... Seorang manager dari perusahaan farmasi Ocean Pharmatical baru tiba di rumahnya, namun dia terkejut karena menemukan beberapa benda yang baru saja digunakan seperti ada seseorang yang belum lama masuk. Dia langsung mengambil sebuah tongkat dan mengendap - endap mencari seorang penyusup yang mungkin masih berada di dalam rumahnya. Setelah mencari di setiap sudut rumahnya dia tidak menemukan siapapun yang berada di dalam dan akhirnya menyalakan semua lampu yang ada di rumahnya lalu terduduk di depan tv miliknya....
... Alangkah terkejut saat dia melihat sesosok makhluk yang terpantul pada layar tv yang masih mati dan sosok tersebut langsung mencekik manager tersebut dari belakang. Sang manager berusaha melawan balik untuk melepaskan diri dari cekikan makhluk tersebut, namun cekikan makhluk tersebut begitu kuat hingga membuat leher sang manager patah dan tewas seketika. Setelah membunuh sang manager makhluk tersebut berjalan perlahan menuju pintu keluar sambil sempoyongan. Belum tiba dipintu makhluk tersebut langsung tersungkur ambruk dan mengalami pelapukan selayaknya tanah kering yang terkikis....
...
... Naga yang baru pulang dari berkunjung kepada adik angkatnya di rumah keluarga angkat adiknya berjalan sendirian pada jam 10 malam menuju stasiun kereta api. Ditengah jalan ada 2 orang pria yang salah satunya tidak sengaja menabrak Naga, namun Naga tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi si pria yang menabrak, merasa Naga yang menabraknya dan membuat dia tersinggung karena Naga menghiraukan hal tersebut....
“Heh!” teriak si pria tersebut sambil menarik Naga hingga membuat Naga melihat ke arah sang pria dengan terpaksa.
“Kalau jalan perhatiin ke depan dong, main nabrak - nabrak orang aja.” lanjut si pria yang kesal membentak Naga.
... Naga tidak menghiraukannya sama sekali dan malah berbalik melanjutkan perjalanannya. Hal itu membuat si pria semakin marah dan langsung mendorong Naga hingga tersungkur. Saat si pria itu hendak menghampiri Naga teman yang bersamanya berusaha menahan pria tersebut agar berhenti....
“Jiwa iblis - kutukan perkataan.” kata Naga perlahan yang seketika muncul sesosok kepala monster di samping kiri kepala Naga.
... Naga menempelkan tangan kanannya kepada kepala monster tersebut dan menariknya membuat monster tersebut berubah bentuk menjadi megaphone kecil dengan ukiran aneh disebelah kanan dan kiri atas gagangnya. Setelah memegang megaphone tersebut Naga langsung berdiri dan menatap kedua pria yang ada dihadapannya dengan tatapan dingin....
“Terbakarlah!” kata Naga yang membuat si pria pendorong Naga merasakan panas dalam tubuhnya dan seketika seluruh tubuhnya terbakar oleh api yang membara.
... Temannya yang melihat hal tersebut langsung tersungkur mundur sambil menatap Naga penuh ketakutan dan tidak percaya melihat temannya yang terbakar. “Terbakarlah!” lanjut Naga sambil melihat teman dari pria yang mendorongnya dengan tatapan tanpa belas kasihan dan membuat pria tersebut juga terbakar hidup - hidup dengan api yang membara....
... Jerit kesakitan dari kedua pria yang dibakar hidup - hidup membuat orang - orang yang sudah bersiap untuk istirahat keluar rumahnya dan memeriksa keadaan. Masyarakat yang melihat kedua pria nahas tersebut berusaha menyelamatkan mereka, tapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa menyelamatkan kedua orang tersebut yang terbakar hingga tewas. Sebelum masyarakat setempat keluar untuk membantu 2 pria yang terbakar tersebut, Naga sudah pergi melanjutkan perjalanan pulangnya....
... Di desa Sukamanah tempat Naga tinggal rutin setiap tahunnya dikunjungi oleh sekelompok mahasiswa dari salah satu universitas negeri terbaik dari kota terdekat untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Malam ketika Naga pulang adalah malam pertama dari kelompok mahasiswa tahun ini yang mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat sehingga balai desa pada malam itu ramai dipenuhi sekelompok mahasiswa dan masyarakat desa untuk mengadakan acara penyambutan. Naga yang tidak memperdulikan hal tersebut terus berjalan menuju rumahnya tanpa menghiraukan keramaain yang berada di balai desa....
