Namanya Aisha ia seorang gadis yang cerdas dan cantik serta saliha. Anak dari seorang pemuka agama di desanya. Aisha sangat menurut dengan orang tua nya, berbakti kepada Abi dan umi.
Aisha di pinang oleh seorang anak sahabat abinya, Aisha pun menerima pinangan itu. Ia tahu bahwa apa yang di rekomendasikan ayahnya pasti baik.
" Aisha besok ada yang mau kesini mengkhitbah kamu, umurmu sudah cukup matang untuk menikah. Ia anak dari sahabat Abi selagi masih kuliah" kata Abi.
Aisha menunduk dan mengangguk karena malu saat Abi mengutarakan maksudnya.
" Kamu sudah siapkan Aisha? tanya Abi.
" Insyaallah Aisha siap bi, dan Aisha yakin pilihan Abi adalah yang terbaik" Aisha menggenggam erat tangan uminya.
***
Hanafi sedang bersiap untuk berangkat ke kampus. Hanafi adalah seorang dosen di universitas kotanya.
Sebelum berangkat ke kampus keluarga Hanafi biasa melakukan sarapan bersama.
Hanafi dua bersaudara semuanya laki-laki ia dan adiknya Hamdan.
" Hanafi kamu sudah cukup umur nak, abah harap kamu sudah siap buat menikah. Abah sudah siapkan calon buat kamu" Hanafi berhenti memakan sarapannya.
" Abah serius, Hanafi ingin sukses dulu bah bahagiakan umma dan Abah sebelum menikah" ungkap Hanafi.
" Keberhasilan mu menjadi anak salih sudah cukup membuat Abah dan umma mu bangga nak. Abah hanya ingin kamu segera menyempurnakan agamamu. Abah pingin sekali punya cucu" . melanjutkan sarapannya.
" insyaallah bah jika itu kemauan Abah insyaallah Hanafi siap. Hanafi yakin pilihan Abah yang terbaik" karena memang Hanafi Soleh ia tak pernah membangkang abahnya. Sedari kecil orang tuanya mengajar kan agama.
" Umma abah, Hanafi berangkat ke kampus dulu" mengulurkan tangan mencium kedua orang tuanya.
" Assalamu'alaikum, Hanafi berangkat umma abah". Sambil berlalu menuju mobil.
" Wa'alaikumsalam jawab bersamaan umma dan Abah" senyum melihat anaknya yang penurut.
" Bang Hanafi tunggu, Hamdan ikut bareng Abang ya" teriak adiknya.
" ya udah cepetan, nanti terlambat". melihat jam tangan melingkar di tangannya.
Hamdan pun berlari menuju mobil kakaknya. Hamdan juga kuliah di kampus kakaknya. Biasanya Hamdan membawa motor sendiri, karena motornya harus dandan jadi Hamdan minta bareng kakaknya.
***
Acara khitbahpun akan di laksanakan setelah proses ta'aruf yang begitu singkat karena mereka berdua calon pengantin menyetujui pilihan kedua orang tuanya.
" Alhamdulillah, akhirnya kita sampai ke titik khitbah. Kita akan jadi besan ya kyai Umar". Semua terlihat senyum bahagia.
Setelah acara makan-makan mereka berbincang meluapkan kebahagiaan.
Pernikahan akan segera di laksanakan tidak ingin menunggu lama. Karena kalau sudah proses khitbah tak boleh berlama-lama melangsungkan pernikahan.
Di ujung sana kakak Aisha menelepon ia ikut bahagia mendengar adiknya sudah ada yang mengkhitbah.
Aisha tiga bersaudara satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. kakak perempuan harus ikut suaminya, suami kakak Aisha bekerja di luar negeri Maroko sebagai dosen di universitas.
Sedangkan kakak laki-laki nya ada di Yogya, ikut mengurus pesantren milik mertuanya.
" Wah adik kakak sebentar lagi akan menikah nih, ngga taunya udah besar aja ngga kerasa" kakak berucap.
" Alhamdulillah iya nak umi harap saat nanti pernikahan adikmu kamu bisa pulang bersama suami ya". Harap umi.
" Insyaallah um, doakan Maryam dan mas Alif bisa pulang ya. Maryam juga kepingin menyaksikan pernikahan Aisha" mereka semua terlihat bahagia. Tak lain Aisha meronalah pipinya memerah.
***
Tamu pihak yang mengkhitbah pun pulang. Aisha, umi dan di bantu oleh tetangga dan saudara membersihkan semuanya.
