Pagi itu Nabila terlihat sangat bahagia, sambil mengemasi barang-barang nya. Akhirnya aku akan pergi ke kediri ke tempat dimana aku dilahirkan, batin Nabila sangat senang.
Kemudian terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar nabila yang tidak lain adalah mamanya.
"Nabila kamu hati-hati ya di perjalanan, mama takut kamu kenapa-napa," mamanya berbicara dengan nada khawatir.
"Iya mama... aku bisa jaga diri kok," tegas Nabila menyakinkan mamanya.
Mama Nabila mengangguk kan kepala, pertanda bahwa mamanya setuju.
"Mama... aku berangkat dulu." Pamit nya pada mamanya.
Dengan raut muka tak terima karena akan ditinggalkan oleh anak semata wayangnya itu mamanya sedetik meneteskan air matanya. Namun dia mengusap air mata tersebut agar anaknya bisa pergi tanpa beban.
Setelah berpamitan kepada mamanya, Nabila langsung membawa kopernya dan masuk ke dalam mobil. Sambil melambaikan tangan kepada mamanya, mobil itu menjauh dari pandangan mamanya.
Di perjalanan pak sopirnya bertanya kepada Nabila karena penasaran,
"Non...," panggil pak Rahmad sopirnya.
"Iya... Ada apa pak Rahmat?" Jawab Nabila dengan raut wajah senyum.
"Non nggak mau nunggu pacarnya non Nabila dulu?" Tanya pak Rahmat.
"Tidak pak, saya mau langsung ke bandara saja." Jawabnya teringat akan Ryan pacarnya, namun Nabila tak menghiraukan nya.
Pak Rahmat hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan mereka menuju bandara. Sesampainya di bandara Nabila turun dari mobil.
"Non Nabila hati-hati ya," pesan dari pak Rahmat sebelum Nabila masuk ke dalam bandara.
Nabila hanya mengangguk dan melambaikan tangan pada pak Rahmat. sampailah Nabila di depan pintu masuk ke dalam pesawat.
Di dalam pesawat Nabila duduk bersebelahan dengan cowok yang cool banget, namun Nabila hanya mengangkat kedua bahunya secara bersamaan, pertanda bahwa Nabila tak memperdulikan keberadaan cowok tersebut.
Pesawat yang dinaiki oleh Nabila pun akhirnya telah berangkat menuju Bandung di dalam pesawat nabila melihat keluar jendela dengan perasaan yang tidak karuan.
Cowok yang berada disamping Nabila hanya diam memandangi sikap Nabila yang berbeda dari lainnya.
[]
Dirumah Rosa mama Nabila begitu terpukul karena Nabila pergi darinya, entah apa yang akan dia lakukan agar anaknya kembali, sebenarnya ada beberapa masalah yang membuat keluarganya satu persatu pergi entah kemana.
Terlihat bahwa Rosa mengambil telpon rumah dan menelpon seseorang, "Antara aku ke bandara," ujar Rosa dengan penuh kekecewaan.
Pak Rahmat buru buru pulang karena di telpon Rosa untuk mengantarnya ke bandara karena akan menyusul suaminya diluar kota dan mengadukan kelakuan anak tirinya itu.
Nabila adalah anak tiri Rosa karena ibu kandung Nabila meninggal saat melahirkan Nabila, karena hal itu Nabila sedikit tidak menyukai Rosa.
"Aku pergi dan aku akan mengadukan mu pada ayah mu," ucap Rosa dengan penuh amarah sembari mengemasi pakaian nya yang akan ia bawa ke Singapura.
Di depan rumah Rosa terlihat mondar mandir karena pak Rahmat yang lambat mengendarai mobil.
"Lama banget sih!" Ujar Rosa karena kelelahan menunggu pak Rahmat.
Kedatangan pak Rahmat membuat Rosa sedikit lega dan berbicara sembari masuk ke dalam mobil.
