NovelToon NovelToon

Khanza

Pengenalan tokoh

>>Hanafi adalah seorang yang tampan, tinggi, gagah, memiliki senyuman yang menawan. Kulitnya putih bersih, hidung mancung, memiliki bibir yang menggoda. Dia adalah seorang yang berperan sebagai seorang ayah, yang memimpin sebuah perusahaan besar Wijaya group.

>>Insha adalah seorang wanita yang sangat cantik, tidak begitu tinggi, kulitnya begitu putih kadang pipinya sampai bersemu merah ketika tersenyum manis, memiliki hidung mancung, bibir yang ranum dan tutur kata yang lembut. Dia sangat baik hati, Insha berperan sebagai seorang ibu yang memiliki kekayaan dari bisnis pakaian modifikasi rajut yang sudah berkembang pesat

>>Khanza adalah seorang wanita dengan wajah yang cantik, hidung mancung, bibir tipis, senyuman yang manis, memiliki tinggi seperti ibunya, kulit yang putih dan memiliki sifat sedikit keras kepala, Dia berperan sebagai anak pertama.

>>Hafsah adalah seorang pria dengan perawakan dan wajah sangat mirip seperti ayahnya, hanya saja dia terlihat lebih tinggi dari ayahnya. Memiliki ketampanan dan senyuman menawan yang menurun langsung dari ayahnya. Dia pria baik hati dan berperan sebagai anak kedua,.memiliki jarak usia 3 tahun dengan Khanza.

>>Adam adalah seorang lelaki dengan wajah tampan, senyuman yang manis, hidung mancung, bibir yang menggoda, kulitnya putih menurun dari sang ibu. Dia lelaki yang penurut, baik hati dan memiliki tutur kata yang lembut. Dia memiliki jarak usia 2 tahun dengan sang kakak Hafsah.

>>Zakki adalah seorang lelaki yang memiliki wajah tampan yang menawan, dia menurunkan wajah dan tubuh yang sama persis seperti ibunya, tapi dia adalah versi lelakinya. Sedikit memiliki sifat kekanakan karna dia terbiasa menjadi anak terkecil dari ke empatnya. Tapi zakki tetaplah lelaki mandiri, dia hanya kekanakan ketika di samping orang tuanya. Dia memiliki beda usia 2 tahun dari sang kakak Adam.

>>Ada juga mbak Risna dan mbak Fatimah sebagai pelayan di rumah mewah Insha. mereka telah bekerja bersama keluarga ini sejak Hanafi masih belum memiliki istri.

Mereka sudah seperti saudara untuk Hanafi dan Insha karna kesetiaannya.

>>jangan lupakan pak Toni dan pak Sardi yang sudah mulai menua, tapi masih bisa sangat di percaya ketika menjalankan tugasnya. Mereka berperan sebagai seorang sopir dan penjaga rumah.

>>Kriss tetap menjadi asisten pribadi Hanafi. Meski kini dia telah memiliki seorang istri dan anak. Tapi dia masih setia di samping tuan mudanya yang telah mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Bersama Hanafi Kriss seperti memiliki keluarga dengan segala kesibukannya.

>>>>><<<<<

Pagi itu Insha sedang memasak makanan untuk Hanafi dan Hafsah. Ya karna sekarang Khanza sedang melakukan perjalanan bisnisnya mengembangkan usaha Insha di luar negeri. Sedangkan Adam dan Zakki tengah menjalani pendidikannya di negara B, mereka berada di fakultas yang sama dan tinggal bersama pula di sebuah rumah yang sudah di sewa oleh Hanafi untuk mereka.

Pagi ini Hafsah akan berkunjung ke kota A untuk menemui klien ayahnya, dia ingin menawarkan kerjasama baru dengan perusahaan Wijaya group.

sudah beberapa tahun belakangan Hafsah di minta Hanafi untuk mulai belajar mengendalikan perusahaan besar Hanafi.

Hanafi berharap Hafsah bisa segera menguasai segala ilmu bisnisnya agar Hanafi bisa segera beristirahat di usianya yang tak lagi muda.

Kelak Hafsah juga yang akan mengajari adik-adiknya untuk memimpin bersama perusahaan besar Wijaya group milik ayahnya itu.

