Hotel Paris Hugo, kini sudah dihias di seluruh bagian hotel.
Pagi ini, adalah hari istimewa salah satu putri kembar dari pasangan Kimberly light Hugo dan Arthur Cedrik Kato sang penguasa bisnis yang terkenal di dunia bisnis.
Pernikahan putri yang pertama kali keluar dari perut Kim, yang biasa di panggil, Rose. Wanita cantik yang mewarisi kecantikan mommnya, Kim light Hugo.
Putri pertamanya yang terkenal pekerjaan keras dan memiliki kecerdasan dalam dunia bisnis menurunkan bakat sang daddy, Arthur Cedrik Kato, yang merupakan pengusaha sukses dan terkenal di dunia bisnis.
Rose light Kato, seorang wanita karir yang sukses di dunia bisnis.
Meneruskan bisnis sang mommy di salah satu perusahan agensi terkenal di kota Paris.
Meski usianya masih terbilang masih muda yaitu, 24 tahun, tapi Rose sudah mendapatkan beberapa penghargaan di bidang pengusaha termuda dan wanita karir terhebat di kotanya.
Rose light Kato. Sosok wanita tangguh, terlahir dari keluarga terkaya di kotanya, memiliki wajah cantik dan pendukung tubuh yang sangat ideal.
Wanita cerdas, memiliki pengetahuan luas tentang dunia bisnis, menjadikan Rose sebagai wanita berpengaruh dan terhebat di kotanya.
Wajahnya sering terlihat di beberapa majalah ternama dan juga stasiun televisi terkenal di kota Paris.
Menjadikan Rose sebagai wanita incaran banyak pria yang ingin menjadi kekasihnya.
Namun sikap Arogan dan dingin Rose membuat para kaum Adam, hanya bisa mengagumi sosok Rose dalam diam.
Sudah beberapa kali Rose hampir dilecehkan oleh pria yang begitu terobsesi dengan dirinya, tapi wanita tangguh itu sangat lah lihai dalam melindungi dirinya sendiri.
Ia wanita yang menguasai ilmu beladiri sejak usia anak-anak.
Ilmu bela diri yang dibekali sang mommy, agar bisa terhindar dari musuh-musuh orang tuanya.
Rose light Kato, wanita Arogan yang sangat sulit untuk disentuh dari sosok pria manapun.
Kecuali satu pria yang merupakan teman kuliahnya dulu di negara sang daddy.
Pria pertama yang bisa menembus hati Rose yang begitu beku dan tertutup rapat oleh yang namanya cinta.
Jerry Jersey, seorang pria dari kalangan biasa saja yang merupakan cinta pertama Rose.
Pria yang begitu tampan, lembut dan terlihat sangat mencintai Rose.
Pertemuan pertama mereka, membuat benih cinta tumbuh dihati Jerry untuk Rose si gadis arogan yang sangat sulit didekati.
Tapi perjuangan Jerry tidak sia-sia untuk mendekati wanita impiannya, hingga hari ini adalah, hari pernikahan mereka berdua yang diadakan di hotel berbintang dan tentunya dirayakan begitu meriah.
~
Calon pengantin wanita, kini tersenyum indah di depan cermin besar di hadapannya, wajahnya terlihat merona merah melihat penampilannya sendiri, yang mengenakan pakaian pengantin yang begitu mewah dan elegan.
Senyum terus tersungging di bibir indah wanita itu, dan juga rasa gugup yang sekarang lebih mendominasi dirinya.
Hal lumrah apabila ia merasakan gugup karena, ini adalah hal pertama baginya.
Wanita itu terus meremas kedua gaun pengantinnya, untuk menghilangkan kegugupannya.
Beberapa kali Rose terdengar menghela nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan.
Wajahnya pun masih terlihat tegang yang sudah dialiri butiran keringat.
"Astaga, ini sangat menegangkan," gumamnya sambil menghela nafas.
"Tenanglah, nona," sela seorang wanita yang merupakan perias pribadi Rose.
"Lihatlah, wajah anda dipenuhi keringat, ini bisa merusak make up anda, nona," seloroh wanita tersebut.
"Aku merasa gugup dan tegang," gumam sang pengantin wanita pelan.
"Astaga, ternyata wanita Arogan ini bisa gugup dan tegang juga," batin salah satu wanita yang merias wajah Rose.
