Hari Pernikahan,
Di sebuah ruangan rias , Lee Hana duduk terdiam sambil menatap pantulan wajahnya di sebuah cermin besar yang ada di depannya. Siang itu dia terlihat sangat cantik dengan gaun pengantinnya yang berwarna putih gading dengan rambut panjangnya yang terikat. Di tangannya, dia memegang buket bunga mawar berwarna putih. Hana terlihat memperhatikan dirinya sendiri di cermin. Dia sepertinya masih belum sepenuhnya percaya, jika hari ini adalah hari pernikahannya. Ya...hari ini dia akan menikah dengan Park Jae Min, laki - laki yang baru dikenalnya selama satu bulan ini.
Tak lama terlihat Nyonya Ji Eun yang datang menghampiri putri pertamanya itu. Dengan raut wajah sumringah, ditatapnya Hana dengan sorot mata penuh kebahagiaan.
" Hana ....kau terlihat sangat cantik hari ini. Ibu masih belum bisa percaya, kalau hari ini, kau akan segera menikah". puji wanita itu sambil memegang pundak putrinya.
Hana hanya tersenyum tipis sambil tetap memusatkan pandangan matanya di cermin besar yang ada di depannya itu.
Tak lama muncul Lee Ji Hoon yang tak lain adalah adik semata wayangnya. Tapi ada yang tidak biasa dari tatapan mata laki - laki muda itu. Dia tampak tidak terlalu antusias dengan pernikahan kakak perempuannya ini. Tatapan matanya tampak datar dan tanpa ekspresi.
" Eonnie....apa kau sudah siap ?" tanya Ji Hoon lirih
Hana langsung mengalihkan pandangan matanya ke arah adik semata wayangnya itu. Terlihat sebuah anggukan kecil dan sebuah senyuman manis yang tersungging dari bibir tipis wanita itu. Ji Hoon pun langsung menggandeng tangan kakak perempuannya itu. Hana pun segera bangkit dari tempat duduknya dan tampak mengikuti setiap langkah adik laki - laki nya itu. Nyonya Ji Eun pun langsung mengikuti langkah keduanya.
Sementara itu di depan altar pernikahan, terlihat seorang laki - laki tampan yang mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih yang terlihat rapi dan berwibawa. Laki - laki itu terlihat tampan dan sangat gagah dengan penampilannya. Rambut cepaknya tampak tersisir dengan rapi. Ya ...laki - laki itu adalah Park Jae Min, calon suami dari Lee Hana. Dia terlihat lebih banyak diam dan hanya sesekali melemparkan senyum manisnya. Tatapan matanya terlihat sedikit kosong dengan ekspresi yang datar.
" Jae min...apa kau sudah siap?" tanya Tuan Park Seung Jo yang tak lain adalah ayahnya.
Jae min pun mengangguk pelan seraya melemparkan sebuah senyuman kecil. Sesaat tatapan matanya kembali kosong dan terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini.
Tak lama berselang, terlihat pengantin wanita yang baru saja memasuki tempat berlangsungnya acara pernikahan. Ji Hoon mengandeng tangan kakak perempuannya itu dengan cukup erat. Entah kenapa wajahnya terlihat murung dan terlihat tidak bahagia, padahal hari ini adalah hari pernikahan kakaknya.
Melihat kedatangan pengantin wanita, nenek Jung yang berada di deretan kursi khusus untuk keluarga pengantin pria pun tampak tersenyum lebar. Wanita paruh baya itu terlihat sangat bahagia hari ini. Akhirnya dia bisa memenuhi janjinya kepada seseorang yang dulu pernah menyelamatkan nyawanya itu. Ya ...sebuah janji untuk menikahkan Park Jae min yang tak lain adalah cucu kesayangannya dengan Lee Hana, putri dari seseorang yang pernah menyelamatkan nyawanya di masa lalu.
" Lee joon ....aku sudah memenuhi janjiku kepadamu. Semoga kau bisa tenang di alam sana." gumam nenek Jung dalam hati. Sesaat mata wanita itu pun tampak berkaca - kaca. Rasa haru pun menyelimuti perasaannya saat ini.
