NovelToon NovelToon

THE SAVIOR

BAB 1 PERANG DAN BERKAH TUHAN

Jika ada mesin waktu yang dapat mengantarkan aku kembali ke masa lalu, aku tidak akan melakukannya bahkan jika aku diberikan ratusan juta sekalipun. Meski pada akhirnya aku harus berulang kali mengulang waktu, aku tetap tidak akan mengubah keputusanku dan aku tidak akan mengubah pilihanku. 

Kenapa? 

Karena menurutku, apa yang telah aku pilih adalah jalan terbaik dan jalan yang sesuai dengan keyakinanku meski berulang kali aku nyaris kehilangan nyawaku dalam perjalanannya. 

Pilihanku itu, tidak sekalipun aku sesali. Semua yang kudapatkan karena pilihanku beserta semua yang kuhilangkan karena pilihanku itu, aku rasa. . . semua adalah harga yang pantas untuk sebuah pilihan dengan tanggung jawab yang besar. 

Jadi. . . meski berulang kali kalian memberi tawaran padaku untuk mengubah keputusanku di masa lalu, jawabanku akan tetap sama: tidak, aku tidak akan mengubah apapun di masa lalu, baik itu keputusanku atau pilihan di kedua tanganku. Meski mungkin kematian datang padaku karena pilihan dan keputusan itu, aku akan tetap berkata tidak. Karena bagaimana pun, manusia tetap akan mati pada akhirnya. Ya fakta bahwa manusia akan mati nantinya, tidak akan berubah sampai kapanpun. 

*

Tahun 2030 menjadi awal dari tahun bencana di seluruh belahan bumi. Bagaimana tidak? Setelah invasi yang dilakukan oleh Rusia dan Israel, beberapa negara yang setuju dengan pemikiran dua negara itu kemudian mulai muncul satu persatu. Bersama dengan Rusia dan Israel, beberapa negara yang setuju kemudian membentuk aliansi dan mulai melakukan penyerangan ke negara-negara yang tidak berpihak atau bergabung dengan aliansi mereka. Aliansi itu dikenal dengan nama Aliansi Arael. 

Aliansi Arael yang memimpin perang besar di seluruh belahan dunia, berhasil mengguncang kedamaian di seluruh belahan bumi. Dengan taktik yang cukup cerdas, Aliansi Arael menyerang negara-negara kecil dan miskin lebih dulu. Setelah menyerang habis-habisan negara-negara kecil dan miskin, Aliansi Arael kemudian memaksa negara-negara kecil dan miskin itu untuk masuk ke dalam aliansi mereka jika ingin selamat. 

Setelah melihat banyak kematian rakyatnya dan kekacauan di negaranya, tawaran yang diberikan oleh Aliansi Arael terdengar begitu menggiurkan. Mendapatkan perlindungan dan bahan makanan, membuat negara-negara kecil dan miskin yang menjadi sasaran dari Aliansi Arael, akhirnya memilih untuk bergabung dengan Aliansi Arael. Dengan cara itulah, Aliansi Arael yang tadinya hanya terdiri dari dua negara kemudian berkembang menjadi aliansi dengan banyak anggota selama kurang dari setahun. 

Di sisi lain, beberapa negara besar yang tidak setuju dengan cara Aliansi Arael kemudian membentuk aliansi sendiri dengan nama Aliansi Ingmar yang diprakarsai oleh Inggris dan Amerika. Aliansi Ingmar yang melihat perkembangan Aliansi Arael yang begitu cepat, pesat dan mulai meresahkan, merasa perubahan itu sebagai tanda dari potensi bahaya bagi kedamaian dunia. Demi menjaga perdamaian di seluruh belahan bumi, Aliansi Ingmar kemudian mulai merekrut negara-negara besar ke dalam aliansi mereka dan mulai menyusun rencana jika perang benar-benar terjadi. Sama seperti yang dilakukan oleh Aliansi Arael. 

