"Saya terima nikah dan kawinnya...
Kalimat ijab kabul itu terjeda, sang mempelai Pria sejenak diam mencoba menetralkan rasa sesak di dadanya. Sementara mempelai Wanita dengan mata berkaca-kaca menatap laki-laki calon suaminya, takut-takut Pria yang baru saja mengucapkan setengah ijab kabul ini tiba-tiba membatalkan pernikahan mengingat mereka hanya dijodohkan, apalagi calon suaminya ini menghentikan kalimat ijab kabul nya.
Semua para tamu undangan saling berpandangan dan ada juga yang berbisik-bisik, begitupun dengan kedua keluarga mempelai yang terlihat tegang.
Rasa tak nyaman semakin menjalar, sang mempelai Wanita terus menatap calon suaminya yang tak kunjung meneruskan kalimat ijab kabul nya, hampir saja air matanya terjatuh, tiba-tiba sebuah senyuman terukir di bibir tipisnya yang terbalut pewarna bibir yang natural, mendengar lanjutan ijab kabul yang tadinya terjeda.
"Saya terima nikah dan kawinnya Naura Aninditha binti Agung Firmansyah dengan mas kawin tersebut tunai"
Wahyu Pratama akhirnya mengucapkan ijab kabul dengan lantang setelah tadi terjeda. Wahyu menghentikan kalimat ijab kabul nya karena hampir saja salah menyebutkan nama mempelai Wanitanya.
Beribu syukur seketika terucap dari dalam hati Naura, kini dia telah menjadi seorang istri dari Wahyu Pratama.
Naura menatap laki-laki yang kini telah resmi menjadi suaminya, yang juga sedang menatapnya, keduanya pun sama-sama menyunggingkan senyum kecanggungan.
Menikah karena perjodohan, entah bagaimana keduanya bisa menjalankan nya, belum lagi, sebelumnya mereka sama-sama tidak saling mengenal. Hanya dalam satu bulan setelah perjodohan, keduanya melangsungkan pernikahan.
Wahyu menatap istrinya yang terlihat sangat cantik, bahkan lebih cantik dari seseorang yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Namun, sayang, hubungannya kandas karena perjodohan nya ini.
Begitupun dengan Naura, dia tak lepas menatap laki-laki kedua setelah ayahnya. Sampai di usianya yang ke 22 tahun ini, dia belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun, dan sekarang tiba-tiba saja dia telah menjadi seorang istri.
Sungguh, ini tak pernah terbayangkan oleh Naura, menjadi seorang istri di usianya yang masih sangat muda. Naura pikir, dia akan menikah setelah kuliahnya selesai, tapi ternyata secepat ini kedua orangtuanya menjodohkannya.
Wahyu Pratama, dia juga tak menyangka akan menikah dengan cara dijodohkan seperti ini. Dia pikir, dia akan menikah dengan orang yang dicintainya setelah karirnya berkembang, namun ternyata orangtuanya lebih dulu mencarikan nya di jodoh.
Meski demikian, Wahyu tetap menerima perjodohan ini. Dia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, terlebih Wahyu memang tidak pernah membangkang kepada kedua orangtuanya. Wahyu selalu menuruti apapun perkataan orangtuanya, termasuk saat ini, menikah dengan gadis yang masih berstatus mahasiswi di sebuah Universitas terpopuler di kota nya. Sementara Wahyu sendiri sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan menduduki jabatan sebagai Manager.
Beberapa saat kemudian, penghulu meminta Wahyu membacakan doa setelah akad disertai dengan memegang ubun-ubun istrinya.
Wahyu pun membacakan doa setelah akad nikah dengan lancar, tanpa hambatan apapun.
"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."
Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Setelahnya membaca doa setelah akad, kemudian dilanjutkan dengan Naura yang mencium punggung tangan suaminya, lalu Wahyu yang juga mencium kening istrinya.