"Antar aku ke bandara, aku akan kembali setelah pekerjaan pak Andik selesai," ujar Rosa.
"Baik Bu Rosa," jawab pak Rahmat sembari melajukan mobil untuk pergi ke bandara.
Selama di perjalanan pak Rahmat merasa ada yang berbeda, pak Rahmat memberanikan untuk bertanya namun yang dia tanyakan bukan hal yang ada di hatinya,
"Jika Bu Rosa pergi, saya dengan Mimil bagaimana Bu?" Tanya pak Rahmat.
"Tenang saja pak, kalian tetap dirumah untuk menjaga rumah, untuk makan dan gaji kalian tetap akan menerimanya." Jawab Rosa dengan nada merendahkan.
Pak Rahmat hanya mengangguk kecewa atas perlakuan Bu Rosa yang seakan-akan merendahkan nya.
Tidak terasa bahwa akan sampai ke bandara, tempat yang sama dengan pak Rahmat mengantarkan Nabila. Pak Rahmat meminta agar Rosa dapat menjaga diri.
"Bu hati hati ya," ucap pak Rahmat dengan senyuman senang karena akan terbebas dari sang ular Rosa yang kejam.
Rosa hanya mengangguk dan lalu pergi. Pak Rahmat sembari menancap gas untuk pulang, di tengah perjalanan pak Rahmat menelpon pak Andik atasan nya.
"Permisi pak apakah benar Bu Rosa bersama pak Andik," tanya Rahmat memastikan.
"Iya, dia masih di bandara." ucap Andik dengan tenang.
"Baik lah," ujar Rahmat sembari mematikan telpon dan kembali ke rumah untuk beristirahat cantik.
Mimil yang mengetahui Rosa pergi mengambil semua barang barang Rosa. Mengetahui ada yang memperhatikan Mimil merusak CCTV yang berada di kamar Rosa dan di depan kamar Rosa, karena khawatir akhirnya Mimil merusak semua CCTV.
Rahmat yang sampai dirumah sangat senang bisa bebas dari ular menjijikkan itu.
"Akhirnya kita bebas," ucap Rahmat kepada Mimil, Mimil adalah istri dari Rahmat.
Pak Rahmat dan mimil sangat menikmati hal itu hal yang mereka tunggu tunggu selama ini.
...[]...
Mimil berencana akan menjual baju-baju bekas milik Rosa, agar bisa menghasilkan uang, namun Rahmat kurang setuju karena takut dimarahin.
Ya begitulah Rahmat orang penakut tapi ingin menguasai segalanya.
Mimil tidak sengaja menumpahkan segelas air di lantai yang membuat Rahmat jatuh.
Gedebukkk!!!
Suaranya begitu keras seketika seperti ada gempa yang dahsyat, karena badan Rahmat sendiri yang agak berisi.
"Mimilll!!.... Kamu kenapa?? Kenapa bisa cerobohh??" Tanya Rahmat dengan raut penuh emosi karena ia terjatuh dengan begiru keras.
"Maafkan aku... Aku tidak sengaja menumpahkan nya!" Ujar Mimil membela diri.
"Iya deh terserah kamu," jawabnya kesal.
Mimil segera membantu Rahmat bangun, Rahmat yang kesal langsung mengajak Mimin kedalam mobil untuk segera menjual baju-baju Rosa agar menghasilkan uang secepatnya.
Rosa dan Mimil pergi ke toko jual beli baju bekas, disana mimil sangat kaget karena baju yang cuman ia beli di pasar tiga puluh ribu, tetapi ini harganya mencapai lima ratus ribu.
Mimil untung banyak kali ini, lain kali Mimil harus menemukan benda berharga.
Saat pulang, didalam mobil Mimil berbincang dengan Rahmat,
"Bagaimana caranya agar kita bisa kaya ya," mengucapkan kalimat itu dengan enak nya seperti roket yang akan meluncur keruang angkasa.
"Ya bagaimana ku tau, aku hanya akan mengantar dan menjemput mu saja." Ucap Rahmat yang membuat Mimil kecewa.