Seperti dugaan dari Aliansi Ingmar, pada akhir tahun 2031 perang dunia ketiga benar-benar terjadi. Teknologi yang berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir membuat perang dunia ketiga ini terlihat sebagai gambaran dari kiamat dunia. Serangan bom nuklir, teknologi pasukan yang tak terkalahkan dan racun yang mematikan sebagai senjata biologis, membuat jumlah korban yang berjatuhan semakin hari semakin banyak jumlahnya. Ditambah lagi dengan kerusakan lingkungan akibat perang, membuat banyak rakyat kecil yang tidak tahu menahu kehilangan nyawa mereka dengan mudahnya. 

Ethan, pria berusia 30 tahun yang menjadi salah satu jenderal perang dari Aliansi Ingmar melihat kengerian dari pecahnya perang dunia ketiga. Anak-anak, wanita dan para lansia yang tewas dalam jalannya perang membuat hati Ethan yang melihatnya, tidak kuasa menahan air mata kesedihannya. Di tengah kesedihannya melihat jumlah korban perang yang terus menerus bertambah, Ethan yang berada di ambang kematian sudah berniat untuk menyambut kematiannya karena pasukannya yang terus dipukul mundur oleh Aliansi Arael. Namun. . . sesuatu yang disebut keajaiban datang ke arah Ethan seolah mendengar tangisan kesedihannya yang selama ini hanya tersimpan di dalam hatinya.  

Di tengah-tengah perang yang sedang terjadi, sebuah meteor masuk ke atmosfer bumi dan pecah menjadi bagian-bagian kecil sebelum akhirnya tersebar ke seluruh belahan bumi. Ethan yang sudah berada di ambang kematian, nyawanya terselamatkan berkat meteor yang jatuh di dekat lokasinya. Pasukan musuh yang sudah mengepung Ethan, hancur leur berkat ledakan kecil dari jatuhnya meteor tersebut. 

Melihat benda langit yang jatuh itu menyelamatkan nyawanya, Ethan kemudian memberi nama meteor itu dengan nama Berkah Tuhan atau God’s Blessing. Ethan yang merasa meteor yang jatuh itu memiliki sesuatu di dalamnya kemudian membawa pecahan meteor itu ke tempat penelitian milik Aliansi Ingmar di Amerika. Di tengah-tengah perang dua aliansi yang terus berjalan dan semakin memburuk setiap harinya, Ethan bersama dengan rekannya Dylan terus meneliti pecahan meteor itu dan berusaha untuk menemukan kegunaan dari pecahan meteor yang telah menyelamatkan nyawanya. Penelitian selama satu bulan penuh dan tidak kunjung mendapatkan hasil, membuat Ethan merasa frustasi karena sudah menaruh harapan besar pada pecahan meteor itu sebagai penyelamat dunia. Kesal karena tidak menemukan apapun dari pecahan meteor itu, Ethan menyentuh pecahan meteor itu secara langsung dan hendak menghancurkannya. Namun sesuatu terjadi dan menghentikan niat Ethan itu. 

“Kenapa kamu diam, Ethan? Apakah pecahan meteor itu menyakitimu?” 

Ethan menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Dylan-sahabatnya yang bekerja sebagai peneliti di Aliansi Ingmar. 

“Jika tidak, katakan sesuatu, Ethan! Apa kau baik-baik saja?” 

Kali ini Ethan menganggukkan kepalanya. “Aku baik-baik saja, hanya saja. . .” 

“Hanya saja apa, Ethan?” 

“Ha-hanya saja ketika aku memegang pecahan meteor ini, aku melihat sesuatu, Dylan.” 

Merasa sahabatnya yang putus asa mungkin menemukan sesuatu, Dylan mengajukan pertanyaan lagi kepada Ethan. “Apa yang kamu lihat, Ethan?” 

Tangan Ethan yang memegang pecahan meteor itu kemudian melepaskan pecahan meteor yang digenggamnya sebelum akhirnya tubuhnya jatuh ke lantai dengan lemas. 

“Ethan!” teriak Dylan yang segera berlari menghampiri Ethan dengan wajah terkejut. “Apa yang baru saja kamu lihat, Ethan?” 

