Aisha Alifa,gadis berusia 22 tahun yang tengah mencari lowongan pekerjaan di berbagai tempat ini tengah berjalan gontai.Ada rasa lelah,frustasi,kecewa dan letih ini terus berjalan tanpa tujuan.
Itu semua bukan tanpa sebab,karena sudah beberapa hari ini dia terus mendatangi perusahaan maupun toko-toko yang sedang membuka lowongan.Namun,sayang ternyata tidak semudah itu untuk mendapatkan pekerjaan diera globalisasi ini.Dia,harus berjuang dengan ribuan bahkan jutaan orang untuk mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya.
"Oh malangnya nasibku".Alifa berjalan sambil merutuki nasibnya yang kurang baik.Dia kibas-kibaskan tangannya untuk mengipasi dirinya karena kegerahan.
"Ah mending aku istirahat aja dulu.Daripada jalan terus tanpa ada arah dan tujuan yang gak jelas". Akhirnya Alifa duduk bersandarkan pohon setelah melihat ada pohon yang ada di depannya untuk dia bisa beristirahat.
"Oh sejuknya,kayak yang gak ada beban banget yah hidup ku".Gumam Alifa di sela-sela menikmati angin sepoi-sepoi yang begitu menenangkan dan membawa kedamaian.
Sementara di lain tempat yang tidak terlalu jauh dari tempatnya Alifa beristirahat,ada seorang laki-laki muda,tampan dan berpakaian rapih yang terlihat frustasi karena dia harus menemukan sekertaris barunya yang sebelumnya sekretaris lamanya mengundurkan diri secara mendadak dan itu membuatseorang CEO muda harus mencari penggantinya.
"Kalina brengsek loh,dasar sekertaris gk tau di untung".Omel CEO muda itu yang bernama Deon.
"Ah tapi kenapa aku harus susah payah mencari sekertaris baru.Toh itu bisa diatur oleh mike".Deon seketika tersadar dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Yah, seharusnya itu adalah tugas Mike.Asistennya yang selalu setia menemani atasannya dan dengan secepat mungkin bisa menjalankan perintah dari tuannya.
Deo merogoh saku celananya untuk mencari handphone yang akan dia gunakan untuk menghubungi asistennya.
Di ketiknya nomer sang asisten dan menempelkan benda pipih itu dengan logo apel yang tak utuh karena bekas gigitan.
Tut..Tut..Tut..
Dering pada panggilan pertama tidak ada jawaban dari sang empunya.Hal itu membuat Deon semakin meradang.
Di cobanya lagi Deon untuk menghubungi sang asisten,yang semakin kesini di rasa sangat lelet dalam menjalankan perintahnya.Padahal dulu Mike, asistennya selalu cekatan dan benda pipih yang menjadi salah satu alat komunikasi itu tidak pernah lepas dari hidup Mike.
"Kemana aja kamu,sudah bosan kerja sama saya".Begitu panggilan sudah terhubung pada sang asisten,Deon yang tengah kesal dan kecewa langsung mengomel sang asisten.
Sedangkan yang mendapatkan Omelan tak menanggapi sedikit pun karena memang dia sudah terbiasa dengan sikap tuannya yang suka memerintah seenak jidatnya.
"Maaf,tuan saya tadi kebelet buang air.Jadinya gak denger tuan nelpon saya".Mike memberi alasan pada tuannya agar tuannya dapat mengerti dan memahami keadaan nya.
Deon berdecih dan tak habis pikir dengan kelakuan asistennya."Alasan saja kau".
"Tapi memang itu kenyataannya tuan".Mike tetap berusaha membela dirinya sendiri.
"Carikan aku sekertaris baru".Deon tidak menanggapi kalimat basa-basi dari asistennya itu dan langsung berbicara pada intinya.
"Baik tuan akan saya Carikan.Tuan mau saya Carikan sekertaris yang seperti apa?".
"Gak usah banyak nanya,yang penting Carikan sekertaris baru sekarang".Deon sengaja mengeraskan ucapannya agar sang asisten langsung menjalankan perintahnya dan langsung mematikan telponnya secara sepihak.
"Benar-benar menyusahkan".Deon memijat pelipisnya karena di hadapkan pada kelakuan sekertaris lamanya yang berhenti secara mendadak belum lagi asistennya yang dia rasa terlalu banyak alasan dan bertele-tele.
Alifa yang masih setia menikmati angin sepoi-sepoi tiba-tiba mendengar perutnya mengeluarkan bunyi.Cacing-cacing di dalam perut nya ternyata sudah melakukan demo agar sang empunya memberikan asupan nutrisi untuk mereka.
Krucut..Krucut.
"Ais,lapar sekali".Gumam Alifa seraya memegangi perutnya karena sudah merasa lapar.
