Cratttt !!!!!
Air kubangan diinjaknya. Gadis ber-rok abu rempel ini berlari kencang, rambut panjang bergelombangnya bergoyang tak karuan.
"Shitttt !" umpatnya.
"Ngumpet dimana gue ?!" dengusnya panik.
"Si Lilo pake ninggalin ! Motor gue kan disita ayah !" ia celingukan, menemukan sebuah masjid. Otaknya bersinar bak bohlam 15 watt.
Ia segera membuka sepatunya.
"Batas suci, ga boleh pake sepatu !" nakal boleh, tapi seingatnya jika memasuki masjid ia harus melepas sepatu di batas suci dan melafadzkan do'a, biar kabur dan ngumpetnya diberkahi Allah.
Lalu ia menyembunyikan sepatunya di antara rumput di samping teras masjid, agar tak ada yang tau.
Dengan segera ia masuk ke dalam toilet.
"Mana ga kuat pingin pipis lagi. Numpang lah, kalo di toilet umum kan mesti bayar ! Mayan 2 ribu buat beli permen karet !" gumamnya.
Kenalkan Galexia Adhara Mahesa, umur 18 tahun, tinggi 155 cm, kulit putih, rambut hitam lebat dan bergelombang di ujung, tapi terkadang ia mewarnai rambutnya meski tak secara permanen, anak momy Sha-sha dan ayah Arka. Status sekarang buronan sekolah lain karena abis jambakin rambut salah satu the most wanted disana gara-gara rebutan beli cilor.
Beberapa anak siswa sekolah lain berlari dan mencari keberadaannya, mereka dimintai tolong oleh Cika karena rambutnya dijambak Galexia atas tragedi rebutan cilor.
"Kemana tuh cewek larinya ?" mereka mencari-cari si tersangka yang sedang bersembunyi di toilet masjid.
"Kayanya naik taksi, dah balik !" jawab yang lain.
"Ya udah yu balik lah !" ajak satu lainnya.
Gale yang masih bersembunyi malah keasyikan disana, berselang 20 menit ia keluar.
"Eh, udah ashar juga. Sekalian aja lah solat disini. Kalo di rumah diomel yang mulia Ratu !" gumamnya.
Galexia mengambil air wudhu lalu beranjak masuk ke dalam masjid yang sejuk, mengeluarkan mukena miliknya yang selalu dibawa kesekolah dan khusyuk beribadah.
Selesai ia solat, Galexia segera keluar. Tapi disaat yang bersamaan ia melihat sepatu miliknya sedang dipakai oleh seorang laki-laki.
Sontak saja Galexia meradang, ia yang masih memegang tas mukena langsung melayangkannya ke kepala si pria.
"Bughhh !"
"Heh ! Maling sepatu loe ya ?!" tuduh Galexia.
"Awww !" pria itu berbalik, tak terima kepalanya asal dipukul tanpa kesalahan apapun, ia berdiri dan tingginya memang diatas Galexia, sekitar 170 cm.
"Bisa banget loe, datang ke masjid pake sendal jepit burik. Balik dari sini ambil yang bagus !" tuduh gadis ini.
"Kamu ga waras ya ?! Ga hujan ga angin main mukul kepala orang sambil nuduh sembarangan !" ia mengusap kepalanya dan memarahi Gale.
"Situ yang ga waras ! Mana ada maling ngaku. Yang ada penjara penuh !" sengaknya berkacak pinggang dan mendongak karena perbedaan yang tinggi. Alis tebal, mata tajam, dan hidung bak sudut 45 derajat kaya minta dijiwir plus warna kulit kecoklatan khas laki-laki Indonesia membuat mata dan otak Gale oleng mendadak. Seperti pemain voli Indonesia idolanya. Tapi itu tak bertahan lama, karena kini si pria malah menjiwir kuping Gale.
"Aduhhh aww..aww...!"
"Apa kamu bilang, saya maling ?! Jangan suka fitnah !"
"Pak !!! Pak !!! Tolongin saya nih, nih dia maling sepatu saya !" pekik Gale memanggil orang-orang untuk berkumpul.
Sontak saja pria itu panik dan mengelak.
"Bukan pak, enak aja ! Justru nih anak nuduh saya tanpa bukti, udah gitu mukul-mukul kepala saya !" bela pria itu.
"Ada apa ini ?!" tanya pengurus masjid.
"Nak Fatur, ada apa ?" tanya si bapak tua pengurus masjid.
"Ini pak, saya dituduh maling sama nih bocah !" tunjuk Fatur.
"Nak, siapa namanya ?" tanya bapak berpeci itu.