Aisha tampak senang akhirnya ia sampai ke titik seseorang mengkhitbah nya. Walaupun sebelumnya tidak saling kenal, tapi Aisha yakin bahwa pilihan Abi tepat.
bersambung....
lanjut nanti ya ...
....
Semua sibuk mempersiapkan acara pernikahan, besok acara pernikahan di gelar.
Hati Aisha yang berbunga jika esok ia akan resmi menjadi seorang istri. Hanafi pun demikian walaupun ia biasa menghadapi anak-anak muridnya, tapi akan adanya acara sakral ini Hanafi sampai tak bisa nyenyak tidur.
" Assalamu'alaikum" terpancar kebahagiaan di wajah seluruh keluarga ternyata kedua kakak Aisha datang untuk menyaksikan pernikahan besok.
" Wa'alaikumsalam, kakak" Aisha terharu melihat kedua kakaknya datang. Sekian lama mereka tak bertemu, karena memang jauh dari kediaman kedua orang tuanya.
" Adikku kamu terlihat bahagia sekali" Maryam meledek adiknya.
" ih kakak kayak ngga pernah aja" Meskipun cinta itu belum tumbuh di antara keduanya tapi mereka yakin kalau setiap hari dipupuk pasti akan bersemi setiap hari.
Semuanya tertawa meledak calon pengantin wanita. Aisha pun kikuk bingung malu dan menunduk, karena memang Aisha seorang wanita penurut ia tak pernah mengenal laki-laki maksudnya berkhalwat dengan pria.
***
Dirumah Hanafi pun sama semua sibuk menyiapkan persiapan pernikahan besok untuk mereka. Mempersiapkan apa yang akan dibawa esok agar tidak terlewat sedikit pun.
" Hanafi semua perlengkapan kamu sudah siap, baju pengantin dan semua yang akan di bawa sudah siapkan?" tanya umma dengan semangat.
" Insyaallah semua siap umma, jangan khawatir. Hanafi yang akan menikah kenapa umma sepanik ini" Hanafi bingung melihat ibunya yang dari kemarin tak henti menyibukkan diri.
" Umma ngga mau ada yang tertinggal, semua harus siap. Besok jadi kita tinggal berangkat saja ngga nyari sesuatu yang belum ada" masih dengan kesana kemari.
***
Pernikahan di gelar dirumah Aisha, ada acara pengajian, mengundang anak yatim, dan beberapa acara. Karena memang Abi Aisha adalah seorang pemuka agama di daerahnya jadinya persiapan harus siap, dengan begitu kesediaan konsumsi yang komplit.
Supaya para undangan leluasa untuk menyantap hidangan yang di sajikan.
Mobil pengantin datang, semua bersiap menyambut rombongan pengantin laki-laki.
Hanafi terlihat tampan sekali dengan balutan baju pengantin nya.
acara seserah selesai saatnya acara ijab Qabul. Sudah berasa dingin semua badan Hanafi, seperti tidak percaya dia akan menikah hari ini.
Hanafi pun menjabat tangan Abi Aisha yang akan menikahkan anaknya.
" Saya terima nikahnya Aisha Humaira dengan mas kawin cincin emas 25 gram di bayar tunai" Alhamdulillah Hanafi bisa melakukannya dengan satu nafas.
" Sah" pak penghulu berucap.
" Sah..." semua serentak menjawab dengan semangat. Semua tampak bahagia, terharu melihat apa yang terjadi di depan mata.
Aisha di peluk kakaknya dan para sahabat nya, terharu Aisha pun menitikkan air mata bahagia.
Doa pun di panjatkan untuk kedua mempelai. Saatnya Aisha keluar dipertemukan dengan pengantin pria yang kini sudah sah menjadi suaminya. Semua terkesima melihat Aisha, pengantin wanita terlihat sangat cantik Aisha yang tak pernah berdandan terlihat berbeda membuat semua orang kagum melihatnya.
Aisha menyalami tangan Hanafi dengan bergetar, semua orang tahu tersenyum melihatnya. Kemudian Hanafi meletakkan satu tangannya di atas kepala dan melantunkan doa.
Kedua pengantin pun di antar untuk duduk ke pelaminan. Tidak ada acara apapun, hanya pengajian dan resepsi saja.
" Barakallahu laka wa Baraka alaika wa jama'a bainakuma fii Khairun," kata Farhan sahabat Hanafi sambil memeluk erat Hanafi.
" Jazakallah, Farhan kamu sudah datang.
" Wah sahabat ku ini yang tak pernah mengenal wanita malah justru kamu yang nikah duluan" sambil menepuk punggung Hanafi.
