NovelToon NovelToon

Briana

Bab 1. Gamaliel Sanjaya

"Permisi, Pak. Mohon gunakan sabuk pengaman nya, pesawat akan segera mendarat."

Suara lembut dari seorang pramugari menyadarkan Gama dari lamunan. Lelaki yang nampak terlihat datar dan dingin itu, hanya mengangguk kecil ketika mendengar perintah dari gadis cantik itu.

Setelah sabuk pengaman sudah melingkar di tubuhnya, lelaki tampan itu kembali menatap benda-benda yang terlihat kecil di bawah sana melalui jendela pesawat tanpa menghiraukan gadis yang terlihat sedang memperhatikan dirinya dari samping tempat duduk.

Pemandangan yang indah, begitu menurutnya. Rumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan megah di ibu kota, terlihat begitu kecil jika di lihat dari ketinggian ini.

Apakah gadis yang sudah membuatnya patah berada di dalam salah satu bangunan di bawah sana ? Apakah ia mampu tinggal di kota yang sama dengan gadis yang masih mengisi hati terdalam namun, tidak lagi bisa ia miliki itu ? Entahlah, ini kali pertama ia memberanikan diri untuk pulang setelah mendengar berita pernikahan gadis yang ia cintai itu. Setelah sekian tahun, ini pertama kalinya ia kembali ke tanah kelahirannya. Jika sang Mama tidak terus memohon, maka sampai mati pun ia tidak berminat lagi untuk kembali ke sini.

Yah, takdir yang Tuhan ciptakan untuk hidupnya begitu sulit untuk ia terima. Namun, pada akhirnya ia menyadari, jika perpisahan itu bukanlah kesalahan gadis yang ia cintai tetapi kesalahannya.

Ia yang pergi meninggalkan orang yang begitu ia cintai. Maka saat gadis itu melangkah pergi, ia pun tidak lagi memiliki hak untuk menahannya.

Setelah pesawat mendarat dengan sempurna, Gama masih tetap terduduk diam di tempatnya. Tatapannya masih menatap keluar jendela pesawat. Lelaki itu seakan begitu berat untuk membawa kakinya melangkah keluar dari dalam benda besi itu. Hingga seorang pramugari kembali memperingatkan nya untuk segera keluar dari kabin pesawat.

Gama hanya mengangguk seraya menguatkan hati. Kali ini ada senyum kecil yang terlihat di sudut bibirnya sebagai tanda permohonan maaf atas sikapnya.

Gadis cantik itu ikut tersenyum ramah kepada penumpangnya. Karena ini memang sudah menjadi tugasnya.

"Kania.." Ucap gadis itu ragu-ragu saat Gama hendak melangkah keluar dari dalam pesawat.

Gama menghentikan langkah, menatap sejenak gadis yang sudah memberanikan diri mengajaknya berkenalan di dalam pesawat itu.

Beberapa detik berlalu Gama masih terdiam. Menatap bergantian wajah cantik dan tangan lentik yang sedang terulur ke arahnya. Hingga satu senyum kecil kembali terlihat di sudut bibirnya. Ia lalu meraih tangan yang sedang terulur, kemudian ikut menyebutkan nama.

"Gama.." Ucapnya singkat.

Kania mengangguk, kemudian mengambil satu buah kartu nama dari dalam saku pakaian nya, kemudian menyerahkan kartu itu pada Gama.

"Sepertinya kamu membutuhkan seseorang untuk berbagi masalah. Ibuku adalah seorang dokter khusus, kamu bisa menghubungi beliau jika membutuhkan seseorang yang tepat." Ujar Kania lalu berpamitan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai di dalam pesawat itu.

"Terima kasih." Ucap Gama.

"Semua orang memiliki masalah hidup masing-masing, Gama. Namun, semua masalah akan ada jalan keluarnya masing-masing pula. Kita hanya perlu menemukan orang yang tepat." Jawab Kania.

Gama mengangguk paham. Kania pun tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kabin lain untuk membereskan pekerjaannya yang masih tersisa.

Beberapa saat berlalu, Gama masih menatap pundak gadis yang baru saja berlalu dari hadapannya, lalu memasukkan selembar kartu nama yang ada di tangannya ke dalam saku kemeja yang ia kenakan, dan segera keluar dari dalam pesawat.