Hal ini pun terlihat oleh Nyonya Ji Young yang tak lain adalah ibu dari Park Jae Min. Menyaksikan ibu mertuanya yang seperti sedang menahan tangis, Nyonya Ji Young pun merasa heran. Ditatapnya wanita yang berdiri di sampingnya itu dengan tatapan penuh tanda tanya.
" Ibu ....kenapa ibu menangis?" tanyanya penasaran.
" Tidak apa - apa. Aku hanya merasa terlalu bahagia karena Jae Min sudah bertemu dengan pasangan hidup yang tepat untuknya." jawab Nenek Jung dengan senyum lebarnya.
Tak lama terdengar celetukan dari Park Seung Yi yang tak lain adalah adik semata mayang dari Park Jae min.
" Kenapa nenek begitu yakin kalau Kak Jae min akan bahagia dengan pernikahannya ini dengan Kak Hana? bukankah selama ini, kak Jae min hanya mencintai Kak Hyo Rin?" ujarnya polos
Hal ini spontan membuat Nyonya Ji Young kelabakan. Dia terlihat kesal mendengar pertanyaan putrinya itu. Dia pun langsung mencubit lengan Seung Yi dengan cukup keras, sampai - sampai gadis itu tampak meringis kesakitan.
Nenek Jung sendiri terlihat cuek dan tidak terlalu memperdulikan ucapan cucunya itu. Dia tampak yakin dengan keputusannya untuk menikahkan Park Jae min dengan Lee Hana.
Sementara itu Lee Hana berjalan pelan menuju ke altar pernikahan. Ji Hoon masih tampak menggandeng tangan kakak perempuan satu - satu nya itu dengan cukup erat. Nyonya Ji Eun pun turut mendampingi langkah kedua anaknya itu.
Sesaat Park Jae min tampak terdiam saat melihat calon istrinya yang tengah berjalan menuju ke arahnya. Melihat Hana yang siang itu terlihat cantik dan anggun dengan baju pengantin berwarna putih gading itu, sejujurnya dalam hati terdalam, dia memuji kecantikan calon istrinya itu, tetapi Jae min berusaha untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya dia rasakan. Dia tetap berusaha bersikap datar dan tanpa ekspresi yang berarti.
Tepat di depan altar pernikahan, Ji Hoon pun langsung menyerahkan tangan kakak perempuannya itu kepada Park Jae min, yang sedari tadi sudah menunggu kedatangannya di altar. Park jae min pun tampak memegang tangan calon istrinya itu dengan cukup erat, begitu juga dengan Lee Hana. Dia pun balas menggenggam tangan calon suaminya itu dengan sama eratnya. Sesekali Park Jae min pun tampak melirik ke arah Lee Hana dengan ekspresi yang cenderung datar, tetapi ekspresi berbeda justru di tunjukkan oleh Lee Hana. Sedari tadi wanita itu selalu berusaha untuk menjaga senyumannya. Suatu hal yang sangat kontras tentunya.
" Apa kalian berdua sudah siap?" tanya seorang pastur dengan suara lembutnya.
Park Jae min pun langsung mengangguk, meski dengan ekspresi yang datar. Keduanya pun segera berganti posisi. Dan posisi mereka berdua saat ini adalah posisi saling berhadapan.
Aku Park Jae Min
Memilih Lee Hana sebagai istriku
di saat senang dan sedih
di saat kaya atau miskin
di saat sehat maupun sakit
berjanji untuk mencintai selalu
Park Jae Min pun berhasil mengucapkan janji suci pernikahan ini dengan intonasi yang tegas. Matanya pun tampak sedikit berkaca - kaca, tetapi dia terlihat berusaha menutupi perasaan yang sebenarnya dia rasakan hari ini.
Tiba giliran Hana yang harus mengucapkan janji suci pernikahan. Hana tampak terdiam sejenak sambil terus menatap ke arah laki - laki yang ada di depannya saat ini.