Lama Wahyu menempelkan bibirnya pada kening istrinya, merasakan sesuatu yang berbeda. Dia sering mencium kening kekasihnya dulu, tapi rasanya berbeda dengan saat ini dia mencium kening wanita yang telah halal baginya.
Beberapa saat kemudian, Wahyu pun melepaskan ciumannya, dia mengusap sebentar puncak kepala istrinya itu, kemudian menyunggingkan senyum yang membuat sang istri seketika jatuh hati dengan senyuman itu.
Inikah yang dinamakan, jatuh cinta setelah pernikahan?
Resepsi pernikahan pun telah selesai, para tamu undangan satu persatu mulai meninggalkan ruangan tempat berlangsungnya acara pernikahan itu. Tinggal tersisa beberapa keluarga inti saja dari masing-masing kedua belah pihak mempelai Wanita dan Pria.
"Wahyu, ajak istrimu ke kamar, ganti pakaian kalian terus ke ruang makan kita makan bersama" Ucap Bu Winda, Mama nya wahyu.
Wahyu mengangguk, kemudian meraih lengan istrinya, menggandeng nya menuju kamar.
"Wahyu... " Panggil Bu Winda, saat Wahyu dan Naura baru beberapa langkah, meninggal ruangan itu.
"Iya, Ma" jawab Wahyu, dengan hanya menolehkan kepalanya tanpa membalikkan badannya.
"Jangan lama-lama ya, ganti baju terus ke ruang makan" Titah Bu Winda, namun terdengar seperti sedang mengolok sepasang pengantin baru itu.
"Iya, Ma" jawab Wahyu, kemudian kembali melanjutkannya langkahnya menuju kamar, dan kali ini dia menautkan jari-jari nya ke jari-jari tangan istrinya.
"Lihat tuh, mereka mesra banget padahal cuma dijodohin, aku pikir Kak Wahyu bakalan cuek sama istrinya" ujar Tasya, adik Wahyu satu-satunya.
"Syukur toh Sya, kalo gitu kan kita gak perlu repot-repot lagi buat ajarin kakak kamu cara memperlakukan istrinya dengan baik" sahut Bu Winda, dan di angguki oleh Pak Setyo Pratama, suaminya Bu Winda.
"Iya, alhamdulillah kalau anak-anak kita bisa menerima perjodohan ini. Dan bisa saling menerima satu sama lainnya" Timpal Pak Agung, ayahnya Naura, dan juga di angguki oleh Bu Lastri, istrinya Pak Agung yang.
Sementara Naura, sepanjang langkahnya menuju kamar dia terus menatap tangannya yang bertautan dengan tangan suaminya. Hingga keduanya sudah berada di dalam kamar, Naura sampai tak berkedip menatap ke seluruh penjuru kamar yang sudah dihiasi dengan sangat indah bak kamar pengantin Raja dan Ratu, susunan kelopak bunga-bunga yang tertata rapi di atas ranjang membentuk hati, membuat jantung Naura berdegup kencang.
Dia sering mendengar teman-temannya bercerita tentang kamar pengantin dan malam pertama. Apakah dia nanti juga akan merasakan itu semua? Kamar pengantin, malam pertama, ah rasanya begitu indah terdengar. Namun, Naura tak ingin berharap banyak, mengingat pernikahannya ini adalah hasil dari perjodohan dengan orang yang sama sekali belum ia kenal sebelumnya.
Belum tentu suaminya ini, juga sepenuhnya menerima dirinya, bisa saja suaminya ini hanya sedang bersandiwara dihadapan keluarga dan akan mengabaikannya disaat berdua.
Disaat Naura tengah sibuk dengan pemikirannya, dia dikagetkan oleh tangan kekar suaminya yang melingkar indah di pinggangnya.
"Gimana? Kamu suka gak, sama dekorasi kamar kita?"
Deg... Jantung Naura semakin berdegup kencang mendengar kata 'kamar kita' yang baru saja diucapkan oleh suaminya.