Seketika hening membuat keadaan semakin canggung.
Rahmat membuka pembicaraan karena sudah sampai di rumah. Dilihat nya sang istri yang sudah tertidur. Rahmat tidak tega membangunkan istrinya jadi Rahmat mengangkat dan mengantar nya ke kamar Mimil.
Sebelum meninggalkan Mimil Rahmat sempat mencium kening mimil dan berkata, "aku mencintaimu dan aku tidak akan meninggalkan mu, apapun keadaannya aku akan tetap bersamamu". Rahmat pun tidur di samping Mimil.
Seperti biasanya saat pagi mulai tiba, Nabila langsung bangun dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap mandi dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat subuh.
"Habis sholat aku harus bangunin Nayla biar bisa ke sungai." Gumam Nabila dengan muka yang tampak sangat serius.
Saat sedang melaksanakan sholat tiba-tiba Nayla masuk ke dalam kamar Nabila dengan tergesa-gesa,
"Ehh ternyata sholat... Hadehhh," menepuk jidat sambil menggelengkan kepalanya. "Ku tunggu aja deh nih orang, dari pada ku tinggal ntar ngamok lagi," gumamnya tidak jelas.
Beberapa menit menunggu Nabila. Nabila pun selesai melaksanakan sholatnya.
"Lama amat sihh?" Kedua tangannya berada di pinggang sambil menunjukkan muka marah.
"Ya maaf, namanya juga sholat," Sesaat ibu Nayla memanggil mereka berdua, pertanda jika kali ini mereka harus makan.
Saat berada di tempat makan, Nayla menggumam tidak jelas, "kenapa kamu?" Tanya bunda dengan serius, karena melihat kelakuan anaknya.
"Gak, lagi bete aja" jawabnya singkat seperti meluncurnya rudal pesawat tempur.
"Ekhemm.." ayah Nayla berdehem.
"Nih keluarga pada kenapa sihh?" Gumam Nabila tak karuan.
Setelah selesai makan, Ayah Nayla yang biasa di kenal sebagai Pak Cakra berpamitan pada istrinya yaitu Tante Erni, untuk berangkat kerja.
"Kita kemana ya enaknya?" Ucap Nayla meminta saran, Nabila mengangkat kedua pundaknya bersamaan. "Dihh" ujar Nayla emosi.
"Ke sungai aja yuk, gw udah mikir gitu dari tadi malem loh," ide Nabila yang sedari tadi dia rencanakan akhirnya diterima oleh Nayla.
"Gass," Nayla mengangguk mengerti.
Tiba-tiba handphone Nabila berdering,
"Yah siapa ya?" Tanya Nayla ketus.
"Dihh makanya lain kali kalok angkat telfon orang tuh dilihat namanya, paham?" Mulai emosi dengan kelakuan Nayla.
"Sorry, kenapa sihh?" Nabila mulai kepo dengan pembicaraan Nayla dengan seseorang yang ada didalam handphone.
"Nabila udah balik ke Kediri?" Nayla menggelengkan kepala karena curiga.
"Lu tanya sendiri aja dah," memberikan handphonenya pada Nabila.
"Siapa ya?" Nabila mulai bingung. "Ini gw, aduhh lu lupa Bill?" Nayla mengarahkan pandangannya pada Nabila, Nabila membalas dengan mennaikkan pundaknya dan menunjukkan raut muka bertanya-tanya.
"Ini gw Resa, ketemu yok di sungai." Ajak Resa pada Nabila. "Ya emang gw mau kesana," mulai kesel dengan cowok yang namanya Resa.
"Ayokk deh ngapain urusin si Resa?" Nayla mulai kesal.
Nabila hanya mengangguk dan berangkat ke sungai. Mereka berdua menikmati perjalanan sambil mengingat terakhir Nabila kesini. Di tengah perjalanan terdapat beberapa cowok yang memperhatikan mereka berdua,
...[]...