Gale terlihat berfikir, tak ingin mengaku dengan nama asli ia menyamarkan namanya, enak saja ! Baru tau beberapa menit, sudah tau nama.
"Nama saya Mumun !" bukan hanya Fatur yang ingin tertawa, bahkan Gale pun sebenarnya ingin tertawa.
"Begini nak Mumun,"
"Apa loe ?! Ngetawain gue ?!" sengak Gale, Fatur menggeleng.
"Cantik, cantik sableng..." benaknya.
"Begini neng," si bapak cari aman saja.
"Nak Fatur ini sudah biasa solat disini, jadi tak mungkin dia mencuri. Dia seorang do...."
"Tapi itu buktinya sepatu saya ada di dia pak, ngaku ngga loe ?!" pelotot Galexia memotong ucapan.
"Heh ! Mulut sama sikapmu disekolahin engga, masa pelajar kaya gini, orang kalo ngomong jangan dipotong !" sungut Fatur.
"Terserah gue, mulut-mulut gue !" sebenarnya laki-laki ini termasuk ke dalam kriterianya, hanya saja mulutnya ini seperti seblak tulang, padahal lidah tak bertulang.
"Atau jangan-jangan kamu yang ngaku-ngaku karena kepingin punya sepatu kaya gini. Kenapa, uang jajanmu kurang buat beli ?" tanya Fatur.
"Enak aja kalo ngomong !"
"Gini aja nak Fatur, coba dibuktikan saja kalo memang sepatu ini milik nak Fatur," lerai si bapak berpeci.
"Iya pak, nih...punya saya ini nomor sepatu 41, nomor sepatumu berapa ?!" tanya Fatur.
"38 !" jawab Gale.
"Oke, kita buktiin sekarang !" jawab Fatur.
Fatur membalikkan sepatu dan juga membuka lidah sepatu, nomornya jelas-jelas membuktikan jika sepatu ini bernomor 41.
"Tuh ! Liat kan, nih sepatu punya saya ?! Makanya jangan asal tuduh," senyum sinis Fatur.
"Nah terbukti kan neng Mumun. Kalo ini sepatu nak Fatur," jawab si bapak.
"Terus punya gue mana ?!" tanya Gale.
"Dihh, mana saya tau ! Itu masalah kamu," gidik Fatur.
"Loe harus tanggung jawab !" pinta Gale.
"Hah ?! Enak aja, sepatu-sepatu kamu. Sudah mukul, nuduh, sewot, udah gitu malah nyusahin. Makhluk darimana kamu ?" tanya Fatur.
"Gue ? Dari kerak neraka !" sengak Gale mancari-cari sepatunya.
"Parah nih bocah, kebanyakan nge-lem," gelengan kepala Fatur memakai sepatunya.
Gale membulatkan matanya dan menepuk jidatnya, "astaga ! Gue lupa, sepatu gue kan disini !" Gale mengambil sepatu yang ada di rumput.
"Ahhaaa !!! Ketemu !" serunya.
"Nah kan, punya kamu disitu. Ayo minta maaf ?!" titah Fatur.
"Kecil-kecil sudah menyebalkan, gedenya jadi apa ?!" dengus Fatur.
"Iya..iya ! Maaf om !" jawab Gale, Fatur langsung membulatkan matanya, apakah ia setua itu sampai dipanggil om-om. Adiknya saja mungkin seumur dengan gadis ini.
Gale meraih tangan Fatur dan salim takzim, lalu hendak beranjak dari tempat itu.
Tapi baru saja melangkah tasnya sudah ditahan Fatur.
"Eeehhh enak aja main pergi. Udah dapet maafnya belum ?"
"Apalagi sih om, lagian kan saya dah minta maaf. Masalah dimaafin apa enggak, bukan urusan saya !"
"Tulus ngga minta maaf ?!" tanya Fatur.
"Bukan, Andmesh ! Saya ga ngefans sama Tulus !" jawab Gale.
"Ck, emang ngeselin nih bocah !"
"Om, om tuh emang ganteng, kaya pemain voli idola saya, tapi sayang om galak, kaya emak-emak !"
Fatur menganga sudah disebut om, disebut galak, dan sekarang apa? Mirip emak-emak. Seorang dr.Faturrahman Al-Lail di kata-katai anak kecil, dunia sedang bercanda padanya.
Fatur menghembuskan nafasnya panjang.
"Ya sudah lah, saya malas berurusan sama bocah kaya kamu. Lagipula saya sibuk ! Jangan sampai kita ketemu lagi," ujar Fatur melangkah meninggalkan Gale.