Dengan tubuh lemas dan kesadaran tipis, Ethan kemudian menjawab pertanyaan Dylan. “A-aku melihat gambaran masa depan, Dylan. Peperangan ini akan terhenti ketika seorang gadis mendapatkan pecahan meteor yang sama dengan pecahan meteor itu. Gadis itu akan menghentikan perang ketiga yang menyedihkan dan mengerikan ini, Dylan.” 

Setelah mengatakan hal itu, Ethan jatuh dalam kegelapan dan tidak sadarkan diri selama tiga hari lamanya. Sementara itu Dylan yang mendengar pesan Ethan sebelum tidak sadarkan diri kemudian memerintahkan beberapa anggota Aliansi Ingmar untuk menemukan pecahan meteor yang lain, bagaimana pun caranya. Dylan juga memerintahkan pencarian itu dilakukan secara rahasia agar pihak Aliansi Arael tidak mengetahui fakta penting dari pecahan meteor yang jatuh itu dan tidak menggunakan pecahan meteor itu sebagai sumber kekuatan mereka. 

Tiga hari kemudian, Ethan terbangun dari tidurnya dan matanya mulai melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya sebelum ini. Ethan dapat dengan jelas melihat pikiran manusia yang muncul di atas kepala manusia dalam bentuk kalimat singkat. Ethan juga beberapa kali dapat melihat masa lalu manusia lain ketika menyentuhnya seperti masa lalu Dylan sebelum bertemu dengan dirinya. 

“Apa kau ingat kalimat terakhir yang kau katakan sesaat sebelum kau tidak sadarkan diri, Ethan?” sapa Dylan. 

Ethan yang telah menjalani satu hari pemulihan bertemu dengan Dylan dan berbicara empat mata di ruang penelitian milik Aliansi Ingmar. 

“Aku ingat.” 

“Berkat ucapanmu itu, aku mengumpulkan beberapa pasukan dari Aliansi dan meminta mereka untuk mencari pecahan meteor yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Aku memerintahkan pasukan itu untuk bergerak secara rahasia agar pihak lawan tidak menemukan fakta penting dari pecahan meteor itu.” 

Mendengar penjelasan dari Dylan, dalam waktu singkat rasa penasaran menjalar ke seluruh tubuh Ethan. “Lalu apa mereka menemukan sesuatu, Dylan?” 

Dylan tersenyum menjawab rasa penasaran Ethan. “Ya, mereka menemukan beberapa orang.” 

“Beberapa orang?” tanya Ethan bingung. “Bukankah kamu memerintahkan pasukan itu untuk menemukan pecahan meteor God’s Blessing, Dylan? Kenapa mereka justru membawa pulang beberapa orang dan bukannya pecahan meteor itu?” 

“Mereka memang membawa pecahan meteor itu, tapi pecahan meteor itu menjadi batu biasa ketika telah disentuh oleh manusia secara langsung seperti pecahan meteor yang telah kamu sentuh secara langsung. Maka itu. . . aku meminta pasukan itu membawa orang-orang di dekat lokasi pecahan meteor yang memiliki kemampuan khusus, Ethan.” 

Alis Ethan mengerut. Sesuatu yang tidak bisa dipahami Ethan muncul dari mulut Dylan dan mendarat di telinga Ethan dan Dylan tahu itu. Sama seperti dirinya beberapa hari yang lalu yang tidak percaya melihat keajaiban di depan matanya, Dylan tahu jika saat ini Ethan sama bingungnya dengan dirinya beberapa hari yang lalu. 

“. . . Dengar Ethan, dengarkan baik-baik! Pecahan meteor yang kamu beri nama God’s Blessing itu membawa setiap kemampuan khusus pada setiap pecahannya. Kemampuan itu akan berbeda jika berada di tangan yang berbeda. Bersama denganmu, kini sudah ada sepuluh orang yang memiliki kemampuan khusus karena menyentuh pecahan meteor itu secara langsung. Itulah rahasia dari pecahan meteor yang telah menyelamatkan nyawamu, Ethan.” 