Sedangkan Khanza lebih di fokuskan untuk mengembangkan usaha Insha di luar negeri disana Khanza memiliki banyak teman. Karna sebelumnya Khanza berkuliah di negara B juga dan menamatkan gelar S2 nya disana.

Tentu beberapa tahun disana membuatnya memiliki banyak teman yang siap membantu mengembangkan usahanya.

Khanza adalah wanita yang sangat mudah bergaul, ceria dan gesit dalam bekerja. Dia selalu menemukan celah untuk mengembangkan usahanya dengan berbagai cara. Dengan sifat inilah Khanza mampu membuat brand fasion milik Insha terkenal hanya dalam beberapa bulan di negara B.

Khanza sendiri sudah mempunyai rencana, dia akan mengembangkan usaha ibunya ini di negara-negara lain dengan koneksi teman-temannya.

Pagi itu Insha tengah memasak rendang daging untuk Hafsah dan Hanafi. Semalam Hafsah meminta Insha untuk memasak rendang kesukaannya, bahkan dia juga meminta Insha membekali perjalanannya kali ini dengan rendang masakan Insha. Menurut Hafsah rendang buatan ibunya ini sangat terasa enak dan berbeda dari rendang-rendang lainnya. Bahkan ketika Hafsah makan di restorant ternama pun rasanya masih kalah dengan rendang buatan Insha.

Memang ya masakan ketika di buat dengan di bumbui cinta rasanya akan sangat berbeda dan lebih nikmat.

Insha masih fokus pada kompor yang masih menyala di depannya. Tiba-tiba sebuah tangan yang putih mulus merangkulnya dari belakang sambil berkata.

"Ibu sedang masak apa..."

Terkaget dengan suara yang ada di belakangnya Insha segera melepas pelukan itu dan menoleh ke belakang.

"Sayang...kapan kau pulang..."

Di lihatnya seorang Wanita dengan rambut hitam lurus, wajah yang cantik juga senyuman yang manis, dia adalah Khanza.

Insha cukup terkaget pasalnya Khanza tak memberitahukan kepulangannya kali ini. kemarin dia menelpon jika masih berada di negara B dan mengatakan mungkin akan pulang minggu depan. Tapi tiba-tiba kini Khanza ada di hadapannya di waktu yang masih sangat pagi.

Dengan gerakan cepat Khanza mencium kedua pipi Insha, yang masih terkaget dengan kedatangannya.

"Ibu apa kabar...aku sangat merindukan ibu..."

Khanza memeluk Insha lagi dengan manja.

"Astaga kapan kau pulang sayang...kenapa tidak bilang pada ibu...ibu bisa menjemputmu di bandara..."

kata Insha sambil mengusap puncak kepala Khanza.

"Hehe...maaf aku tak mau merepotkan ibu...lagi pula aku mendarat di larut malam bu....aku takut mengganggu istirahat ibu..."

"Lalu siapa yang mengantarmu pulang..."

"Hehe...aku naik taxi bu tenanglah...yang penting sekarang kan aku sudah ada di hadapan ibu..."

"Hmm...kau ini...lain kali kabari ibu jika kau pulang meski itu larut malam...ibu takut nanti..."

Khanza memotong kalimat Insha dan secepat kilat berkata.

"sssstth....ibu... aku bukan anak kecil lagi bu...aku bisa menjaga diriku...."

"Hey...kapan kakak pulang..."

Hafsah dengan tiba-tiba sudah berada disana dan memeluk Khanza dengan eratnya.

"Haduh...bisa tidak pelan-pelan sedikit...kau bisa membuatku serangan jantung tau..."

jawab kesal Khanza karna Hafsah yang tiba-tiba menabrakkan dirinya dan memeluk Khanza erat.

"iiihh...lepaskan...kau bisa membuatku kesulitan bernafas karna tubuhmu yang besar itu..."

imbuh Khanza lagi berusaha melepaskan diri dari Hafsah karna tubuhnya yang mungil merasa sesak saat di peluk erat oleh Hafsah.

"Hehe...aku kan merindukanmu kak...sudah lama kita tak bertemu..."

kata Hafsah sambil tertawa ringan.

Insha pun hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum cerah, melihat tingkah kedua anaknya yang selalu saja bertengkar saat bersama dan merindu saat salah satu sedang tidak ada.

Bersambung...