Jantung Naura seakan ingin loncat dari tempatnya, saat Wahyu menarik dagunya, dan kini posisi mereka saling berhadapan serta pandangan mata mereka bertemu membuat pipi Naura merona karena malu.
"Kamu atau aku dulu yang ganti baju? Atau mau kita barengan aja" Goda Wahyu pada istrinya membuat pipi Naura semakin merona dibuatnya.
Wahyu terkekeh melihat wajah istrinya yang merona, dia tahu kalau istrinya ini pasti sedang malu, namun itu malah terlihat menggemaskan di mata Wahyu.
"Hehehe, enggak kok aku bercanda, kamu aja yang duluan ganti bajunya"
.
.
.
SALAM_BANGKA_BELITUNG 🙏🤗
Setelah makan bersama, semua keluarga berkumpul di ruang keluarga, bercengkrama hingga tak terasa malam hari pun tiba.
"Kak, udah malam, masuk kamar gih, aku udah gak sabar loh mau jadi aunty" Celetuk Tasya di sela-sela perbincangan keluarga yang sedang membahas tentang pekerjaan mereka masing-masing.
Sontak semua pasang mata langsung menatap ke arah Tasya, sementara Tasya yang merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya, tidak terima ditatap oleh semua orang seperti sedang ketahuan mencuri mangga di kebun pak RT.
"Apa sih pada lihatin aku kayak gitu? Emangnya, omongan aku tadi salah ya, enggak kan!"
"Tasya, jangan ngomong gitu ih, lihat tuh muka kakak ipar kamu jadi merah gitu" Tegur Bu Winda, sembari menunjuk ke arah menantunya yang saat ini sudah tertunduk malu.
Mendapat teguran dari Mama nya, Tasya mengerucut bibirnya sembari bergelayut di lengan Wahyu, sudah kebiasaan Tasya bermanja meminta pembelaan pada kakaknya saat mendapat ocehan dari Mama atau Papa nya.
"Kak, belain aku dong. Aku benar kan kak, kalau kakak udah nikah, berarti aku bentar lagi bakalan jadi aunty iya kan? Iya kan, Kak Naura?" Naura hanya mengangguk, sungguh dia sangat malu saat ini. Mempunyai adik ipar yang barbar sepertinya akan membuatnya senam jantung setiap hari.
Wahyu tersenyum, dia mengusap lembut puncak kepala adik kesayangannya itu. Apapun permintaan Tasya, pasti dia turuti, termasuk saat ini, adik manja nya ini sudah ingin menjadi aunty, dan sudah pasti dengan senang hati dia akan mengabulkannya.
"Iya kamu benar, coba deh sekarang bilang sama kakak, kamu mau punya ponakan berapa?"
Pshhhh... Sontak Naura mengangkat kepalanya menatap sang suami. Ternyata suaminya itu sama saja dengan adiknya.
"Em, satu, dua, tiga, empat, lima. Eh enggak enggak, lima kebanyakan, tiga aja deh Kak, Cowok Cewek Cowok" ujar Tasya cekikikan, dia membayangkan bermain bersama tiga keponakannya yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, dan dialah yang selalu menjadi pemenang disetiap permainan.
"Hem, okeh. Kakak bakalan kasih kamu tiga keponakan" ucap Wahyu terkekeh, dia sudah seperti orang bodoh saja dibuat oleh adik manja nya ini.
"Ayo, Naura kita ke kamar, kamu dengarkan kalau Tasya sudah kepingin jadi aunty?"
Naura mengangguk, tapi dia terasa berat untuk beranjak dari tempat duduknya. Dia menatap orang-orang yang berada di ruangan itu seperti sedang menahan tawa. Saat ini Naura merasa sudah seperti tawanan yang sebentar lagi akan di eksekusi mati.