"Ya udah, lagian situ aja yang ribet," Gale tersenyum, jika dipikir-pikir om-om barusan ganteng juga. Gale terkekeh dan berjalan berlainan arah menuju arah pulang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hay guys, mulai hari ini..kita bertemu disini ya...Udah ketebak kan siapa jodoh Galexia ?! Yupppp Faturrahman Al-Lail.
Jangan bosan dengan anak-anak mimin yang serba kekurangan, kurang waras, kurang baik, kurang soleha, pokonya banyak kurangnya lah. Mimin tidak tau apa ini akan se excited cerita sebelumnya, karena mimin tak bisa menjanjikan apapun yang belum pasti. Mohon maaf buat pembaca yang kecewa gokoh kesayangannya belum mimin ceritakan ya 🙏🤗 mimin ini penulis moody, jadi menulis sesuai hati dan otak. Jika hati dan otak tidak sinkron, maka alur cerita suka macet dan buntu, meskipun dipaksakan. Jadi untuk beberapa tokoh mimin lainnya harap bersabar, karena mimin harus mengumpulkan mood untuk mengerjakan karya dengan sepenuh hati. Insyaallah mimin usahakan agar setiap karya yang sempat dijanjikan segera terlaksana. Atas perhatiannya terimakasih sayang 😉❤ Warning!!! Jangan disamakan dengan kehidupan nyata, because cerita ini hanya fiktif belaka dan jauh dari studi banding kenyataan.
Oh ya, just for your information ya...Tak tau ada lagi yang sama atau tidak dengan karya lain, karena mimin jarang membaca novel, tapi setiap penulis memiliki ciri khasnya masing-masing yang tidak bisa ditiru. Jika menemukan ada karya yang sama, mimin jamin milik mimin keasliannya dari otak sendiri.
Selamat menyelami dunia Gale dan Fatur. Happy reading all 🙏🙏❤
Pintu pagar dibuka, nampak olehnya sang adik Andromeda tengah bermain basket di area carport yang terdapat ring basket. Biasanya ia akan ditemani sang momy bermain basket. Perawakan dan sifat Andro layaknya Arka, tapi hobbynya seperti Shania. Beda dengan Galexia pecicilan dan sifatnya mirip Shania tapi kemampuannya lebih menyerupai Arka. Sebenarnya Galexia pintar. Namun, jika hanya pintar saja tak cukup, jika tidak dibarengi oleh rajin dan sikap yang bagus tanpa cacat. Jika saat ini Galexia kelas XII SMA maka Andro baru kelas IX SMP.
"Assalamu'alaikum," jawabnya lemas.
"Wa'alaikumsalam," jawab Andro.
"Tumben telat, biasanya juga pulang awal..ga pernah kelewat tidur siang," senyum Andro mengejek kakanya yang kerjanya pemalasan mirip harimau, sudah makan ya bobo siang. Suatu kebetulan yang sangat langka seperti pelangi setelah hujan melihat Galexia melewatkan tidur siangnya.
"Diem loe Indro !" sarkas Gale, saat ini yang ia inginkan hanyalah menyerbu kulkas dan mengambil air minum dingin dari dalamnya.
Plukkk ! bola basket terlempar dan mendarat cantik di punggung Gale.
"Njirrr ! Awas loe ya, kalo kaka lagi ga haus udah kaka sikat kamu !" pelototnya. Andro malah tertawa, ia dan kakanya adalah duet maut yang bisa membuat darah tinggi kedua orangtuanya naik. Wajah rupawan blasteran nabi Yusuf tapi sayang usilnya mengalahkan tuyul yang lagi nyuri uang.
"Sikat pake apa ka Lele ?" tanya Andro.
"Pake sikat w_c !!!" bentak Gale. Andro tertawa, tapi sejurus kemudian sepatu putih mendarat mulus di dadanya.
Plukkk !
"1 sama Ha-ha-ha!!" pekik Gale dari dalam rumah.
"Oyyy !"
"Assalamu'alaikum momy, ayah !"
"Wa'alaikumsalam,"
"Tumben ?" tanya Arka. Arka dan Shania selalu pulang sore hari, meskipun pekerjaan menumpuk. Sebisa mungkin keduanya tak pernah sampai telat, alasan keduanya adalah meluangkan waktu untuk anak-anak setiap harinya demi hubungan harmonis.
"Capek yah," ia berlari ke arah kulkas dan langsung meneguk air dari botolnya, kebiasaan buruk Gale. Setelah dahaganya hilang, ia menghempaskan badannya di sofa samping sang ayah dan menaruh kepala serta memeluk lengan ayahnya.
