan dari hati Mella untuk menekuni pekerjaan haramnya.
Nisa masih berusaha untuk merangkul Mella, mengembalikan Mella pada jalan yang seharusnya.
Tapi Nisa juga tak bisa memaksakan kehendaknya karna memang uang yang harus dikirim Mella pada keluarga cukup banyak setiap bulannya.
Terkadang Nisa merasa kasihan pada Mella, dibalik sikap ceria dan nyelenehnya, Mella menyimpan banyak kesedihan dan luka yang mendalam di hati.
Mella pernah bercerita pada Nisa, jika dirinya sempat ingin mengakhiri hidup karna sudah tidak sanggup lagi menjalani kehidupan malamnya yang kelam. Dia mengkhawatirkan bagaimana masa depannya nanti, apakah ada orang yang akan menerimanya.? Jika tau Mella pernah menjadi wanita malam. Sedangkan Mella juga ingin seperti wanita pada umumnya yang kelak akan memiliki suami dan anak.
Nisa bangun dari duduknya, dia harus menyambut dan melayani tamu yang datang malam ini.
Kecantikan Nisa tak jarang membuat para tamu tergoda dan meminta Nisa tidur dengannya. Tapi Nisa selalu menolaknya dengan cara yang halus, membuat mereka perlahan mundur dan tidak lagi melecehkannya.
Anisa Salsabila, kerap disapa Nisa. Gadis berparas cantik itu berasal dari salah satu kota di Jawa Barat. Usianya hampir genap 22 tahun.
Kedua orang tuanya meninggal sejak dia berusia 12 tahun. Kecelakaan mobil membuat nyawa kedua orang tuanya terenggut. Tapi nyatanya bukan hanya nyawa orang tuanya saja yang terenggut, kecelakaan itu juga merenggut kebahagiaan Nisa.
Remaja berusia 12 tahun itu mengalami depresi karna kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupnya. Nisa tidak mampu menerima kenyataan terpahit dalam hidupnya. Selama hampir 6 bulan, gadis cantik itu tidak mau berbicara dan selalu mengurung diri dikamar. Terkadang menangis, berteriak, tak jarang dia juga tertawa sendiri.
Nisa mengalami syok dan trauma, karna pada saat kecelakaan, dia juga berada di mobil yang sama dengan kedua orang tuanya.
Ayahnya terhimpit badan mobil dengan luka yang sangat parah. Sedangkan ibunya berusaha melindungi Nisa dengan mendekap erat tubuh anak semata wayangnya.
Benturan keras di kepala membuat nyawa sang ibu juga ikut terenggut. Hanya Nisa satu - satunya korban selamat dalam kecelakaan beruntun itu. Yang mengakibatkan dua mobil sedan ringsek dan satu truk kontainer terguling.
Masih sangat jelas di ingatannya, dia dan ibunya terpental keluar dari mobil ketika mobil itu berhenti saat membentur pembatas jalan. Nisa juga masih ingat kala sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan sedang memeluknya. Dan bersamaan dengan itu, Nisa melihat tubuh sang ayah yang sudah tidak bernyawa didalam mobil yang berjarak 5 meter dari tempatnya tergeletak saat itu.
Nisa hanya mengalami luka ringan di bagian pelipis, sikut dan lututnya. Namun seketika itu Nisa tidak bisa berbicara. Bahkan saat polisi mencoba untuk meminta kesaksian terhadap gadis itu, Anisa enggan berbicara sepatah katapun. Pandangan matanya kosong, diam terus diam seperti mayat hidup.
Nenek Nisa, satu - satunya keluarga yang Nisa punya. Dia berjuang keras untuk kesembuhan cucu satu - satunya itu. Harta peninggalan kedua orang tua Nisa bahkan habis terjual untuk mengobati trauma dan depresi yang di derita oleh Nisa.
Kehidupan Nisa dan sang nenek dilaluinya dengan berat. Setelah semua harta orang tuanya habis, mereka tinggal di rumah petak berukuran 6 x 10 meter. Rumah yang dibeli oleh sang nenek dari sisa uang hasil penjualan rumah orang tua Nisa.
