Sinar mentari pagi menyinari sebuah ruangan tempat seorang wanita dari keluarga Aswani,
"Mengejang ya Bu, mengejang. Jangan sampai berhenti!!" seru seorang dokter wanita yang meminta seorang wanita untuk mengejang saat melahirkan.
"Kenapa lama sekali dokter?!" seru si wanita.
"Ambil nafas, buang, ambil nafas, buang!!" seru bu dokter.
Di luar ruangan seorang pria berdiri mondar-mandir menunggu sang istri yang akan melahirkan, namanya adalah Bayu aswani dan kakek dari bayi yang akan lahir bernama kakek Handoko Aswani.
"Ayah, Kenapa istriku belum keluar juga." ucap pak Bayu.
"Mungkin istrimu lagi makan bakso di dalam." jawab kakek Handoko kepada putranya.
"Ayah ini bagaimana sih, di saat genting seperti ini kok malah bercanda." gerutu Pak Bayu.
"Kau yang seharusnya berpikir secara normal, istrimu di dalam itu lagi melahirkan. kamu malah bertanya Istriku lagi ngapain di dalam." jawab kakek Handoko yang sedikit kesal dengan Sang putra. padahal kalau dibilang dulu kakek Handoko kelakuannya lebih menyebalkan saat istrinya melahirkan Sang putra.
"Berapa lama lagi ya Ayah?" tanya Pak Bayu.
"Satu tahun lagi." jawab kakek Handoko.
"Ayah ini gimana sih, Kok jawabnya ngelantur terus!" seru Pak Bayu yang sedikit kesal.
"Kamu tuh yang ngelantur, orang melahirkan itu ya ditunggu aja. kamu bertanya berapa jam kamu kira Ayah yang akan melahirkan." jawab kesal kakek Handoko kepada putranya.
"Ayah ini benar-benar sangat menyebalkan, tambah tua tambah menyebalkan." ucap pak Bayu.
"Ya kamu itu yang menyebalkan, jadi anak kok dari lahir sampai sekarang menyebalkan. Untung aja kecil itu kamu Aku sayang, besar aku sekolah kan sekarang memberi Aku cucu. Coba kalau aku tidak baik hati padamu pasti kamu akan aku gadaikan di rumah sakit." jawab kakek Handoko yang membuat Pak Bayu mengelus dadanya.
"Ada ayah kok sableng gini..," ucap pak Bayu.
"Ada anak kok senewen." balas kakek Handoko yang terus membuat putranya semakin kesal.
Entah berapa jam lamanya, terlihat Pak Bayu dan kakek Handoko terus mondar-mandir seperti seorang pria yang mencari sesuatu atau mereka berdua sedang kesurupan.
"Kok lama banget sih." ucap pak Bayu.
"Diem, dari tadi kok ngomel terus. mending kamu gantiin istrimu di dalam sana, kamu yang lahirin biar tahu rasanya. jadi pria kok cerewet banget." gerutu kakek Handoko yang membuat Pak Bayu langsung terdiam. mau melawan ayahnya pun dia tidak akan mampu, ayahnya itu semakin tua semakin menyebalkan bahkan sulit untuk dilawan.
"Ya Allah.., kenapa dulu Ibu mempunyai suami seperti ini, seperti orang yang baru keluar dari rumah sakit jiwa." gerutu Pak Bayu.
"Kalau ayahmu ini gila berarti kamu itu anak orang gila, pantes aja kamu itu mondar-mandir tak jelas." jawab kakek Handoko yang membuat Pak Bayu langsung terdiam 1000 bahasa. dia melawan kakek tua super duper menyebalkan itu.
Tak berselang lama terdengar suara adzan dari salah satu ruangan yang ada di rumah sakit, Pak Bayu yang mendengar suara itu, dia langsung berdoa kepada sang pencipta untuk keselamatan sang istri dan anaknya.
OEKKK...
OEKKK..