"Wah ada cewek tuh?" Ucap cowok berjaket merah.
"Mangsa lu nih Yan," sahut cowok berjaket putih.
"Dah lah gw capek maenin cewek, kasian gw." Ujar cowok berjaket hitam itu sambil melihat ke arah Nabila.
"Lu suka sama cewek yang pakek Hoodie putih itu?" Tanya cowok berjaket merah karena penasaran.
"Bisa dibilang gitu?" Jawab cowok berjaket hitam dengan singkat.
Ngakak sih sekali lihat udah suka aja..?
...[]...
"Dah lah cuek aja Napa sih Kak Bill." Ucap Nayla ketus. "Ya elu gak tau perasaan gw gimana kalok ngeliat tuh cowok yang pakek jaket hitam," gumamnya membuat Nayla kaget.
"Bwahahahaha..." Nayla tertawa dengan begitu keras
Nayla tak menghiraukan hal itu langsung menarik tangan Nabila dan berhasil melewati sekumpulan cowok itu. Saat sampai di pinggiran sungai,
"Capek banget gw," gumam Nabila sambil duduk di sebuah bebatuan , tak menghiraukan saat Nayla berbicara padanya sambil berjalan.
"Kak Nabila yang ku sayangg, kita udah di tunggu Resa temen lu" Nayla amat kesal dengan kelakuan kakaknya tersebut.
"Dah lah kak aku pergi.." Nabila langsung berlari ketika melihat teman-temannya, dan meninggalkan Nabila sendirian.
...[]...
"Eh temenin tuh Yan," pinta cowok berjaket putih. "Nah bener tuh!" Tambah cowok berjaket merah.
Nah dan ternyata eh ternyata nama cowok berjaket hitam yang tiba-tiba suka Nabila itu bernama Briyan.
"Gw cobak ye... Gw takutnya dia gak mau," jawab Briyan dengan perasaan yang tidak karuan.
Briyan mendekati Nabila dengan perasaan takut akan sesuatu, yaitu Nabila risih dengan keberadaan Briyan.
Dan disisi lain temen-temen se tongkrongan Briyan mendekati Nayla dan temen-temen Nayla.
...[]...
Tiba-tiba Nayla datang mengejutkan Briyan dan Nabila yang akan memulai obrolan mereka.
"Kak Bill, Resa gak jadi kesini tadi dia telpon aku," Nayla menjelaskan dengan napas terengah-engah.
"Dih tuh orang gimana sih?" Menunjukkan raut wajah yang kesal.
"Sabarr sabarr," sahut Briyan membuat Nabila kaget. Dan langsung menunjukkan mukanya yang terheran-heran pada Briyan. "Napa? Ada yang salah?" Briyan ikut kesal akan kelakuan Nabila.
"Kak Nabila aku pergi dulu," Nayla pamit. Nabila hanya mengangguk melihat kepergian Nayla.
"Dasar cewek aneh lu ?" Ejek Briyan pada Nabila. "Lu juga cowok aneh." Sahut Nabila sontak membuat teman-teman Briyan dan Nayla yang berada tidak jauh mendengar pertengkaran kecil itu.
"Gw kira lu cowok baik-baik, eh ternyata aneh lu?" Tambah Nabila karena kekesalannya pada Briyan memuncak seribu persen.
"Dasar cewek idiot, pergi lu sana, gw gak butuh cewek kayak lu."
Dan ternyata...
Briyan sengaja membuat Nabila marah karena Briyan tau beberapa hari lagi Briyan akan kembali ke Jakarta, dan Briyan tidak ingin membuat Nabila berharap, karena Briyan tau dari tatapan Nabila yang menyampaikan bahwa Nabila suka terhadap Briyan.
"Ya gw pergi," Nabila langsung berlari menjauh dan berjalan sendiri dengan sedih.
"Apa sih salah gw?" Gumamnya sembari mencari kesalahan yang mungkin pernah dia lakukan terhadap Briyan.
