Rafandra Orlando Mark
Anak sulung dari pasangan Zaynard Orlando Mark dan Nadin Alia Syahir. Dia terlihat begitu tampan dan gagah seperti Zayn. Sikapnya angkuh dan dingin sama seperti zayn, membuat banyak wanita tertarik padanya, tapi dia tidak pernah memikirkan berhubungan dengan wanita sebelum menyelesaikan pendidikannya. Rafa memiliki sifat yang sama dengan Nadin, dia sangat serius dan lebih fokus pada pendidikan. Tidak heran jika diusianya yang ke -21 tahun, dia akan segera menyelesaikan kuliahnya. Dia juga sangat suka dengan traveling dan olahraga.
Sedangkan.
Alvaro Damianus Mark
Anak kedua Zayn dari hubungan yang tidak disengaja. Sebenarnya Zayn begitu enggan melihat Alva, karena anak itu mengingatkan dia pada kesalahan yang pernah dia lakukan. Tetapi Zayn tidak bisa untuk membencinya, bagaimana juga Alva adalah darah dagingnya.
Apapun tentang Alva banyak yang berbanding terbalik dengan Rafa. Jika Rafa adalah anak yang angkuh, Alva adalah anak yang ramah. Dalam segi pendidikan Alva juga masih tertinggal oleh Rafa. kerap kali Alva merasa minder pada Rafa ditambah kenyataan Alva tahu jika dia bukanlah anak kandung Nadin. Tetapi tidak dapat dipungkiri jika Alva sangat menyayangi Nadin dan begitu juga sebaliknya.
Alva lebih manja dari pada Rafa. karena sejak kecil Zayn selalu memberikan apapun keinginannya tetapi tidak untuk Rafa. Sehingga Rafa menjadi anak yang dewasa dan mandiri dari Alva.
Rafa dan Alva menempuh pendidikan di universitas terbaik di London, walau satu universitas mereka berdua tidak mengambil jurusan yang sama. Rafa mengambil jurusan manajemen bisnis sedangkan Alva mengambil Arsitek , Mereka berdua juga sangat jarang bertemu dikampus. Tidak banyak yang mengetahui jika mereka berdua adalah saudara.
Kehidupan keluarga Zayn sangat sempurna dengan kehadiran putri bungsunya.
Queenara Syah Mark
Gadis imut dan ceria ini selalu menjadi pewarna di dalam rumah mewah keluarga Zayn. Dia sangatlah dimanjakan oleh Zayn.
Kehadiran bayi mungil itu sangat ditunggu oleh Zayn sejak dia kembali menikah dengan Nadin. Tidak disangka, menginjak usia 40 tahun Nadin baru dinyatakan hamil. Berkat usaha Zayn yang terus memberikan obat penyubur kandungan.
Perkenalkan juga gadis yang akan membuat Cerita Cinta 2 ini lebih seru...
Felicia Abigail
Wanita cantik yang sangat sederhana. Gadis yang tinggal sendiri di desa, Walaupun dia dekat dengan bibinya Tetapi dia lebih memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang dia beli dari hasil menyisihkan sebagian uang yang ibunya berikan setiap bulan. Dia adalah anak dari BI nela. Pelayan Zayn yang sudah lama bekerja dengan keluarganya sejak dia masih kecil.
Bagaimana pertemuannya dengan kedua anak laki-laki Zayn... Ikuti terus Cerita Cinta 2..
Jofina Kennice Myla
Anak satu-satunya dari Milanov Kennice. Dia juga anak dari keluarga kaya yang ada di London, Tetapi kekayaan keluarganya tidak melebihi kekayaan keluarga Orlando.
Dia gadis yang cantik dan juga pandai. Jofina yang biasa dipanggil jova adalah teman Alva sejak sekolah Senior high school. Mereka kuliah di universitas yang sama walau berbeda jurusan, dan sekarang jova menjadi adik tingkat Rafa di fakultas management bisnis. Banyak laki-laki yang menyukainya Tetapi dia lebih menyukai pria yang selama ini mengacuhkan dirinya.