BAB 2 GAMBARAN MASA DEPAN

Ethan menatap heran ke arah Dylan karena tidak mengerti dengan ucapan yang keluar dari mulut Dylan. Kemampuan khusus, tangan yang berbeda, pecahan meteor yang tidak sengaja menyelamatkannya dan diberinya nama God’s Blessing. Ethan benar-benar tidak paham dengan banyak keanehan yang datang kepadanya di saat bersamaan. 

“A-aku masih tidak mengerti, Dylan. A-apa maksudnya dengan kemam-“ Ethan dengan cepat menghentikan ucapannya ketika sebuah ingatan muncul di dalam benaknya. Ingatannya yang memutar kembali kejadian tiga hari yang lalu di mana Ethan melihat bayangan seorang wanita yang kelak akan menjadi penyelamat dunia muncul di dalam benaknya. 

“E-Ethan???” tanya Dylan khawatir. “A-apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Apa kau melihat sesuatu lagi, Ethan?” 

Dylan yang panik melihat Ethan terdiam dan memegang kepalanya segera menghampiri sahabatnya. Sementara itu. . . Ethan yang mengingat kembali penglihatan yang dilihatnya sebelum akhirnya jatuh tertidur selama beberapa hari melihat kembali bayangan seorang gadis dengan tongkat merah di tangan kirinya. Ethan melihat sosok gadis itu berdiri dengan mengangkat tangan kanannya ke depan, berusaha membuat pelindung untuk gelombang tsunami yang datang akibat ledakan nuklir yang terjatuh di tengah samudra. 

“. . . Ethan!” Dylan berteriak memanggil nama Ethan untuk kesekian kalinya setelah berulang kali tidak mendapat respon dari sahabatnya. Dylan yang sudah berada di dekat tubuh Ethan kemudian terpaksa mengguncang tubuh Ethan untuk mendapatkan respon darinya. 

Namun. . . guncangan yang diberikan oleh Dylan itu tidak berhasil membuat Ethan berhenti melihat pemandangan mengerikan dari seorang gadis yang berdiri dengan penuh keyakinan sembari membuat pelindung untuk melindungi banyak orang di belakangnya. Ethan dapat dengan jelas melihat banyak orang di belakang gadis itu berhamburan berlarian ke sana kemari untuk berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri. Ethan hanya bisa menganga melihat pemandangan mengerikan itu lagi. 

Larilah, Savior!

Ethan berteriak memberikan peringatan kepada gadis itu. Namun teriakan yang keluar dari dalam mulutnya tidak bersuara seolah suara miliknya ditelan oleh kehampaan. 

Selamatkan dirimu, Savior!

Ethan yang masih tidak menyerah berusaha lagi berteriak memberikan peringatan kepada gadis itu. Namun sekali lagi, teriakan yang keluar dari dalam mulutnya tidak bersuara. 

“Ethan, berapa jarak gelombang itu dengan daratan??” 

Dari tempatnya berdiri, Ethan yang melihat punggung gadis itu kemudian mendengar sosok gadis itu memanggil namanya dari alat transmisi yang terpasang di telinga kanannya. 

“Meski berulang kali kau mengatakan padaku untuk pergi menyelamatkan diri, aku tidak akan pergi, Ethan. Ini tugasku. Ini pilihanku. Aku ada di sini karena aku memilih untuk menjadi penyelamat dunia ini. Sekarang. . . gelombang tsunami tiba-tiba muncul di samudra Hindia karena bom nuklir yang tidak sengaja jatuh. Jika air laut yang membawa radiasi bom nuklir itu mencapai daratan apa yang terjadi dengan orang-orang di belakangku? Mereka semua pasti akan mati, Ethan.” 

Ethan mengerutkan alisnya karena merasa tidak berbicara dengan sosok gadis di hadapannya saat ini. Di tengah kebingungan Ethan yang tidak bisa memahami pemandangan di hadapannya saat ini, sosok gadis itu masih terus berbicara kepada Ethan yang lain. 

