NovelToon NovelToon

Janda Muda Dikejar Om Bule

Pengalaman Pertama yang Menyakitkan

Menikah di usia muda, bukankah pilihan bagi Riani. Namun apa daya. Semua sudah terjadi. Riani yang tak punya pengalaman dalam menjalin hubungan, Riani yang masih muda belia, terpikat dengan pria tampan asal dari kota metropolitan yang sedang melaksanakan KKN di kampungnya.

Daniel nama pria itu. Riani sungguh jatuh cinta pada pandangan pertama. Riani yang baru saja lulus SMA, yang sementara menunggu jadwal untuk masuk kuliah, akhirnya pacaran dengan Daniel.

Daniel begitu hangat dan sangat romantis membuat Riani semakin jatuh cinta padanya. Apalagi saat jadwal kuliah Riani sudah dimulai, Daniel sering menemaninya untuk mengurus ini dan itu.

Sampai suatu hari, Daniel mengajak Riani liburan berdua. Dan terjadilah apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh mereka yang belum sah menikah. Daniel yang berpengalaman, merayu Riani yang masih polos dan belum pernah pacaran itu. Riani kehilangan mahkotanya.

Riani berjanji kalau itu tak akan terulang lagi. Namun Daniel berhasil merayunya ketika Daniel mengajak Riani ke apartemennya. Dan akhirnya Riani hamil.

Dalam ketakutannya, Riani memberanikan diri meminta pertanggungjawaban pada Daniel. Daniel pun membawa Riani ke rumahnya. Orang tua Daniel ternyata orang kaya. Mereka tak menginginkan Riani karena sebenarnya Daniel sudah dijodohkan dengan anak salah satu rekan bisnis mereka sejak Daniel kecil.

Mendapat tantangan dari orang tuanya, Daniel nekat melamar Riani seorang diri. Ayah dan ibu Riani terlihat sangat kecewa, namun mereka berbesar hati menerima Daniel. Mereka pun menikah di kampung. Sebuah pernikahan yang sederhana karena ayah Riani hanyalah seorang petani.

Riani yang awalnya bahagia karena Daniel bertanggungjawab, harus merasa hatinya hancur karena di hari ketiga pernikahan mereka, Daniel berpamitan ke kota karena ayahnya masuk rumah sakit. Setelah itu, Daniel tak pernah kembali. Setelah satu Minggu Daniel pergi tanpa kabar, Riani menyusulnya ke kota, rumah mewah Daniel sudah dijual dan menurut para tetangga, mereka pindah ke luar negeri.

Riani sangat hancur. Apalagi 2 minggu setelah itu, seorang pengacara datang dan membawakan surat gugatan perceraian dari Daniel.

Ayah Riani sampai sakit dan dirawat selama satu bulan di rumah sakit. Riani yang merupakan anak tunggal merasa juga sangat hancur. Belum lagi ditambah gunjingan para tetangga. Namun Riani berusaha bangkit.

Ia melanjutkan kuliahnya sambil terus menjaga kandungannya. Ketika ia melahirkan, ayah dan ibunya meminta Riani untuk tetap kuliah demi masa depan anaknya.

Kini, 7 tahun telah berlalu semenjak peristiwa itu. Riani telah berusia 25 tahun dan menjadi salah satu karyawan di perusahaan mebel yang sangat terkenal di Indonesia saat ini. Ia sebagai kepala bagian pemasaran. Karirnya cepat meningkat karena Riani pintar dan sangat disiplin dalam bekerja.

Dua tahun lebih Riani bekerja di sini. Anaknya telah duduk di kelas satu SD. Anak perempuan yang dinamainya Arma, yang berarti perempuan yang kuat.

Riani setiap hari memilih bolak balik dari perusahaan tempat ia bekerja ke rumah orang tuanya di kampung. Walaupun harus menempuh perjalanan 1 jam lebih dengan motor maticnya, namun Riani tetap memilih untuk pulang dan tak mau tinggal di mess karyawan kecuali ada lembur.

************

"Riani, ada kiriman bunga untukmu."

Riani yang sementara menghitung omset penjualan bulan lalu menatap sahabatnya, Dessy. Mereka berasal dari kampung yang sama. Sayangnya, karena Dessy hanya tamatan SMA, ia bekerja sebagai cleaning service di perusahaan ini.