Sekitar beberapa menit kemudian terdengar suara tangisan yang keluar dari ruangan itu, tangus bayi yang terdengar begitu keras. seketika Pak Bayu menatap ayahnya, berteriak sekencang mungkin saat mendengar suara bayi yang berasal dari ruang persalinan sang istri.
"Ayah sudah lahir, Ayah!!" teriak Pak Bayu.
"Benar sudah lahir, Itu anakmu laki atau perempuan?" tanya kakek Handoko.
"Nggak tahu ayah, dokternya aja belum keluar." jawab Pak Bayu.
Beberapa menit kemudian seorang dokter wanita keluar dengan membawa seorang bayi mungil yang begitu cantik.
"Tolong di azani ya pak." pinta bu dokter.
Pak Bayu langsung mengumandangkan adzan di telinga gadis kecilnya itu, Sedangkan kakek Handoko terus bersyukur atas keselamatan cucu yang begitu dia idam-idamkan dari Putra sulungnya itu.
Setelah keluar dari ruangannya terlihat istri Pak Bayu tersenyum kepada suami dan mertuanya. Dia memberikan Dua jempol kepada dua pria yang sedang menggendong bayinya, senyum terus terukir di wajah kakek Handoko. pria itu berjanji akan memberikan yang terbaik bagi cucunya, Putra keduanya tidak bisa mempunyai anak. sedangkan Putra ketiganya sudah tiada karena kecelakaan bersama anak serta istrinya.
** 10 tahun kemudian **
PRANKKK...
suara kaca yang pecah karena dilempar sesuatu oleh seseorang.
"Tuan, nona anggun memecahkan pintu kaca rumah bagian belakang." ucap salah satu pembantu.
"Biarkan saja, belikan saja yang baru." jawab kakek Handoko.
Lima tahun setelah melahirkan Anggun, sebuah cobaan menimpa kakek Handoko. Putra sulungnya Bersama sang istri mengalami kecelakaan dan hilang sampai sekarang, kakek Handoko berusaha mencari putranya itu namun tidak ada kabar hingga lima tahun lamanya.
"Anggun, Apa yang sedang kamu lakukan. apa kamu main sepak bola lagi?" tanya kakek Handoko kepada cucunya.
"Iya kek, tadi aku latihan sepak bola. habis kalau di sekolah mereka selalu mengolok-olok aku, Katanya aku anak sial yang menyebabkan ibu dan ayahku meninggal." jawab Anggun.
"Siapa yang bilang gitu, cepat bilang sama kakek. biar aku pelintir mereka." ucap kakek Handoko.
"Nggak usah kek, mereka adalah bagian Anggun, Biar Anggun yang memberi mereka pelajaran. Siapa suruh mereka mengejek Anggun, lihat saja Anggun akan memberikan kartu merah di dahi mereka." jawab Anggun sembari tersenyum kepada kakeknya.
Kakek Handoko hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Cucuku itu pasti salah nama ya, harusnya dia bukan bernama Anggun. harusnya dia bernama Angga, toh fisiknya aja yang perempuan tapi kelakuannya itu barbar kayak preman laki-laki." ucap kakek Handoko yang menggelengkan kepalanya.
Tak masalah bagi pria tua itu dengan semua kelakuan cucunya, yang terpenting adalah kakek Handoko harus membesarkan Anggun dengan semua yang bisa dia berikan.
Sesaat kemudian ponsel kakek Handoko berbunyi, pria itu menatap ponselnya. terpampang di sana sebuah nama yang bertuliskan Wiryawan.
TUT..
kakek Handoko mengangkat ponselnya. "Ngapain pria gendut ini telepon-telepon, Apa dia mau ngajak aku berantem." ucap kakek Handoko yang kemudian mengangkat telepon dari sahabatnya yang bernama Wiryawan.
"Ada apa lu telepon-telepon!!" seru kakek Handoko.
"Bicaramu itu kayak ABG aja, pakai loe loe." jawab kakek Wiryawan.
"Lagian ngapain sih telepon-telepon, aku sibuk tahu!!" seru kakek Handoko.
"Di rumah nggak?" tanya kakek Wiryawan.
"Ada." jawab kakek Handoko.