Pikirnya dalam hati, apakah laki - laki ini adalah bagian dari takdir hidupnya kelak? apakah laki - laki yang ada di depannya saat ini, memang di takdirkan untuk hidup bersamanya?
Hana terlihat mencoba untuk menyakinkan dirinya saat ini. Dia mematung sejenak. Tanpa terasa matanya pun mulai berkaca - kaca.
Aku Lee Hana menjadikanmu Park Jae Min
sebagai suamiku
bahagia atau sedih
kaya atau miskin
di saat sehat maupun sakit
Aku berjanji untuk mencintai, menghargai
dan menyayangimu selalu
Ucapnya dengan sedikit terbata.
Matanya pun semakin berkaca - kaca, setelah dia mengucapkan janji pernikahan itu. Tanpa dia sadari, sudut matanya pun tampak berair. Hana pun spontan menghapus air mata yang mulai membasahi sudut matanya itu. Tetapi ekspresi berbeda justru di tunjukkan oleh Park Jae min yang terlihat dingin dengan ekspresi wajah yang datar.
Tak lama Park Jae Min pun tampak menyematkan sebuah cincin berlian ke jari manis Lee Hana, begitu juga sebaliknya. Hana pun tampak tersenyum lebar ke arah Park Jae min, yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya itu. Senyuman penuh kebahagiaan itu membuat Hana terlihat semakin cantik dan mempesona. Park Jae min pun tampak tertegun sejenak saat melihat pemandangan indah ini. Dan akhirnya mau tidak mau, Park Jae min pun mencoba untuk mengembangkan sebuah senyuman dari bibirnya. Dia tampak tersenyum lebar untuk menutupi perasaan yang sebenarnya dia rasakan saat ini.
Laki - laki itu pun segera memeluk tubuh Hana dengan cukup erat dan mendaratkan sebuah ciuman manis di bibir istrinya itu. Hana pun membalas ciuman manis dari suaminya itu.
Seketika suasana pun menjadi bergemuruh karena suara tepuk tangan dari para tamu undangan, rekan dan kerabat dari keluarga kedua mempelai.
Mereka terlihat ikut tersenyum bahagia melihat momen pernikahan ini, terutama Nenek Jung yang sedari tadi tidak berhenti melempar senyum bahagianya.
Kedua mempelai pengantin pun tampak bergandengan tangan satu sama lain. Hana pun terus melempar senyuman manisnya, dan di sampingnya Jae min pun berusaha untuk tetap menjaga senyumannya. Sesekali dia tampak menatap Hana dengan tatapan tajamnya, tapi Hana tidak menyadari hal ini.
Dan di sebuah sudut kursi yang cukup jauh itu, terlihat seorang wanita cantik yang mengenakan dress pendek berwarna merah, yang sedari tadi terus menatap ke arah kedua mempelai pengantin. Tatapan mata itu terlihat dingin dan tidak menyenangkan. Tampak sebuah amarah yang sangat besar di mata indah wanita itu.
Lee Hana,
Park Jae Min,
Masih dalam nuansa pesta pernikahan antara Park Jae min dan Lee Hana. Terlihat para tamu undangan yang sedang memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai pengantin. Tampak beberapa rekan kerja, para sahabat dan juga keluarga dari kedua mempelai yang terlihat saling berbincang satu sama lain.
" Selamat....untuk pernikahan kalian berdua. Semoga kalian selalu berbahagia." ujar Sung Hoon sambil menepuk pundak Park Jae Min, yang tak lain adalah teman baiknya itu.
Jae min pun membalas ucapan teman baiknya itu dengan sebuah senyuman simpul.
" Jae min ...kau harus segera membuat Hana cepat hamil karena aku yakin, Nenek Jung pasti sudah ingin menimang cucu pertamanya." ujar Jae Joong dengan nada yang polos.