"Dari Anton lagi?" Anton adalah duda beranak satu yang bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan. Riani sudah 4 kali menolaknya namun pria berusia 35 tahun itu sepertinya pantang mundur.

Dessy menggeleng. Ia membaca kartu nama yang ada di sana. "Dari Oldius."

"Oldius yang adalah manager dari Jakarta itu?" Riani kaget Pria itu masih bujang dan menjadi idola beberapa gadis setiap kali ia datang ke kantor ini.

"Sepertinya. Oldius siapa lagi?" Dessy meletakan bunga mawar merah itu di atas meja kerja Riani. "Dia ini masih bujang. Tampan dan mapan lagi."

"Aku tak tertarik dengannya."

"Kenapa?"

"Aku belum mau membangun hubungan dengan siapapun." Riani mengambil bunga itu dan melemparkannya ke tempat sampah.

"Aku hanya ingin bekerja untuk membiayai sekolah Arma. Kasihan ibu dan ayah sudah tua. Ayah harus bekerja di sawah. Ia selalu berkata ingin menabung agar Arma bisa sekolah yang tinggi."

"Arma butuh sosok seorang ayah"

"Arma mendapatkannya dari ayahku. Arma tak kekurangan kasih sayang."

Dessy menatap sahabatnya dengan wajah sedih. Riani adalah sosok perempuan yang sangat cantik. Ia memiliki kulit yang putih pucat, rambut hitam yang lurus dan mengkilap serta bodi yang aduhai.

Namun, sejak ia resmi menjanda, Riani menutup diri untuk didekati oleh pria manapun. Termasuk juga dengan dokter muda yang praktek di kampung mereka.

Sekalipun Riani seorang janda, namun banyak pria yang jatuh cinta padanya.

"Riani, semua orang punya masa lalu. Namun jangan sampai masa lalu itu membuat kita trauma dan akhirnya tak mau membuka hati untuk masa depan." Dessy menepuk pundak sahabatnya lalu segera meninggalkan ruangan Riani untuk melanjutkan pekerjaannya.

Riani menatap bunga mawar yang sudah ada di dalam tong sampah itu. Bukannya ia tak mau menjalin hubungan dengan orang lain, namun Riani takut gagal lagi. Ia terlanjur nyaman dengan keadaannya sekarang ini. Fokus Riani hanyalah ingin membahagiakan kedua orang tuanya dan menyekolahkan anaknya sampai setinggi mungkin. Syukurlah kalau Arma adalah anak yang taat dan sangat pintar.

Daniel tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. 5 bulan setelah perceraian mereka, Daniel menikah dengan gadis yang dijodohkan dengannya. Riani sangat sakit hati melihat kabar itu di TV. Riani bahkan harus melahirkan di usia kandungannya yang baru menginjak 7 bulan karena ia sangat stres melihat Daniel yang nampak bahagia di pesta pernikahannya itu. Riani melahirkan, seminggu setelah pernikahan Daniel.

"Riani, dipanggil Bu Anna." Wulan, sekretaris perusahaan ini menelepon Riani. Ibu Anna adalah wakil direktur perusahaan ini. Ia adalah adik dari sang direktur. Wanita berusia 40 tahun ini sangat baik hati dan disukai oleh semua karyawan yang ada.

"Ada apa, Bu?" tanya Riani setelah ia masuk ke ruangan Anna.

"Setiap tahun, perusahaan akan memilih 20 orang karyawan berbakat dan berkerja secara baik untuk berangkat liburan. Kali ini, kamu akan menjadi ketua rombongan untuk membawa karyawan terpilih untuk liburan ke Bali minggu depan."

"Ke Bali? Aduh, bu. Ini sesuatu yang sangat menyenangkan. Aku belum pernah ke Bali." Riani nampak senang.

Anna memberikan daftar nama para karyawan yang akan berangkat dan Riani bertambah senang karena ada nama Dessy di sana. Ia pun segera memberi tahu Dessy kabar bahagia ini.

**********

"Hati-hati saat pergi ke kampung orang. Tetap jaga nama baik mu dan juga keluargamu."Kata Arya, ayah Riani saat anaknya itu memberitahukan tentang keberangkatannya.

"Pasti, ayah. Aku kan sudah pernah berjanji tak akan pernah mengecewakan ayah lagi."