"Capek sih capek, tapi suami momy jangan dipeluk-peluk gini juga," Shania mendorong-dorong Gale agar menjauh dari Arka.
"Idih, udah tua juga masih cemburu, ini anak sendiri loh ! Bukan anak tetangga," sewot Gale.
"Kaka ga punya pacar apa ?!" tanya Shania.
"Kaya ga tau suami momy aja, giliran kaka jalan sama cowok, belum ada sehari dibawa ke rumah besoknya diputusin !" cebik Gale, ditertawai Shania karena sikap overprotektif Arka, sampai sekarang anak-anaknya ini harus betah dengan status jomblonya.
"Belum waktunya," jawab Arka santai. Gale beranjak menuju lantai atas ke arah kamarnya, ia merebahkan badannya di ranjang tanpa membuka seragamnya.
"Kaka !!! Jangan langsung rebahan, buka dulu seragam. Bersih-bersih dulu !!!" teriak Shania dari lantai bawah, suara 8 oktafnya bisa langsung sampai ke lantai atas, bahkan menggema memenuhi seluruh isi rumah.
"Mii, ga usah teriak-teriak juga. Samperin aja ka Gale ke atas, berisik," ujar Andro yang masuk ke dalam rumah.
"Iya Sha,"
"Males naik ke atas mas," kekeh Shania.
"Telinga masih aman kan yah ?" tanya Andro.
"Udah bolong gendang telinganya," jawab Arka datar sontak saja Andro tertawa dan Shania cemberut.
"Ihhh, awas aja kalo malem minta, ga akan Sha kasih. Hari ini mas tidur bareng Andro !" cebik Shania pergi ke lantai atas.
"Sha, becanda Sha...sayanggg !!!" susul Arka, Andro terkekeh melihat kedua orangtuanya yang semakin tua semakin bucin tak mau kalah dengan anak muda.
Galexia menatap langit-langit kamarnya dimana ada bintang dan bulan stiker glow in the dark-nya. Tapi tiba-tiba ia mengernyitkan dahi.
"Kenapa ada muka om om yang tadi ?!" gumamnya.
"Otak gue nih udah konslet kayanya ! Mesti berendam, ga tau kebanyakan makan cilor tadi. Atau karma gue yang nyela antrian cilor si Cika ?!" ia bermonolog, membuka seragamnya dan masuk ke kamar mandi.
Arka sengaja membuat kamar mandi di kamar Gale, karena putrinya ini selalu ceroboh. Ia hanya menjaga agar tak bercampur dengan Andro, karena setidaknya, meskipun adik dan kaka, kedua anaknya ini sudah akhil baligh juga memiliki sy4h_wat.
"Ka Lele !!!" ketuk Andro di pintu kamar Gale. Tak ada suara sahutan di dalam.
"Ka Le, loe tidur apa mati ?!" tanya Andro mengganggu masa tenang gadis ini. Meregangkan, merelaksasi otot badan dan juga otak yang bekerja seharian untuk belajar.
"Huffttt kimvrittt," dengus Gale. Jika bukan adiknya sendiri, mungkin Gale sudah menggantungnya di pohon cabe dan menguburnya bersama Suza_nna.
"Apa ?!" teriak Gale.
"Kata momy turun ! Disuruh makan,"
"Iya entar juga kalo laper turun, lagi mandi nih nanggung !" jawab Gale.
"Awas jangan tidur di kamar mandi loe, kalo ga mau gue bawa densus 88 buat dobrak pintu ?!"
"Loe pergi apa mau kaka siram pake minyak tanah terus kaka bakar ?!" jawab Gale, Andro tertawa. Memang paling asyik mengganggu kakanya begini, padahal Andro terkenal dingin di luaran sana.
Gale menenggelamkan kepalanya lalu segera beranjak dan memakai handuk juga berpakaian.
"Huuu, mau makan aja mesti disuruh-suruh kaya bocah !" dengus Andro sedang membaca buku pelajarannya.
"Makasih, kaka emang bocah kesayangan momy sama ayah," senyumnya menyebalkan menuju meja makan.
"Dih, pede banget !" decih Andro.
"Kemaren ada yang dateng ke rumah cewek mii, yah. Tau ngga siapa namanya ?" goda Gale membalas Andro seraya membuka tudung saji dan mengambil lauk makan.
"Siapa ?" tanya Arka di sofa, Shania ikut mendongak saat sedang mengerjakan laporan keuangan toko kue.
"Namanya Jasmine," kekeh Gale, Andro membekap mulut Gale.
"Ember!! Cepuu!" bisik Andro.
"Siapa tuh ?" tanya Shania.