Alifa menengok ke sekeliling untuk mencari tempat makan terdekat.
"Nah itu dia".Mata Alifa menangkap tempat makan yang tak jauh dari tempatnya beristirahat.
Alifa berjalan menghampiri tempat makan tersebut yang sepertinya menunya sangat menggugah selera karena banyak sekali pengunjung disana.
Begitu sampai,Alifa langsung membuka pintu untuk masuk ke tempat makan tujuannya yang di sinyalir tempat yang di maksud adalah restauran.
"Uuuh banyaknya yang datang kesini".Alifa mengeluhkan tempat dan kursi yang ternyata tak ada satupun yang kosong.
"Apa sebaiknya aku balik lagi yah".Alifa yang tidak mendapatkan kursi kosong pun pergi berjalan kearah pintu keluar.
Namun,sebelum dia melangkah untuk keluar.Dia memanggil pelayan yang ada di resto tersebut untuk memastikan kursi yang kosong.
"Maaf,mba apa ada kursi kosong lagi atau setidaknya ada tempat yang lain gitu".Alifa bertanya pada pelayan yang ada di dekatnya.
Pelayan itu tersenyum ramah".Maaf,memang tak ada tempat lainnya lagi dan memang kebetulan kursinya sudah penuh".
"Yah".Alifa menekuk wajahnya karena memang tak ada lagi kursi yang kosong padahal dia penasaran dengan citra masakan yang ada disana.Sehingga di padati oleh pengunjung.
Pelayan itu mengerti apa yang Alifa rasakan."Kalau mba mau makan disini bisa kok".
"Oh yah".Ada binar bahagia dalam raut wajah Alifa mengetahui kenyataan bahwa dia bisa makan di tempat.
Tapi,seketika wajahnya berubah muram tatkala mengingat bahwa tak ada lagi kursi yang kosong.
"Bagaimana bisa saya makan disini sedangkan kursinya sudah penuh semua?".Tanya Alifa yang tak tau dengan pemikiran sang pelayan.
Pelayan itu tidak langsung menjawab pertanyaan dari Alifa.Justru dia membawa Alifa pada sebuah meja yang hanya diisi oleh satu orang pria.
"Anda bisa duduk disini.Toh,bapak ini hanya sendirian".Si pelayan tanpa mau lagi berbasa-basi dengan Alifa langsung meninggalkan Alifa.
Alifa melongo,menatap kepergian pelayan yang menurutnya tak sopan karena menyuruh duduk dengan seorang pria.
Sedangkan,si pria hanya duduk mematung tanpa berkomentar sedikit pun.
Alifa yang memang sudah merasakan lapar dan pegal.Tanpa,meminta persetujuan dari sang pemilik meja tersebut menarik kursi yang ada di hadapannya untuk dia duduki yang kebetulan posisinya saling berhadap-hadapan dengan pria pemilik meja.
Deon yang merasa terusik dengan kelakuan wanita yang ada di hadapannya,angkat bicara."Apa itu cara kamu meminta izin pada sang tuan rumah?".Sentak Deon dengan tatapan tajamnya menghunus mata wanita yang ada di hadapannya.
"Yah memang begini".Alifa sungguh wanita yang menyebalkan bukannya meminta maaf,dia justru balik menantang.
"Kau,sungguh wanita yang tak tau malu dan tidak punya etika".Geram deon.
"Lah,kok kamu nyalahin saya?.Saya kan hanya menuruti kata pelayan dan memang ini tempat umum.Semua bisa makan dan duduk dimanapun asal meja itu kosong".
"Iya betul,tapi tetap harus ada izin dari si pemilik meja asal jangan asal duduk saja".Deon makin geram dengan jawaban dari Alifa yang semakin kurang ajar.
"Terus aku harus duduk dimana?,sedangkan aku mau makan disini".Alifa seketika itu pula melunakkan ucapannya demi mendapatkan jatah kursi.
Deon memutar bola matanya,jengah dengan kelakuan wanita yang ada di hadapannya.
Deon memilih pergi daripada harus berhadapan dengan wanita yang tidak tau malu dan tidak punya etika seperti Alifa.
Deon yang pertama baru bertemu dengan alifa,seketika langsung membencinya karena kelakuan Alifa sendiri.
"Sih, sombong amat".Alifa tanpa mau berkaca malah menjelekkan pria yang sudah meninggalkannya tanpa tau kelakuannya.
Deon berjalan,menjauh dari alifa.Wanita yang menurut nya sangatlah tidak punya sopan santun dan etika.
"Huh,gadis aneh,gak tau sopan santun.Orangnya aja pake hijab tapi kelakuan kayak hewan".Deon terus saja mengomel tentang kelakuan gadis yang tadi duduk di meja tempatnya makan.