"Aku mau main ke rumahmu, kalau nggak boleh bakal aku ledakan rumahmu itu." ucap kakek Wiryawan yang membuat kakek Handoko tertawa terbahak-bahak.
"Kamu Mau ngebom rumahku, rumahmu dulu yang akan aku bor bagian bawahnya biar tenggelam ke dasar bumi." jawab kakek Handoko yang memang pria itu selalu suka bercanda dan pria tua itu seperti pelawak.
"Aku nanti mau pulang ke rumahmu, aku mau menginap di sana. Aku baru pulang dari Dubai." ucap kakek Wiryawan yang kemudian mematikan ponselnya.
"Buset ini pria tua, kok maksa banget ya. main telepon bilangnya mau nginep, Dia kira rumahku ini hotel apa." gerutu kakek Handoko yang kemudian meminum teh yang barusan diantar oleh salah satu pelayannya.
** bersambung **
mohon dukungannya di novel baruku, dan jangan lupa dukung novelku yang lain.
- Black Rose
- Mommy
- Mantan terindah
- Suami keduaku cinta pertamaku
- Dewa perang dan Ratu sihir
- Permaisuri sang kaisar
- ijinkan aku bahagia bersamamu
- jangan sakiti aku
- pembalasan dendam Dahlia
- Permaisuri kesayangan kaisar
- my little wife
** Pengenalan tokoh **
ANGGUN ASWANI
Gadis muda belia, kelakuannya seperti seorang pria, mudah dan pandai. di usianya yang masih 17 tahun tapi sudah menjadi mahasiswi.
DAMIAN WIRYAWAN
galak, angkuh dan sangat keras kepala. tidak ada satu keputusannya yang bisa di tentang oleh siapapun.
MARTA
angkuh, pesolek, sok kaya padahal dia hanyalah seorang wanita yang suka mengerogoti kekayaan para Pria.
WIRYAWAN
kakek dari Damian, teman sejati dari kakek Handoko aswani.
HANDOKO ASWANI
kakek dari Anggun, pria tua yang kaya yang humoris.
**""****
TOK...
tok..
Seorang tamu sudah datang ke tempat kakek Handoko.
"Hallo Handoko!!" seru kakek Wiryawan yang sudah berada di tempat kakek Handoko.
"Apa yang kau lakukan di tempatku?" tanya kakek Handoko yang terlihat begitu tidak menyukai sahabatnya yang berkunjung ke rumahnya.
"Kenapa Wajahmu seperti itu, tidak suka ya aku ke sini?" tanya kakek Wiryawan kepada kakek Handoko.
"Males banget aku melihat wajahmu." ucap kakek Handoko.
"Kalau nggak terpaksa sih aku nggak mungkin aku ke rumahmu, curut tua." jawab kakek Wiryawan.
"Dasar kodok belang, berani sekali kau mengatakan hal itu. perutmu itu seperti kodok buncit yang mau melahirkan, berani sekali kau mengatakan kalau aku ini curut. Kau kira kau tidak persis dengan tokek buntung?" ucap kakek Handoko yang membuat kakek Wiryawan nampak tersenyum.
"Sudah berapa tahun aku tidak bertemu denganmu, Handoko?" tanya kakek Wiryawan.
"Mungkin satu abad."jawab kakek Handoko.
"Pantesan kalau begitu, kalau se abat berarti kau ini adalah mayat hidup yang jalan-jalan dong." ucap kakek Wiryawan yang membuat kakek Handoko memukul pundak sahabatnya itu.
"Kamu mau menginap di sini Berapa hari, kalau lama kau harus membayar sewa kamarnya!" seru kakek Handoko yang membuat kakek Wiryawan menganggukkan kepalanya.
"Yang aku dengar kau mempunyai cucu perempuan ya?" tanya kakek Wiryawan.
"Memang nya Kau mau apa?" tanya kakek Handoko kepada kakek Wiryawan.
"Bagaimana kalau cucumu itu kau jodohkan dengan Putraku?" tanya kakek Wiryawan yang membuat kakek Handoko menatap pria yang ada di depannya itu.