Hal ini sontak membuat keriuhan diantara para tamu undangan dan keluarga. Mereka langsung tertawa mendengar ungkapan polos dari Jae Joong. Bahkan Nenek Jung tampak tertawa lebar mendengar ucapan dari laki - laki muda itu. Dia pun langsung mengangguk - anggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Jae Joong. Hana pun ikut tertawa saat mendengar hal ini, tetapi ekspresi berbeda kembali di tunjukkan oleh Park Jae Min. Laki - laki itu terlihat tidak terlalu antusias dengan hal ini. Dia hanya tersenyum tipis dengan ekspresi wajah yang datar. Sesekali tampak kalau dirinya terus menatap tajam ke arah Hana, yang sedari tadi terus menebar senyum cantiknya. Entah...dia merasakan perasaan yang saling bertolak belakang saat ini. Di satu sisi, dia terlihat tidak antusias dengan pernikahannya ini, tetapi di sisi lain, ada sebuah perasaan aneh di hatinya saat dia menatap Hana secara lebih dekat. Hana sendiri tidak menyadari kalau sedari tadi Jae min terus menerus memperhatikan setiap gerak - geriknya.
Keanehan sikap Jae min ini ternyata tertangkap mata oleh Nyonya Ji Young yang sedari tadi memang terus memperhatikan setiap gerak - gerik putranya pertamanya itu kepada Lee Hana. Nyonya Ji Young tampak menghela nafas panjang dengan ekspresi wajah sedikit cemas. Sepertinya dia sangat mengetahui isi hati putranya itu saat ini, tetapi dirinya tidak bisa berbuat apa - apa.
Lee Hana,
Seorang wanita sederhana, ceria, penurut dan sedikit naif. Kehidupannya seketika berubah setelah dirinya menikah dengan seorang laki - laki kaya raya atas dasar sebuah perjodohan. Pernikahan tanpa dasar cinta itu membuat kehidupannya menjadi semakin rumit, tetapi Hana tetap berusaha untuk menjalani rumah tangganya itu. Apalagi saat dia mulai menyadari kalau dirinya telah jatuh cinta pada suaminya itu , tetapi sayangnya perasaannya itu bertepuk sebelah tangan. Park Jae min mencintai wanita yang lain. Rasa sakit hati yang berkepanjangan itupun membuat pribadi Hana berubah menjadi wanita yang dingin dan pendiam saat bersama Park Jae min.
Park Jae Min,
CEO muda berbakat, tampan , kaya raya, perfectsionis, ramah dan berwibawa. Pernikahannya dengan Lee Hana yang tanpa dasar cinta itupun membuat kehidupannya semakin berwarna. Dia telah bertaruh dengan hatinya sendiri saat dia memutuskan untuk menerima rencana perjodohan antara dirinya dan Lee Hana. Sebuah pertaruhan hati yang akan membuat hidupnya seperti roller coaster.
Malam Pertama,
" Apa ini?" tanya Hana heran saat melihat tumpukan kertas yang tertata rapi di sebuah map berwarna biru
Park Jae Min terdiam mematung sambil terus menatap tajam ke arah Lee Hana, yang saat ini sudah resmi menjadi istrinya.
" Ini ....Surat Perjanjian Pernikahan." jawabnya lugas
"Surat perjanjian pernikahan?" tanya Hana setengah bingung.
Jae min mengangguk pelan.
" Lalu apa maksud semua ini?" tanya nya lagi dengan ekspresi wajah penuh tanda tanya.
Park Jae min menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan itu.
Dia mencoba untuk mengatur nafasnya terlebih dahulu, sebelum mengatakan maksud yang sebenarnya kepada istrinya itu.
" Surat perjanjian pernikahan ini berisi apa saja yang boleh dan tidak boleh kita lakukan, saat kita menjalani pernikahan di rentang waktu yang telah di tentukan." ujar Jae min coba menjelaskan.
Hana terlihat semakin bingung dengan hal ini.
" Rentang waktu yang telah di tentukan?"tanya Hana dengan raut wajah yang mulai berubah.
Jae min terdiam sejenak sambil berpikir.