Siapa lelaki itu...
Yuk baca Cerita Cinta 2...
*****
Mohon dukungan para reader yang baik hati...
jangan lupa like, komen dan vote yah...
biar semakin semangat update..
Maaf jika masih banyak typo...
terimakasih.....
Salam Cerita Cinta 2.....
yuk simak ceritanya...
Minggu pagi ini di kediaman rumah Zayn terlihat sangat ramai. Baru beberapa menit yang lalu, gadis cantik yang menginap beberapa hari di rumah tersebut telah kembali pulang ke kampung. Keluarga Zayn kembali masuk ke dalam setelah gadis cantik itu meninggalkan pekarangan rumah. Dan Sebentar lagi Rafa akan tiba setelah tadi sang sopir pribadi menjemputnya dari Bandara Heathrow.
Sudah hampir satu minggu lamanya, Rafa berlibur di paris bersama dengan sahabatnya James Blunt. Mereka berdua bersahabat sejak dari sekolah Senior high school. Keluarga mereka juga menjadi sangat dekat.
Terdengar suara deru mobil masuk ke dalam halaman rumah. Si gadis kecil yang sedang duduk santai di ruang tamu bersama dengan alva, segera berlari kedepan sambil berteriak.
"Mommy ... Daddy ... Afa tatang... A fa tatang ...," teriak queen dengan logat cadelnya.
"Sayang jangan berlari seperti itu!" pekik Alva yang mengikutinya dari belakangnya.
Selama liburan semester, Rafa menghabiskan waktunya untuk berlibur ke Paris. Dia akan melihat konser artis idolanya yang sedang manggung di sana. Sedangkan Alva, dia lebih memilih untuk di rumah saja sambil mengerjakan tugas yang masih belum terselesaikan.
"Hai sayang ...." Rafa segera menggendong gadis cantik yang baru saja menyambutnya. Lelaki itu melebarkan bibirnya.
"Hai Al ... sepertinya kau sudah belajar menjadi pengasuh yang baik ya, Selama aku pergi," sapa Rafa sambil berjalan menghampiri Alva. Alva tersenyum samar mendengar ejekan dari kakaknya.
"Kau tidak lupa membelikan pesanan ku, kan."
"Cih ...! Kau ini, bukannya menyambut kedatanganku tapi lebih peduli pada sepatu Si alan itu," ucap Rafa dengan berdecak kesal yang dibuat-buat.
Alva terkekeh.
"Ada di dalam mobil," lanjutnya. Alva segera menghampiri bagasi mobil yang terbuka, ia tidak sabar lagi ingin melihat barang-barang yang sedang pak Louis keluarkan dari dalam sana.
Rafa masuk ke dalam rumah dengan masih menggendong gadis kecil itu, dia melihat ke segala arah seakan mencari sesuatu.
"Mam ... Dad ...."
"Afa ulang," imbuh Queen.
"Sayang ... kenapa berteriak." Suara Nadin dari atas mengalihkan perhatian. Rafa melihat Nadin dan Zayn menuruni tangga, mereka terlihat begitu mesrah. Membuat Rafa malu sendiri ketika menatapnya.
"Mam." Rafa segera berjalan menghampiri Nadin dan memeluknya dengan erat, dia juga masih dengan menggendong queen.
"Rafa benar-benar merindukan pelukan ini."
"Hehehe" Nadin terkekeh kecil. Seketika pelukan mereka terlepas setelah Zayn menarik lengan Nadin.
"Kalian ini seperti sepasang kekasih saja," Zayn menggerutu tidak terima ketika menyaksikan anak dan istrinya saling berpelukan.
"Selalu saja," ucap Rafa lirih. Dia melihat jengah kearah zayn.
"Kamu pasti lelah, sini Queen biar Mami yang gendong," tutur Nadin.