"Calon-calon korban gamonnya Andro ! Hati-hati, anak gadis orang nanti niat gantung diri di pohon tomat," ujar Gale melepaskan diri dari bekapan Andro.
"Ck, pesona bujangnya momy memang luar biasa. Kaya ayahnya !" Shania menaik turunkan alisnya.
"Belum ada yang boleh pacaran, belajar dulu yang bener," jika Arka sudah berucap dengan nada datar begini, tak akan ada yang berani mendebat termasuk Shania.
"Denger kan sayang-sayangnya momy ?!" tanya Shania cari aman. Memang paling bisa momynya ini seperti bunglon.
"Denger mii," jawab keduanya.
"Keburu jadi perawan tua gue-nya," batinnya menjerit. Padahal teman-temannya di sekolah banyak yang sudah memiliki kekasih, bahkan kedua teman satu genknya semua sudah merasakan indahnya masa pacaran, hanya dirinya saja yang belum pernah. Ngenes dan menyedihkan sekali hidupnya.
"Ekhem, terus siapa yang nikahin Shania pas usia Sha sama kaya kaka Gale ?!" bisik Shania pada Arka.
"Itu beda sayang," jawab Arka.
"Beda apanya ?!"
"Beda lah, laki-lakinya kan mas !" jawabnya menutup laptop dan berdiri dari situ.
"Cih ! Emang kalo bukan mas laki-lakinya bukan cowok baik gitu ?"
"Ga jamin !" jawabnya sedikit memekik.
****
Gale sudah selesai makan, ia meraih remot televisi dan duduk di sofa dengan tangan yang meraih toples kue berisi keripik buah, produk Pawon Kurawa.
"Ko tumben telat ?" tanya Shania duduk di samping anaknya, ia tak mau kalah dalam urusan cemilan.
"Tadi kaka di kejar-kejar anak sekolah lain mii," jawab Gale. Shania selalu bisa menempatkan diri sebagai seorang ibu dan teman untuk kedua anaknya.
"Loh, kenapa ?" tanya Shania.
"Gara-gara rebutan cilor," jawab Gale.
"Hah ?! Ga salah ? Meni ga level !" decih Shania.
"Iya mii, gara-gara kaka jambak rambutnya, enak aja dia nyela antrian..ya kaka sela lagi lah antriannya ! Dia nyolot, kaka jambak !" ucapnya seakan itu adalah kebangaan tersendiri.
"Good job, kenapa ga sekalian kaka ceburin aja ke minyak panas ?" Gale menoleh menatap ibunya, lalu sedetik kemudian keduanya tertawa.
"Momy sama anak sama-sama ga bener," entah sejak kapan Arka ada disana.
Arka menjewer telinga anaknya dan menjiwir hidung istrinya.
"Aw ! Ayah,"
"Mas ih, sakit !" aduh Shania.
"Nih, kaka tuh ngikutin kamu sayang. Jadinya dia kaya gini !" Arka berjalan menuju dapur. Shania tersenyum dan mengekor lalu dengan sekali lompatan ia sudah berada di punggung Arka.
Untung saja badan tegap ini masih kokoh. Gale dan Andro sudah terbiasa dengan kelakuan sepasang kekasih ini. Jahat sekali mereka tak membiarkan kedua remaja ini berpacaran sedangkan mereka selalu beromantis-romantis ria.
Mendadak bayangan pria sore tadi memenuhi otaknya. Membayangkan betapa asyikna menyentuh hidung si pria manis gula aren. Menyentuh rahang tegas dan mata tajam bak elangnya, jangan lupakan bibirnya yang sexy kaya minta di bubuhin stiker, sold out. Sepaket badan atletisnya, yang minta dijadikan sandaran hidup.
"Ini sejak kapan otak gue jadi ga waras gini ?!" benaknya, Gale memutuskan untuk kembali ke kamar.
Di tengah keasyikan mereka, tiba-tiba ponsel Shania berdering.
"Ya yah ?"
(..)
"Apa ?! Bunda masuk RS ?"
(..)
"Oke, Sha sama mas Arka kesana sekarang !"
Shania menutup panggilannya,
"Kenapa Sha ?" tanya Arka.
"Bunda masuk RS mas," dengan gerakan cepat Shania ke lantai atas.
"Kaka Gale, Andro jaga nenek. Ayah sama momy ke RS dulu," pinta Arka.
"Oma kenapa ?!" tanya mereka.
"Darah tinggi sama diabetesnya tinggi lagi," jawab Shania cepat dari atas.
"Kaka ikut ?!"
"Tunggu aja di rumah."
.
.
Noted :
*Gamon : gagal move on.
Geng Pandawa In your area !!