"Putramu yang mana? yang aku tahu kau itu mempunyai dua putra, yang sudah menikah satu. Lalu kau mau menikahkan cucuku dengan siapa?" tanya kakek Handoko yang sedikit penasaran.
"Tentu saja dengan Putra keduaku, siapa lagi." jawab kakek Wiryawan.
"Kau gila ya, cucumu itu eh..., putramu itu sudah tua ngapain juga kau mau jodohkan dengan cucuku yang masih muda seperti cendol kinyis-kinyis yang ada di supermarket." jawab kakek Handoko yang membuat kakek Wiryawan tersenyum.
"Handoko, Handoko. kamu ini kayak komedian, kamu masih sama seperti ini, Lalu bagaimana dengan cucumu itu? apakah cucumu itu mengikuti kelakuanmu?" tanya kakek Wiryawan kepada kakek Handoko.
"Tentu saja, sebentar lagi cucuku itu akan pulang. nanti kau akan tahu seperti apa dia." jawab kakek Handoko yang akan memberikan pelajaran kepada kakek Wiryawan.
** Tiga jam kemudian **
"Bik!" seru Anggun yang memanggil salah satu pembantu yang ada di rumahnya.
"Ada apa Anggun, Kenapa teriak-teriak?" tanya Bi Surti kepada Anggun.
"Nanti tolong bibi buatkan aku sup hangat. Aku capek tadi habis main bola." jawab Anggun.
"Ya Allah ndok,ndok. kamu ini lho perempuan kok malah main sepak bola, nggak ada permainan lain apa. kalau kecil-kecil udah main sepak bola, gedenya mau apa? apa Kamu ini nggak mau jadi wanita cantik berjalan gemulai gitu?" tanya Bi Surti.
"Apaan sih Bi, nggak usah bilang kayak gitu deh. males aku." jawab Anggun yang sudah memakai pakaian pria dengan rambut yang diikat ke atas.
Langkah kaki Anggun memasuki ruang tamu, terlihat di sana ada seorang pria seumuran dengan kakeknya.
"Assalamualaikum!!" seru Anggun saat melihat seorang pria berada di ruang tamu.
"Waalaikumsalam." jawab kakek Handoko yang baru keluar dari salah satu ruangan yang ada di lantai 1.
"Habis dari mana?" tanya kakek Handoko.
"Main bola." jawab Anggun.
Tatapan mata kakek Wiryawan menatap seorang pemuda yang wajahnya terlihat begitu cantik dengan pakaian yang sedikit kotor.
"Siapa pria ini kek, kok kayak hantu aja dikasih salam enggak dijawab." ucap Anggun yang membuat kakek Wiryawan langsung tersentil.
"Waalaikumsalam." jawab kakek Wiryawan.
"Telat banget sih." jawab Anggun.
Terlihat kakek Wiryawan menatap seorang bocah laki-laki yang sedang berbicara dengannya.
"Siapa dia, Handoko?" tanya kakek Wiryawan kepada kakek Handoko.
"Tadi kau mencari siapa?" tanya kakek Handoko yang membuat kakek Wiryawan sangat terkejut.
"Dia cucumu?" tanya kakek Wiryawan yang membuat kakek Handoko sangat terkejut.
"Kau bilang kau mempunyai cucu perempuan, tapi kenapa dia laki-laki?!" seru kakek Wiryawan yang terkejut dengan bocah laki-laki yang ada di depannya.
"Lihat baik-baik, matamu itu senewen apa. gadis kinyis-kinyis seperti dia kok malah dibilang bocah laki-laki, matamu itu rabun apa." jawab kakek Handoko yang membuat kakek Wiryawan hanya terdiam bagaikan patung.
Hari itu menjadi hari yang benar-benar akan membuat mata kakek Handoko dan kakek Wiryawan terbuka, mereka berdua menyepakati acara perjodohan itu. saat Anggun berusia 17 atau 18 tahun Kakek Wiryawan akan mengambil Anggun menjadi menantunya.