Terang saja Hanafi sangat menjaga dirinya, dari dulu ia tak pernah dekat dengan wanita. walaupun banyak sekali yang ingin mendekati tapi Hanafi selalu menjauh. Ia selalu ingat pesan Abah, bahwa tidak di bolehkannya untuk dekat dengan yang bukan mahram.
Hanafi merasakan keberkahan dengan mata yang sudah semakin terjaga. Allah sudah menjinakkan nya dengan seseorang yang halal untuk di pandang.
' Pandangan adalah anak panah iblis. Siapapun menghindarkannya karena takut kepada Allah, Allah akan mengarungi akan keimanan, yang ia temui manisnya dalam hati..' HR. Al- Hakim.
Semua menikmati hidangan yang telah di sajikan, semua sangat senang bahagia mengiringi pengantin yang sangat berbahagia itu.
***
Akhirnya acara demi acara selesai semua tamu undangan pulang, kini Hanafi yang di tinggal dirumah orang tua Aisha istrinya.
Hanafi memasuki kamar Aisha untuk membersihkan badannya yang sudah lengket seharian.
" Mas itu handuknya disana pakailah untuk mandi" dengan malu Aisha memberitahu Hanafi.
" Iya sayang, trimakasih" tersenyum melihat istrinya yang kala itu tersipu malu.
Aisha membersihkan sisa make up dan Hanafi masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih.
Aisha merasa terharu melihat seisi kamarnya, kamar yang dulu ia tempati sendiri kini ada seseorang yang tinggal di sini bersamanya. Akan membuat suasana berbeda.
" Terimakasih ya Allah atas izinMu kini aisha engkau pertemukan jodoh yang baik, semoga kami bisa menjalani pernikahan ini dengan sakinah mawadah warahmah" doa Aisha.
" Aamiin 🤲, trimakasih ya Allah engkau hadirkan bidadari didepan mataku" Aisha kaget ada Hanafi yang berucap di belakangnya. Ternyata Hanafi mendengar doa-doa Aisha.
" Astaghfirullah mas, kamu bukannya beberes di kamar mandi" Aisha kebingungan.
" laki-laki itu kalau di kamar mandi ngga lama, ngga seperti perempuan, mas cukup dengan mandi saja".
Aisha malu berlalu memasuki kamar mandi.
" Aisha mandi dulu ya mas" Hanafi tertawa melihat tingkah malunya sang istri. Baginya itu lucu, bikin gemes.
Aisha keluar sudah lengkap dengan piyama serba panjang, Aisha belum siap ia masih sangat gugup menghadapi suami nya.
" Kesini bidadari ku, duduk" Hanafi menepuk tempat tidur yang ia duduki meminta Aisha untuk duduk di sampingnya.
Aisha tangannya merasa dingin, bingung dekat dengan laki-laki meski itu udah di nyatakan suaminya tapi Aisha masih belum terbiasa.
Hanafi memegang tangan Aisha yang masih tertunduk malu. Tangan Aisha yang dingin akhirnya pun menghangat.
" Jangan gugup sekarang kita suami istri apapun yang kita lakukan semua bernilai ibadah, seperti yang kita lakukan pegangan tangan. tatap mataku Aisha, tatapan kedua mata suami istri pun bernilai ibadah" Aisha membalas tatapan Hanafi tersipu malu.
" Aisha istirahat lah, aku tahu kamu lelah sekali" perintah Hanafi.
" Ngga usah dipikirin, aku tidak akan memaksa hakku sebelum kamu benar-benar sudah siap. Setelah kamu siap pasti akan ku tunaikan kewajiban ku" Hanafi merebahkan badannya yang terasa lelah sekali.
" Maaf mas bukan maksud Aisha menolak mas Hanafi. tapi Aisha..."
" huss, sudah mas Hanafi juga lelah. Aisha tidak menolak tapi mas mau istirahat. Mas juga ngga mau kalau kita lakuinnya sekarang pasti ngga akan maksimal. Mas mengerti Aisha mas ngga papa, hayuk tidur besok bangun biar seger" Hanafi meminta Aisha untuk tidur di sampingnya.
" Terimakasih mas" Aisha merasa tak enak tapi apalah daya Aisha belum sanggup melakukan kewajibannya.
Aisha tidur masih mengenakan piyama panjangnya dan jilbab, masih belum siap membuka hijabnya padahal sudah halal.
" Udah ngga papa hayuk tidur" Hanafi paham bahwa istrinya masih malu dengannya.
bersambung...