"Girls, tes eksistensi dong, tunjukkan pesonamu !!!! Liat balapan yu ! Isal sama Irvan ikutan, kali aja nemu cowok gans disana yang siap adopsi gue," Lila mengetik pesan di grup chat yang sudah berjalan sejak tahun pertama mereka masuk SMA. Meskipun ada yang berbeda kelas tapi kelima anak ini tetap solid. Solid dalam hal kebajikan maupun keburukan, meskipun banyaknya sih hal negatifnya.
"Yuuk, mau banget ! Le gimana ? Ini nih yang jadi pertanyaan. Gale yang suka susah," tanya Andini.
"Adopsi, baru tau gue, kalo selama ini gue temenan sama sejenis hamster ?!" tanya Gale.
"Hiks...hiks...Lele bontot jahat, loe and gue end lah," jawab Lila.
"Bentar, gue mesti ngibulin dulu adek gue !" jawab Galexia.
"Oke, kita tunggu di depan komplek rumah loe, berfikirlah sekeras mungkin, karena si dedek ganteng kan pinter," jawab Andini.
"Iya Le, sumpah Andro ganteng loh. Mau lah gue jadi kaka-kakaannya dia, kaka ketemu gede," goda Lila. Gale memutar bola matanya jengah menatap adiknya di sebrang sofa, teman-temannya memang menyukai wajah rupawan dan perawakan Andro, yang kata Lila artis korea versi Jawa.
"Cih, gue ga mau dapet adek ipar kaya loe berdua, lagian Andro tuh dingin. Loe berdua ga akan kuat, bisa hipotermia. Temen ceweknya banyak yang dicuekin. Ga ngerti deh, adek gue itu normal apa engga ?!" jawab Gale.
"Dih, kaka luknut ! Masa iya, cowok seganteng Andro ga normal. Dah lah buruan jangan kebanyakan ba*cot. Ntar keburu udahan balapannya," jawab Andini.
"Berangkattt !" timpal Lila.
Gale menoleh pada Andro.
"Ndro, loe mau sate ngga ?" tanya Gale, Andro yang tengah membaca melirik kaka-nya, ia mengangkat alisnya. Pasalnya sangat mencurigakan sekali, mendadak kaka-nya ini baik hati, menawarinya makanan. Arka dan Shania terkadang lebih mempercayai Andro ketimbang Galexia yang harus dibilang apa bandelnya ? Like mother like daughter. Bukannya menitipkan Andro pada Gale, tapi malah sebaliknya. Entah karena mereka terlalu memanjakan Gale atau apa.
"Tumben, ada angin apa ka Gale nawarin gue makanan ?" tanya Andro.
"Dih, ditawarin malah suudzon. Padahal gue lagi baik loh. Mumpung si snowy lagi ultah ?!" snowy adalah kelincinya, meskipun kini bukan snowy yang dulu pernah dibelikan Roy untuknya, karena kelinci itu telah mati beberapa tahun ke belakang.
"Emang kelinci loe ultah berapa kali setaun ? Perasaan setiap loe mau bikin masalah, si snowy ultah ?" tanya Andro membuat Galexia manyun.
"Ga usah macem-macem ka !" Andro beranjak dan mengunci pintu rumah.
"Cih, bocah ! Udah ga bisa dikibulin lagi," Galexia beranjak menuju kamarnya.
Tak kehabisan akal Galexia membuka jendela kamarnya di lantai dua, ia tersenyum miring. Sudah hal biasa baginya kabur dari sebuah bangunan. Karena ia dan kawan-kawan selalu mengasah kemampuannya itu tiap jam pelajaran yang membuat mereka suntuk.
Disaat Andro sedang memeriksa nenek mereka, Galexia mengganti pakaiannya dan menyiapkan rencana untuk kabur.
Dirasa aman, adik rasa pengawal penjara itu tengah menonton. Ia dengan secepat kilat turun ke pinggiran balkon dan melompat dari kamarnya seperti tupai.
"Jangan sebut gue Galexia, kalo begini doang gue ga bisa !" Galexia dengan perlahan melewati taman samping yang dimana langsung berhadapan dengan ruang tengah, kebetulan belum ditutup tirainya.
Disaat Andro melirik ke luar, Gale langsung tiarap. Naas, niat buruk selalu berakhir mengenaskan, ia tak sempat melihat dimana posisi ia tiarap hingga tangannya menyentuh ee' si snowy yang tercecer di halaman samping.
"Shittt ! Njirrr, dapet jackpotnya snowy dong gue !" gumam Galexia pelan sambil mengibas-ngibaskan tangannya lalu mengelapkannya di rumput.