"Siapa sih cowok itu ngeselin bet," Nabila tidak tau nama Briyan karena memang belum sempat berkenalan karena keburu di ganggu oleh kedatangan Nayla.
Tiba-tiba handphonenya berdering.. Nabila pun mengangkat nya..
"Siapa?" Tanyanya ketus.
" Ini aku cowok aneh yang tadi duduk sama kamu, aku minta maaf ya Nabila," pinta Briyan agar Nabila maafkan nya.
"Sorry gak nerima permintaan maaf dari handphone," jawabnya kembali ketus.
"Pliss dong maafin aku ya," pintanya sambil merengek seperti anak kecil.
"Dasar cowok aneh, minta maaf tuh langsung, Napa maksa amat sih tolol," Nabila mulai emosi dengan semuanya. Nabila langsung mematikan telponnya.
...[]...
"Gimana?" Tanya Nayla penasaran.
"Dia marah banget loh," jawabnya singkat.
"Lu sih kenapa kayak gitu?" Sahut Tio cowok yang berjaket putih. "Kejar aja deh Yan," tambah Rasya cowok berjaket merah.
"Gw gak mau aja dia jadi berharap sama gw," jawabnya kembali singkat.
"Emang kak Briyan mau kemana?" Nayla sangat penasaran dengan perkataan Briyan.
"Aku dua hari lagi balik ke Jakarta," belum selesai menjelaskan Nayla langsung memotong penjelasan Briyan. "Kok cepet kak?" Sahut Nayla.
"Hehe iya Nay, soalnya aku mau lanjut kuliah dulu. Jadi ya gak papa kalok aku gak fokus tapi, Nabila harus fokus kuliah aku gak mau ganggu kuliahnya," Briyan menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.
...[]...
Disisi lain Nabila yang berjalan sendiri sendiri terlihat sedang bergumam,
"kalok gw ketemu cowok kayak dia lagi ogah banget anjir, apa lagi sampek deket, ahh capek. Udah aneh ngeselin pulak, kayaknya tuh cowok dari planet mars dehh! Semoga gw gak deket apalagi sampek jadian sama orang keturunan dari planet mars" gumamnya tidak jelas.
Dan Nabila memutuskan untuk pulang saja.
Pagi-pagi sekitar pukul tujuh Nabila terlihat sangat terburu-buru, entah akan kemana dia. Tidak lupa dengan handphonenya yang selalu dibawa kemanapun dia pergi.
"Tante aku pergi dulu," Nabila berpamitan pada tantenya.
"Mau kemana kamu pagi-pagi sekali, kamu juga belum sarapan?" Gumam tantenya, sambil memasak di dapur. Dilihatnya Nabila yang tiba-tiba telah menghilang dari pandangannya.
Di depan sebuah warung Nabila berhenti dan menelpon seseorang yang tidak lain adalah Resa sahabatnya sendiri.
"Res jalan yuk gw gabut nih dirumah terus," ajak Nabila dengan rasa gabutnya yang memuncak.
"Ke sungai aja ya? Gw gak punya duit nih kalau ngajak lu ke toko," jawabnya merayu.
"Ya udah deh." Nabila langsung mematikan teleponnya.
"Sebenarnya sih ogah mau ke sungai lagi, ntar ketemu cowok aneh kemaren kan bisa berabe nih. Masalah baru ntar muncul lagi, Ahhh ngeselin lu Yan." gumamnya memaki-maki orang yang tidak dia kenal.
Oh iya btw ketika malam hari Nayla udah cerita kalok nama cowok aneh itu adalah Briyan.
Tiba-tiba Resa datang mengagetkan Nabila, "woi.." Resa datang secara tiba-tiba.
"Njirr.. lu ngagetin ae lu," ujar Nabila penuh emosi.
"Yaudah Resa minta maap ya Nabila, dah yok keburu panas nihh." Ajak Resa dengan wajah yang murung.