"Ayah percaya padamu, nak. Ayah hanya selalu berdoa semoga Tuhan memberikan jodoh terbaik untukmu."

Sulastri, ibu Riani yang datang membawakan kopi bagi suaminya, menatap anak perempuannya itu. "Semoga di sana ketemu jodoh ya, nak."

"Ibu, kami kan hanya liburan selama 6 hari. Bukannya mencari jodoh." Riani menggeleng Kan kepalanya. Ia sudah tahu arah pembicaraan ibunya.

"Lho, siapa tahu bisa ketemu jodoh. Kita kan nggak tahu rencana Tuhan dalam hidup kita." ujar Sulastri diikuti anggukan kepala suaminya.

"Nak, Arma butuh sosok seorang ayah. Sampai kapan kamu akan sendiri terus?"tanya Arya.

Riani tersenyum. "Aku masih muda. Usiaku baru saja genap 25 tahun 2 bulan yang lalu. Aku tak mau tergesa-gesa. Semuanya akan indah pada waktunya. Aku mau tidur dulu. Besok kami berangkatnya pagi-pagi."

Riani menuju ke kamarnya. Tak sabar rasanya untuk tiba di pulau Dewata itu. Pulau yang akan mengubah semua mimpi Riani dalam perjalanan kehidupannya.

************

Hallo, selamat datang di cerita aku yang selanjutnya. Semoga episode pertama ini sudah bisa membuat kalian terhibur ya

Pertemuan Pertama

"Oh Bali..., akhirnya aku datang!" Dessy berteriak kegirangan saat mereka keluar dari pintu bandara. Riani langsung menarik tangan sahabatnya itu agar tak terlihat norak di mata banyak orang.

"Des, aku juga baru pertama kali datang ke sini. Namun aku nggak norak."

Dessy terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh my God, banyak bule di sini." Dessy terlihat semakin bersemangat.

"Dessy.....!" Riani menarik tangan Dessy sekali lagi karena rombongan yang lain sudah menatap Riani dengan tatapan protes. Tentu saja sebagai ketua rombongan Riani harus menjaga temannya ini agar boleh sedikit diam.

"Rombongan dari Surabaya?" tanya seorang pria yang menggunakan baju adat Bali.

"Iya."

"Perkenalkan saya Dewa, guide yang akan menuntun rombongan ini selama berada di sini."

"Saya Riani. Kepala rombongan."

"Mari ikuti saya untuk menuju ke bis." ajak Dewa. Riani pun langsung teman-temannya yang lain. Riani menghitung semua yang naik sampai ia sadar kalau Dessy tak ada.

"Dessy......!" panggil Riani. Ia berjalan ke sana kemari dan melihat temannya itu sedang foto bersama dua orang bule.

"Ya ampun Dessy, kamu kan tak tahu bahasa Inggris." Riani langsung menarik tangan sahabatnya itu sambil tersenyum manis pada kedua pria bule itu yang nampak tertawa melihat tingkah 2 wanita itu.

"Siapa tahu ada bule yang kecantol sama aku." Dessy jadi cemberut karena ia belum sempat menanyakan nama bule itu.

"Mendingan cowok lokal. Karena kalau bule, susah dipercaya." Riani akan naik namun Dessy berteriak.

"Koperku ketinggalan." katanya sambil menunjuk kopernya.

"Biar aku saja yang turun." Riani terpaksa turun kembali. Ia melihat koper Dessy yang berwarna hitam. Saat ia akan mengambilnya, tiba-tiba dari arah samping, ada seseorang yang berlari dan tak melihatnya sehingga akhirnya Riani jatuh.

"Aow.....!" Ia memegang pantatnya yang sakit.

"Sorry, I'm in a hurry. Are you okay?"

Riani mengangkat wajahnya. Menatap pria tampan yang ada di depannya. Ia pun mengangguk. Berusaha untuk berdiri namun ia tak bisa.

Pria bule itu mengulurkan tangannya dan membantu Riani berdiri. "Thanks." Ujar Riani lalu segera menarik koper Dessy dan segera menuju ke bis yang telah menunggu mereka.

************

Dari bandara, mereka akan menuju ke hotel. Namun sebelumnya mereka mampir ke sebuah restoran untuk menikmati makan siang.