"Tenanglah, nona. Ini hanya sementara," hibur boss dari perias terkenal tersebut.
"Hm!" Gumam Rose.
"Mimpi apa aku semalam, bisa berbincang panjang lebar dengan nona Arogan ini," batin wanita yang menghibur Rose.
"Apa acaranya belum mulai?" Tanya wanita yang kini merapikan gaun pengantin Rose yang ekor gaunnya memanjang ke belakang.
"Belum," jawab rekannya.
"Belum?" Wanita itu membeo.
"Bukankah ini sudah waktunya?"
"Entah! Tapi di ballroom pengantin prianya belum datang," ujarnya.
"What?"
"Apa ada sesuatu terjadi dengan calon anda, nona?" Tanya wanita yang sejak tadi mengajak Rose berbincang.
"Entah. Tapi kami sekeluarga bermalam disini," jawab Rose yang semakin gugup saja.
"Begitukah?"
"Hm!"
"Di kamar berapa, calon suami, anda?" Tanya wanita itu lagi.
"Kenapa?"
"Agar aku bisa mengecek calon suami, anda," ucap wanita itu.
"Tidak perlu, biar aku saja," tolak Rose, lantas berdiri dari duduknya sambil mengangkat gaunnya.
"Bantu aku!" Pinta Rose.
"Apa anda yakin, ingin melihatnya sendiri?" Tanya wanita itu.
"Apa aku membayarmu untuk banyak bicara?" Sarkas Rose yang kini dalam mode arogannya.
"T — tidak, N — nona," jawabnya terbata.
Tanpa memperdulikan raut wajah para perias di dalam sana yang begitu ketakutan, Rose segera keluar dari kamarnya dan melangkah ke arah lift yang akan menuju kamar calon suaminya yang ada di lantai bawah.
Perias itu pun dengan setia memegang ekor gaun putih Rose yang dapat menyapu lantai hotel tersebut.
"Ting"
Bunyi pintu lift yang di masuki Rose berbunyi dan tak lama kemudian, calon pengantin wanita itu keluar dengan susah payah di karenakan gaun yang ia pakai begitu berat dan ekornya terlalu panjang.
"Ternyata kualitas gaun ini sangatlah buruk," sungut Rose.
"Membuatku susah bergerak," sungutnya lagi.
"Apa mommy lupa? Kalau aku, tidak suka gaun merepotkan," celetuk Rose kesal.
Rose terus berjalan ke arah kamar calon suaminya, dengan mulut yang terus bersungut-sungut kesal.
Kini Rose sudah berada di depan pintu kamar calon suaminya.
Ia menyerngitkan alisnya yang sudah dicetak Serapi mungkin itu terangkat ke atas.
Bingung dengan keberadaan keluarga nya di dalam kamar calon suaminya.
Ada sang daddy dan juga mommynya pun ketiga saudara kembarnya.
Wajah mereka terlihat pucat dan tegang, ada juga raut wajah mereka terlihat berang.
Dengan perasaan bingung dan bercampur penasaran Rose berseru kepada sang mommy.
"Mommy!" Panggilannya.
Panggil itu membuat Kim dan Arthur terkesiap mendengar suara putri pertamanya.
Mereka saling pandang dengan wajah pucat dan tegang.
"R — Rose!"
"Kalian di sini?" Rose yang kebingungan bertanya kepada mommy dan sang daddy.
"Apa kalian sedang menunggu, Jerry? Apa dia belum selesai bersiap?" Tanya Rose dengan perasaan aneh.
Rose mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar calon suaminya, saat Daisy dan sakura saudara kembarnya keluar dari kamar calon suaminya dengan wajah geram.
Sakura dan Daisy bergeming di tempat mereka, saat baru menyadari keberadaan Rose.
"R — Rose?" Gugup Daisy.
"Kalian juga berada disini?" Tanya Rose heran.
"Apa yang terjadi?" Dengan dahi terlipat, Rose memberikan rentetan pertanyaan kepada kedua orang tuanya.
"Katakan!" Geramnya tertahan.
Hening.
Semua yang ada di sana terdiam membisu dengan ekspresi wajah yang tidak dapat di jelaskan.
Rose yang penasaran, pun melangkah ke arah kamar.
Namun kedua saudara kembarnya menahan langkahnya.