" Hana....aku harap kau tidak salah paham kepadaku tentang pernikahan kita ini. Jujur aku akui, aku menikah denganmu bukan karena aku mencintaimu, tetapi lebih karena aku tidak ingin melukai perasaan Nenekku yang sangat ingin menjadikanmu sebagai menantu di keluarga Park. Mau tidak mau, aku harus menerima rencana perjodohan kita. " ungkap Jae min dengan nada lugas
Hana terkesiap mendengar fakta ini. Seketika ekspresi wajahnya terlihat sedikit kesal mendengar pengakuan jujur dari suaminya itu. Hana terdiam dengan tatapan nanar.
" 2 tahun.....pernikahan kita hanya untuk 2 tahun saja. Setelah itu, kita akan kembali kepada kehidupan kita masing - masing." ujar Jae min lirih
" 2 tahun? jadi usia pernikahan kita hanya untuk 2 tahun ke depan? apakah ini berarti pernikahan kita hanya sebuah pernikahan kontrak?" tanya Hana dengan suara yang sedikit terbata karena berusaha menahan emosinya.
Park Jae min pun mengangguk pelan sambil menatap Hana dengan tatapan yang dalam.
" Ya .....mungkin lebih tepatnya seperti itu." jawabnya lirih.
Brak......
Hana terkejut setengah mati mengetahui hal ini. Dia sama sekali tidak menyangka kalau nasib pernikahannya yang baru dia lalui belum genap 24 jam ini, akan berakhir dengan sebuah perjanjian kontrak pernikahan.
Hana tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya kepada suaminya itu. Seketika wajah cantik itu terlihat lesu bercampur sedih.
" Kau memang gila Park Jae min. Kau telah mempermainkan arti sebuah pernikahan. Apa kau anggap pernikahan kita hanya sebuah permainan, yang bisa kau tarik ulur sesukamu? kalau kau memang tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa kau mau menerima rencana perjodohan ini? jangan kau jadikan nenekmu sebagai alasan untuk berlindung dari kesalahanmu. Apa kau tidak sadar, kalau sikapmu akan melukai banyak orang , terutama aku." ucap Hana dengan suara yang mulai bergetar karena berusaha menahan tangis.
Park Jae min hanya terdiam mendengar semua ungkapan penuh kemarahan dari istrinya itu. Dia tetap tidak bergeming dengan keputusannya itu.
" Mianhe..aku tahu jika aku salah dalam hal ini, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain melakukan hal ini." jawabnya pelan.
Hana terlihat semakin emosi melihat sikap datar suaminya itu. Butiran air mata mulai jatuh membasahi pipi mulusnya. Hana sudah tidak bisa lagi membendung kesedihannya kali ini. Ingin rasanya dia berteriak sekencang mungkin, untuk melepas semua rasa sesak yang ada di dadanya.
" Ya Tuhan...apa yang telah aku lakukan? kenapa aku berada dalam situasi seperti ini?" ucapnya lirih sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi.
Park Jae min pun tak berhenti menatap setiap gerak - gerik istrinya itu. Sejujurnya dia terlihat tidak tega melihat reaksi dari istrinya itu, tetapi Jae min tetap berusaha bersikap dingin dan tidak peduli di depan istrinya itu.
" Kau bisa mempelajari semua isi perjanjian pernikahan ini pelan - pelan. Kau juga bisa menambahkan sesuatu, jika ada hal yang kurang menurutmu. Setelah kau siap, kau bisa menandatangi surat perjanjian ini."
Hana tertegun mendengar hal ini. Dilihatnya beberapa lembar kertas yang ada di depannya itu dengan tatapan kosong.
" Kenapa kau begitu yakin, kalau aku mau menandatangi surat perjanjian pernikahan ini?" tanya nya dengan nada sinis
Mendengar hal ini, Park Jae min tampak tertawa kecil sambil menatap Hana dalam - dalam.
" Karena kau tidak memiliki pilihan lain, selain menerima perjanjian pernikahan ini." jawab Park Jae min dengan nada dingin.