Paksaan menikah

Rendang Daging sudah terhidang sempurna di meja makan, juga ada lauk-lauk lain yang di masak oleh sang koki rumah untuk pelengkap sarapan para tuannya pagi ini.

"Sayang...panggil ayahmu..katakan sarapannya sudah siap..."

kata Insha menyuruh Khanza untuk memanggil Hanafi.

"Siiap bu..aku akan memanggil ayah...aku juga rindu padanya..."

Jawab Khanza sudah berjalan menuju kamar Hanafi dan Insha.

Khanza membuka pintu kamar, dan terlihat seorang dengan tubuh yang sedikit lebih berisi, dan tubuh yang tak lagi muda tengah duduk di pinggiran ranjang sambil fokus pada ponselnya.

"Ayaahh..."

Khanza memanggil sambil berjalan menghampiri Hanafi

Hanafi menoleh dan terkaget dengan kedatangan Khanza.

"Hey sayang...kapan kau pulang..."

Hanafi menyambut Khanza dengan kedua tangannya.

"Emm..sungguh aku rindu pada ayah..."

Khanza memeluk Hanafi dengan eratnya.

"Kapan kau pulang nak..".

" Kemarin malam yah.."

"Kenapa tak mengabari ayah...ayah kan bisa menjemputmu.."

"Sudahlah yah...ayah dan ibu sama saja selalu menganggapku masih anak kecil..."

Jawab Khanza cemberut manja.

"Kami hanya tak mau terjadi hal yang berbahaya padamu sayang..."

"Khanza sudah besar yah...Khanza bisa menjaga diri Khanza sendiri...sudahlah..perlukah kita membahasnya sekarang...ibu dan Hafsah telah menunggu ayah untuk sarapan...Hafsah sedikit terburu-buru dia akan pergi menemui klien ayah...."

"Oh ya ayah hampir lupa...kalau begitu ayo kita turun dan sarapan...".

Mereka pun sarapan bersama, memakan daging rendang masakan Insha.

Mereka makan sambil berbincang-bincang hangat, lalu memakan hidangan penutup sambil mencoba menghubungi Adam yang berada di negara B.

Panggilan video call terhubung dan segera di angkat oleh Adam disana.

" Hallo..."

sapa Khanza, memperlihatkan gambar sedang menyantap makanan di meja makan.

"Loooh...kakak sudah pulang....bukankah kemarin kakak baru saja kemari...sekarang sudah pulang aja..."

"Kakak habis dari rumah kalian..."

jawab Hafsah

"Iya kemarin kakak kesini menghabiskan camilan di kulkas kami..."

kata Adam

"Iya kak Khanza juga membawa MP3 ku ya..."

kata Zakki yang baru datang dan masuk ke kamar Adam.

"Hehe...maaf aku lupa membawanya..."

kata Khanza.

"Tuh kan...kakak ini...itu MP3 kesayanganku....ayah...ibu...cepat nikahkan kak Khanza dia sudah mulai tua...sifatnya yang pelupa itu sudah sangat parah..."

adu Zakki kepada kedua orang tuanya.

"Tentu ayah akan menikahkannya nanti..."

jawab Hanafi.

"Ya...ya...memang sudah waktunya kakakmu ini menikah sayang...oh ya bagaimana kabarmu disana...apa ujianmu dan kakakmu sudah selesai..."

kata Insha santai

"Belum bu...masih berlanjut sampai minggu depan.."

jawa Adam.

" Segera nikahkan kak Khanza atau dia akan menjadi perawan tua nanti.."

kata Zakki sambil tertawa.

"Hey kau enak saja...awas yaaa kalau ketemu..."

kata Khanza mulai kesal.

percakapan mereka pun terus berlanjut, Khanza dan Zakki saling memaki tapi di selingi dengan tawa yang renyah dari keduanya.

Sambungan video call pun terputus saat Ponsel Khanza ternyata kehabisan baterainya di tengah asyik-asyiknya obrolan.

"Memang benar yah...kak Khanza ini sudah mulai pelupa lihat saja baterai ponselnya saja sampai habis belum di cas..."

"Hehe..aku kemarin memang pulang larut tau'...makanya aku lupa mengecasnya...jangan bawa-bawa usia kau sendiri sudah mulai tua bukan...sudah waktunya menikah...benarkan bu..."

kata Khanza.