"Ada apa? Kenapa kalian menghalangiku?" Ujar Rose penasaran dan heran.
Kedua saudaranya hanya menggeleng kepala mereka dan menatap kedua orangtuanya.
Kim dan Arthur mengangkuk kepalanya, membiarkan Rose mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamarnya.
"Kalian kenapa?"
"Apa yang kalian sembunyikan, katakanlah," desak Rose.
"KATAKAN!" Pekik Rose saat semuanya hanya terdiam.
"Menyengkirlah!" Perintah Rose dingin.
Dengan raut wajah penasaran Rose melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar, sambil menyeret gaunnya.
Kim dan Arthur hanya bisa memejamkan mata mereka dan menghela nafas.
Mereka tidak akan mungkin menyembunyikan ini semua dari putri pertama mereka.
~
Rose begitu terkejut sehingga ia membeku di tempatnya berdiri dengan raut wajah yang bercampur aduk.
Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas bagaikan tak bertulang dan dadanya secara tiba-tiba sesak.
Hatinya terasa sakit melihat pemandangan di hadapannya, di atas ranjang calon suaminya.
Matanya terasa berat dan panas, menusuk-nusuk kelapok matanya dan tak terasa butiran kristal bening luruh jua dengan sendirinya.
Pemandangan di atas ranjang, membuat hatinya begitu ngilu dan terasa tersayat-sayat.
Dengan telapak tangan yang gemetar, Rose mengenggam kuat gaun pengantinnya.
"A — apa ini? Lirihnya terbata.
"I — ini t — tidak, mungkin," lanjutnya lagi.
Rose si wanita tangguh itu, luruh kelantai dengan genggaman tangannya memukuli dadanya yang terasa sesak, seperti terhimpit ribuan batu besar.
"Arghh! Teriak Rose, guna mengeluarkan rasa sesaknya.
"Arghh" teriaknya lagi mengelegar di kamar calon suaminya.
Sakit. Hatinya begitu sakit menyaksikan semua ini, kekasihnya yang merupakan pria pertama yang mengenalkannya dengan yang namanya sebuah perasaan cinta, namun dia juga yang kini menoreh luka hati yang begitu menyayat hati.
Perasaan sakit hati yang pertama kali ia rasakan dan ini sangat menyakitkan.
Apalagi ia menyaksikan sendiri, calon suaminya sedang tertidur pulas sambil berpelukan dengan salah satu adik kembarnya dalam keadaan polos, hanya selimut tebal yang menutupi tubuh kedua tersangka yang tidak merasa terganggu dan terlelap di atas ranjang.
"Sakit. Ini sungguh sakit," Rose masih memukuli dadanya yang begitu sesak dan ngilu.
"Kenapa?" Lirihnya di dalam pelukan saudara kembarnya Daisy.
"Arghh! Teriaknya sekali lagi.
Membuat sosok pria dan wanita yang ada di atas ranjang, terbangun.
Mereka mengerjap bersamaan dan mengeluarkan suara lenguhan bersamaan juga.
Sang wanita membuka matanya terlebih dahulu dan di susul sang pria yang terbangun sambil memijit pelipisnya.
Wanita yang ada di atas ranjang, merasa heran saat pertama kali membuka matanya.
"Arghh" ia tiba-tiba berteriak, saat menyadari sesuatu dan lebih mengejutkan adalah sosok pria di sisinya.
Sang pria pun terkejut dengan apa yang terjadi, ia lalu terhenyak, ketika manik hijaunya menangkap sosok yang ia kenal terduduk di atas lantai.
"R — Rose!" Lirih Lily yang terkejut melihat saudara kembarnya.
"Mom, dad!" Serunya dengan wajah bingung.
"Lyli, apa yang kau lakukan, nak!" Gumam Kim dengan tatapan kecewa.
"Kau, sudah menyakiti saudara mu, sendiri," sela Arthur yang juga ikut menitikkan air mata.
Lily hanya bisa terdiam dengan wajah bingung dan juga terkejut.
Ia menoleh kearah samping, di mana pria yang akan menjadi suami saudara kembarnya masih tertekun.
"S — sayang," gumamnya terbata.
"Ini, tidak seperti yang kau lihat." Jerry bangkit dari ranjang setelah mengenakan celananya.
"Sayang, sayang!" Serunya dengan wajah panik.