" Tapi seandainya aku menolak untuk menandatangi perjanjian pernikahan ini, apa yang akan kau lakukan?" balasnya tak kalah dingin
" Aku akan terus mencari cara, agar kau mau menandatanganinya." balas nya sinis.
Seketika suasana pun menjadi hening. Tak ada lagi perdebatan diantara diantara kedua pasangan ini. Hana terlihat sedang berpikir keras, begitu juga Park Jae min. Di sela - sela keheningan itu, terlihat Park Jae min yang terus menatap Lee Hana dengan tatapan yang tajam dan penuh arti. Hana sendiri tidak menyadari hal ini. Sesekali Hana terlihat mengusap wajahnya yang tampak lesu dan tidak bersemangat itu. Ya ..keduanya memang belum sempat melepas baju pengantin yang sedari pagi sudah mereka kenakan.
Suasana pun tampak canggung dan hambar. Padahal malam ini adalah malam pertama untuk keduanya sebagai pasangan suami istri. Malam yang seharusnya menjadi malam yang paling membahagiakan bagi pasangan suami istri yang baru saja menikah, tetapi tidak bagi keduanya. Malam ini adalah awal perjalanan cinta yang rumit untuk keduanya.
Pukul 23.30 malam,
Hana terdiam di atas ranjang tempat tidurnya. Dia tampak melamun. Pandangan matanya terlihat kosong. Matanya terlihat sembab karena malam ini, dirinya terlalu banyak menangis. Wajah cantik itu tampak lesu dan tidak bersemangat. Malam ini adalah malam pertama baginya menyandang status sebagai istri dari Park Jae Min, tetapi justru kenyataan pahit harus dia telan mentah - mentah. Ternyata pernikahan ini terasa sebagai sebuah jebakan untuknya. Dan dirinya pun sudah terlanjur terperangkap dalam jebakan itu.
Hana terlihat meratapi nasibnya saat ini. Dia tak menyangka kalau Park Jae min akan melakukan hal seperti ini kepadanya. Hana benar - benar dilema dengan keadaan yang ada saat ini.
Flash back on
" Hana ....kau bisa tidur di kamarku! aku bisa tidur di sofa ruang tamu ataupun di ruangan kerjaku. Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman saat berada di dekatku." ujar Jae min lirih
Hana hanya diam mematung dan tak memberikan reaksi apapun.
" Oia.....aku tidak akan menuntutmu untuk melakukan tugasmu sebagai seorang istri. Kau juga tidak perlu melakukan kewajibanmu untuk melayaniku. Jadi ...lebih baik, kita tidur secara terpisah." lanjutnya lagi
Hana tersenyum sinis mendengar hal ini.
Ditatapnya laki - laki yang ada di depannya itu dengan tatapan dingin.
" Aku berharap.... tidak ada sentuhan fisik diantara kita berdua. Aku tidak akan menyentuhmu. Apa kau paham maksudku?"
Hana terdiam sejenak sambil berpikir.
" Iya ....aku paham." jawabnya cepat dengan ekspresi yang datar.
" Satu lagi ....kita akan fokus pada urusan kita masing - masing. Aku tidak akan ikut campur dalam urusan pribadimu, begitu juga sebaliknya. Kau tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadiku. Kita akan tetap menjalani kehidupan kita sendiri - sendiri, tanpa saling mencampuri urusan masing - masing." ujarnya lugas
Hana hanya terdiam mematung mendengar semua penjelasan Jae min. Dia tidak menolak ataupun mengiyakan ucapan laki - laki itu. Sejujurnya dia merasa gemas dan kesal dengan sikap dominan Jae min. Pikirnya dalam hati, ternyata di dunia ini ada tipikal laki - laki seperti Jae min yang sangat dingin dan tidak berperasaan. Dan parahnya Hana harus berurusan langsung dengan orang seperti ini.
Keduanya pun kembali terdiam satu sama lain. Hana terlihat menggigit bibir bawahnya hingga berkali - kali untuk menahan perasaan emosi di hatinya. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan yang dia lakukan, saat sedang kesal atau sedang menahan rasa marah.