Hidup hanya berdua tidaklah mudah. Terlebih sang nenek harus bekerja keras untuk menghidupi Nisa dan membiayai sekolahnya dengan berjualan sayur keliling. Tak jarang Nisa kerap membatu sang nenek berjualan.
Kehidupan sulit itu mereka lalui selama kurang lebih 6 tahun. Mereka berjuang tanpa meminta belas kasihan pada siapapun.
Kehidupan mereka mulai membaik setelah Nisa lulus SMA dan bekerja disebuah cafe yang cukup ramai di kotanya.
Pukul 22.45, Nisa keluar dari ruang karaoke setelah menemani pengunjung. Dia masuk ke ruang make up untuk menyempurnakan kembali riasannya. Nisa sedikit gugup karna harus menemani pemilik karaoke ini beberapa menit lagi.
"Astaga Nisa, kamu ini kenapa." Ucapnya pada diri sendiri. Nisa memegangi dadanya yang bergemuruh tidak karuan. Nisa takut dia akan melakukan kesalahan. Dan jika itu terjadi, bisa bisa dia akan ditendang keluar dari tempatnya mengais rejeki.
"Tenang Nisa,,,," Wanita berparas cantik itu mengatur nafasnya, sambil menatap dirinya didepan cermin. Saat dirasa detak jantungnya cukup tenang, Nisa mulai menyempurnakan riasan wajahnya. Tak lupa, dia menyemprotksn banyak parfum di tubuhnya. Semua itu dial lakukan agar tidak mengecewakan pemilik tempat karaoke ini.
"Tampan.?" Gumam Nisa sambil tersenyum, dia ingat pujian Mella yang diarahkan untuk bos besar itu.
"Tidak ada yang lebih tampan dari mas Devan,," Lanjutnya lagi.
Wajah ceria Nisa berubah muram, teringat pada Devan yang pergi tanpa kabar dan tak pernah kembali. Meninggalkan dirinya dan cinta yang masih melekat di hati hingga kini sudah 2 tahun lamanya.
"Nis, lu lagi ngapain.? Cepetan keluar, bos udah dateng.!" Kata Antoni. Manager tempat karaoke itu. Kepalanya menyembul di balik pintu ruang make up, mengintip Nisa yang masih duduk didepan cermin. Gadis itu baru saja membenarkan riasan wajahnya.
"Iya bang, ini udah selesai,," Nisa menghampiri Antoni. Dia mencekal tangan Antoni yang hampir pergi.
"Ada apa Nis,,,?"
"Eum,, itu bang,,," Nisa terlihat ragu untuk mengutarakan isi hatinya saat ini.
"Itu apa ?"
"Nisa takut Bang,," Nisa menundukkan kepalanya, kedua tangannya menyatu saling bertautan. Menunjukan kegugupan dan rasa takut yang menyelimuti dirinya.
"Kamu tenang aja, si bos nggak bakal nyentuh wanita - wanita disini." Kata Antoni, ucapannya berhasil membuat Nisa bernafas lega. Antoni tentu saja tau apa yang di takutkan oleh Nisa. Pasalnya semua pegawai di tepat ini sudah tau, hanya Nisa satu - satunya wanita yang tidak menerima BO. Nisa juga sering mengadu pada Antoni jika ada pelanggan yang bersikap kurang ajar padanya. Dan Antoni akan menjelaskan baik - baik pada pelanggan itu untuk tidak lagi menganggu Nisa.
Antoni memberikan beberapa botol minuman termahal di tempat karaoke itu.
"Sudah sana masuk, si bos udah didalam." Katanya.
Nisa mengangguk. Menerima minuman itu dari tangan Antoni. Dengan langkah gemetar, Nisa berjalan menuju ruang VIP yang memang dikhususkan untuk bos besarnya jika dia datang berkunjung.
'Andreas Candratama,,'
Gumam Nisa dalam hati, menyebut nama lengkap bos besarnya yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Permisi tuan,,," Ucap Nisa gemetar.