“Aku tahu kau meragukanku, Ethan. Aku tahu kau ragu karena lebih dari siapapun kau berharap aku selamat. Tapi keselamatan banyak orang lebih penting dari pada keselamatan aku seorang, Ethan. Jadi. . . jika ingin membantuku sekarang, kau bisa lakukan satu hal, Ethan. Kau tahu dengan baik, aku benar-benar bodoh soal perhitungan. Jadi katakan padaku berapa ketinggian gelombang itu dan berapa ketinggian pelindung angin yang harus aku buat? Berapa ketebalan pelindung angin yang harus aku buat agar bisa menahan gelombang air laut sebesar itu, Ethan? Kumohon.” 

Buk. 

Sebuah pukulan mendarat di punggung Ethan dan membuat Ethan kembali ke tempat di mana dirinya seharusnya berada: di depan Dylan. 

“Apa yang kau lihat, Ethan??” tanya Dylan khawatir. “Kau terdiam selama beberapa menit dan membuatku takut karena mungkin kau akan kehilangan kesadaran lagi.” 

Ethan mengangkat kepalanya dan memandang Dylan dengan tatapan ketakutan. Air matanya perlahan mengalir membasahi matanya karena pemandangan yang baru saja dilihatnya. 

“. . . Ethan? Itu air matamu, kenapa tiba-tiba terjatuh??” 

Ethan mengangkat tangannya sendiri dan menyentuhkannya ke wajahnya sendiri. Sebuah cairan hangat terasa di tangan Ethan dan membuat Ethan tersadar. “Di mana orang-orang yang kamu temukan itu, Dylan?” 

Dylan yang merasa khawatir dengan Ethan-sahabatnya, hanya bisa terdiam melihat perubahan ekspresi Ethan dalam waktu singkat. “Sebenarnya apa yang baru saja kamu lihat, Ethan? Apa kamu melihat sosok gadis itu lagi?” 

Ethan menganggukkan kepalanya. “Ya, aku melihatnya meski tidak jelas, Dylan.” 

“Lalu kenapa tiba-tiba kamu meneteskan air matamu, Ethan? Apa sesuatu yang buruk menimpa gadis itu dalam penglihatanmu?” 

Ethan menganggukkan kepalanya lagi untuk kedua kalinya. “Ya, gadis itu mengalami bahaya di saat aku meragukan dirinya. Aku yang berada di masa depan yang berharap gadis itu selamat kemudian meragukan pilihannya dan memberikan perintah padanya untuk lari meski itu artinya akan banyak orang yang akan mati sebagai gantinya.” Ethan mengangkat kedua tangannya dan kemudian memegang kedua bahu Dylan dengan kuat. “Dengarkan aku dengan baik! Sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi di masa depan dan untuk itu, aku harus segera menemukan gadis itu lebih dulu.” 

“Apa yang akan kau lakukan jika menemukan gadis itu, Ethan?” tanya Dylan. “Kau tahu gambaran masa depannya yang mungkin akan menjadi mimpi buruk baginya dan kau masih ingin menemukannya?” 

Ethan menggenggam erat kedua bahu Dylan. “Justru karena itu, aku harus menemukannya, Dylan. Takdirnya tetap tidak akan berubah dan untuk melindunginya, satu-satunya jalan adalah melatihnya. Gadis itu mampu membuat pelindung dari angin dengan ukuran yang besar yang mungkin mampu menahan gelombang besar tsunami dan mungkin ledakan nuklir, Dylan. Gadis itu mampu mengendalikan angin, Dylan. Apa kau tidak ingat temuan kita beberapa tahun yang lalu?”

*

Lima tahun yang lalu. . . 

Ethan yang sedang mengawal peneliti termasuk Dylan-sahabatnya, kini tiba di sebuah situs kuno yang baru saja ditemukan karena guncangan gempa bumi yang cukup kencang. Dengan peralatan lengkap serta sikap waspada dan hati-hati, Ethan bersama dengan pasukannya mengawal sekelompok peneliti termasuk Dylan untuk masuk ke dalam situs kuno itu. 

“Ethan!” bisik Dylan. 

Ethan yang berada tidak jauh dari Dylan kemudian menghentikan langkahnya dan menunggu Dylan untuk menyusulnya. 

“Kenapa kau berbisik, Dylan?”