Tentu saja kakek Handoko menyepakatinya, sedangkan Anggun tidak pernah tahu menahu mengenai hal itu. yang dia tahu adalah hidupnya harus berjalan tanpa ada hambatan yang berusaha untuk menghentikannya.
** Tujuh tahun kemudian **
"Lari!!!" seru Anggun.
Terlihat gadis itu menghindari beberapa preman yang berusaha untuk mengambil uang mereka. Anggun dan beberapa temannya tentu saja langsung melarikan diri, mungkin bagi Anggun Gadis itu bisa membela dirinya. tapi untuk dua sahabatnya itu tidak akan bisa terjadi.
"Apa yang harus kita lakukan, Anggun?!" seru Laras.
"Lari, Ngapain lagi. jawab Anggun.
"Lalu apalagi?" tanya Laras kembali.
"Ya lari Terus, ngapain lagi." jawab Anggun yang terlihat menarik Laras untuk meninggalkan para preman itu.
"Di mana Farida?" tanya Laras kepada Anggun.
"Dia sudah ngumpet, biarin aja aku akan mencari tempat untuk menghajar para pria itu, jika sudah ketemu tempatnya kau cari bantuan mengerti." bentak Anggun yang membuat Laras menganggukkan kepalanya.
"Kenapa sih kau selalu saja mencari masalah, Anggun!!" seru Laras sambil berlari.
"Salah mereka sendiri yang mencari masalah denganku, bukan aku yang salah kan." jawab Anggun yang terlihat begitu santai. wanita itu tidak pernah takut sama sekali, kehidupannya menjadi cucu dari orang kaya tidak pernah dia gunakan, dia selalu hidupnya sederhana.
"Di sana ada tempat untuk bersembunyi, kau bersembunyilah di sana. Aku akan memberi mereka pelajaran yang tidak akan dapat mereka lupakan!!" seru Anggun.
"Kau itu wanita, tapi sukanya berantem terus sih, Anggun!!" seru Laras.
"Apa kamu mau diperlakukan tidak senono sama mereka?" tanya Anggun yang membuat Laras menggelengkan kepalanya.
"Jangan banyak bicara, mulutmu yang panjang itu diam dan lakukan apa yang Aku perintahkan." ucap Anggun yang kemudian meminta Laras untuk bersembunyi di suatu tempat. sedangkan Anggun nampak wanita itu langsung menghentikan langkahnya, dia menatap beberapa pria yang selalu mengambil uang para wanita yang sedang berada di sekitar taman.
"Hahaha..,akhirnya kau terpojok juga ya!!" seru para preman.
"Seharusnya aku yang mengatakan hal itu, hahaha kalian para gorila jelek. kalian ini dasar gorila belang!!" seru Anggun.
** bersambung **
mohon dukungannya di novel baruku, dan jangan lupa dukung novelku yang lain.
- Black Rose
- Mommy
- Mantan terindah
- Suami keduaku cinta pertamaku
- Dewa perang dan Ratu sihir
- Permaisuri sang kaisar
- ijinkan aku bahagia bersamamu
- jangan sakiti aku
- pembalasan dendam Dahlia
- Permaisuri kesayangan kaisar
- my little wife
"Kalian mau apa?!" seru Anggun.
Tentu saja kami akan melakukan sesuatu kepadamu.
"Berani sekali kau menantang kami!" seru para preman yang terlihat sudah mulai mendekati Anggun. gadis muda itu langsung menggerakkan tubuhnya, dia menatap beberapa pria yang sedang berada di depannya.
"Maju kalian, Aku ingin tahu apa yang akan kalian lakukan kepadaku?!" seru Anggun. terlihat gadis muda itu menantang para preman yang mengejarnya.
"Dasar gadis ingusan!!" seru seorang pria.
"Biar ingusan begini kalau menghajarmu pasti bisa." jawab Anggun.
"Benarkah, kalau begitu aku ingin tahu apakah kau benar-benar bisa menghajar kami!" seru para preman.
Terlihat Anggun mulai tersenyum, gadis itu memelintir pakaiannya, kemudian meletakkan tas yang dari tadi dia tenteng.