_____________________________________________
lanjut nanti ya pembaca Budiman.
terimakasih like dan vote nya jangan lupa.
.
Esoknya Hanafi harus balik ke kampus, Hanafi berencana membawa istrinya Aisha kerumah barunya. Rumah itu dekat sekali dengan kampus di mana Hanafi mengajar.
Selain kegiatannya mengajar yang juga punya usaha fotocopy dan alat tulis lengkap di rumahnya.
Waktu itu Hanafi memilih rumah yang keberadaannya dekat dengan kampus, dan Hanafi juga bisa buat buka usaha di tempat itu.
Ngga perlu bingung ada yang kerja di tokonya. Hanafi meminta Aisha untuk dirumah saja menjadi ibu rumah tangga yang baik.
" Maaf umi Abi, hari ini Hanafi berencana buat bawa Aisha kerumah Hanafi. Hanafi minta izin sama umi dan Abi buat bawa Aisha." Hanafi mengucapkan rencananya hari ini. Saat mereka masih sarapan pagi.
" Nak Hanafi Abi menitipkan aisha, jaga dia baik-baik sayangilah. Ajarkan yang baik untuknya, umi doakan keluarga kalian sakinah mawadah warahmah. Silahkan itu hak kalian mau tinggal dimana, yang perlu kalian ingat rumah ini rumah kalian juga tempat pulang." ikhlas melepas anaknya yang dulu sewaktu kecil masih di gendong nya, sekarang sudah harus pergi dengan kehidupannya yang baru.
" Baik umi Abi terimakasih, terimakasih umi Abi sudah merawat Aisha dengan baik dan mendidik aisha menjadi gadis yang saliha."
" Iya nak jaga diri baik-baik, dalam kehidupan rumah tangga yang utama adalah komunikasi. Sekecil apapun masalah kalian jika itu si bicarakan bersama insyaAlloh ngga akan ada kesalahpahaman, titip Aisha." ucap umi mengelus kepala Aisha yang terbalut dengan jilbab lebarnya.
***
Akhirnya mereka bersiap berangkat menempati rumah baru itu, Aisha dan Hanafi pamit kepada kedua orang tuanya.
Di dalam mobil Hanafi melihat kesedihan Aisha, mengulas senyum supaya Aisha tidak sedih lagi.
" Aisha setiap pertemuan ada perpisahan, begitulah hidup. Ada bahagia ada sedih, semoga kamu bahagia selalu ada di sisiku." Hanafi masih dengan santai melajukan mobilnya.
" Maaf mas, Aisha sedih harus jauh dari umi dan Abi. insyaAlloh Aisha akan selalu bahagia berada disisi mas Hanafi" Senyum manis milik Aisha kini mengembang.
***
Akhirnya mereka sampai ditempat yang mereka maksud. Alhamdulillah semuanya udah bersih, karena ada bi Munah yang setiap hari membersihkan rumah itu.
" Assalamu'alaikum" kebiasaan Aisha saat memasuki rumah.
" Wa'alaikumsalam" jawab orang didalam.
Bi munah bertanya-tanya dalam hati, siapa ini cantik sekali. Bi munah mendekat dan mempersilahkan masuk.
" Mau cari siapa non" tanya bi Munah.
Hanafi masuk membawa koper, terlihat bi munah terkejut menutup mulut.
" Kenapa bi munah, heran liat saya bawa wanita secantik ini" Aisha tersenyum tersipu malu.
" Maaf mas Hanafi, siapa bidadari ini" tanya bi Munah masih bingung.
" Bi munah, wanita cantik dan saliha ini akan tinggal disini bersama saya. dia istri saya bi, maaf ngga kabari bibi kemarin. Hanafi juga ngga undang cuma acara sederhana saja"
jelas Hanafi.
" MasyaAlloh beneran mas Hanafi sudah menikah, cantik pisan gelis neng. Cocok banget sama mas Hanafi yang tampan." bibi juga terlihat bahagia.
" bibi jangan terlalu memuji bi, nanti Aisha bisa terbang" Aisha sambil tertawa.
Hanafi pun terkejut liat istrinya ternyata bisa ngelawak, karena mereka baru dekat setelah menikah belum tahu sifat asli satu sama lain.
mereka semua tertawa, bikin Hanafi tambah suka dengan Aisha.
" Sudah yuk kita ke atas, kamar kita di atas" Hanafi mengajak Aisha naik ke atas.