“Lihatlah kemari, Ethan!” Dylan kemudian menunjuk ke sebuah ukiran di mana seorang gadis sedang berdiri di depan sebuah gelombang air laut yang datang mendekat. “Tidakkah kau merasa gambaran gelombang ini adalah gambaran gelombang tsunami?” 

Etha mengerutkan alisnya. “Benarkah itu? Aku bukan peneliti, Dylan. Jadi aku tidak tahu dengan baik arti dari ukiran-ukiran itu.” 

“Aku yakin gambaran gelombang ini adalah gambaran gelombang tsunami yang mungkin datang dan pernah menghancurkan kaum ini. Tapi. . . bukankah hebat ada seorang wanita yang pemberani yang datang dan menghadang gelombang tsunami itu?” 

“Apa kau yakin wanita itu menghadang gelombang itu dan bukannya menjadi persembahan seperti kebanyakan kisah-kisah bangsa di masa lalu yang percaya bahwa bencana akan terhenti ketika diberikan sebuah nyawa??” ejek Ethan. 

“Tangan wanita itu, lihatlah, Ethan!” 

Ethan menyipitkan kedua matanya guna melihat tangan wanita dalam ukiran itu lebih jelas. Setelah memperhatikan dengan cukup saksama, Ethan akhirnya setuju dengan pendapat Dylan. “Kau benar, Dylan. Tangan wanita itu menghadap ke arah gelombang air yang datang dan memberikan isyarat untuk berhenti kepada gelombang yang akan datang.” 

Tidak butuh waktu yang lama bagi Dylan dan Ethan untuk menemukan kebenaran dari ukiran yang dilihatnya. Dalam salah satu makam kuno ditemukan gulungan perkamen yang menceritakan tentang satu-satunya wanita dalam suku itu yang mampu mengendalikan angin. Ketika sebuah gelombang laut yang besar datang dan hendak menghancurkan peradaban suku itu, wanita itu maju dengan penuh keberanian ke depan gelombang itu. Dengan kemampuannya mengendalikan angin, wanita itu kemudian membuat pelindung dari angin dan menghadang gelombang itu. 

BAB 3 BERKAH DARI METEOR JATUH

Berkat Ethan, Dylan yang sempat melupakan pengalaman menariknya itu kemudian mengingatnya kembali dalam waktu singkat. Dylan juga mengingat jika dalam perkamen itu tertulis jika kemampuan milik wanita itu tidak menurun kepada keturunannya. Kemampuan itu akan datang kepada seseorang yang membutuhkannya. Bagi suku itu, pemilik kemampuan pengendali angin adalah seorang mesiah-penyelamat.

“Karena itukah mung-“ 

Dylan belum sempat menyelesaikan kalimatnya namun sudah mendapatkan balasan dari Ethan dengan anggukan kepalanya. 

“Kau benar, Dylan. Tidak heran aku menyebutnya sebagai penyelamat. Gadis itu akan menghentikan perang ketiga dan gambaran neraka dunia yang kita lihat ini, Dylan.” 

“Tapi bukankah kau bilang jika kita membawanya kemari, gadis itu mungkin akan berada dalam bahaya, Ethan?” tanya Dylan tidak mengerti. “Aku masih tidak mengerti.”

“Karena itu. . . aku harus segera menemukannya dan melatihnya Dylan. Sebagai jenderal dari Aliansi Ingmar dan telah menjalani peperangan secara nyata, aku pasti akan melatih gadis itu dengan baik hingga gadis itu tidak akan menemukan bahaya di jalannya ketika menyelamatkan dunia ini.” 

Begitulah harapan dari Ethan tentang sosok gadis yang mungkin akan jadi penyelamat dunia. Tapi kenyataan yang ada tidaklah semudah harapan. Selalu begitu. 

Setelah melihat beberapa orang yang ditemukan oleh Dylan dan pasukan khusus yang diutusnya, Ethan melihat tidak ada satu pun gadis dalam kumpulan orang itu. Orang-orang yang ditemukan oleh Dylan dan pasukan khususnya, semuanya adalah pria. Pencarian secara rahasia kemudian dikerahkan untuk menemukan sosok gadis yang akan menjadi penyelamat dunia. Sayangnya rahasia itu tidak bisa bertahan lama karena pecahan meteor itu terjatuh dan menyebar di seluruh belahan bumi.