"Iya memang kalian sudah waktunya menikah...ingat pesan ibu carilah calon yang berhati baik..dan dapat menerima apapun kekurangan kalian.."

kata Insha sambil memakan kue coklat lumer kesukaannya sejak dulu.

"Kenapa ibu menanggapinya serius sih bu..."

jawab Khanza cemberut.

"Umur kalian sudah cukup untuk menikah terutama kamu sayang yang seorang wanita...sudah waktunya untuk menikah.."

jawab Insha santai.

"Iya Khanza.. ibumu benar, sudah waktunya kamu mempunyai keluarga sendiri sayang..."

kata Hanafi membenarkan.

"Aah jangan katakan itu pada kak Khanza bu...aku yakin bahkan kak Khanza belum memiliki seorang kekasih...."

kata Hafsah sambil melirik Khanza.

"Iya kan kak.."

"Diamlah kau..."

jawab Khanza ketus sambil memakan buahnya.

"Haha....sudah aku mau berangkat dulu aah..."

Hafsah lebih memilih kabur dari pada harus kena amarah Khanza.

Hafsah dengan gerak cepat mencium tangan ayah dan ibunya, lalu menyahut bekal makan yang sudah di persiapkan oleh Insha. Lalu segera melenggang pergi dengan menggunakan mobilnya.

"Hati-hati sayang jangan terburu-buru.."

teriak Insha yang melihat Hafsah menyetir dengan kencang.

"Sayang lihatlah Hafsah dia selalu saja melajukan mobilnya dengan kencang.."

Insha mengadu pada Hanafi.

"Biarkanlah sayang...dia sudah dewasa...dia pasti sudah memikirkannya..."

jawab Hanafi santai.

"Segeralah mencari pendamping sayang.."

"Ahhh ibu...aku masih tak ingin menikah ibu..."

"Lalu kau akan menikah di usia berapa nanti...tak baik seorang perempuan menikah di usia lebih dari 27 tahun..."

"Tak apa bu...banyak teman-teman yang seusiaku juga belum menikah...mereka masih santai dengan kehidupannya..."

"Sayang...Hafsah tahun depan ingin melamar seorang wanita untuk di nikahinya....pamali jika kau kakaknya belum menikah...apalagi kau seorang perempuan..."

"Hafsah akan menikah...?"

"Masih mau melamar...ya setelah itu pasti menikah sayang...maka dari itu carilah pendamping supaya kau bisa menikah lebih dulu...temanmu banyak sayang...masak tak ada satu pun yang kau sukai.."

"Dengan siapa dia menikah bu..."

tanya Khanza penasaran.

"Dengan Zoya....anak dari keluarga Abimana..."

"Abimana pemilik hotel bintang 5 di pusat kota itu bu..."

"Iya sayang...kau benar..."

"Astaga darimana Hafsah bisa mengenal anaknya...dia keluarga yang sulit untuk di dekati bu..."

"Darimana kau tau sayang..."

"Siapa yang tak mengenal desas-desus itu bu..."

"Hmm...entahlah..Hafsah bilang dia teman satu kuliahnya"

"Hmm..pantas saja..."

"Segera kenalkan ayah dengan pria yang kau sukai Khanza...ayah sendiri yang akan menilainya dia baik untukmu atau tidak.."

sambung Hanafi.

"Ahh...ayah dan ibu ini sama saja....aku masih tak ingin menikah...biarkan jika Hafsah akan menikah...yang jelas aku masih ingin sendiri..aku ingin mengembangkan usaha ibu dulu.. baru nanti aku akan memikirkan itu..."

"Kau sudah cukup umur untuk menikah sayang...lagi pula berkarir setelah menikah tak apa bukan..."

bujuk Insha lagi.

"Aahh sudah lah bu....aku pergi dulu.."

Khanza menyahut tasnya, mencium tangan kedua orang tuanya lalu beranjak pergi dari meja makan.

"Kau mau kemana sayang..."

"Aku ingin melihat stok dan mengecek gudang pengiriman bu.."

teriak Khanza tanpa menoleh.

"Hmm...dasar anak ini memang sulit sekali di atur..."

kata Insha lirih.

"Sabarlah sayang...mungkin dia memang belum mempunyai keinginan untuk menikah di usianya yang sekarang..."

jawab Hanafi sambil menepuk bahu Insha.

Bersambung....

.

.

.

.

.