"Naura, ayo," Kini Wahyu sudah berdiri dihadapan istrinya, dengan mengulurkan tangannya, tapi Naura hanya menatap uluran tangan Wahyu tanpa berani menyambutnya.
Sekali lagi, Naura menatap satu-persatu orang-orang yang berada di dalam ruangan itu berharap ada yang mencegahnya dan meminta dia untuk tetap berada di ruangan itu bercengkrama bersama keluarga, namun mereka semua malah langsung mengalihkan tatapan mereka ke arah lain saat Naura menatap mereka.
'Ya ampun, kenapa sih tidak ada satupun yang menahan aku untuk tetap disini'
"Udah sih, Kak, langsung gendong aja ala Bridal Style, kayak yang di drama-drama Korea gitu" Tasya lagi-lagi memprovokasi kakaknya. Dan Wahyu pun menuruti saran sang adik, lalu segera menggendong istrinya seperti yang disarankan oleh adiknya itu.
Hampir saja Naura memekik kalau saja diruangan itu tidak ada siapa-siapa, dia menahan suaranya sembari memejamkan mata. Ini pertama kalinya dia disentuh oleh laki-laki selain ayahnya.
Sepanjang langkah berada di dalam gendong suaminya, Naura menutup matanya dengan rapat, rasanya begitu malu, jantungnya pun berdegup tak beraturan, nafasnya mulai memburu. Cerita malam pertama yang sering dia dengar dari teman-temannya, membuat bulu kuduk Naura seketika meremang.
Hingga, Naura merasakan tubuhnya diletakkan di atas kasur yang empuk membuatnya semakin merapatkan matanya, dia tidak berani menatap suaminya. Lama tidak ada pergerakan, Naura pun sedikit membuka matanya untuk mengintip keadaan sekitar, dia pun merasa lega mendapati suaminya sudah tidak berada di hadapannya.
Namun, baru beberapa saat merasa lega, Naura seakan ingin lompat dari atas ranjang itu melihat suaminya berjalan ke arah nya.
"Aku habis mengunci pintu dan menyumpal lubang kuncinya" ucap Wahyu, lalu duduk disamping istrinya yang masih berbaring di atas ranjang yang penuh dengan taburan kelopak bunga-bunga.
"Adik aku itu orangnya barbar banget, gak menutup kemungkinan dia gak ngintipin kita, makanya aku menyumpal lubang kuncinya. Kamu lihat kan tadi, dia semangat banget pengen jadi aunty. Em, Kira-kira kamu mau gak mengabulkan permintaan adik ipar mu itu?"
Naura hanya diam saja, dia tidak tau harus menjawab bagaimana pertanyaan suaminya ini. Situasinya sekarang benar-benar membuatnya senam jantung.
"Tunggu dulu," Naura menangkap tangan suaminya yang hendak menyentuh pipinya, kemudian dia pun bergerak untuk duduk.
"Apa aku boleh bicara sebentar?" Wahyu mengangguk, dia pun menarik kembali tangannya.
"Em, Aku harus panggil kamu dengan sebutan apa?" tanya Naura pelan.
Wahyu nampak berpikir, Kira-kira sebutan apa yang bagus untuk dirinya.
"Em, usia kamu 22 tahun kan?" Naura mengangguk. "Dan usia aku 28 tahun, yah terserah kamu deh mau panggil aku dengan sebutan apa. Abang, sayang, kakak, my lovely, my honey, my husband, suka-suka kamu ajalah" jawab Wahyu dengan tersenyum.
"Em, gimana kalau aku manggilnya, Mas? Mas Wahyu" ucap Naura sedikit canggung, takut-takut suaminya tidak setuju dipanggil dengan sebutan seperti itu.
"Mas Wahyu? Em, menarik juga, itu juga boleh" Wahyu tersenyum, dia kembali ingin menyentuh pipi istrinya, namun Naura menahannya lagi.