Mereka pun makan dengan lahap karena memang sudah lapar.

Riani pun melakukan panggilan Videocall dengan anak dan orang tuanya untuk memberitahukan bahwa mereka sudah tiba dengan selamat. Setelah itu, Riani pun makan dan bercengkrama dengan semua teman-temannya.

Setelah cek in di hotel, mereka pun langsung mengunjungi pantai Kuta sore itu.

seperti biasa, pantai Kuta selalu ramai dengan kedatangan para turis baik lokal maupun internasional. Riani hanya tertawa melihat tingkah beberapa karyawan kantor yang agak norak saat ketemu bule. Tentu saja Dessy tak ketinggalan. Riani pun memilih merekam kegiatan teman-temannya itu sambil menggunakan tongsis. Tanpa Riani sadari di belakangnya ada seorang bule yang juga sedang berdiri sambil mengambil gambar teman-temannya.

"Aow.....!" tanpa sengaja punggung mereka saling bersentuhan. Tongsis di tangan Riani akhirnya terlepas. Dan ponselnya ikut jatuh ke pasir.

"Maaf!" Riani tahu kalau dia yang salah. Ia segera memungut tongsis dan hp nya. Ketika ia mengangkat wajahnya, ia terkejut melihat pria bule yang berdiri di hadapannya. Pria itu bertelanjang dada menampilkan tubuh atletisnya. Riani seperti mengingat wajah pria itu. Tapi ia lupa di mana.

"I am sorry!" ujar pria bule itu sambil memberikan senyum manisnya. Tak lama kemudian ia nampak mengingat sesuatu "We meet again."

Riani mengerutkan dahinya. Tak lama kemudian ia mengingat kejadian di bandara tadi siang.

"Oh....hi....!" Riani jadi salah tingkah karena tatapan pria itu.

"My name is Jack!" Jack mengulurkan tangannya.

"Riani!" ujar Riani sambil membalas uluran tangan Jack.

"With your friends?" tanya Jack.

"Yes." Riani menunjuk beberapa temannya yang sedang duduk dan beberapa lainnya sedang mandi.

"Aku pergi dulu ya." pamit Riani lalu segera melangkah meninggalkan pria bule itu.

"Riani, siapa dia?" tanya Dessy saat temannya itu mendekat.

Riani hanya menggeleng. "Bukan siapa-siapa."

"Dia tampan. Badannya atletis. Sungguh mempesona."

"Eh, Dessy, banyak bule itu penipu. Mereka hanya mau mendapatkan kita untuk satu malam saja atau selama mereka berpetualang di Bali ini. Kamu mau kehilangan mahkotamu?"

Dessy membulatkan matanya. Bagaimana pun ia masih perawan. "Nggaklah. Ini khusus suamiku nanti."

"Berhentilah mengagumi cowok bule. Kagumi lah produk pria asal Indonesia." Kata Riani lalu mengenakan kaca mata hitamnya dan membaringkan tubuhnya di atas kursi pantai. Perempuan itu kemudian memejamkan matanya. Mencoba untuk menikmati tiupan angin pantai yang indah.

Tanpa Riani sadari, sepasang mata grey itu sedang memandanginya. Pria itu tersenyum merasakan suatu getaran dalam hatinya. Ia menggelengkan kepalanya saat menyadari bahwa itu sesuatu yang mustahil. Namun saat dilihatnya Riani berdiri dan kembali bersenda gurau dengan teman-temannya, diam-diam Jack mengambil gambar Riani dari ponselnya. Tapi tak lama kemudian ia menghapus gambar itu.

"Daddy......!" seorang gadis remaja, berusia sekitar 12 tahun mendekat.

"Yes baby?" Jack memandang putrinya itu.

"Ayo kembali ke hotel. Aku lapar."

Jack mengambil handuk dan memberikannya pada anaknya. Keduanya kemudian meninggalkan pantai sambil Jack memberi kode kepada teman-teman nya yang sementara bermain bola.

***********

Malam telah larut, namun Riani tak bisa memejamkan matanya. Dessy yang tidur di sampingnya bahkan sudah terlelap dengan dengkuran halus.