"Tidak mau. Ueen tidak mau cama Mommy." Suara cadel Queen membuat siapapun yang mendengarnya menjadi gemas.
"Baiklah biar sama Daddy saja," sahut Zayn. Seketika Queen merentangkan tangannya agar Zayn segera menggendongnya. Rafa tertawa kecil melihat tingkah adik kecilnya itu.
"Kak ... kau membeli banyak sekali barang belanjaannya, awas saja jika aku tidak dibelikan juga." Alva dengan sedikit kesal membawa barang belanjaan Rafa pada kedua tangannya.
Nadin dan Zayn melihat Alva dengan membawa banyak sekali kantong belanjaan di tangannya. Setelah tadi pak Louis membawa masuk 2 koper milik Rafa.
"Bawa masuk saja dulu! Kau ini, pasti aku juga membelikan mu. Semuanya juga aku belikan. "
"Rafa, jangan terlalu boros sayang ... kamu belum bisa mencari uang sendiri, ingat itu," tutur Nadin.
"Iyes ... Mam." Rafa menundukkan kepalanya. Saat itulah, ia merasa kecil dan membuatnya mulai tergugah untuk berbisnis.
"Yasudah, naiklah ke atas dan istirahatlah! Nanti malam turunlah untuk makan!"
"Beres, Mom." Rafa mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Ayo kita ke kamar, Al."
Rafa menghampiri Alva, dia meraih beberapa kantong belanjaan dari tangan Alva. Kemudian mereka segera menaiki tangga dan menuju kamar Rafa.
Nadin dan Zayn juga queen yang ada di gendongan Zayn sedang berjalan menuju ruang keluarga. Mereka berdua duduk di sana sambil menonton televisi.
"Mommy ... Ueen ingin itu."
"Hehehehe ... Iya, tunggu sebentar, Sayang." Queen ingin makan es krim seperti pada acara di televisi yang sedang mereka lihat.
"Sayang, apa kamu ingin ku buatkan kopi?"
"Hem ... Iya, boleh." Zayn mengangguk dan tersenyum lembut.
Nadin ikut tersenyum sambil mengangguk. Dia beranjak dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur.
"Sayang, pelan-pelan makan es krimnya." Queen mengalihkan pandangannya, menatap Nadin sejenak kemudian melanjutkan aktivitasnya.
Zayn tertawa kecil melihat mulut queen yang belepotan karena es krim. Dia mengalihkan pandangannya kearah Nadin, kemudian memeluknya erat .
"Sayang apa yang kau lakukan! Lihatlah di sini kita bersama dengan queen!" Nadin memukul pelan tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Hanya memeluk saja tidak boleh. Jika di kamar nanti aku akan melakukan lebih dari memeluk." Sambil melepaskan pelukannya, Zayn menatap penuh arti pada Nadin. Wanita itu menggeleng.
"Kau ini, selalu itu saja yang ada dalam pikiranmu." Omelan Nadin malah membuat Zayn tertawa.
"Bagaimana lagi. setiap melihatmu, aku selalu teringat akan kejadian di mana kita bermain," bisik Zayn sambil mencium kilas pipi Nadin.
"Zayn!!" bentak Nadin sambil melotot dan mencubit perut Zayn. Saat ini dia merasa malu sekali. Zayn selalu saja berkata mesum padanya membuat dirinya malu sendiri oleh ucapan suaminya itu.
"Kenapa memangnya, bukannya kau yang paling menikmatinya." Zayn masih terus saja menggoda Nadin sambil tangannya memeluk pinggang Nadin. Sungguh saat ini Nadin sedang menahan malu. wajahnya memerah saking malunya.
"Kau benar-benar, di sini ada queen. Bagaimana jika dia mendengar."
"Oh astaga ... Mom ... dad ... kalian ini selalu saja bermesraan dimanapun. "
Nadin dan Zayn sontak terkejut melihat Rafa ada di belakang mereka sambil berkacak pinggang dengan tangannya membawa beberapa paper bag.