"Oh ya, Mas. Satu lagi, apa aku masih boleh kuliah?" tanyanya dengan hati-hati, khawatir suaminya akan marah jika dia membahas tentang kuliahnya.
"Tentu saja boleh, kenapa bertanya seperti itu? apa kamu pikir aku akan melarangmu untuk kuliah, malah sekarang semua biaya kuliah mu adalah tanggung jawab ku" Ucap Wahyu, dan membuat Naura berkaca-kaca. Dia tidak menyangka akan mendapatkan suami sebaik ini, meski mereka hanya di jodohkan.
"Naura, ngomongnya nanti aja ya, kamu tidak kasihan sama ranjang dan bunga-bunga ini dari tadi kita anggurin"
"Mas, aku... Mpthhh....
Belum sempat Naura berbicara, mulutnya sudah disumpal oleh bibir suaminya.
Bukan hanya di bibir, Wahyu menuntun bibirnya turun ke leher jenjang istrinya, mencecap dan memberikan gigitan kecil sehingga meninggalkan tanda kemerahan disana.
" Mas, udah stop" Naura mendorong tubuh suaminya, sehingga membuat Wahyu kecewa, dia berpikir jika istrinya ini tidak ingin di sentuh.
"Kenapa Naura? aku ini sudah menjadi suamimu"
"Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud untuk menolak Mas, tapi sekarang aku lagi P-M-S...
"Apa? Ya ampun Naura, kenapa gak bilang dari tadi sih! Aduh, jadi pusing kepalaku" Wahyu mengacak-acak rambutnya sendiri, benar-benar menjengkelkan, menahan sesuatu yang sudah bergejolak itu sangat tidak enak.
"Mas, maaf...
Walau merasa kesal, tapi Wahyu tetap tersenyum. Dia meraih tubuh istrinya ke dalam dekapannya, kemudian merebahkan tubuh mereka di atas ranjang. Wahyu mencium kening istrinya, lama tak melepaskan hingga dia akhirnya pun tidur dengan posisi saling memeluk dan bibir Wahyu yang terus menempel di kening istrinya.
Pada saat subuh Naura mulai terjaga saat terdengar suara Azan berkumandang. Pertama kali yang dia lihat saat membuka mata adalah wajah tampan suaminya yang terlihat sangat menggemaskan saat tidur.
'Aku gak lagi mimpi kan?' gumamnya dalam hati, sebelah tangannya terulur menyentuh pipi suaminya yang terdapat bulu jambang yang tipis, bahkan saking tipisnya tidak terlihat apabila dilihat dari kejauhan.
"Mas wahyu, sebenarnya apa yang ada didalam pikiran Mas saat ini? Aku pikir, Mas tidak akan menerima perjodohan ini, tapi sampai detik ini Mas tidak menunjukkan kalau Mas menolak perjodohan ini. Justru, Mas Wahyu memperlakukan aku seolah kita ini adalah sepasang kekasih sebelumnya"
"Kau meragukan Mas, Naura?"
"Eh, Mas, Mas udah bangun?" Naura terkejut, dia pikir, suaminya ini masih tidur. Itu artinya, Wahyu mendengar semua ucapannya tadi.
"Aku tuh udah bangun dari tadi. Tapi, karena lihat kamu tidurnya pulas banget, aku jadi diem aja, takut kamu kebangun" Ucap Wahyu dengan masih memejamkan matanya, posisi mereka berdua pun masih sama seperti tadi malam, saling berpelukan.
Sekali lagi, Naura terharu diperlakukan seperti ini oleh suaminya, bahkan dia sudah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkannya dengan kata.
(Eh apaan sih,othor nya ni aku yg kehabisan kata-kata kali🙄🙄🙄)
"Mas, bangun yuk, udah Azan subuh" ajak Naura pada suaminya. Naura tahu kalau suaminya ini rajin mengerjakan ibadah 5 waktu, Mama Winda yang memberitahu nya saat awal perjodohan, maka dari itulah Naura saat itu menerima perjodohan ini karena menurutnya Wahyu adalah laki-laki yang sholeh.