Perlahan Riani turun dari atas ranjang dan mengambil hp nya. Waktu sudah menunjukan pukul setengah satu malam. Ia pun memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar hotel. Riani mengganti dasternya dengan celana jeans dan sebuah kaos berwarna putih. Ia mengenakan jaketnya lalu mengikat rambut panjangnya. Perlahan ia meninggalkan kamar.

Hotel tempat Riani dan rombongan ini bermalam adalah sebuah hotel bintang 3 namun fasilitasnya bagus dan bersih. Banyak wisatawan lokal yang menginap di hotel ini.

Riani tiba di lobby hotel yang terlihat masih cukup ramai walaupun waktu sudah menjelang tengah malam. Ia keluar dari hotel dan melihat Bali di malam hari.

Sedang asyik menikmati malam, Riani tak menyadari kalau ada dua pria mabuk yang sedang mengincarnya. Kedua pria itu terlihat seperti orang Korea. Mereka langsung mendekati Riani dan mulai mencolek pinggang perempuan itu.

"Lepaskan !" Riani berusaha untuk mendorong dua orang lelaki itu namun karena badan mereka lebih besar dari Riani, perempuan itu pun hampir dikuasai oleh kedua pria itu. Dan saat mereka berusaha melecehkan Riani, kedua pria itu tiba-tiba saja tersungkur dan jatuh dengan wajah tersungkur ke aspal.

"Are you ok?"

Riani yang ketakutan tanpa sadar langsung memeluk Jack karena merasa sangat senang pria itu menolongnya. Tangis Riani langsung pecah. Ia sungguh menyesal keluar sendiri di malam ini.

"Calm down. They both have left." (Tenanglah, mereka berdua sudah pergi) Jack menepuk pundak Riani.

Riani seakan baru saat bahwa ia sudah memeluk seseorang. Dengan cepat ia mundur dan merasa sangat malu. Begitu malunya ia karena sudah memeluk Jack, Riani langsung membalikan badannya namun sialnya, ia tak melihat kalau ada tiang tanda rambu lalulintas. Akhirnya jidat Riani justru kejedot tiang itu dan membuat perempuan cantik itu harus meringis kesakitan sambil memegang jidatnya.

"Hei....!" Jack menahan tangan Riani dan langsung memegang jidat Perempuan itu. "Ini pasti sakit. Ayo ikut aku!"

"Eh, aku.....!" Riani mencoba melepaskan tangannya yang ditarik oleh Jack namun ia ternyata tak bisa. Jack begitu kuat menahan tanganya sehingga Riani pun harus sedikit berlari untuk mengimbangi kaki Jack yang panjang itu.

Mereka masuk ke sebuah apotik yang dibuka 24 jam. Jack membeli obat kompres dan salep.

"Kau menginap dimana?" tanya Jack.

"Di sana!" Riani menunjuk salah satu hotel yang tak jauh dari situ.

Jack kembali memegang tangan Riani, menyeberangi jalan lalu sampai di lobby hotel.

Ia mengajak Riani duduk di salah satu sofa yang ada di lobby hotel itu. Lalu dengan penuh perhatian, ia mengompres jidat Riani yang memar karena ia menghantam tiang tanda rambu lalulintas itu cukup kuat.

"Biar aku sendiri saja." kata Riani merasa tak enak karena ia bisa sedekat ini dengan seorang lelaki yang baru dikenalnya.

Namun Jack tak mendengarkan perkataan Riani. Ia terus mengompres jidat Riani lalu setelah dirasanya cukup, ia langsung mengoleskan salep dengan sangat lembut.

"Jika memar ini sakit, kau harus meminum obat pereda rasa sakit." ujar Jack sambil membersihkan tangannya dengan tissue yang memang tersedia di meja itu.

"Terima kasih." kata Riani.

"Sama-sama." Jack tersenyum dan menatap Riani dengan tatapan yang membuat perempuan itu sedikit risih.

"Dalam satu hari ini, kita sudah 3 kali bertemu. Kata orang, itu tandanya kita berjodoh."

Riani terkejut mendengar perkataan Jack. Untungnya ia bukan orang yang suka baper. Ia tahu para pria bule memang pandai berkata manis. Perempuan itu pun berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Jack.

"Sekali lagi terima kasih. Aku pikir pertemuan kita hanya kebetulan saja tuan Jack. Good night." ujar Riani kaku segera menarik tangannya secara perlahan dan segera meninggalkan Jack yang masih tersenyum menatapnya.