Bab 2. Briana

Pagi yang mencekam sama seperti biasa selama tiga bulan setelah kepergian ayahnya. Briana seakan sedang menonton live kemesraan suaminya bersama wanita lain. Bahkan dengan tidak tahu malunya, wanita yang menjadi salah satu kepercayaan sang ayah saat masih hidup ini, bertingkah seperti pemilik rumah.

"Ini cocok untuk mu sayang." Ujar Risa manja sambil memilihkan dasi yang tepat untuk Dion kenakan hari ini.

Dengan perasaan yang campur aduk, Briana melangkah keluar dari dalam kamar utama itu, sebelum menjadi saksi keromantisan suaminya bersama wanita lain di dalam kamarnya sendiri.

Dion memang tidak pernah menggunakan kamar utama itu untuk tidur, namun, semua barang-barang keperluan milik laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya selama beberapa bulan itu, masih tertata rapi di dalam kamarnya.

"Bagus dong tahu diri. Otak kamu itu di mana ? Putra ku sama sekali tidak pernah mencintai mu." Sindir wanita paruh baya yang sedang duduk santai di dalam ruang keluarga.

Briana kembali menarik napas nya dalam-dalam, kemudian menghembuskan udara melalui mulutnya dengan perlahan. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terpengaruh dengan keadaan yang semakin hari semakin membuatnya jengah.

Tanpa berniat membalas sindiran sinis dari ibu mertua sekaligus ibu tiri nya itu, Briana terus mengayuhkan langkahnya menuju pintu utama untuk segera keluar dan meninggalkan rumah yang sudah seperti neraka baginya.

Yah, setelah kepergian sang Ayah, ini bukan lagi sebuah rumah. Tetapi hanyalah sebuah bangunan megah yang di dalamnya seperti neraka.

"Pergi yang jauh, kalau perlu susul ayah kamu."

Teriakan dari dalam rumah kembali terdengar. Briana berusaha untuk tidak terpengaruh dengan kalimat tajam penuh cemooh itu, dan terus melangkahkan kakinya keluar dari sana.

Terkadang menghindari sesuatu yang menjijikan akan lebih baik, dari pada menghadapinya dan hanya membuat diri kita ikut menjadi kotor.

****

Beberapa jam telah berlalu, kini sebuah mobil mewah sudah terparkir di pelataran gedung megah. Seorang wanita cantik masih terdiam di dalam mobil itu, sembari memaksa dirinya sendiri agar berani turun dan bertemu dengan suaminya di dalam gedung dengan puluhan lantai itu. Ini pertama kalinya ia memberanikan diri datang ke perusahaan atas insiatifnya sendiri, dan tanpa sepengetahuan suaminya.

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di atas pusara sang Ayah, kini ia sudah berada di depan gedung di mana suaminya berada.

Beberapa saat terdiam di dalam mobil, Briana akhirnya keluar dari dalam mobil pemberian ayahnya itu, lalu melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan.

Semua harus di selesaikan. Jika Dion benar-benar tidak ingin lagi melanjutkan pernikahan, maka mereka harus membicarakan itu dan mengakhirinya bersama.

"Selamat siang, Bu." Seorang penjaga keamanan menunduk sopan saat putri dari pemilik perusahaan tempat ia bekerja tiba-tiba masuk ke dalam lobi.

"Selamat siang juga, Pak." Jawab Briana sopan.

Hembusan napas lega terdengar dengan jelas dari bibir lelaki paruh baya itu, membuat Briana tersenyum.

"Saya kesana ya, Pak." Pamit Briana ramah sambil menunjuk meja resepsionis guna menanyakan kesibukan suaminya saat ini, agar nanti kehadirannya tidak mengganggu.

Lelaki paruh baya itu mengangguk, dan mempersilahkan putri dari pemilik perusahaan itu masuk.

Masih dengan senyum manis di bibirnya, Briana melangkah menuju meja resepsionis. Beberapa gadis cantik yang sedang bertugas di meja itu, terkejut melihat kehadiran nya. Ini pertama kalinya setelah kematian pemilik perusahaan tiga bulan yang lalu, mereka melihat Briana datang ke perusahaan.

Briana pun mulai menyampaikan perihal kedatangannya siang ini. Dan salah satu karyawan yang bertugas di meja resepsionis itu paham, lalu mengajak Briana menuju ruangan pemilik perusahaan ini. Sebelum itu, gadis cantik bername tag Eva itu, menghubungi sekretaris Bos mereka terlebih dahulu untuk meminta izin.