“Kalian kalau ketemu orang itu selama berada disini ataupun orang itu ngomong sesuatu sama kalian, tolong abaikan aja ya.” kata sekertaris desa sambil menunjuk Naga yang sedang berjalan pulang.
“Memangnya kenapa Pak?” tanya Nana penasaran.
“Sepertinya dia mengalami gangguan jiwa, beberapa masyarakat pernah ngeliat dia ngomong sendirian. Terlebih dia juga selalu menyendiri dan gak pernah bergaul dengan masyarakat disini sejak kedatangannya jadi kami juga membiarkan dia sendirian aja. Hanya pak kepala desa yang menyapa dan mengobrol dengannya dan kata kepada desa dia gak berbahaya makanya dia tetap tinggal di desa kami.” jawab sekertaris desa.
“Tapi bukankah kalau memang benar masnya mengalami gangguan jiwa perlu adanya pemeriksaan rutin ya pak?” tanya Nana mengkonfirmasi.
“Iya pak kepala desa suka berkunjung ke rumahnya secara berkala. Kata pak kades sih dia gak sakit jiwa dan gak apa - apa, jadi biarin aja orang tersebut hidup dengan kehidupannya gak perlu diusik.” jawab sekertaris desa.
“Hoo gitu, kalau boleh tau namanya siapa pak?” tanya Nana penasaran.
“Namanya Naga.” jawab sekertaris desa.
“Tinggalnya dimana pak mas Naga?” tanya Nana kembali.
“Itu rumah yang ada di atas bukit keliatan dari sini.” jawab sekertaris desa sambil menunjuk rumah Naga yang berdiri sendirian terpisah dari masyarakat desa.
“Hoo rumah yang sendirian di atas bukit itu pak?” tanya Arkan mengkonfirmasi ketika dia teringat dengan rumah yang dia lihat pada siang hari di atas bukit.
“Iya betul itu.” jawab sekertaris desa.
... Naga yang sedang berjalan pulang merasakan sosok selain manusia yang berada di tengah perkumpulan mahasiswa dan masyarakat desa. Hal itu membuat Naga melihat ke arah balai desa dan terlihat sesosok roh pria yang berada di atas Nana sedang memandanginya penuh kewaspadaan. Tampaknya roh pria yang berada di atas Naga tahu apa yang bisa Naga lakukan sehingga dia terus memperhatikan Naga dengan penuh kewaspadaan. Naga yang tidak peduli akan hal itu kembali melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya di atas bukit....
... Seluruh mahasiswa yang ikut pengabdian masyarakat mulai menjalankan aktivitas rutin masyarakat desa seperti bertani dan berkebun. Meskipun demikian mereka tidak melupakan proyek utama mereka hadir di desa untuk memeriksa keadaan jembatan yang dibangun oleh senior mereka di tahun lalu dan membuat saluran air yang dapat menjangkau seluruh sudut desa. Desa Sukamanah merupakan desa yang memiliki air berlimpah dari gunug dan bukit di sekitarnya, namun karena keterbatasan maka air tersebut tidak sampai menjangkau seluruh sudut desa. Kehadiran para mahasiswa tahun ini utamanya untuk memastikan hal tersebut bisa tercapai tentunya dengan bergotong royong bersama penduduk desa Sukamanah....
... Meskipun Naga tidak terlibat secara langsung, tapi Naga tetap suka berpapasan, disapa, melihat dan memperhatikan para mahasiswa yang sedang melakukan pengabdian masyarakat. Tidak terkecuali sekelompok mahasiswa yang suka pergi mendaki gunung ataupun bukit di sekitar desa Sukamanah tanpa didampingi oleh penduduk desa. Meskipun janggal Naga tidak menghiraukannya sama sekali dan membiarkan mereka begitu saja....
... 25 hari telah berlalu para mahasiswa telah berhasil membuat aliran air yang dapat menjangkau seluruh sudut desa bersama penduduk desa Sukamanah. Di hari - hari terakhir sebelum mereka pulang mereka juga berencana untuk memperkenalkan solar panel kepada penduduk desa. Rencananya mereka akan memasang satu set di balai desa sebelum kembali ke kehidupan kampus mereka masing - masing....