"Bentar lagi ya, Mas masih pengen kayak gini" Wahyu semakin mengeratkan pelukannya, dan kembali menempelkan bibirnya di kening Naura.
"Hem, ternyata punya istri itu enak banget ya, tidur ada yang nemenin. Peluk, cium tanpa harus takut dosa"
"Mas, nanti waktu subuh kelewat loh" tegur Naura.
Wahyu merasa jengkel karena diganggu ketenangan nya, tanpa aba-aba dia langsung membenamkan bibirnya pada bibirnya istrinya.
"Hmmpptthh...
Tak puas hanya bermain di bibir, Wahyu menggiring bibirnya turun ke leher jenjang istrinya, dan meninggalkan banyak tanda merah disana, bahkan lebih banyak dari yang tadi malam.
Sejenak Naura memejamkan matanya, merasakan gelenyar aneh yang baru pertama kali dia rasakan dalam tubuhnya.
Semenit, dua menit, tiga menit, sampai pada akhirnya ciuman itu terlepas saat Naura mendorong tubuh suaminya.
"Naura, kenapa Mas didorong sih!"
"Maaf Mas, lihat itu" sembari mengatur nafasnya, Naura menunjuk pada jam dinding yang menujukan kalau waktu shalat subuh sudah hampir habis.
"Astaghfirullah, ya udah kalau gitu Mas shalat dulu bentar, tapi kamu tunggu disini ya, jangan kemana-mana"
"Iya, Mas"
Wahyu pun pergi ke kamar mandi membersihkan diri, kemudian shalat. Beberapa saat kemudian setelah selesai shalat, Wahyu menghampiri istrinya yang kini tengah duduk di atas ranjang.
Baru saja Wahyu akan duduk di samping istrinya, dia kembali menegakkan tubuhnya, kemudian menyambar ponselnya di atas nakas yang tengah berdering.
Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, yang sudah seminggu ini tidak menghubunginya, membuat Wahyu sedikit terkejut, kemudian keluar dari kamar untuk mengangkat panggilan itu.
Sementara Naura, menatap nanar punggung suaminya hingga hilang di balik pintu. Naura penasaran, siapakah gerangan yang menelpon, sehingga suaminya itu harus keluar dari kamar hanya untuk menjawab telepon.
'Siapa? siapa yang menelpon?'
Wahyu yang sudah sampai diruang tamu, dia mengedarkan pandangannya untuk memastikan tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Setelah yakin tidak ada siapapun selain dirinya di ruangan itu, barulah dia menjawab panggilan itu.
"Halo, hei kenapa menangis? " suara seorang Wanita yang sedang menangis di seberang sana terdengar jelas dari bendah pipih yang Wahyu tempelkan di telinganya.
"...."
"Maaf... " hanya itu yang mampu Wahyu ucapkan.
"...."
"Baiklah, kita bertemu ditempat biasa jam 7, aku akan menjelaskan semuanya" Wahyu pun mematikan sambungan teleponnya.
Setelah beberapa saat duduk diam merenung disofa. Wahyu menghembuskan dengan kasar nafasnya yang seakan menumpuk didalam tenggorokannya, kemudian dia beranjak dari tempat duduk lalu melangkah dengan pelan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Wahyu mendapati istrinya tengah menyiapkan tas yang diyakini Wahyu itu adalah tas yang sering dipakai Naura ke kampus nya, terlihat Naura sedang memasukkan beberapa buku dan yang beberapa peralatan menulis ke dalam tas itu.
Wahyu menutup pintu dengan pelan agar tak menimbulkan suara, sehingga Naura sampai tak menyadari jika saat ini suaminya sudah berdiri di belakangnya.