“Ethan!” teriak Dylan yang berlari dengan jas lab putihnya dengan membawa tablet di tangannya. 

Ethan menatap Dylan yang selama ini selalu bersikap tenang dan menolak untuk berlari karena dianggap membuang-buang tenaganya secara percuma. Dan kali ini melihat Dylan berlari, Ethan benar-benar terkejut dan tidak percaya. 

“Dylan, kau berlari???” ujar Ethan membulatkan matanya tidak percaya. 

“Di saat seperti ini kau justru terkejut denganku yang terpaksa harus berlari?” tanya balik Dylan yang menghentikan larinya ketika tiba tepat di depan Ethan. 

“Tentu saja, aku terkejut!” balas Ethan yang masih memasang ekspresi terkejut. “Kau berlari itu seperti sebuah keajaiban. Bahkan ketika berada di situs kuno yang nyaris runtuh lima tahun yang lalu, aku harus menggendongmu karena kau menolak untuk berlari.” 

Dylan menggelengkan kepalanya karena tidak percaya dengan ucapan Ethan sembari menyodorkan tablet yang dibawanya dan memutar video yang baru saja diterimanya dari pasukan depan yang sedang berperang. “Kau tidak akan terkejut melihatku berlari jika melihat ini. Lihatlah ini, Ethan!” 

Video yang berputar itu kemudian memutar pemandangan di salah satu garis depan perang di mana Aliansi Ingmar dan Aliansi Arael sedang berlangsung. Awalnya.. . jalannya peperangan dikuasai oleh Aliansi Ingmar berkat Dylan dan Ethan yang menemukan beberapa orang yang memiliki kemampuan khusus dan membuat mereka bekerja dari belakang layar untuk membantu kemenangan berjalan ke dalam genggaman Aliansi Ingmar. Namun setelah memastikan kemenangan dan pasukan khusus kembali ke markas di mana Ethan dan Dylan berada, kemenangan yang sudah mulai berjalan ke Aliansi Ingmar itu bergerak menjauh ketika seseorang muncul di Aliansi Arael dan mengubah akhir dari perang itu. 

Brrrrr. . . Video yang memutar jalannya perang bergetar ketika seseorang jatuh dari langit dan membuat guncangan di sekitar lokasi perang. 

“Apa yang terjadi?” ujar Ethan bingung ketika melihat gambar dalam video yang bergetar dan memperlihatkan seseorang jatuh dari langit. “Apakah itu. . . orang yang jatuh dari langit??” 

“Tunggu dan lihatlah! Setelah ini kau akan mengerti kenapa aku yang tidak pernah berlari sepanjang hidupku, akhirnya berlari hanya untuk menunjukkan hal ini padamu, Ethan.” 

Setelah sempat memperlihatkan gambar yang tidak jelas dan bergetar, video itu kemudian bergerak dan perlahan memperlihatkan gambar yang jelas. 

“Apa yang terjadi?” 

“Apa yang baru saja jatuh dari langit?” 

Dari dalam video, Ethan dapat dengan jelas mendengar suara-suara prajurit perang yang juga sama terkejutnya dengan dirinya beberapa saat yang lalu karena merasa melihat seseorang jatuh dari langit dan menghentikan jalannya peperangan selama beberapa saat. 

Dari dalam hamburan tanah yang terbawa angin, seseorang muncul di depan pasukan Aliansi Ingmar tanpa membawa satu pun senjata di tangannya. Sosok pria itu kemudian maju dengan wajah garangnya dan mata tajam yang sama sekali tidak menunjukkan ketakutan dan justru memberikan ketakutan bagi orang-orang yang melihatnya.  

“Perkenalkan aku Knight One dari Aliansi Arael.” 