“Na apa kita harus ngundang mas Naga juga untuk acara perkenalan solar panel dan perpisahan kita?” tanya Rasya ragu.
“Iya dong, kan mas Naga juga penduduk desa Sukamanah.” jawab Nana yang tersenyum sambil menatap sahabatnya.
“Tapi kan sejak awal kita udah dikasih tau untuk nggak peduliin mas Naga selama kita disini.” kata Rasya cemas yang merasa tidak nyaman setiap bertemu Naga.
“Memang kenapa Ra? Kan selama ini kalau kita ketemu dan nyapa mas Naga gak apa - apa Ra.” jawab Nana menghibur sahabatnya.
“Tapi aku tetep takut kalau ngeliat Naga, dia tuh orangnya aneh bener kata sekertaris desa.” kata Rasya sedikit berbisik.
“Itu cuman perasaan kamu aja, orang waktu aku ngobrol sebentar sama mas Naga bareng sama kamu, kalau aku ketemu dan nyapa mas Naga juga suka pas bareng sama kamu kan?” kata Nana mengkonfirmasi.
“Iya sih, tapi ...” belum selesai Rasya berbicara Naga tiba - tiba muncul dari belakang mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Naga sambil melihat ke arah roh pria yang bersemayam pada tubuh Nana yang membuat Rasya dan Nana terkejut.
“Mas Naga kami mau pulang akhir pekan ini, jadi besok malam kami mau ngadain semacam pesta perpisahan sambil memperkenalkan solar panel ke semua penduduk desa Sukamanah. Maksud kami kesini mau ngundang mas Naga juga ke acara besok, semoga mas Naga bisa hadir di acara besok ya mas.” pinta Nana ramah dan roh pria tersebut terus memperhatikan Naga dengan penuh kewaspadaan.
“Hoo gitu, terima kasih atas undangannya.” jawab Naga yang langsung pergi masuk ke dalam rumahnya.
... Saat ditengah kesibukan para mahasiswa melakukan pengabdian masyarakat di desa Sukamanah mereka masih menyempatkan diri untuk menikmati keindahan alam yang ada dan kebudayaan yang berada di desa. Beberapa penduduk desa mengajak semua mahasiswa ke tempat - tempat yang memiliki keindahan alam dan ke tempat - tempat yang menjadi area sakral bagi penduduk desa sebagai pengetahuan. Bahkan tidak jarang dari mereka yang berkunjung kembali ke tempat - tempat tersebut termasuk area - area sakral tanpa di dampingi oleh penduduk desa....
“Tempat dengan pemandangan seindah ini kenapa penduduk desa sakralkan ya? Padahal kalau enggak di sakralkan kita bisa menikmatinya dengan bebas.” protes Sinta yang menyesalkan sambil menikmati keindahan alam yang ada di salah satu puncak bukit dekat desa Sukamanah dengan penuh senyuman.
“Walaupun area sakral kita tetep bisa datang kesini untuk menikmati keindahan alam dengan bebas Sin.” jawab Arkan sambil berjalan melihat - lihat area sekitar.
“Arkan hati - hati sasajen yang ada ketendang!” kata Diki memperingatkan.
“Ya elah, gak usah khawatir kali Dik gua juga jalan sambil lihat - lihat.” protes Arkan sambil terus berjalan mendekati bunga yang ada di area tersebut.
... Ketika teman - teman yang lain sibuk menikmati keindahan alam yang terbentang luas, Arkan sibuk melihat - lihat bunga yang ada. Arkan berniat memetik bunga untuk diberikan kepada Alvi wanita yang dia sukai. Dia melihat - lihat sekitar terlebih dahulu memastikan keadaan aman lalu tanpa ragu dan pikir panjang Arkan langsung memetiknya dan membawanya untuk diberikan kepada Alvi....
“Alvi ini bunga untuk kamu!” kata Arkan yang langsung menghampiri Alvi sambil menunjukan setangkai bunga.
“Kamu dapat dari mana bunganya Kan?” tanya Alvi terkejut.