"Amit-amit deh kalau nanti berjodoh sama dia".Lagi Deon menggerutu sambil menjelek-jelekkan Alifa.
Harinya terasa begitu soal,tatkala dia di hadapkan dengan masalah sekertaris nya yang keluar secara tiba-tiba,belum lagi asistennya yang bekerja sangat lelet di tambah kelakuan gadis yang tadi tak sengaja duduk bersamanya.
Deon berjalan menuju mobil BMW nya yang terparkir tak jauh dari resto tersebut.Di bantingnya pintu mobil karena saking kesalnya.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi,akibat efek sang pengemudi begitu emosi.Seharusnya dia tak harus memikirkan segala hal yang tak seharusnya dia pikirkan.Tetapi,karena akhir-akhir ini dia banyak menanggung beban akhirnya berefek pada keadaan emosional nya.
..........
Sesampai di rumah Deon masih belum juga meredakan emosinya.Tentu,hal itu terjadi karena pada saat Deon sedang mengemudi menuju arah pulang.Tiba-tiba Mike, asistennya menelpon dan mengabari bahwa dia tidak bisa menyanggupi permintaan atasannya.Karena memang mencari sekertaris tak semudah itu.
"Ada apa Deon?".Tanya mommy danita.Tatkala melihat putranya yang tengah memendam amarah.
Deon menghampiri mommy nya yang sedari tadi duduk di ruang tamu.Di hempasannya pantatnya di kursi empuknya yang menyenangkan.
"Biasa mom,urusan kantor".
Mommy danita memalingkan pandangannya yang sedari tadi fokus melihat majalah menjadi menghadap putra satu-satunya.Penerus perusahaan Artama Group.
"Masalah apa yang sampai membuatmu emosi begitu?".Mommy danita tentu bertanya demikian sebab masalah kantor memang sering terjadi dan tak semua bisa mengguncang mental putranya.
Deon,menghela napas secara kasar."Jadi begini mah..."Deon pun menceritakan semua hal yang tadi dialami nya.
Mommy danita tertawa terbahak-bahak dengan apa yang dialami putranya.Menurutnya putranya yang satu ini kekanak-kanakan sekali hanya dengan di hadapkan dengan masalah sepele saja langsung ciut.
Deon mengeryitkan dahi,tak habis pikir dengan sikap Mommy nya."Mom,apa ada yang lucu?".Deon semakin tidak mengerti karena mommy nya tak kunjung berhenti bertanya.
Mommy danita langsung menyadari sikapnya ."Oh sorry,Deon.Tapi,kamu itu lucu sekali nak".Mommy danita sekarang menatap sang putra dengan tatapan serius.
"Kamu itu sudah dewasa,Deon.Masa masalah sepele kayak gini saja tak bisa menyelesaikan masalah".
"Ah mommy, terlalu menganggap remeh masalah ku".Deon mencebiknan bibir seperti anak cewek yang lagi PMS.
"Deon,anakku coba kamu pecahkan masalah kamu sendiri.Jangan apa-apa harus mengadu pada orang tua mu.Dan yah sekarang kamu adalah seorang CEO.Kamu harus bertindak tegas dan bertanggung jawab".Mommy danita memberikan nasihat pada putranya agar dia tak terus-menerus bersikap manja.
"Hanya kali ini saja mom.Mungkin,aku terlalu capek".Keluh Deon,berusaha mencari alasan atas sikapnya yang tidak dia sadari selalu bermanja pada sang mommy.Yah,hanya pada sang mommy saja,karena di luar sana sikapnya berbanding terbalik.
Mommy danita menepuk pundak putranya."Yakin,cuma sekali?".Goda mommy danita yang gemas terhadap putranya.
Deon bukannya menjawab malah dia berusaha menjauh dari sang mommy.
"Mom,beri aku solusi bukan terus mengejek" .
"Ok,solusi apa yang ingin kamu dapatkan?".Mommy danita kembali ke mode seriusnya.
"Bagaimana kita bisa cari sekertaris baru?".
"Itu gampang.Kamu tinggal buka lowongan pekerjaan saja.Tapi,yang sudah berpengalaman.Ingat,yang sudah berpengalaman,mommy tidak mau memperkerjakan orang yang tidak berkompeten".Mommy danita memberikan solusi sembari memberi peringatan pada sang putra agar tak gegabah dalam merenggut karyawan baru.
Hal itu,tentu bukan tanpa alasan karena setahun lalu Deon pernah merekrut karyawan yang hampir membuat perusahaannya gulung tikar.
"Ok".Deon mengecup pipi kiri dan pipi kanan mommy danita, sebelum dia beranjak ke kamarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!