Bab 3. Dion Atmaja

Briana duduk di sofa sambil tertunduk dalam. Wanita yang sudah menyandang status sebagai seorang istri itu, menatap lembaran kertas yang baru saja di lempar oleh sang suami tepat di hadapannya.

"Apa belum cukup kamu menghancurkan kebahagian aku, ha !" Bentak Dion, membuat Briana terkejut. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Ia hanya hanya bisa mengepalkan tangan hingga tulang jemarinya memutih.

"Aku tidak mau tahu, aku ingin kita cerai secepatnya." Tegas Dion sambil menatap nyalang ke arah wanita yang masih terdiam di atas sofa yang ada di dalam ruangannya.

"Ini keputusan Papa, lalu di mana letak kesalahan aku ?" Ucap Briana. Sungguh, ia sama sekali tidak mengerti apa kesalahannya hingga membuat suaminya ini begitu marah. Ini bukan pertama kalinya Dion menggila, tapi ini yang terparah. Beruntung laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya sejak tiga bulan yang lalu ini tidak pernah bermain tangan terhadapnya.

"Seandainya kamu tidak muncul dalam hidup keluarga kami, Papa tidak akan pernah mengambil keputusan bodoh ini." Ujar Dion sinis.

Briana hanya menarik nafasnya yang terasa berat. Tidak ada satu manusia pun yang menginginkan keadaan seperti yang ia rasakan saat ini, termasuk dirinya sendiri. Namun, sekuat apa pun ia menolak, keputusan sang Papa sama sekali tidak bisa di ganggu gugat. Belum lagi, laki-laki yang sedang mereka bahas saat ini, tidak lagi berada di dunia.

"Kita akan bercerai, dan aku akan memberikan surat pernyataan jika aku tidak menginginkan saham yang di wariskan Papa terhadap ku. Cukup berikan aku sejumlah uang agar bisa memulai lagi kehidupanku yang baru." Ujar Briana.

Dion terdiam sebentar sambil menatap wajah Briana dengan lekat seraya mencari kebohongan di sana.

"Kamu ngga lagi bohongin aku kan ?" Tanya Dion.

Briana mengangguk yakin. Seketika hembusan nafas lega keluar dari mulut Dion. Selama ini dia berpikir akan sulit membujuk Briana agar menyerahkan harta peninggalan Ayah kandung istrinya ini.

"Berapa yang kamu butuhkan ?" Tanya Dion.

"Berikan saja jumlah yang cukup untuk membuka satu buah restoran agar aku bisa bertahan hidup. Dan satu lagi, berikan aku satu buah apartemen, tidak mewah tak masalah, asalkan bisa aku gunakan untuk berteduh.." Jawab Briana.

Dion tidak menjawab. Laki-laki itu melangkah menuju meja kerjanya, lalu menuliskan sejumlah uang yang cukup besar di atas cek yang baru saja ia keluarkan dari dalam laci meja kerjanya, kemudian menyerahkan cek itu kepada Briana.

"Terimakasih." Ucap Briana lalu berpamitan pada suaminya itu untuk pergi dari bangunan dengan puluhan lantai itu, agar bisa mulai merencanakan kehidupannya yang baru.

Yang tidak Dion ketahui di luar gedung, orang suruhan Risa mulai menjalankan aksi mereka. Dua orang laki-laki yang di tugaskan oleh kekasihnya itu, mulai menyabotase mobil miliknya sesuai dengan apa yang sudah Risa dan Ibu nya rencanakan.

Briana gadis yang baik, begitulah yang Dion ketahui tentang Briana hingga saat ini. Dulu ketika Briana datang dalam hidupnya, ia berharap mereka akan menjadi saudara. Akan tetapi setelah Ayahnya mengatur pernikahan, semua rasa simpati yang sempat ia tanamkan dalam hati, hilang begitu saja. Di tambah lagi dengan surat wasiat yang di tinggalkan oleh lelaki tua itu, semakin menambah daftar kebencian di hatinya.

Gadis yang di bawah oleh ayah sambungnya beberapa tahun yang lalu itu, sudah melangkah pergi keluar dari dalam ruangan usai menerima cek darinya. Setelah Briana pergi, Dion melangkah menuju meja kerja, dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena kedatangan Briana tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!