"Masih pagi juga mana ada panas?" Ucap Nabila kesal.
Nabila langsung naik ke atas sepeda motor yang Resa bawa, belum sempat menghidupkan sepeda motornya. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan mereka berdua, dan ternyata yang keluar dari dalam mobil itu tidak lain adalah Briyan.
"Ngapain lagi sih dia kesini?" Gumam Nabila kesal.
Briyan langsung menghampiri Nabila dan membawa Nabila ke dalam gendongannya agar Nabila mau masuk ke dalam mobil.
Sontak Resa membentak Briyan, "Lu siapa berani bet lu gendong cewek gua?" Berbohong agar Briyan mau melepaskan Nabila.
"Hah?... Cewek?... Gak salah denger gw??" Ejek Briyan pada Resa. Briyan langsung menurunkan Nabila. "Kamu diam disini," ujar Briyan kepada Nabila.
"Ya emang dia cewek gw?" Briyan semakin maju kehadapan Resa. Resa mulai ketakutan karena melihat tampang Briyan yang sangat ganas. Padahal waktu turun dari mobil tampang Briyan masih ganteng dan cool.
"Kok tampang dia berubah cok?" Kesal akan dirinya yang penakut.
"Takut ya sama gw?" Tebakan Briyan yang seketika membuat dada Resa mengeras akan amarah.
"Ngapain gw takut sama cowok kayak lu?? Cowok gak tau malu, deketin cewek gw?? Lu gak mampu cari lain boss??" Resa mengoceh hingga Briyan merasa mengantuk.
Tiba-tiba Resa dengan kuat memukul rahang dan perut Briyan sekuat mungkin. Karena sudah sangat kesal dengan sifat Briyan yang tengil.
Hingga Briyan terjatuh ke tanah, karena kuatnya pukulan Resa. Briyan bangun, sedetik sebelum Resa, memukul Briyan lagi. Hingga kini Briyan sangat lemas dan tidak berdaya.
"Hati-hati lu sama gw, gw tau semua rahasia lu," Briyan mengancam Resa dengan raut muka serius.
Sontak Resa terdiam mendengar ancaman Briyan yang bernada begitu serius.
Gak mungkin dia tau rahasia gw, batin Resa.
...[]...
"Resa!! Lu apa-apaan sihh mukul orang kayak gitu??" Ujar Nabila dengan membentak.
"Dia udah keterlaluan sama lu" jawab Resa penuh rasa bersalah.
Ya kalok di rasa-rasa mah ini salahnya Briyan, Kan aneh.
Nabila mendekat pada Resa,
"Ssttt.. gw gak suka ya sama yang namanya berantem, lu paham gak?" sahut Nabila.
Briyan kaget melihat Nabila yang begitu marah. Briyan gak pernah melihat cewek seberani itu sama cowok.
...[]...
"***.. ***... anjir Briyan dipukul cuk .. bantuin dia ," ujar Tio.
Teman-teman Briyan yang melihat Briyan di pukul oleh Resa langsung berhamburan keluar untuk mengeroyok Resa. Namun Briyan menahan mereka semua.
"Kenapa?? gw pen ngehajar cowok itu anjir," sahut Rasya.
"Nabila gak suka yang namanya berantem!" Jawab Briyan. "Ayo kita pergi!" Ajak Briyan pada Tio dan Rasya.
Melihat Briyan akan pergi, Nabila bertanya pada Briyan. "Lu siapa sih?"
"Gw Briyan!" Jawabnya singkat langsung masuk ke dalam mobil. Mobil Briyan pun melaju meninggalkan Nabila dan Resa berdua di pinggir jalan.
"Ah kacau semuanya! Ini semua gara-gara Lo." Nabila memaki-maki Resa.
"Kok gw?? Kan gw ngelindungi lu." Jawab Resa tanpa rasa bersalah.
"Dah lah gw males berantem sama lu dan gw gak mau liat muka lu lagi, gw suka sama Briyan. Lu bikin gw malu di depan dia." Ucap Nabila, membuat Resa kaget akan ucapan Nabila.