“Aku petik dari sana.” jawab Arkan tanpa rasa bersalah sambil menunjuk tanaman bunga yang ada di area tersebut.
“Ini area sakral Arkan, kamu gak boleh asal petik bunga gitu aja.” kata Alvi mengingatkan kesal.
“Iya maaf Alvi, tapi ini juga jadi bukti cinta aku sama kamu. Meskipun area sakral aku akan menembusnya demi kamu Alvi.” jawab Arkan tanpa merasa bersalah sambil tersenyum menatap Alvi.
“Gak lucu tau Arkan.” kata Alvi kesal yang langsung pergi meninggalkan Arkan.
“Iya maaf, aku kembaliin Vi.” jawab Arkan kecewa.
... Tanpa rasa bersalah dan menyesal Arkan langsung membuang bunga tersebut begitu saja. Kejadian tersebut sempat membuat mereka panik dan geleng - geleng tidak percaya akan tingkah laku Arkan yang kekanak - kanakan. Mereka kembali melihat - lihat sekitar area sakral hingga membawa mereka ke tempat tumpukan batuan untuk upacara adat kepada roh penjaga gunung....
“Temen - temen lihat deh tumpukan batu ini cantik loh!” kata Yawar yang melihat tumpukan batu di area sakral dan membuat semua teman - temannya menghampirinya.
“Wah cantiknya susunan batunya.” puji Alvi yang melihat tumpukan batu yang ada di area sakral tersebut sambil tersenyum bahagia.
“Lihat di atas tumpukan batu ini ada batu berwarna yang cantik juga.” tambah Sinta sambil tersenyum kagum memandangi keindahan batu berwarna.
“Iya bener, boleh kita foto gak sih? Sebagai dokumentasi gitu?” tanya Alvi sambil mengeluarkan handphonennya.
“Sepertinya boleh, toh kita juga gak sampai mengambil atau memindahkannya juga kan dan tujuannya juga untuk dokumentasi kegiatan kita.” jawab Yawar percaya diri.
“Ok deh, aku mau ambil beberapa foto.” kata Alvi yang langsung mengambil beberapa foto keindahan tumpukan batu di area sakral.
“Eh kita balik ke desa yuk! Udah mau malam juga ini.” ajak Diki sambil melihat langit yang mulai gelap.
“Ayo ayo!” jawab yang lain kompak.
... Ketika mereka hendak kembali ke desa Arkan secara sembunyi - sembunyi mengambil salah satu batu berwarna tersebut dan menyembunyikannya di tas kecil yang dia bawa. Saat mereka sedang berjalan menuruni bukit Naga melihat mereka dari kejauhan dan merasakan aura alam berada di sekitar tubuh Arkan yang menandakan Arkan membawa sesuatu yang seharusnya tidak dia bawa. Hal ini membuat Naga memutuskan untuk ikut menghadiri undangan Nana dan Rasya beberapa waktu lalu....
“Selamat datang mas Naga.” sapa Nana sambil tersenyum yang menghampiri Naga ketika Naga memenuhi undangan dari Nana.
“Naga, senang kamu bisa ikut dalam acara ini, silahkan duduk.” sapa kepala desa sambil tersenyum menyapa Naga.
“Terima kasih Nana, pak Kades.” jawab Naga yang langsung duduk diantara penduduk desa Sukamanah.
... Meskipun para penduduk merasa canggung akan kehadiran Naga acara perpisahan pengabdian masyarakat dan pengenalan solar panel kali ini berjalan lancar. Roh penjaga yang bersemayam pada diri Nana selalu mengawasi Naga sejak Naga datang dengan penuh kewaspadaan. Sedangkan Naga menunggu momen untuk berbicara dengan Arkan terkait batu berwarna dari bukit mata angin....
“Apa kamu mengambil sesuatu yang tidak seharunya kamu ambil?” tanya Naga tiba - tiba yang menghampiri Arkan.
“Maksudnya apa ya mas?” tanya Arkan pura - pura tidak tahu.
“Aku melihatmu dan teman - temanmu pulang dari bukit mata angin, sepertinya kamu membawa sesuatu?” lanjut Naga menguji kejujuran Arkan.
“Hoo iya kami tadi ke area sakral di bukit mata angin untuk menikmati keindahan alamnya. Saya gak bawa sesuatu kok mas, saya cuman ambil beberapa foto saja sama teman - teman saya.” jawab Arkan berbohong sambil menunjukan foto - foto yang berada di handphonenya.