Dia baru saja membuka sedikit pintunya, namun kepulan asap rokok yang membumbung sudah menyambut dan mengganggu pernafasannya.
Meski sudah dua bulan bekerja disana, Nisa belum juga menyesuaikan diri dengan asap rokok yang sudah biasa mengepul ditempat itu. Tak jarang, banyak pelanggan yang tahan tidak merokok asalkan bisa ditemani oleh Nisa. Ya, pesona Nisa membuat para pelanggan di tempat karaoke itu berebut untuk minta ditemani oleh Nisa.
"Masuk.!" Seru Andreas.
Suara berat dan tegas itu mampu membuat jantung Nisa berdegup kencang. Entah kenapa perasaannya semakin takut saja. Dari suaranya saja sudah membuat Nisa bergidik ngeri, Nisa tidak bisa membayangkan seseram apa penampilan dan sikap bosnya itu.
Pintu terbuka semakin lebar, dalam ruangan berukuran luas dan terang, Nisa bisa melihat dengan jelas sosok laki - laki bertubuh besar tengah duduk menyilangkan kaki. Satu tangannya berada di atas paha, sedang tangan satunya memegang rokok dan menghisapnya.
Kesan cool disematkan Nisa pada laki - laki yang baru pertama kali dia temui.
Wajah tampan nan rupawan itu, tak luput dari perhatian Nisa. Ternyata apa yang dikatakan oleh Mella memang benar adanya. Bahkan Andreas jauh lebih tampan dari bayangannya.
Ketampanan Andreas bak dewa, sekilas membuat Nisa kagum melihatnya.
"Apa begitu caramu melayani tamu.!"
Tanpa menatap Nisa, Andreas memberikan teguran yang menohok pada gadis yang masih mematung ditempat.
"Ma,,maaf tuan." Nisa segera meletakan 3 botol vodka di meja, lalu menuangkannya pada gelas kecil. Tangannya jelas terlihat gemetar, sesekali matanya melirik pada Andreas yang masih dalam posisinya. Dia bahkan tidak melirik Nisa sedikitpun, padahal gadis itu tengah membungkuk didepannya.
"Matikan lampu.! Putarkan lagu kesukaanmu." Ucapnya datar.
"Hah.?" Nisa dibuat melongo oleh permintaan bosnya. Namun tatapan tajam dari Andreas membuat Nisa segera melaksanakan perintahnya. Dia mematikan lampu utama, hingga membuat ruangan itu menjadi redup.
Mengambil remote, menyalakan layar besar didepannya, Nisa memutar lagu yang banyak diputar oleh para pelanggan di tempat karaoke itu. Karna sejujurnya, Nisa tidak terlalu menyukai lagu.
Dilihatnya Andreas masih saja tak bergeming, asik menghisap sebatang rokok yang diapit oleh jemarinya yang panjang. Nisa mendudukkan dirinya disebelah Andreas, namun gadis itu terlihat jelas menjaga jarak pada laki - laki yang terkesan dingin itu.
Belum habis rokok di tangannya, Andreas mematikan rokok itu dengan menekannya di asbak. Mengambil gelas berisi vodka, Andreas meneguknya tanpa jeda. Minuman memabukkan itu habis dalam satu kali tenggak.
Dengan sigap, Nisa kembali menuangkan vodka kedalam gelas. Andreas mengambilnya, kembali menenggaknya hingga tandas.
Hingga habis dua botol, Andreas masih saja meminta Nisa untuk menuangkan minuman itu.
Ingin rasanya Nisa melarang, namun dia tidak seberani itu pada bosnya sendiri. Terlebih Andreas adalah sosok menakutkan dimatanya.
Pyaaarrrrr,,,,!!!
Gelas itu hancur berkeping - keping setelah Andreas melemparnya ke tembok. Nisa bahkan tersentak karna kaget. Badannya pun gemetar menahan takut. Gadis itu takut Andreas akan melukainya.
"Ireneeeeee,,,,,!!!" Teriaknya.
Nisa menahan gemuruh didadanya karna semakin takut pada Andreas.