"Riani.....!" panggil Jack.

Riani membalikan badannya.

"Jika kita bertemu sekali lagi, maukah kau kencan denganku?"

Riani tertawa. Sungguh pria ini perayu wanita. Namun entah kenapa Riani mengangguk. "Ok." Lalu ia membalikan badannya dan langsung pergi menuju ke lift. Riani tahu mereka pasti tak akan bertemu lagi karena mereka akan pergi ke tempat lain besok.

Jack tersenyum manis. Lalu ia meninggalkan hotel itu, untuk menuju ke salah satu bar yang letaknya tak jauh dari sana.

*************

Awal pertemuan yang manis kan?

Apakah akan ada pertemuan manis selanjutnya?

Sorry ya, emak buat kisah manis gadis Indonesia dan pria bule lagi. Habis kangen untuk menulis kisah cinta perpaduan dua negara.

Ketemu Lagi

Hari ini, rombongan di bawa ke pantai Pandawa. Pemandangan pantai di balik bukit membuat pantai ini menjadi salah satu tempat wisata yang terkenal.

"Riani, jidat kamu itu kenapa sih?" tanya Dessy.

"Kejedot di pintu kamar mandi. Kamu saja yang tidurnya semalam kayak kerbau sampai tak mendengar aku yang merintih kesakitan."

Dessy tertawa. "Aku capek. Terlalu asyik mandi di pantai sampai akhirnya tenagaku terkuras."

Mereka pun mengambil beberapa foto secara bersama. Setelah itu mereka diijinkan untuk menikmati pantai Pandawa ini selama 2 jam sebelum akhirnya rombongan akan berangkat ke tempat lain lagi.

"Setelah ini kita akan kemana?" tanya Riani kepada Dewa.

"Kita akan pergi makan siang di salah satu restoran yang letaknya 30 menit dari sini, kemudian kita akan pergi ke beberapa tempat yang ada di sekitar sini."

"Oh begitu ya. Jadi kita akan ketemu lagi di dekat pintu keluar 2 jam dari sekarang?"

"Iya." ujar Dewa.

Riani mencari teman-temannya yang entah sudah pergi kemana. Ia pun segera merekam keadaan di sekitar pantai untuk nanti dikirimnya kepada Arma anaknya.

Setelah puas meliput beberapa bagian pantai itu, Riani memutuskan untuk membeli beberapa oleh-oleh. Ia pun masuk ke salah satu toko.

Sedang asyiknya ia memilih beberapa jepit rambut untuk anaknya, Riani mendengar suara seseorang yang sedang bicara. Suara yang sepertinya ia kenal. Namun Riani menggelengkan kepalanya karena tiba-tiba saja ia mengingat Jack.

Dan saat ia menoleh ke sumber suara itu, Riani terkejut melihat Jack sedang bersama dengan 2 orang teman bulenya dan seorang gadis remaja.

Riani tak ingin terlihat oleh Jack. Ia ingat janjinya semalam jika mereka ketemu lagi maka ia harus kencan dengan bule itu. Riani mencari tempat untuk bersembunyi dan akhirnya ia menemukan tempat yang aman yaitu diantara baju-baju yang digantung. Namun entah kesialan apa yang sedang menimpanya, kaki Riani tersangkut di salah satu kaki gantungan pakaian dan akhirnya ia terjatuh sekaligus gantungan baju itu roboh menimpah dirinya.

"Aow......!" Riani menjerit kesakitan sambil kembali memegang jidatnya.

2 orang penjaga toko segera datang menolongnya dan sambil mendirikan kembali gantungan baju itu.

"Apakah anda baik-baik saja, nona?" tanya salah satu penjaga toko.

Wajah Riani menjadi merah karena malu. Ia tahu pasti semua yang ada di toko itu sedang menatapnya.

"Iya." Riani mengangguk sambil memperbaiki rambutnya yang berantakan.

"Riani....!" Jack akhirnya melihat dia dan mendekat.

"Hai....!" Riani terlihat salah tingkah sambil membersihkan debu yang ada di celananya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Jack

"Baik."

"Oh..., pelipis mu terluka." Jack secara spontan langsung menyentuh pelipis Riani membuat perempuan itu mundur.

"Maaf. Apakah aku menyakitimu?"