"Kenapa? Kenapa kalian melakukan ini padaku?" Bisik Rose dengan tatapan kecewa ia berikan kepada calon suaminya dan juga saudara kembarnya.
"KENAPA?" Teriak Rose sambil menampar dan memukuli wajah calon suaminya.
"Aku tidak tahu, aku juga tidak mengerti," gumam Jerry.
"Mungkin, aku di jebak," seloroh Jerry.
"Dijebak?" Cicit semua orang yang ada di sana.
"Mungkin, Lily yang sudah menyebakku!" Tuduh Jerry.
Semua orang kini menatap kepada Lily yang masih di atas ranjang.
"Tidak!" Lirihnya di ikuti gelengan kepala.
"Jaga ucapanmu, sialan!" Pekik Kim yang tidak terima tuduhan Jerry.
"Lalu kenapa dia bisa berada di kamarku," sahut Jerry.
"Tidak, mom. Aku tidak melakukan apapun, aku juga tidak tahu kenapa aku ada di sini," elak Lily.
"Rose! Percayalah, aku tidak tahu kenapa ini terjadi." Lily merosot kelantai dan mendekati saudara kembarnya.
"Sayang, percayalah. Aku tidak tahu kenapa ini terjadi," ujar Jerry yang berusaha menyakinkan Rose.
Rose hanya terdiam dengan tatapan kecewa ia layangkan kepada saudara kembarnya yang begitu ia sayangi.
Lily menggelengkan kepalanya yang menandakan ia tidak melakukan ini semua.
"Aku kecewa kepadamu," lirih Rose.
"Tidak! Sayang, jangan bicara seperti itu, aku mencintaimu dan sebentar lagi kita akan menikah," ucap Jerry yang terasa panik.
"Cinta?" Ucap Rose dengan terkekeh lirih.
"Cinta apa yang kau maksud. Cinta di atas pengkhianat? Tapi kenapa harus dia. Saudara ku, kenapa harus dia." Kembali Rose menangis histeris sambil menyambaki rambutnya sendiri.
Riasannya pun kini sudah tidak berbentuk lagi, berantakan dan terlihat kacau.
"Kenapa harus dia. Kenapa tidak yang lain saja. Apa kau tahu? Ini lebih, lebih menyakitkan," racau Rose.
Kim masih menenangkan sang anak, yang begitu terlihat kacau.
Daisy dan sakura pun ikut menenangkan saudara kembarnya.
Sedangkan Arthur masih menatap putri keduanya dengan tatapan kecewa yang sangat amat terlihat.
"Daddy!" Cicit Lily tanpa suara.
Arthur memalingkan wajahnya dan mengusap sudut matanya yang di genangin oleh air mata.
"Pakai pakaian kalian!" Perintah Arthur lalu keluar dari kamar tersebut di ikuti kedua anak kembarnya yang menuntut Rose.
Kim masih terdiam dengan wajah tertunduk dan mata terpejam.
Ingin rasanya ia menampar wajah pria di hadapannya dan juga sang putri.
Namun ia urungkan karena Kim tahu, ikatan batin yang di miliki ke-lima anak kembarnya sangatlah kuat.
Bila salah satu anaknya terluka, maka keempat anak lainnya pun ikut terluka.
Ia pun tak sanggup melukai putrinya, karena rasa sayang yang ia miliki kepada anak-anaknya amatlah sangat besar.
Jadi dirinya tidak akan sanggup melukai salah satu anaknya.
Sunyi. Begitulah yang tergambarkan di ruang mewah salah satu di hotel milik keluarga Hugo.
Hanya ada isakan dari Rose yang berada di pelukan sang mommy.
Dan Lily yang terisak di pangkuan Arthur sang daddy.
Ia memohon bahkan bersumpah dengan nyawanya sendiri. Kalau dia tidak sengaja melakukannya.
Ia tidak mengerti, bagaimana ia bisa berada satu ranjang dengan Jerry.
Perasaan semalam dia sedang berada di kamarnya, yang sedang tidak enak badan.
Ia pun istirahat lebih awal dan saat terbangun dirinya sudah berada di kamar Jerry.
~
Rose sendiri hanya bisa terdiam dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi wajahnya.
Tatapannya tertuju kepada Lily dengan pandangan kosong dan hati yang hancur.
Ia tidak menduga kejadian ini menimpa dirinya.