Andreas mengusap kasar wajahnya, lalu menjambak rambutnya sendiri. Wajah tampan itu begitu menyedihkan.
"Kenapa kamu harus hamil dengan laki - laki brengsek itu.! Apa kamu tidak tau bagaimana menderitanya diriku saat kamu menikah dengannya.!" Andreas meracau, meluapkan kekesalan dalam hatinya.
Kini Nisa paham, kenapa bosnya bisa menghabiskan 2 botol vodka dengan cepat.
Mendengar ocehan Andreas, Nisa sudah bisa menebak jika laki - laki tampan itu sedang patah hati.
Dia mengambil botol vodka ke 3, kemudian menenggaknya.
"Tuan sudah,,, Anda terlalu banyak minum,,," Nisa terpaksa mengambil botol itu dari tangan Andreas. Karna Andreas berusaha untuk menghabiskan minuman itu dalam satu kali tenggak. Gadis itu juga mengkhawatirkan kondisi Andreas yang semakin kacau.
"Berikan padaku.!" Andreas merampas kembali botol vodka dari tangan Nisa. Dia menenggak habis minuman beralkohol itu.
Pyaaarrrr,,,,!
Andreas membanting botol itu ke lantai, tepat di pojok ruangan. Pecahan botol berhamburan kemana - mana.
"Irene,,," Andreas mendekat pada Nisa, tangannya berusaha meraih tubuh Nisa.
"Tidak tuan,, saya bukan Irene,," Nisa memberingsut mundur, terus menjauh dari Andreas yang mulai kehilangan kesadaran akibat terlalu banyak minum.
Dengan tubuh yang sempoyongan, Andreas berdiri. Berjalan tertatih ke arah Nisa yang meringkuk dipojok sofa.
"Aku mencintaimu Irene,,," Andreas terus meracau, menyebut nama wanita yang sedang menari - nari di hati dan pikirannya.
"Tuan aku mohon menjauhlah dariku.!" Nisa mengibaskan tangannya berulang kali untuk mengusir Andreas yang sudah berdiri di depannya. Namun Andreas yang sudah dikuasai oleh alkohol, tidak menghiraukan Nisa yang terus memohon padanya.
Nisa terus memberontak dan berteriak, kedua tangan dan kakiknya terus memukul dan menendang Andreas yang berusaha untuk mengungkung tubuhnya.
"Aku mohon jangan lakukan ini padaku.!! Aku bukan Irene.!!!" Dengan suara yang bergetar menahan tangis dan takut, Nisa berusaha untuk menghentikan Andreas yang sudah menyentuh bagian tubuhnya.
Nisa tidak bisa lagi menahan tangisnya, meski dia terus berteriak dan memberontak, Andreas tidak punya niatan untuk melepaskannya. Tenaga Andreas yang begitu kuat, membuat Nisa kalah. Dia hanya bisa berteriak dan menangis saat Andreas merobek paksa baju yang melekat di badannya.
"Baj*ngan..!!! Laki - laki br*ngsek,,!! Aku tidak akan pernah memaafkanmu,,,!!!" Teriak Nisa dibawah kungkungan Andreas. Namun lagi - lagi Andreas tidak peduli. Dia berfikir jika wanita yang ada di bawah kungkungannya adalah Irene.
"Jangan,,,!!! Aku mohon jangan,,,!!!"
Dengan berurai air mata, Nisa terus menggelengkan kepalanya, dia menatap Andreas dengan wajah mengiba. Nisa berusaha menghentikan Andreas yang akan menyatukan dirinya.
Plaaaakkkk,,,,,!!!
Tamparan keras mendarat di pipi Nisa.
"Kamu harus merasakan akibatnya karna sudah menolak ku,,!" Geram Andreas. Sedangkan dibawah sana, Andreas terus memaksa untuk masuk. Tidak peduli pada Nisa yang berteriak histeris karna kesakitan.
"Sakit Andreassss,,,!!!" Teriak Nisa. Pikirannya kalut dengan kejadian mengenaskan yang menimpanya.