.

.

jangan lupa vote, coment, like dan hadiahnya ya biar author tambah semangat nulisnya.

Oh ya maaf ya novel ini mungkin akan slow up...dan mungkin hanya akan up 1 eps perharinya..selamat membaca....

Zoya

Ntah kenapa Khanza beberapa hari ini terlihat sangat berbeda dari biasanya. Dia tak lagi ceria, dia lebih banyak diam dan acuh kepada setiap orang.

"Sayang..."

"Hmm.."

Hanafi hanya berdehem menjawab panggilan Insha.

"Khanza kenapa ya..."

"Memangnya ada apa dengan Khanza.."

"Dengarkan aku bicara..taruh dulu ponselnya.."

merasa kesal karna Hanafi yang terlalu fokus dengan ponselnya, Insha segera merebut dan menaruhnya di meja di sisi ranjang.

"Ada apa sih sayang..aku sedang menghubungi seseorang..."

"Dengarkan aku dulu...nanti kau bisa menghubunginya lagi.."

"Ada apa..."

Hanafi pun menatap Insha lekat mencoba mendengarkan apa yang ingin dia sampaikan.

"Kenapa Khanza akhir-akhir ini sering terdiam dan melamun sayang...tidak seperti biasanya..."

"Ya...itu pun yang ingin aku tanyakan padaku sayang...apa dia sedang ada masalah..."

"Aku juga tak tau sayang...kemarin aku sudah coba tanyakan tapi dia bilang tak ada apa-apa dia bilang semua baik-baik saja...sepertinya dia menyembunyikan sesuatu..."

"Apa karna kita memaksanya untuk menikah...makanya dia menjadi murung seperti sekarang.."

"Emm mungkin kau benar sayang...itu yang menyebabkan dia menjadi banyak fikiran...mungkin dia belum siap untuk hidup berkeluarga.."

"Ya..mulai sekarang kita jangan memaksanya lagi...kasian dia sepertinya tertekan dengan keinginan kita.."

"Tapi sayang...Hafsah bilang padaku..dia minta untuk memajukan tanggal lamarannya...dia akan melamar Zoya 5 bulan lagi...jika Hafsah menikah dulu..bukankah pamali kalau adik yang terlebih dahulu menikah...apalagi Khanza perempuan..."

"Kau benar sayang...tapi mau bagaimana lagi...aku tak tega memaksa Khanza...biarkan dia dengan kemauannya saja...sampai dia siap dan membawa calon suaminya kesini...percayalah tak akan terjadi apapun dengan Khanza...dia akan menikah nanti...dia gadis baik dan cantik pasti banyak pria yang mau menikah dengannya...hanya saja dia belum siap sayang.."

Hanafi memeluk Insha menenangkan fikirannya yang sedang bingung memikirkan Khanza.

Semenjak saat itu Khanza memang sering keluar rumah, dia tak mengatakan dia pergi kemana. Dia pergi sendiri, kadang dia pulang larut malam.

Dia juga jarang tidur di rumah, kehidupannya berkutat di dunia bisnis. Khanza sering berkunjung di gudang mengecek stok pesanan dan juga barang-barang milik pabrik Insha yang akan di ekspor ke luar negeri. Memenuhi permintaan teman-temannya disana yang siap membantunya menjual baju modifikasi milik Insha.

Gudang yang di maksud adalah rumah utama Hanafi dulu. Karna semua pembantu dan juga penjaga tinggal di rumah mewah Insha. Rumah utama tak lagi terpakai sampai beberapa bulan. Insha pun meminta rumah tersebut untuk di jadikannya gudang penyimpanan barang-barang miliknya.

Juga menjadi tempat untuk mengepak baju-baju yang akan di kirim menuju luar maupun dalam negeri.

Insha tak mau lagi tinggal disana, karna hanya dengan melihat rumah itu Insha bisa merasakan lagi luka lamanya, bahkan kadang rasa perih yang pernah dia rasakan bisa dia rasakan kembali saat berada disana.

Untuk itu Insha lebih sering meminta Khanza untuk mengecek ke gudang tanpa dirinya.

Disana juga di tinggali oleh beberapa karyawan Insha, yang sedang dalam perantauan. Insha membiarkan mereka menempati rumah itu dan merawatnya, juga menjaga barang-barang miliknya. Sebagai imbalan karna Insha telah memberikan mereka tempat tinggal.