"Lu beneran suka sama Briyan?? orang Jakarta yang tengil, songong, gak tau diri itu, dan gak tau siapa elu. Lu lebih milih dia daripada gw yang tau segalanya??" Jawab Resa penuh rasa cemburu.
"Ya napa??" Bentak Nabila sehingga Resa menampar Nabila. Resa tak sengaja melakukan itu, amarahnya lah yang membuat Resa melakukan hal itu.
...[]...
"Lah anjir.. harus dibantai ini mah," ucap Briyan yang sedari tadi memperhatikan Resa dan Nabila.
Ternyata Briyan tidak ikut bersama teman-teman nya. Ketika mobil mereka sekiranya udah gak terlihat oleh Nabila dan Resa, Briyan turun dari mobil dan memutuskan untuk kembali.
...[]...
Briyan berjalan menuju Resa dan Nabila.
"Wah wah wah... Keren juga lu berani nampar cewek!" Ucap Briyan.
"Lu mending diem deh." Sahut Resa dan satu pukulan pun mendarat di rahang Briyan untuk kedua kalinya.
Nabila yang ketakutan hanya berlindung dibelakang Briyan. "Kamu tenang aku akan jaga kamu?" Briyan mengatakan dengan manis dan tersenyum.
"Lu mau berantem sama gw??" Tanya Briyan dengan nada menantang.
"Ayok." Resa menyetujuinya.
Akhirnya mereka berdua berantem. Mereka tidak menghiraukan saat Nabila meminta mereka untuk berhenti. Hingga akhirnya Tio dan Rasya datang. Namun mereka berdua terlambat. Briyan dan Resa mengakhiri pertengkaran mereka dengan satu pukulan yang mereka lakukan secara bersamaan, yang membuat Resa dan Briyan terjatuh ke tanah.
"Cok..." Ucap Tio.
"Ayo bantu Briyan cok," sahut Rasya.
Tio dan Rasya bergegas ingin menolong Briyan. Namun di hadang oleh Nabila.
"Biar gw aja." Ujar Nabila penuh rasa bersalah.
Nabila mendekat pada Resa dan membantu resa bangun. Namun tidak membantu Briyan. Briyan hanya melotot tidak percaya Nabila melakukan ini.
"Lah anjir kok Nabila gitu Sya??" Ucap Tio tidak percaya dengan yang dia lihat.
Tiba-tiba Briyan, Tio dan Rasya di kagetkan oleh suara tamparan. Dan ternyata Nabila menampar Resa sambil berkata,
"jangan pernah ganggu gw lagi paham kan??? Gw udah muak liat muka lu yang sok jagoan." Ucap Nabila membuat Resa marah besar.
Nabila yang tak menyadari bahwa Resa membawa sebatang kayu di tangan nya. Briyan yang menyadari bahwa Resa yang akan memukul Nabila, Briyan langsung berdiri dan memeluk Nabila dari depan. Dan benar saja dugaan Briyan.
Akhirnya Briyan harus terjatuh untuk ketiga kalinya, saat ini kondisi Briyan benar-benar sangat buruk. Dengan perasaan sedih Nabila memeluk Briyan. Resa yang langsung pergi setelah menyadari dia memukul Briyan langsung kabur membawa motornya.
Briyan yang masih setengah sadar mengatakan sesuatu pada Nabila, "jaga diri kamu baik-baik ya jika aku tidak di samping mu. Ada banyak hal yang tidak kamu tau dari Resa." Seketika itu Briyan langsung pingsan dan mengurungkan niatnya untuk kuliah dan lebih memilih kerja saja di sini.
Teman-temannya langsung menggotong tubuh Briyan. Dan membawa Briyan kerumah sakit, namun Tio menyuruh Nabila pulang karena waktu sudah hampir sore. Lagi-lagi Nabila pulang dengan keadaan sedih.
...[]...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!