Dan rasa terluka dengan hati yang teriris pilu kini menimpanya.
Rasanya begitu sakit, sakit, sehingga Rose ingin melukai dirinya sendiri.
~
"Lily, bersumpah dad, tidak melakukan apapun, a – aku juga tidak mengerti dengan semua ini," lirih Lily dengan terisak.
Arthur hanya bisa terdiam dengan membuang pandangannya ke arah samping.
"Percayalah!" Mohon Lily yang mendongakkan kepalanya.
"Jadi kau, menuduh, putraku!" Bentak seorang wanita setengah baya yang sejak tadi duduk diam di samping Jerry.
"Tidak!" Lily menggeleng.
"Lalu, apa maksud ucapan, kamu?! Sergah wanita tersebut.
"A – aku t – tidak bermaksud, apa-apa," sahut Lily pelan.
Lily sendiri di kenal wanita, pendiam dan tidak mudah bergaul, ia hanya akrab oleh orang terdekatnya saja.
Wanita yang tidak jauh dari buku-buku, sehingga ia dijuluki si kutu buku culun.
Wajahnya sangat mirip dengan Rose, hanya penampilan dan juga ada satu hal yang bisa membedakan mereka dan itu hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya.
"Dasar wanita, bodoh dan culun." Nyonya loren ibu dari Jerry, melayangkan hina kepada putri Kim.
"Jaga, ucapan anda, nyonya," geram Kim yang tidak akan
pernah terima kalau salah satu anaknya dihina.
"Apa? Dia memang wanita, culun," sarkas nyonya Loren.
"Nyonya Loren!" Bentak Arthur.
"Wah. Demi anak anda yang licik dan murahan ini. Anda rela membentak ku," protes nyonya Loren.
"Jaga, mulut anda, nyonya, Loren!" Hardik Arthur kembali sambil bangkit dari duduknya.
Ia meraih tubuh anaknya yang masih menangis dan memeluknya erat.
Semarah-marahnya Arthur dan Kim, sebagai orang tua, mereka tidak akan rela anaknya dihina.
"Kenapa, aku harus menjaga mulutku? Yang harus kalian jaga itu, anak kalian yang murahan itu," sinis nyonya Loren ke arah Lily.
"Plak" Kim yang tidak tahan mendengar rentetan hinaan yang diberikan putrinya, Kim Lantas menampar kencang pipi nyonya Loren.
"Jaga ucapan, anda," ujar Kim dingin.
"KAU!" erang nyonya Loren sambil menunjuk wajah Kim.
"pergilah, pernikahan ini, batal," ucap Kim.
Rose menatap sang mommy dengan tidak percaya.
dan ia juga menatap Jerry yang terkejut.
"Pernikahan ini di batalkan, karena kami tidak ingin berkomunikasi dengan orang seperti, anda," pungkas Kim dingin.
"mommy!" gumam Rose.
"Mommy, tidak akan rela menyerahkan salah satu di antara kalian, kepada mereka," jelas Kim.
"Mommy, aku mohon jangan lakukan ini, aku sangat mencintai Rose dan aku tidak tahu kenapa aku bisa bersama Lily, mungkin ada yang berusaha menyebak kami," imbuh Jerry.
"Kau menuduh putriku?" sela Arthur.
"Katakan!" bentak Arthur. saat Jerry hanya terdiam.
"bisa saja, karena selama ini dia mencintaiku," sahut Jerry.
"Benarkah?" timpal Rose lirih.
"Tidak! aku tidak pernah menyukainya," elak Lily.
"Kau sering menggodaku, setiap aku berkunjung ke Mansion," tuduh Jerry.
"Tidak," ucap Lily pelan sambil menggelengkan kepalanya dan memundurkan tubuhnya.
"I -- itu tidak benar, dad," jawab Lily.
"Aku tidak pernah menggodanya," bela Lily pada dirinya sendiri.
"Dasar murahan,"
"Plak"
"pergilah, pernikahan ini batal."
"Kami tidak akan terima, penghinaan ini nyonya, Kato!"
"Aku bersumpah, kau akan datang kepada kami dan memohon."
"Aku bersumpah, kedua anakmu dalam bahaya."
"keluar!" teriak Arthur dengan Lily di peluknya.
"Dasar keluarga sombong!"
"Mudah-mudahan, anaknya menjadi perawan,. tua,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!