Hari-hari pun berlalu dengan cepat, sekarang di rumah mewah Insha tengah menyiapkan berbagai hantaran untuk melamar kekasih dari Hafsah.

Mereka tidak keburu untuk menikah, hanya saja Hafsah ingin mengikat kekasihnya itu dengan sebuah ikatan keluarga, agar dia tidak mencari tambatan hati lain di kemudian hari.

Acara lamaran akan di laksanakan di sore hari, Insha dan Hanafi tak mengajak banyak orang. Hanya keluarga intinya saja dan beberapa pelayan yang akan membawakan hantaran.

Itu juga sebab mereka yang tak memiliki keluarga, para pelayan dan pengawal lah keluarga mereka.

" Maaf ya kak aku tak bisa hadir di acara lamaran mu...nanti jangan lupa ya kirim foto pada kami..kami ingin melihat calon kakak ipar kami..."

goda Adam di dalam panggilan video call nya pada Hafsah.

"Tak masalah...kirimkan hadiah saja untukku...itu sudah membuatku cukup senang..."

jawab Hafsah sambil tertawa ringan.

"Apa...tidak salah dengarkah aku...seharusnya kakak yang mengirim hadiah pada kami...kakak kan sudah bekerja...sedangkan kami masih pelajar..."

jawab Zakki dengan wajah cemberutnya.

"Ya..ya...kakak tau..dan kalian memang hanya bisa menghabiskan uang ayah..dengan jajan kalian yang sangat rakus itu..."

"Astaga kak...kau ini sok tau sekali..."

Jawab Adam dengan kesal.

Dan mereka pun saling mengejek dan tertawa sambil menunggu waktu untuk berangkat ke kediaman Abimana.

Sementara Khanza di kamarnya sedang merias diri. Dia memakai dress berwarna coklat muda yang kalem. Dress panjang polos dengan aksen bunga-bunga kecil di bagian dadanya.

Khanza merias wajahnya dengan natural, itu membuat wajahnya semakin cantik alami dengan make up yang tak berlebihan.

Rambut pendeknya ia biarkan begitu saja, hanya sedikit meluruskan dan menyelipkan jepit bunga kecil di bagian sampingnya.

Penampilan Khanza ini membuatnya terlihat lebih muda dari usia yang sebenarnya. Dia terlihat imut dan menggemaskan.

Kulit putihnya terlihat menerawang di bagian lengan dress panjang yang dia kenakan. Khanza juga memakai tas selempang kecil di bahunya dengan warna senada dengan dress yang dia pakai.

Insha dan Hanafi juga bersiap. Mereka memakai baju yang sama dengan motif batik yang sama pula. Insha memakai versi dress nya sedangkan Hanafi memakai versi kemeja panjangnya.

Meski usia Insha tak lagi muda, dia masih terlihat cantik berseri karna kulit yang terawat. Begitu pun Hanafi meski kini tubuhnya terlihat sedikit berisi, dia masih menyimpan kesan gagah dan menawan dengan usianya yang sekarang.

Hafsah tak kalah juga, dia memakai jas hitam rapi dengan kemeja putih di lengkapi juga dengan dasi.

Celana hitam serta sepatu yang mengkilap. Rambutnya di sisir rapi kebelakang yang semakin memperlihatkan ketampanan yang di turunkan oleh sang ayah.

Ketika Hafsah dan Hanafi duduk berdua, mereka akan terlihat sangat mirip hanya saja Hafsah sebagai versi muda dari Hanafi .

Semua sudah siap, mereka pun berangkat ke kediaman Abimana dengan beberapa mobil.

Dan sampailah mereka di halaman luas kediaman Abimana. Mereka di sambut dengan sangat ramah, rupanya Abimana sudah menyiapkan pesta kecil nan spesial di dalam rumah megahnya ini.

Tampak bunga-bunga segar menghiasi jalanan menuju ke dalam kediaman. Tentu saja mereka tak ingin kehilangan moment lamaran putri pertama serta satu-satunya keluarga ini yaitu Zoya.

Zoya sendiri tampak sudah berdiri di depan rumah dengan senyuman cerahnya, dia memakai dress manis berwarna merah muda. Dengan hiasan permata berkilau yang bertaburan di seluruh dress panjangnya.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!