Setelah Andro kembali fokus ke tv, ia bangun dan berlari seperti maling, membuka pintu pagar pelan-pelan.
"Huffftt aman !" Ia segera berlari kencang. Baru juga tadi sore ia berlari dan sekarang sudah kembali harus berlari, jika begini lama-lama ia bisa jadi atlit lari tingkat Nasional.
Disana kedua temannya sudah menunggu.
"Lama banget Le !" ujar Andini.
"Auuu, udah sempet rebahan nih gue disini !" tambah Lila.
"Sorry, abisnya pintu rumah dikunciin Andro."
"Andro tau aja, kalo punya kaka bandel," tawa Andini.
"Loe kabur dari kamar ?" tanya Lila.
"Iya, biasa lah mesti lewatin dulu benteng Takeshi ! Yu buruan cabut !" Galexia menepuk pundak Lila.
"Bentar," Lila membaui sesuatu.
"Apa Lo ?" tanya Andini.
"Ko kaya bau-bau apa gitu, perasaan gue mandi deh !" ujar Lila menciumi keteknya, Galexia mengulum bibirnya namun tetap diam.
"Bau apa ?" tanya Andini mengerutkan dahinya.
"Kaya bau-bau selo_kan gitu ! Engga deh, kaya bau taneman ibu gue yang baru disiram urea," anggukan Lila yakin.
"Ahh, perasaan loe doang kali !" sergah Gale.
Ketiganya berangkat menuju arena balapan liar, ikut berbaur bersama mereka yang ada disana.
"Itu Faisal sama Irvan !" tunjuk Andini.
"Ini rame banget ! Mirip nonton konser, rusuh ! " ujar Gale.
"Iyalah rame, kalo mau yang sepi mah datangnya ke kelas waktu ujian nasional !" jawab Andini.
"Vann !!! Isall !!!" pekik mereka menyapa.
"Loh, kalian ?! Ini si bontot tumben ngikut ? Diijinin sama om Arka ?" tanya Irvan mengacak rambut Gale. Diantara mereka Gale memang yang paling muda.
"Ihhh, rambut gue acak-acakan nih !" gerutunya.
"Momy sama ayah lagi ke RS, oma sakit." Jawab Gale.
"Loe kabur ya ?!" tunjuk Faisal, langsung dihadiahi cengiran dari Galexia.
"Beuhhh, siap-siap kena hukuman om Arka !" jitak Faisal.
"Awww ih ! Udah sana balapan aja, kalo menang traktir kita boba depan sekolah !" Galexia mendorong punggung Faisal.
"Good luck guys !" teriak Andini merangkul Galexia dan Lila, di okei kedua pemuda itu.
"Le, tadi sore loe kabur kemana ?" tanya Andini.
"Ke masjid, nih si Lilo ninggalin gue !" ketus Gale, sedangkan Lila sudah tertawa.
"Hebatt, loe jadi trending karena jambak the most dari BAKTI PERSADA gara-gara cilor !" gawa Andini.
"Ngomong-ngomong loe ga sedih, kalah dari Fathya masalah beasiswa ?" tanya Lila.
"Biasa aja, lagian gue ga terlalu mengharapkan beasiswa. Kuliah jalur normal pun momy sama ayah mampu. Lagian gue males harus gontok-gontokan terus sama si nene grandong ! Bawaannya pengen buang dia ke lautan dosa !" jawab Gale.
"Hooh lah ! Dia mah suka cari muka sama guru ! Keliatan banget pengen dikenalnya !" setuju Andini.
"Emang muka dia kemana Din, mesti dicari-cari ?!" tanya Lila.
"Ga ada ! Dikasiin buat bikin topeng mo_nyet !" sarkas Andini.
Tiba-tiba saja terdengar sebuah benturan keras dari trek balap. Mata mereka membulat.
"Faisalll !!!!" mereka berlarian termasuk Irvan yang menghentikkan laju motornya dan berbalik.
"Sal, sadar Sal !!!"
"Ini dia malah tabrakan lagi,"
"Bawa ke RS !!" keempatnya bingung dan panik.
"Cari taksi, cari taksi !" seru Andini.
Galexia segera mencari pertolongan, tapi sayangnya sepanjang ia melambaikan tangan tak menemukan taksi, hingga akhirnya matanya membulat melihat sebuah mobil bak terbuka.
"Abanggg ! Stopp ! Stopp !" Galexia berdiri menghadang laju mobil bak terbuka itu.
"Abang bisa saya minta tolong, please !!! Nanti saya ganti deh buat ongkos bensinnya," pintanya.