"Kau ini mengagetkan saja, ada apa? baru saja pulang sudah membuat keributan," ucap Zayn.
Nadin memukul pelan dada Zayn. Mau bagaimana lagi, Zayn memang tidak bisa jika tidak bermesraan dengan Nadin. Bahkan di usianya yang tidak muda lagi, hampir setiap malam Zayn menginginkannya, namun hal itu tidak mudah karena si kecil-Queen selalu saja bisa menggagalkan rencananya.
"Aku hanya ingin memberikan ini saja, untuk Mami, Daddy dan Queen, tapi malah aku yang diberikan pemandangan orang dewasa." Rafa meletakkan 3 paper bag di atas meja.
"Yasudah ... kalian lanjutkan saja, tapi jangan di sini! Di dalam kamar saja!" Setelah itu Rafa tertawa sambil berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Nadin melihat wajah Zayn. "Kau ini, tidak tau malu. Lihatlah!"
"Biarkan saja," ucap Zayn sambil mencium kilas bibir Nadin.
Nadin melototkan matanya.
"Sepertinya nanti malam aku akan tidur bersama dengan Queen saja." Nadin segera beranjak dari duduknya kemudian berjalan menaiki tangga.
"Sayang ...." Panggilan Zayn tidak dapat menghentikan langkah Nadin.
"Kenapa dia marah," gumam Zayn.
"Mommy," panggil Queen.
Zayn dan Queen sambil menatap. Zayn melihat ke arah Queen dengan mengernyitkan dahi. Dia bingung melihat Queen yang sedang memegang perutnya.
"Kamu kenapa sayang?" Zayn berdiri dan segera menghampiri Queen, kemudian dia berjongkok di depannya.
"Ueen buang air Dad. Eeeekgg ...."
Seketika Zayn tergelak.
Oohhh tidakkkk.....
"Sayaaaaanngg," teriak Zayn frustasi.
**Tbc**.
Pagi ini Rafa dan Alva terlihat sudah rapi. Satu minggu lagi liburan mereka akan berakhir. Tinggal satu semester lagi Rafa akan menjalani sidang skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana. Sedangkan Alva masih baru akan masuk semester 4. Kedua orangtuanya tidak pernah mempermasalahkan akan hal itu.
Nadin terlihat duduk sambil menyuapi makanan pada queen. Rafa dan alva yang baru saja menuruni anak tangga segera menghampirinya.
"Pagi mam," sapa Rafa dan Alva secara bersamaan sambil mengecup pipi Nadin.
"Kalian ini," jawab Nadin sambil tersenyum.
"Dimana Dad, Mam?" tanya Alva.
"Sebentar lagi juga akan turun, dia sedang mengambil ponselnya."
Kedua putranya mengangguk sambil dudukdi kursi, kemudian mengambil roti isi yang ada di depannya.
"Hari ini aku akan ke kampus, Mam," ucap Alva sambil mengunyah makanan.
"Memangnya ada apa sayang? 'kan liburnya masih satu minggu lagi?"
"Iyah ... ada urusan apa kau ke kampus, Al?"
"Hari ini aku ingin meminjam buku di perpustakaan. Masih ada tugas yang harus ku selesaikan. Sekalian ingin bertemu Pak Arnold."
Nadin dan rafa mengangguk. Terdengar suara decitan kursi. Mereka semua mengalihkan pandangannya. Menatap Zayn yang baru saja datang dan duduk di kursinya, tempat ia biasa duduk setiap harinya.
"Sayang, hari ini aku akan pulang sedikit terlambat," ucap Zayn pada nadin setelah ia duduk di kursinya. Nadin yang kala itu mengambil roti isi untuk suaminya seketika memandang cukup lekat.
"Tidak biasanya kamu pulang telat. Apa ada masalah?" tanya Nadin. Nadin kembali menyuapi makanan pada queen setelah mengambil makanan untuk Zayn.