Melihat sosok pria yang jatuh dari langit dan memperkenalkan dirinya, untuk sejenak pasukan di garis depan Aliansi Ingmar mengira bahwa Aliansi Arael hendak membuat negosiasi di antara keduanya.

“Mungkinkah kau muncul untuk membuat kesepakatan?” tanya salah satu orang pasukan Aliansi Ingmar di garis depan. 

Dari luar video, Ethan yang masih menonton pemutaran video bersama dengan Dylan kemudian melihat senyuman dari Knight One sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan pasukan itu. Ethan menangkap senyuman Knight One itu dan langsung menyadari bahwa senyuman itu memiliki arti yang buruk. 

Knight One mengangkat tangan kanannya ke atas dan tidak lama kemudian menghantamkan tangan kanannya sekuat tenaga ke permukaan tanah di depannya.

Krek. . . krek . . 

Dari bekas hantaman tangan Knight One, muncul retakan di permukaan tanah yang semakin lama semakin membesar dan bergerak ke arah pasukan Aliansi Ingmar yang berada di jarak seratus meter dari Knight One. 

Krek. . . krek. . . 

Suara retakan tanah yang terus bergerak perlahan berubah menjadi tanah longsor, tepat di bawah kaki pasukan dari Aliansi Ingmar. Teriakan-teriakan ketakutan dari pasukan Aliansi Ingmar terdengar mengerikan sebelum pemegang kamera dalam video itu akhirnya terjatuh ke dalam tanah longsor dan gambar berubah menjadi gelap. 

“I-itu. . .” ujar Ethan tergagap. “Mu-mungkinkah pria bernama Knight One itu adalah orang yang memiliki kemampuan yang sama denganku dan sepuluh orang yang kamu temukan, Dylan??” 

Dylan menganggukkan kepalanya dengan tatapan sedih. “Karena inilah aku berlari dengan cepat, Ethan. Ini adalah rekaman yang ditemukan oleh pasukan delta ketika kehilangan kontak dengan pasukan echo. Mereka tidak percaya seluruh pasukan echo menghilang tanpa jejak hingga mereka menemukan sebuah tangan yang tertutup oleh tanah. Pasukan delta yang merasa ada sesuatu yang tidak beres kemudian mulai menggali tanah dan betapa terkejutnya ketika mereka menemukan seluruh pasukan echo terkubur 10 meter di dalam tanah.” 

“Itu artinya pasukan musuh juga mengetahui kekuatan dari pecahan meteor God’s Blessing dan mereka menemukan seseorang yang memiliki kemampuan daya hancur yang cukup dahsyat??” 

Dylan menganggukkan kepalanya. “Sekarang. . . kita tidak punya banyak waktu, Ethan. Tidak lama lagi, Aliansi Arael pasti juga akan mengetahui bahwa sebenarnya kita juga memiliki orang-orang yang mampu menggunakan kemampuan khususnya karena pecahan meteor God’s Blessing. Jika mereka menemukan orang-orang kita yang selama ini bekerja di balik layar, mereka pasti akan mengincar orang-orang itu lebih dulu jika ingin menjatuhkan Aliansi Ingmar.” 

Ethan memandang tablet yang memperlihatkan video kekalahan pertama Aliansi Ingmar. Beberapa kali, Ethan memutar kembali video di menit-menit kedatangan Knight One dan kehancuran yang dibuat oleh Knight One. Menyadari daya hancur yang dibawa Knight One berbahaya, Ethan yang menyadari kekurangan dari orang-orang istimewa di Aliansi kini mulai mengkhawatirkan keselamatan mereka. 

“Kau benar, Dylan. Dalam kumpulan orang-orang yang kamu bawa, hanya ada satu dua orang yang mungkin bisa menahan kekuatan Knight One. Tapi jika Knight One menemukan orang dengan kemampuan yang lemah lebih dulu, maka sudah dipastikan orang-orang itu pasti akan mati di tangan Knight One.” 

“Karena itu Ethan, kita harus menemukan gadis itu secepatnya! Jika ucapanmu benar bahwa gadis itu adalah penyelamat dunia maka sebelum kehancuran lebih parah terjadi, kita harus segera menemukannya.” 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!