" Ngga usah bi biar Aisha aja yang bawa kopernya, Aisha bisa"
" Tapi ini tugas saya non, ngga papa non bibi yang bawa aja"
" Bi, saya bawa aja kopernya makasih banget bibi bantu saya. Oh ya bi jangan panggil saya non ya bi, panggil Aisha aja"
" Aduh bibi canggung panggil majikan dengan sebutan nama aja non, eh" bi Munah menutup mulutnya.
" Eh iya Aisha, nak Aisha aja ya. Biar lebih akrab" pinta bi Munah.
" Nah itu Aisha suka bi, Aisha anggap bibi orang tua Aisha bibi anggap Aisha anak bibi. Aisha lebih suka bi." sambil menenteng koper untuk naik ke atas.
" nak Aisha sama seperti mas Hanafi, dulu mas Hanafi juga ngga mau bibi panggil tuan. Bibi lebih nyaman panggil mas aja"
Aisha membalas dengan senyuman dan berlalu naik ke atas.
***
"Sini dek taruh barang-barang disini, ini lemari dan alat kecantikan boleh taruh disini.
atur aja sesuka hati adek Aisha, sebentar lagi mas berangkat ke kampus ada hal yang harus di selesaikan" jelas Hanafi.
" Baik mas, terimakasih mas"
" Terimakasih buat apa, ini kewajiban mas dek. Ada kewajiban mas yang belum mas tunaikan buat istri ku"
" terimakasih buat semua, kenyamanan yang udah mas hadirkan untuk Aisha. Kewajiban apalagi mas, udah cukup buat Aisha mas"
" Ada, insyaAlloh kalau adek udah siap nanti malam akan mas tunaikan" senyum Hanafi.
" Apa mas, ha... maksud mas". Aisha tak ingin melanjutkan kata-katanya tersipu malu.
" he..he.. iya dek maksud mas itu. Udah mas berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum"
" wa'alaikumsalam... eh mas..." panggil Aisha.
" kenapa dek" tampak Hanafi keningnya berkerut.
" Boleh adek Salim mas Hanafi sebelum mas berangkat" Aisha mendekati Hanafi.
" Astaghfirullah, mas lupa kalau udah punya istri. Bikin mas pingin cepet-cwpet pulang nih" Hanafi meraih tangan aisha.
Aisha mencium tangan Hanafi, kemudian dengan masih gemetar karena belum terbiasa Hanafi mencoba mencium kening Aisha.
" Mas berangkat dulu ya dek, kalau butuh apa-apa minta tolong bi Munah. Telpon mas jika benar-benar penting."
" Iya mas, sudah berangkat kerja nanti mas Hanafi telat"
Tampak Hanafi senyum bahagia, Hanafi tidak menyangka jika Aisha bukan tipe yang sangat pendiam seperti awal mereka bertemu.
***
Setelah Aisha merapikan kamar, menaruh barang-barang yang semestinya ditempatnya Aisha turun ke bawah.
" Nak Aisha ada perlu apa bilang sama bi munah ya" bi munah masih sibuk dengan urusan dapur nya.
" Oh ya bi, biasanya kalau siang mas Hanafi pulang buat makan siang ngga bi" tanya Aisha.
" Iya non, mas Hanafi sering pulang makan dirumah. Dulu waktu di rumah Abah mas Hanafi suka bawa bekal." bi munah dulu kerja di rumah Abah, karena mungkin usia dan bi Munah ingin sore pulang selepas kerja akhirnya bi Munah keluar kerja di rumah Abah.
Rumah bi munah dekat dengan rumah Hanafi, jadi jika kerjaan udah selesai bi Munah bisa pulang ke rumah.
" mas Hanafi suka makan apa bi" bi Munah heran mengerutkan keningnya.
" yang paling di suka adalah sup ayam. kebetulan hari ini bibi mau bikin sup ayam"
" Aisha yang masakin mas Hanafi bi, bibi bantuin Aisha aja potong sayuran nya" Aisha lincah dengan kegiatannya memasak.
" Tapi nak, ini tugas bibi masak"
" Ngga papa bi saya pingin masakin suami Aisha, ini pertama kalinya Lo bi. semoga mas Hanafi suka ya bi" semangat Aisha.
" Jadi nak Aisha belum tau makanan kesukaan mas Hanafi? " bi Munah terheran.
" Belum bi, kami menikah kemarin . jadi belum tau semua apa yang mas Hanafi suka. Bibi bantu saya ya"
Aisha masih sibuk menyiapkan buat bikin makan siang nanti.
...
bersambung...
sampai disini dulu author ngantuk bestie.
"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!