"Hyaaa!!!" seru Anggun.
DUKK...
BUKKK...
ZDAKK...
BRAKKK..
BRAKKK...
berapa pukulan langsung di berikan oleh Anggun, gadis muda itu bergerak begitu lincah. menendang para preman di dada, dahi, dagu bahkan perut mereka dengan tendangan yang begitu keras.
"Kurang ajar!!" seru seorang preman.
"Memangnya kenapa aku tidak boleh menghajar kalian, tuh buktinya aku bisa membuat wajah kalian seperti onde-onde yang habis keluar dari penggorengan." ucap Anggun sambil menunjuk satu persatu para preman yang wajahnya sudah dipenuhi memar bulat dari pukulan tangan Anggun. Gadis ini perlu diberi pelajaran seru para preman.
"Coba saja." Jawab Anggun yang kemudian mulai memutar tubuhnya dan mengarahkan kakinya untuk menendang wajah salah seorang preman.
Ketika perkelahian itu terjadi tiba-tiba Sebuah mobil mewah melintas di tempat Anggun berkelahi, tentu saja mobil yang melintas di tempat itu seketika menabrak salah satu preman yang dihajar oleh Anggun.
BRAKKK...
CITTT...
seketika mobil berhenti saat ada mobil yang melintas dan menabrak salah seorang preman.
"Tuan, Maaf mobilnya menabrak seseorang." ucap seorang pria yang sedang menyetir di dalam mobil.
"Bagaimana bisa kau menabrak orang, Memangnya kau tidak melihat jalan." jawab si pria.
"Pria itu tiba-tiba keluar dari sebuah tempat, Tuan." jawab si sopir.
"Bereskan masalah ini." perintah si pria yang membuat si supir langsung keluar dari dalam mobil.
Saat si supir keluar dari mobil tentu saja dia langsung disuguhkan dengan sebuah pemandangan yang ada di jalan kecil yang ada di jalan raya yang tidak terlalu besar itu.
"Kalian itu ya...,Dasar brengsek. berani sekali mengganggu para wanita!!" seru Anggun yang terlihat melawan beberapa preman itu.
Terlihat Anggun sedikit mengalami kesulitan karena dia di tangkap oleh salah seorang preman.
"Apa yang kalian lakukan!!" teriak si sopir yang melihat kalau ada seorang wanita yang dikeroyok oleh beberapa pria.
"Jangan ikut campur!!" teriak para preman.
Seorang preman yang tidak sengaja tertabrak mobil itu langsung berdiri, dia menatap Sebuah mobil mewah yang sudah menabraknya.
"Ini mangsa besar." ucap seorang preman yang kemudian mendekati mobil mewah itu dan berharap bisa merampok mobil tersebut. dia tidak tahu kalau di dalam mobil itu masih ada seorang pria, si preman membuka pintu mobilnya. mencari sesuatu untuk diambil dari dalam mobil itu.
"Letakkan barang-barang itu!!" seru si pria yang ada di dalam mobil itu.
"Si preman menoleh menatap seorang pria yang berada di dalam mobil. "Kau mau apa jika aku tidak meletakkannya?!" seru si preman.
Seketika si pria langsung menghela nafasnya, meletakkan jas yang menempel di tubuhnya kemudian membuka kancing lengan bajunya.
"Aku tidak suka jangan seseorang yang bersikap sepertimu." ucap si pria yang kemudian langsung menendang salah satu preman yang hendak mengambil barang di dalam mobilnya.
BRAKK..
"Dasar kalian itu sampah masyarakat." ucap si pria.
"Muchtar, Ayo segera kembali ke perusahaan!!" seru si pria.
"Baik Tuan Damian, tapi saya ingin menolong seseorang dulu." jawab Muchtar.
"Memangnya ada apa?" tanya Damian kepada Muchtar.
"Ada seorang gadis yang dikeroyok para preman itu." jawab Muchtar.