"Hentikan,,!!! Kau iblis,,,!!! Lepaskan aku,,,!"
Malam itu menjadi malam terburuk bagi Nisa. Tidak pernah terbayangkan olehnya, kesucian yang selama ini dia jaga direnggut paksa oleh laki - laki yang baru saja dia temui. Yang tak lain adalah bos pemilik karaoke tempatnya bekerja.
Nisa terus menangis, duduk memberingsut di atas sofa dengan melipat lututnya dan memeluknya erat. Badannya bergetar hebat, merasakan kehancuran dalam dirinya. Nisa merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga. Sesuatu yang sudah di ambil dan tidak akan kembali lagi. Kebencian yang mendalam terpancar di matanya. Menatap sosok laki - laki yang sudah menghancurkan masa depannya.
"Kau b*j*ngan,,,!!! Aku akan melaporkanmu pada polisi,,,!!" Teriak Nisa histeris dengan suara yang bergetar. Meskipun dia takut, namun Nisa masih berusaha untuk mengancam Andreas.
Andreas terkekeh kecil, laki - laki biadab itu sedikitpun tidak merasa bersalah sudah merenggut kesucian Nisa. Setelah memakai kembali celananya, Andreas duduk disofa. Hal itu membuat Nisa bergeser menjauh.
"Kau pikir siapa dirimu,,?! Laporkan saja jika kau yang ingin masuk penjara." Ujar Andreas meremeh. Dia memang salah satu orang yang berkuasa. Andreas bisa memainkan hukum dengan kekuasaan dan kekayaan yang dia miliki. Bahkan tempat karaoke yang dia kelola, tidak pernah di usik oleh jajaran kepolisian meski terkenal akan prostitusinya.
Nyali Nisa menciut, dia sadar betul apa yang di katakan oleh Andreas. Dia sudah banyak tau tentang Andreas yang merupakan orang berkuasa. Dia bahkan dengan mudahnya bisa lepas dari jerat hukum.
"Kamu tidak punya hati Andreasss,,,!!! Kamu sudah menghancurkan masa depanku.!! Kau br*ngs*k,,,,!!" Nisa terus meracau, mengeluarkan kekesalannya pada Andreas. Jika saja dia tega, mungkin saat ini dia sudah berusaha untuk melenyapkan laki - laki biadab itu.
"Kamu hanya kehilangan keperawanan, bukan kehilangan nyawa.!!" Bentaknya.
"Berapa yang kamu inginkan,,? Seratus juta.? Lima ratus juta.? Satu milyar.? Katakan saja, aku akan memberikan berapapun yang kamu minta,,,!" Tegas Andreas dengan gaya sombongnya. Dia mengambil rokok dan menyalakannya. Laki - laki berwajah tampan itu sama sekali tidak menyadari kesalahan terbesarnya. Kesalahan yang sudah membuat Nisa begitu hancur.
"Aku tidak menginginkan uang.! Aku hanya ingin kau mati,,,!! Laki - laki biadab sepertimu tidak pantas hidup,,,!!" Teriak Nisa, dengan menutupi tubuh bagian atasnya yang berbalut pakaian kerja yang sudah robek, Nisa turun dari sofa dan mengambil botol vodka yang sudah kosong. Pikirannya sudah buntu, dia terlalu benci pada bosnya itu.
"Kau ingin melenyapkanku dengan botol itu.?" Kata Andreas dengan tawa yang mengejek.
"Aku hanya akan masuk rumah sakit, tapi kau akan mendekam dipenjara seumur hidupmu." Jelasnya santai, lalu menyesap rokoknya tanpa memperdulikan Nisa yang sudah berdiri di depannya dengan tatapan mematikan.
Pyaaaarrrr....!!!!
Nisa meleparkan botol itu pada dinding.
"Aaaaaarrrrrggh,,,,!!!" Nisa berteriak histeris, tubuhnya ambruk di lantai. Dia terus memukul perutnya berulang kali. Ada ketakutan tersendiri dalam dirinya. Nisa takut perbuatan bejad Andreas akan menumbuhkan benih kehidupan dalam rahimnya. Bukan hanya sekali Andreas melakukannya, dia mengurung Nisa dalam ruangan VIP itu hingga berjam - jam lamanya.