Hal ini pun tak luput dari perhatian Jae min. Laki - laki itu justru terlihat gemas melihat hal ini. Baginya apa yang dilakukan oleh istrinya itu terlihat cukup menggoda baginya. Hana yang terlihat masih tetap cantik, meski riasan wajah yang dia kenakan tampak sudah memudar karena sapuan keringat itu, nyatanya tetap terlihat menarik di matanya.
Jae min tak menyadari kalau selama perbincangan mereka berdua malam ini, dirinya tidak pernah bisa melepaskan pandangan matanya dari Hana.
Flash back off
Hana tampak membuka ikat rambutnya dan tampak mengacak - acak rambut panjangnya.
" Park Jae min ....suatu saat kau akan menyesal karena sudah menyiakan - yiakan ku." gumamnya penuh kekesalan.
Sementara itu di sebuah ruangan kerja yang berukuran cukup luas itu, terlihat Park Jae min yang duduk termenung di sebuah sofa.Tatapannya terfokus pada ponsel yang sedang dia pegang. Jae min sedang memeriksa beberapa pesan dan panggilan yang masuk di ponselnya. Panggilan masuk itu didominasi oleh sebuah nama " Hyo Rin ".
Hampir 20 panggilan masuk dari nomer yang sama yang tertera di layar ponselnya. Park Jae min tampak menghela nafas panjang untuk membuat pikirannya menjadi lebih rileks. Awalnya dia ingin menghubungi nomer itu, tetapi Jae min terlihat ragu dan tidak bersemangat saat ini. Ya ...hari ini adalah hari yang sangat melelahkan baginya. Bukan hanya lelah raga saja, tetapi juga lelah hati yang lebih mendominasi. Hal ini membuat dirinya seperti kehilangan semangat hidup, padahal biasanya dia adalah seorang laki - laki yang sangat realistis dan penuh semangat, tetapi kali ini Jae min terlihat cukup putus asa.
Dirinya tidak bisa membayangkan jika saat ini, dia harus tinggal seatap dengan wanita yang sama sekali tidak dia cintai. Dan hal ini akan berlangsung hingga 24 bulan ke depan. Park Jae min sungguh tidak menginginkan kondisi seperti ini, tetapi mau tidak mau dia harus mau menjalani kesehariannya bersama Lee Hana, yang sudah resmi menjadi istrinya itu.
" Cangkang itu terlihat kuat dari luar, tetapi sangat rapuh di dalamnya". ( Lee Hana )
" Karena pura - pura bahagia itu, butuh tenaga yang luar biasa." ( Park Jae Min )
Pukul 06.30,
" Hana .....apa kau yang memasak semua makanan ini?" tanya Jae min sambil memperhatikan satu persatu makanan yang terhidang di meja makan.
" Kalau bukan aku yang memasak, memangnya siapa lagi. Bukankan di rumah ini , hanya ada kita berdua." jawab Hana sambil mengupas buah apel.
Park Jae min tersenyum simpul mendengar hal ini.
" Lain kali kau tidak usah repot untuk menyiapkan makanan. Besok pagi ...Bibi Song akan kesini. Dia yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Aku tidak ingin merepotkanmu untuk urusan rumah ini."
Hana spontan menghentikan aktifitasnya itu. Ditatapnya wajah suaminya dengan tatapan heran.
" Dan satu lagi ...mulai hari ini, aku ingin kau berhenti bekerja dari toko roti. Kau cukup di rumah saja. Aku akan menanggung semua biaya hidupmu. Termasuk biaya hidup ibumu dan juga biaya kuliah adikmu. Aku akan menanggung semuanya." ucap Jae min penuh ketegasan.
Mendengar hal ini, Hana tampak tertawa getir. Ekspresi wajahnya seketika berubah menjadi tidak menyenangkan.
" Jadi kau menginginkan agar aku menjadi patung hidup untukmu? yang hanya diam di rumah tanpa melakukan pekerjaan apapun? kau ingin aku hanya duduk diam sambil menunggu kau pulang?" tanya Hana dengan nada emosi.