"Tidak ada, hanya sedikit perubahan rencana pertemuan dengan Client," jawab zayn sambil mengunyah makanannya.
Zayn menoleh ke arah Rafa dan Alva. Mereka berdua juga sedang memperhatikan Zayn.
"Kalian kenapa sudah rapi begitu?" tanya Zayn.
"Aku akan bermain skateboard bersama dengan James, Dad. Sekalian kita akan mengunjungi teman-teman."
Zayn mengalihkan pandangan matanya ke arah alva.
"Kalau aku akan ke kampus Dad," jawab Alva dengan hati-hati.
"Ke kampus? Ada apa Al? Bukankah masih ada libur semester?"
"Dia akan meminjam buku di perpustakaan, Sayang," sahut Nadin menjelaskan.
"Ehm ...." Zayn mengangguk dengan masih menikmati roti isi buatan istrinya.
Mereka bertiga sedang asyik makan. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara aneh.
terteertttttrrrrr.....
"Sayang, Queen sedang buang air?" tanya Nadin. Queen mengangguk sambil menunjukkan raut wajah sedang menahan sesuatu.
Zayn, Rafa dan Alva menatap queen dengan tatapan yang sulit. Ketiga lelaki itu seketika menghentikan aktivitas makannya.
"Bau sekali," ucap Rafa. Sontak mereka semua menatap kilas ke arah Rafa, sebelum menatap ke arah Queen.
"Sayang, aku berangkat dulu." Zayn dengan cepat mencium kening Nadin
"Kenapa terburu-buru, Sayang," tanya Nadin bingung.
Zayn memilih pergi tanpa menghiraukan pertanyaan istrinya. Kini kedua matanya menatap sosok kedua putranya.
"Mam ... Rafa juga berangkat."
"Alva juga mau berangkat, Mam."
Sambil mencium pipi Nadin mereka segera pergi meninggalkan Nadin dan Queen yang masih dengan keadaannya.
"Hei ... kalian belum menyelesaikan sarapannya," teriak Nadin Setelah melihat makanan yang masih ada di atas piring mereka.
Nadin menggeleng pelan sambil menggendong queen naik ke atas untuk mengajak queen ke kamar mandi .
"Dasar laki-laki," gumam Nadin.
******
Sore harinya terlihat Nadin yang sedang duduk dihalaman depan. Memainkan ponselnya sembari memperhatikan putrinya yang baru saja bisa menaiki sepeda. Wanita cantik itu tersenyum melihat tingkah dari bocah kecil itu.
"Bi Ela mau kemana?" Suara queen mengalihkan perhatian Nadin.
Bi Nela menghentikan langkah kaki. Ia tersenyum menatap queen yang juga sedang menatapnya.
"Bibi mau pergi ke supermarket Princess."
"Uin ikut, Bi." Segera queen turun dari sepedanya dan berlari menghampiri bi nela.
"Hei sayang ... jangan!" teriak Nadin sembari melangkah mendekati keduanya.
"Bibi ke sana naik apa? Pak Louis sedang mengantarkan paketan yang Zayn minta, apa saya antar saja?" tawar Nadin.
Bi Nela menggeleng dan berkata, "Tidak usah Nyonya, saya akan jalan kaki saja, 'kan tidak terlalu jauh."
"Mom ... Uin mau ikut Bi Ela," ucap Queen sambil memegang kaki bi nela.
"Yasudah kalau begitu mommy akan ikut juga, tunggu sebentar ya, Bi." Nadin segera berbalik dan masuk kedalam.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Nadin keluar dengan memakai cardigan serta membawa tas kecilnya.
"Ayo Bi!" ajak Nadin sambil menarik tangan queen. Bi Nela mengangguk kecil menanggapinya.
Mereka akhirnya berjalan kaki menuju supermarket. Bi Nela memang sudah terbiasa begitu. Sebab waktu yang ditempuh dengan berjalan kaki tidak terlalu lama, mungkin hanya sekitar 10 menit.