Langkah kaki Muchtar terlihat mendekati Anggun yang mencoba untuk melawan beberapa preman itu, tatapan mata Anggun terkunci pada salah satu preman yang hendak mendekatinya dan seketika....,
ZDAKK...
BUKKK...
BRAKKK...
"Aku sudah bilang Kan kalau kalian tidak akan bisa melawanku, kalian kira kalian itu para pria hebat!!" seru Anggun.
Terlihat Anggun membungkukkan tubuhnya, menatap salah satu balok kayu yang ada di sekitar tempat itu.
"Kalian mau tahu apa rasanya jika kalian ku jadikan dendeng lalu ku jemur?!" seru Anggun yang kemudian mengambil balok kayu itu. tentu saja balok kayu itu akan digunakan Anggun untuk memukuli para preman.
"Hyaaa!!!" seru Anggun.
BRAKKK...
BUKKK...
BUKKK..
dengan liarnya Anggun langsung memukuli para preman itu, tentu saja tiga preman itu tidak mampu berdiri karena mereka sudah mendapatkan pukulan demi pukulan dari gadis muda yang ada di hadapan mereka.
"Dasar kalian itu sampah." ucap Anggun yang kemudian melempar balok kayu itu.
Muchtar yang melihat kejadian itu tentu saja pria itu sangat terkejut, gadis sekecil itu bisa melawan 3 pria sekaligus. tiga pria dengan badan yang lumayan besar.
"Kau tidak apa-apa, Nona?!" seru Muchtar saat melihat Anggun baik-baik saja.
"Tentu saja Paman, memangnya Paman tidak lihat kalau aku baik-baik saja." jawab Anggun sambil tersenyum.
Langkah kaki Damian nampak mendekati Muchtar yang sedang berbicara dengan seseorang, terlihat di sana supirnya itu sedang berbicara dengan seorang gadis muda yang memakai pakaian sederhana.
"Muchtar, kita segera kembali!!" seru Damian.
"Baik Tuan." jawab Muchtar.
Langkah kaki Anggun berjalan keluar dari jalan sempit itu, tatapan matanya menatap seorang pria berpakaian kemeja putih dengan raut wajah yang begitu dingin juga tatapan mata yang begitu dingin.
"Siapa dia Paman?" tanya Anggun kepada Muchtar.
"Dia adalah Bos saya." jawab Muchtar.
"Kenapa, memangnya kamu ad apa, kau kagum padaku? Maaf aku tidak menyukai anak kecil sepertimu." jawab Damian.
Seketika Anggun tersenyum, gadis muda itu menatap pria yang mungkin seumuran dengan guru yang ada di sekolahnya dulu.
"Maaf ya paman, Om. aku juga tidak berselera dengan pria tua sepertimu lagi, pula masih ada banyak pemuda gagah tampan dan menawan." jawab Anggun yang kemudian pergi meninggalkan Damian dan Muchtar.
Tatapan mata Muchtar menatap bosnya, Baru kali ini ada seorang wanita yang menghina bosnya dengan kata-kata yang begitu polos.
"Sikap Apa itu Muchtar, berani sekali bocah kecil itu menghinaku." ucap Damian sembari membenarkan pakaiannya.
"Mungkin matanya sedang sakit, tuan." jawab Muchtar.
"Mungkin bocah kecil itu butuh kacamata untuk melihat sesuatu yang indah." ucap Damian yang kemudian meminta Muchtar untuk segera kembali ke perusahaan.
Langkah kaki Anggun kembali melanjutkan perjalanannya, dia harus segera kembali ke tempat yang harus dia tujuh. ke salah satu restoran cepat saji tempat dia bekerja paruh waktu.
** bersambung **
mohon dukungannya di novel baruku, dan jangan lupa dukung novelku yang lain.
- Black Rose
- Mommy
- Mantan terindah
- Suami keduaku cinta pertamaku
- Dewa perang dan Ratu sihir
- Permaisuri sang kaisar
- ijinkan aku bahagia bersamamu
- jangan sakiti aku
- pembalasan dendam Dahlia
- Permaisuri kesayangan kaisar
- my little wife
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!