Park Jae min tampak menyunggingkan senyumnya sesaat. Ditatapnya lekat - lekat wanita yang duduk di depannya itu.
" Aku hanya tidak ingin, setelah menikah denganku ...kau masih bekerja di tempat milik orang lain. Kalau kau ingin memiliki kesibukan, aku bisa saja membeli toko roti dimana tempatmu bekerja atau aku bisa membangun toko roti yang lebih besar dan lebih mewah untukmu. Itu hal yang sangat mudah untukku." ujar Park Jae min penuh percaya diri.
Mendengar hal itu, Hana hanya tersenyum sinis. Dia tampak membuang pandangan matanya dari suaminya itu. Dan saat Hana bersiap untuk membantah ucapannya, Park Jae Min langsung menutup mulut istrinya itu dengan tangan kanannya. Hana terkesiap dengan tindakan suaminya itu.
" Cukup ....aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Apapun yang aku katakan, itu adalah sebuah perintah dan aku tidak mau dibantah." ujarnya tegas dengan tatapan yang tajam.
Kali ini Hana pun kalah dari suaminya.
Tak lama Jae min pun segera bergegas pergi meninggalkan Hana sendirian di meja makan. Bahkan makanan yang sudah Hana siapkan untuknya, tidak sempat dia sentuh sedikitpun. Terlihat ada rasa sedih dan kecewa di wajah wanita itu. Apakah Jae min begitu membencinya? sampai - sampai dia tidak mau untuk mencoba makanan yang Hana buat untuknya?
Hana terdiam sambil menatap beberapa piring makanan yang di depannya. Tanpa dia sadari, butiran kristal bening terlihat mulai membasahi pelupuk matanya. Hana pun segera menyeka air mata nya itu dengan tangan kanannya. Pikirnya.... untuk apa dia menangisi laki - laki tak berperasaan seperti Park Jae min. Tapi jauh di lubuk hatinya, luka kecil itu mulai terlihat menganga, tetapi Hana belum menyadarinya.
Perusahaan Park Corporation,
" Jae min...kenapa hari ini kau berangkat bekerja? bukankah ...kemarin siang, kau baru saja menikah? harusnya hari ini kau mengambil cuti dan mengajak istrimu berbulan madu ke Eropa." ujar Jae Joong dengan gaya polosnya.
Mendengar hal ini, Park Jae min hanya terdiam membisu dan tidak memberikan respon berarti. Dia malah tampak menyibukkan dirinya dengan membuka beberapa laporan keuangan yang menumpuk di meja kerjanya.
Jae Joong pun terlihat kesal melihat respon Jae min yang terkesan acuh kepadanya.
" Jae min....kenapa kau diam saja? memangnya pertanyaanku ini salah?" tanyanya dengan nada kesal
Tetapi tetap saja tak ada respon yang berarti dari laki - laki itu. Hal ini membuat Jae Joong semakin kesal. Dia pun langsung pergi meninggalkan ruangan Jae min dengan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
Melihat situasi ini, Sung Hoon pun langsung memajukan kursinya tepat di depan kursi teman baiknya itu. Sepertinya laki - laki ini tahu persis apa yang sedang Jae min pikirkan saat ini.
" Jae min...tadi malam Hyo Rin menelponku. Dia sangat ingin bertemu denganmu. Dia juga sangat marah padamu karena kau tidak pernah mau menjawab panggilan telpon darinya. " ucap Sung Hoon lirih
Mendengar hal ini, Jae min tampak menghela nafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Wajah tampannya tampak kusam dan tidak bersemangat.
" Jae min...aku bisa memahami perasaanmu saat ini. Aku tahu ini sulit, tapi kau harus menjalaninya. Kau harus menemui Hyo Rin, dan segera selesaikan masalahmu dengannya. Karena dengan cara menghindar tidak akan menyelesaikan masalahmu dengannya." ujar Sung Hoon coba memberi saran.
Park Jae min masih terdiam di kursinya. Sorot mata itu tampak sangat lelah. Dia terlihat sedang berpikir keras saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!