Setelah sampai, bi nela membeli beberapa bahan yang memang ingin dibeli olehnya tadi. Nadin juga sedikit menambahi barang belanjaan sesuai yang dia inginkan.
Akhirnya mereka kembali pulang setelah acara belanjanya selesai. Kembali berjalan kaki sama seperti ketika mereka berangkat tadi.
"Mommy ... Uin ingin endong "
"Uuuhh cantiknya Mommy capek ya ...."
Bi nela segera mengambil alih barang belanjaan yang dibawa oleh Nadin.
"Sini biar saya yang bawa Nyonya," pinta Bi Nela.
"Iya ... makasih Bi."
"Bi ... kenapa Bibi tidak ajak saja Felicia kemari, Zayn 'kan kemarin sudah bilang jika akan menanggung biaya kuliahnya, sayang sekali jika Felicia tidak melanjutkan pendidikan. Dia gadia yang cukup pintar."
"Terimakasih, Nyonya. Felicia memang anaknya begitu. Dia tidak ingin merepotkan orang lain. Kemarin, dia sudah bilang jika akan membuka toko kue saja. Saya tidak ingin memaksakan kehendak saya, Nyonya."
"Iya ... tapi saya masih belum merasa puas Bi, apalagi Feli mendapatkan nilai kelulusan yang cukup tinggi."
"Ya ... Bibi tidak bisa berbuat banyak, Nyonya. Dia memang keras kepala."
"Iya ... saya hanya menyayangkan keputusannya." Sesekali Nadin melemparkan senyuman ramah pada bi nela.
"Saya sungguh bingung dengan anak itu, Nyonya. Dia bahkan lebih memilih tinggal sendiri daripada tinggal bersama dengan bibinya. Dia memang anak yang tidak mau merepotkan orang lain Nyonya."
Nadin mengangguk.
"Mommy ... kita main ke sana sebental ya ...." Queen menunjuk sebuah taman yang ada di seberang jalan. Dengan tersenyum Nadin mengangguk setuju.
"Bibi, kita mampir ke sana sebentar ya."
"Iya, Nyonya."
Mereka menyebrang jalan raya. Setelah sampai di taman itu, queen dengan riangnya berlari kesana-kemari. Nadin dan bi nela melanjutkan obrolan yang tadi sempat mereka bahas. Karena saking seriusnya mereka berdua melupakan queen yang yang bermain sendiri.
"Iya, Bibi juga sebenarnya sudah memaksa dia agar ikut Bibi tinggal di sini setelah lulus sekolah, tetapi dia tidak mau Nyonya."
"Sayang sekal, Bi."
Mereka terdiam dan saling memikirkan sesuatu yang menggangu kenyamanan. Sesaat setelah saling merenung, tiba-tiba Bi nela teringat sesuatu dan segera mengedarkan pandangannya untuk mencari queen. wanita itu terbelalak melihat queen yang berlarian di pinggir jalan untuk mengejar kupu-kupu. Dengan segera bi nela bangkit dari duduknya kemudian berlari menghampiri queen yang akan berjalan ke tengah jalan.
"Bibi ... ada apa?" tanya Nadin dengan suara keras dan terkejut. Ia masih belum menyadari sesuatu pada putrinya.
"Astaga ... queennnnnn." Nadin terkejut melihat pemandangan yang ada di depan matanya, setelah menyadari keadaan.
Sebuah mobil berwarna hitam dengan kecepatan tinggi melintas. Bi nela segera berlari untuk menyelamatkan queen. Nadin yang juga ikut berlari di belakang bi nela sudah mengeluarkan tangisan dan juga kepanikan. Kejadian itu sangatlah cepat sehingga Nadin tidak bisa berbuat apapun.
Brrrraaaaaaakkkkkk..
" Tidaaaakkkkkkkk "
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!