Tentu saja Nisa khawatir akan hal itu.
"Apa yang kau lakukan,,? Kau takut mengandung anakku.?" Tanyanya santai.
"Ya.!! Aku tidak sudi mengandung keturunan dari iblis sepertimu.!!" Teriaknya.
Anisa bangkit, dia menyambar jas Andreas yang tergeletak di lantai lalu memakainya untuk menutupi baju bagian atasnya yang sudah robek. Nisa menyalakan lampu utama, membuat ruangan redup itu menjadi terang.
Kedua manik matanya di arahkan kebawah untuk mencari kunci yang sudah dibuang oleh Andres. Laki - laki itu hanya memperhatikan gerak - gerik Nisa. Dia masih duduk santai di sofa sambil menghisap batang rokok di tangannya.
Nisa menemukan kunci itu di sudut ruangan, dia segera mengambilnya dan langsung berjalan menuju pintu.
"Terima kasih untuk kenikmatan malam ini. Aku tidak percaya kamu memberikannya secara cuma - cuma padaku,," Ucap Andreas dengan suara lantang hingga menggema di ruangan itu. Nisa mengepalkan kedua tangannya, kebenciannya pada Andreas semakin membara. Tanpa menghiraukan ucapan Andreas, Nisa membuka pintu dan segera meninggalkan ruangan itu.
Nisa berjalan tertatih menuju ruang make up. Dia bahkan terus menangis tanpa mengeluarkan suara.
"Nis,, lu kenapa.?" Tegur Antoni yang berpapasan dengan Nisa. Nisa terus menunduk dan memeluk tubuhnya sendiri.
"Tanya aja sama laki - laki b*j*ngan itu,,,!!" Ketus Nisa, dia menunjuk ruang VIP yang baru saja dia tinggalkan. Antoni membelalakan mata. Kini dia mengamati penampilan Nisa yang terlihat kacau. Di tambah dengan jas milik Andreas yang terbalut di tubuh Nisa.
"Nggak mungkin Nis, si bos nggak bakal nyentuh wanita disini,,," Kata Antoni, dia menyangkal apa yang ada dalam pikirannya.
"Tapi b*j*ngan itu sudah merenggutnya,,,!!!" Teriak Nisa histeris. Dia kembali ambruk di lantai. Nisa terlihat syok pada kejadian buruk yang baru saja menimpanya.
Kini Antoni baru meyakininya. Melihat Nisa yang begitu terpuruk dan hancur, sudah dipastikan jika Andreas benar - benar mengambil kesucian gadis cantik itu.
Antoni membangunkan Nisa, dia menuntun Nisa masuk ke dalam ruang make up. Mendudukan Nisa di sofa panjang yang ada di sana.
"Lu tunggu disini, jangan pulang sendirian. Gue yang akan anterin lu pulang nanti,,," Pesan Antoni, dia menepuk pelan bahu Nisa sebelum keluar dari ruang make up.
"Gila,,," Seru Antoni.
"Jadi lu beneran perk*s* gadis itu,,,?" Tanyanya memastikan.
"Lu nggak denger tadi gue ngomong apa,," Ujar Andreas.
"Iya gue denger. Masalahnya gue nggak percaya aja lu bisa maen sama wanita disini. Dia juga masih virgin bro.! Parah lu,,," Cibir Antoni.
"Awalnya gue nggak sadar. Gue pikir dia Irene. Baru sadar pas ngerasa punya gue susah masuknya," Jelasnya.
"Lu udah sadar tapi kenapa masih dilanjutin.?!" Cecar Antoni sedikit kesal.
"Tanggung bro, udah nggak tahan. Kapan lagi dapet yang masih segelan." jawab Andreas dengan santainya. Antoni hanya menggelengkan kepalanya. Bos sekaligus sahabatnya itu terlampau gila.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!