*****
"Guys ! Buruan, gue dah dapet transport!" pekik Gale.
"Oke, yuu angkat !"
"Satu, dua !! Angkat !" ketiganya mengangkat Faisal dengan posisi yang tak beraturan.
"Loe kakinya be*go !" sewot Irvan.
"Ogah ah, fokus gue langsung ke anu-nya Faisal !" gidik Lila.
"Ha-ha-ha," tawa Galexia.
"Loe ih, masih sempet-sempetnya mikir mesum !" seru Andini.
"Bontot ! Malah ketawa lagi, bantuin !" pinta Irvan.
Ini kenapa ribet banget sih, ketimbang ngangkat manusia sebiji doang !" ujar Irvan.
"Ihhh, si Ical berat lah. Abis makanin apa sih ?!"
"Kayanya dosanya sih yang kebanyakan !" mereka berempat malah tertawa.
"Dih, saravv ! Temen celaka malah pada ketawa ! Kalo mati kayanya loe bertiga malah du_geman !" seru Galexia.
"Mana mobilnya ?!" tanya Irvan.
"Tada !!" tunjuknya pada mobil bak.
"Hah ?! Kaya mau ngangkut sapi kurban pake beginian ?!" tanya Andini.
"Daripada ga ada, kalo kelamaan nih anak orang bisa koit !" jawab Gale. Memang senyablak itu mulut mereka, tapi bagi mereka itu hal wajar, tak pernah membuat satu sama lain merasa sakit hati.
"Ya udah buruan-buruan ! Tangan gue dah pegel, ngangkat beban hidup Ical, " jawab Irvan. Keempatnya naik ke atas mobil bak dan hendak membawa Faisal ke RS terdekat.
"Gue udah kaya grup ibu-ibu Rt yang mau piknik di Ancol tau ngga ?!" keluh Andini.
"Gue udah kaya kambing yang mau dijual pas Idul Adha," keluh Lila.
"Mana motor disana semua !" Irvan baru mengingat motornya yang ditinggal di arena balap.
"Oh iya motor gue juga !" seru Lila dan Andini.
"Ahh, banyak cingcong. Yang penting kan ga harus jalan bawa nih manusia," tunjuk Gale pada Faisal. Mobil baru saja masuk ke parkiran RS, Faisal sudah mengerjapkan matanya tersadar.
"Angkat, dah sampe nih !" ucap Irvan.
"Abang makasih, nih buat bensin !" ujar Gale menepuk badan mobil.
"Satu...dua...angkat !" aba-aba Andini.
"Awww !!! Njirrr, loe temen-temen ga ada akhlak, ngangkat gue udah kaya ngangkat jemuran !" aduh Faisal.
"Ical ?!!!" mereka segera menurunkan Faisal di jalanan parkiran RS seperti gelandangan tapi lebih tepatnya seperti korban kecelakaan, hanya tinggal di tutupi koran saja.
"Loe sadar Cal ? Loe ga apa-apa ? Jidat loe sama kaki loe berdarah tuh !" seru mereka yang sudah harap-harap cemas.
"Ga apa-apa gue. Pala gue pusing oyyy ! Emang gue pingsan ya ?" tanya Faisal.
"Iyalah, makanya kita khawatir sama loe."
"Karena udah di RS, loe periksain sana. Takut ada apa-apa !" imbuh Gale diangguki yang lain.
"Iya,"
"Yu, gue anter !" ajak Gale dan Andini mengangkat Faisal.
"Van, beli minumlah gue aus euyy !" pinta Faisal.
"Oke !"
"Untung loe ga apa-apa Sal, gue pikir loe mati !" kekeh Lila, sontak mendapat balasan toyoran kepala dari Faisal.
"Do'a loe jelek banget. Mati, emang gue kucing !" sarkas Faisal di papah Andini dan Galexia, sedangkan ketiga gadis ini tertawa.
"Loe tuh nyusahin tau ngga, kenapa ga sadar pas disana sih. Jadi ga harus ngangkat-ngangkat loe. Berat tau ngga ?!" keluh Andini.
"Tobat sono ! Dosa loe kebanyakan tuh, makanya berat !" timpal Gale.
"Wah, bener-bener loe berdua. Gue sumpahin jodoh loe berdua om-om !" jawab Faisal.
"Idih !!!" gidik Andini, Otak Gale seketika mengingat kata om, dan wajah Fatur mendadak tertempel di pikirannya seperti baligho pilkada.
"Kira-kira dia sekarang dimana ya ?" benaknya.
.
.
.
Noted :
*Hipotermia : Penurunan suhu tubuh secara drastis yang berpotensi berbahaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!