Naura yang tengah fokus menata buku dan beberapa benda lainnya ke dalam tas benar-benar tak menyadari jika Wahyu sejak tadi berdiri di belakangnya dengan berkacak pinggang, sementara Wahyu yang merasa diabaikan terbesit di pikirannya untuk mengerjai istrinya ini.
Wahyu kembali melangkah ke arah pintu, kemudian membuka pintu itu lalu menutupnya lagi dengan cara membanting nya sehingga menimbulkan suara gaduh mengejutkan Naura yang tengah menata tas nya.
"Astaghfirullah, Mas bikin kaget aja sih" ujar Naura sembari mengelus dada nya.
Melihat Naura yang sedang menatap kearahnya, Wahyu pun memulai aksinya. Dia melangkah pelan ke arah Naura bak model pria yang sedang fashion show, kemudian dia melepas kancing piyama nya satu persatu sehingga membuat Naura langsung memalingkan wajahnya ketika melihat dada bidang ilmu yang suaminya yang nampak jelas terlihat karena kini kancing piyama Wahyu sudah terlepas semua.
Melihat Wahyu yang semakin mendekat, Naura pun memundurkan langkahnya sampai membentur tembok, sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain memejamkan matanya dengan rapat, serta raut wajahnya yang mengkerut seperti sedang menahan sesuatu.
Tak ingin melewatkan moment langkah ini, Wahyu segera mengambil ponselnya kemudian mengabadikan ekpresi Naura saat ini didalam ponselnya.
"Hahahah, lucu. Ini namanya ekpresi apa sih? Kejepit perangkap tikus, apa kebelet pipis, hahaha" Wahyu sampai memegangi perutnya yang mulai terasa keram akibat tertawa, dia melupakan bahwa baru saja beberapa saat yang lalu hatinya gundah.
Mendengar suaminya tertawa, perlahan Naura membuka matanya sedikit untuk melihat apa yang terjadi. Naura mengerutkan keningnya melihat Wahyu tertawa sambil menatap ponselnya.
'Sebenarnya apa yang Mas Wahyu tertawakan didalam ponselnya itu? Apa Mas Wahyu lagi menonton komedi ya' ucap Naura dalam hati menerka-nerka.
"Mas Wahyu" panggilannya lirih, namun Wahyu hanya menatapnya sebentar lalu menatap ke arah ponselnya lagi kemudian tertawa lagi lebih kencang dari sebelumnya.
"Ya ampun, apa perlu aku posting ya biar jadi viral"
Naura yang penasaran, memberanikan diri mendekati suaminya untuk melihat apa yang sedang dilihat oleh suaminya itu didalam ponselnya sehingga tertawa begitu kencang.
Naura membelalakkan matanya melihat yang ada yg didalam ponselnya suaminya itu ternyata adalah gambar dirinya yang berekspresi 'ya ampun jelek sekali'
"Ih Mas hapus gak foto aku" Naura ingin merebut ponsel suaminya untuk menghapus fotonya, namun dengan cepat Wahyu menghindar, kemudian dia malah langsung memikul istrinya seperti karung beras lalu meletakkannya di atas ranjang, kemudian mengungkung tubuh mungil Naura dibawahnya.
Wahyu menatap wajah Naura yang tiba-tiba saja bersemu dan berusaha menghindari tatapannya, tapi Wahyu langsung menahan wajah istrinya agar kontak mata mereka tak terputus.
"Naura, kamu percaya tidak? Yang namanya cinta didalam perjodohan"
"Kalau kalimat itu ditujukan untuk kita berdua, yang benar adalah Cinta setelah pernikahan. Karena sekarang kita sudah menikah, bukan di tahap perjodohan lagi" jawab Naura sekenanya.
Wahyu terkekeh mendengar jawaban istrinya, dia yakin jika hari hari berikutnya pasti dia akan kalah bila berdebat dengan istrinya ini.
"Hem, menurutmu bagaimana dengan itu?" tanya Wahyu, saat ini posisinya dia masih berada diatas tubuh Naura.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!