"No...!" Riani menggeleng.

"Ayo ku obati lukamu dulu."

"Eh, biar aku sendiri saja." Riani langsung membalikan badannya dan bermaksud akan pergi namun di depannya berdiri gadis kecil yang tadi Riani lihat ada bersama Jack. Ia mengulurkan sebungkus tissue basah.

"Lukamu harus dibersihkan nona." ujar gadis itu.

"Oh, thanks." ujar Riani lalu menerima tissue itu.

"Toiletnya di sana!" kata Jack sambil menunjuk tulisan yang bertuliskan toilet.

Riani pun segera ke sana. Ia terkejut melihat ada luka di atas pelipisnya. Ia tak tahu entah mengapa ia bisa sebodoh ini. Apakah aku gugup karena bertemu Jack lagi? Ih..., kenapa juga aku harus gugup?

Setelah membersihkan lukanya itu, Riani pun keluar dari toilet dan kembali terkejut melihat Jack ada di sana.

"Lukamu harus di tutup." Jack mengangkat sebuah plester obat.

"Oh, biar aku saja."

"Aku saja." Jack langsung mendekat, Membuat Riani akhirnya tak bisa bergerak karena lorong itu yang sempit dan punggung Riani sudah menyentuh dinding.

Dengan sangat lembut Jack menempelkan plester itu untuk menutupi luka Riani. Ia juga menyentuh dahi Riani. "Yang bekas semalam masih sakit?"

"Ya....eh tidak!"

Jack tersenyum melihat Riani yang salah tingkah.

" Aku senang sekali bisa bertemu lagi denganmu, Riani. Namamu cantik. Secantik orangnya."

Riani orang nya tak baperan. Namun entah kenapa kali ini ia merasa kalau jantungnya berdebar sangat kencang.

"Terima kasih!" Riani berusaha menunjukan sikap yang biasa saja. "A..aku mau mencari teman-temanku dulu."

"Aku tunggu kamu di depan hotel jam 8 malam." ujar Jack sebelum Riani menghilang.

Perempuan itu terkejut. Apakah Jack menagih jajinya untuk kencan?

*************

Riani gelisah. Ini sudah jam 8 lewat 30 menit. Dessy pun sudah tertidur karena begitu lelahnya mereka hari ini.

Apakah dia masih menunggu? Kenapa juga aku harus memikirkannya? Ya Tuhan, bagaimana ini? Kencan Dengan seorang bule? Nggak, ah. Bagaimana kalau dia adalah bule yang maniak?

Jarum jam kini sudah menunjukan angka setengah sepuluh malam. Riani tak juga bisa tertidur. Ia pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan duduk sebentar di lobby hotel. Namun alangkah terkejutnya Riani saat melihat Jack ada di sana. Sedang duduk dengan seorang anak perempuan yang tadi memberikan tissue padanya.

"Jack, what are doing here?"

Jack tersenyum. Ia menatap Putrinya yang juga sedang tersenyum padanya.

"We are waiting for you for dinner." ujar Jack membuat Riani merasa sangat bersalah apalagi ada seorang gadis kecil bersama Jack.

"Oh Jack. I'am sorry!" Ujar Riani.

"No problem. The important thing is that you come." Jack menunjukan wajah ramahnya. "This is my daughter. Her name is Cassie"

"Oh.... anakmu?" Riani terkejut mendengar kalau gadis cantik itu adalah anak Jack.

Cassie menjabat tangan Riani dengan bersahaja. "Hallo. Namaku Cassie."

"Hi Cassie." Riani menjabat tangan Cassie.

"Daddy, boleh aku pergi sekarang?" tanya Cassie.

"Tentu saja." jawab Jack.

Cassie kembali menatap Riani. "Tolong temani Daddy untuk makan malam, ya? Aku sudah memanggilnya dari tadi untuk pergi namun Daddy yakin kalau kamu akan datang."

Riani hanya menatap Jack dengan perasaan yang semakin bersalah.

"Daddy akan mengantar mu ke hotel."

"Ada paman Charles yang menunggu aku di depan." Cassie melambaikan tangannya pada seorang lelaki bule. Pria itu langsung mendekat.

"Have a night, dad. Nice to meet you Miss Riani." pamit Cassie lalu segera berlari ke arah pria yang sudah menunggunya.

"Maaf ya. Aku ketiduran." Riani beralasan.

"Tak masalah. Yang pentingkan kamu datang. Mau menemani aku makan malam? Di dekat sini ada sebuah warung makan. Bebek guling. Aku ingin mencobanya."

Riani mengangguk. Jack pun langsung berdiri dan mengajak Riani untuk pergi.

Warung makan yang dimaksud memang tak jauh dari hotel. Mereka cukup berjalan kaki saja.

Setelah memesan makanan, keduanya ngobrol sambil menikmati secangkir teh hangat.

"Cassie adalah anakku. Dia berusia 12 tahun. Ibu Cassie meninggal saat melahirkannya sehingga Cassie tak pernah mengenal ibunya." Jack memulai percakapan diantara mereka.

"Kasihan....!"

Jack mengangguk sedih. "Aku selalu berusaha menjadi ayah sekaligus ibu baginya."

"Kenapa tak mencari pengganti ibunya?"

Jack menarik napas panjang. "Aku terlalu fokus mengurus Cassie saat ia lahir. Cassie mengalami masalah paru-paru dan jantung. Ia bahkan harus ada di inkubator selama 4 bulan. Ibunya melahirkan Cassie saat ia baru 7 bulan karena mobil yang dikendarai oleh ibunya ditabrak oleh sebuah mobil truk. Setelah Cassie keluar dari rumah sakit, ia harus dijaga layaknya porselen. Hampir setiap bulan ia harus dilarikan di rumah sakit. Nanti disaat usianya 5 tahun, Cassie dinyatakan sembuh. Jujur saja, aku beberapa kali dekat dengan perempuan namun Cassie menolaknya."

"Tentulah itu bukan perjuangan yang mudah."

"Benar. Cassie adalah anugerah Tuhan untukku. Makanya saat ia bilang ingin datang ke Bali, aku memintanya untuk bersabar selama hampir 2 tahun. Agar aku bisa mengumpulkan uang dan memenuhi keinginan anakku itu."

Riani menjadi kagum dengan Jack.

"Bagaimana dengan dirimu?" tanya Jack.

"Aku seorang janda. Aku memiliki 1 anak perempuan yang berusia 7 tahun."

Jack terkejut mendengarnya. "Memangnya usiamu berapa? Dan kamu menikah diusia berapa?"

"Usiaku 25 tahun."

"Jadi kau menikah masih sangat muda?"

"18 tahun." Riani jadi tertawa sendiri. "Aku ditinggalkan suamiku setelah 3 hari kami menikah. Aku menikah muda karena terlanjur hamil duluan."

"Kenapa dia meninggalkanmu?"

"Karena dia harus menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya. Orang tuanya tak menyukai aku karena keluargaku miskin dan orang kampung."

"Dia membuang permata yang berharga saat meninggalkanmu."

Riani terkejut mendengar perkataan Jack. Namun ia sekali lagi tak ingin merasa baper apalagi besar kepala dengan perkataan Jack.

Mereka pun menikmati makan malam sambil menceritakan tentang pekerjaan masing-masing. Jack ternyata bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan parfum.

Selesai makan, Jack mengantarkan Riani kembali ke hotelnya.

"Riani, bolehkah kita bertemu lagi besok?" tanya Jack.

"Aku tak tahu kemana guide akan membawa kami."

Jack memberikan ponselnya. "Bolehkah ku tahu nomor telepon mu?"

Riani agak ragu memberikannya karena bagaimana pun mereka baru berkenalan. Namun entah mengapa hati Riani yakin kalau Jack adalah orang baik. Ia pun mengambil hp Jack dan mengetik nomornya.

"Terima kasih." Kata Jack dengan wajah berseri karena ia sudah mendapatkan nomor telepon dari Riani.

"Good night!" ujar Riani bermaksud akan pergi namun Jack menahan tangan nya.

"Riani, i feel that I fell in love with you."

Riani terkejut. Jantungnya langsung berdetak sangat cepat. Banyak pria yang sudah menyatakan cinta padanya semenjak ia menjadi janda. Namun Riani tak pernah merasa segugup ini.

"Jack, You don't know who I am. Good night!" Riani sedikit berlari meninggalkan Jack yang masih berdiri menatapnya.

Jack

Riani

Cassie

Arma

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!