“Sedikit saran, selalu ada konsekuensi dan tanggung jawab dari setiap yang kita lakukan. Aku tidak peduli dengan kebohonganmu, tapi pastikan kamu tidak menyesal dikemudian hari.” kata Naga yang langsung balik badan pergi.
“Terima kasih atas jamuannya Nana, pak Kades.” pamit Naga sambil mengangguk dan langsung pulang ke rumahnya.
“Iya mas Naga, makasih juga udah datang di acara perpisahan kami.” jawab Nana sambil tersenyum ramah.
“Hati - hati Naga.” tambah pak kepala desa sambil tersenyum lalu membalik badan dan langsung melihat ke arah Arkan tanpa bicara sepatah katapun karena pak kepala desa lebih percaya atas apa yang dikatakan oleh Naga.
“Arkan kamu ngambil sesuatu dari area sakral?” tanya Alvi kesal.
“Engga kok Vi, bunga yang aku petik aja aku kembalikan ke deket pohonnya lagi.” jawab Arkan berbohong.
“Udah gak usah dipermasalahkan, paling Naga lagi kambuh makanya dia tiba - tiba datang nyamperin kamu sambil nuduh yang aneh - aneh.” kata pak sekertaris desa.
“Sudah - sudah, karena acaranya juga sudah selesai sebaiknya kita semua istirahat. Kalian juga langsung istirahat besok kalian berangkat pagi kan.” kata pak kepala desa mengakhiri rangakaian acara malam perpisahan.
... Semua penduduk desa yang hadir dan para mahasiswa langsung bubar pulang ke tempat mereka masing - masing untuk beristirahat. Arkan yang terkejut ketika Naga bertanya padanya tadi langsung memeriksa batu curiannya dan menyimpannya di tempat yang dia rasa lebih aman. Raja roh gunung yang mengetahui hal tersebut meminta salah satu roh gunung untuk datang ke desa Sukamanah mencari batu berwarna tersebut. Roh gunung yang ditugaskan oleh raja roh gunung dengan cepat mendatangi kediaman para mahasiswa menginap selama di desa Sukamanah....
“Jangan ganggu putriku!” kata roh penjaga Nana setelah menendang roh gunung yang menampakan wujud monsternya untuk mencari batu berwarna di tempat menginap para mahasiswa.
“Dia mengambil sesuatu milik kami!” jawab sang roh gunung tegas sedikit gemetar karena dia tahu roh penjaga Nana memiliki kekuatan di atas dirinya.
“Tidak, putriku tidak mengambil apapun dari kalian aku mengawasinya setiap saat.” jawab roh penjaga Nana tegas.
“Kalau begitu pasti salah satu dari temannya karena aku bisa merasakan hawa keberadaan batu berwarna milik kami disini.” kata sang roh gunung.
... Akibat roh penjaga Nana yang berbicara dengan salah satu roh gunung, Nana merasa mendengar sesuatu dan seketika membuatnya terbangun. Namun ketika Nana melihat sekitar tidak ada seorangpun yang sedang berbicara dan dia berpikir bahwa dia sedang bermimpi. Nana kemudian meneguk sedikit air mineral, lalu kembali tidur....
“Aku tidak peduli jika salah satu teman anakku mengambil sesuatu dari kalian, tapi aku bisa pastikan anaku tidak terlibat dalam hal itu. Jadi carilah di tempat lain dan jangan ganggu anaku.” pinta sang roh penjaga Nana tegas yang membuat roh penjaga gunung pulang kembali ke bukit mata angin.
... Keesokan paginya Nana dan semua teman - teman mahasiswanya pulang ke rumah masing - masing setelah menyelesaikan program pengabdian masyarakat selama kurang lebih 1 bulan lamanya di desa Sukamanah. Sejak awal mereka diminta untuk mengabaikan Naga, sehingga tidak ada satupun dari mereka yang mengkonfirmasi kejadian kemarin malam dan Arkan dengan santai tanpa merasa bersalah membawa salah satu batu berwarna pulang bersamanya. Raja roh gunung yang mengetahui pelakunya meminta beberapa roh gunung untuk memberi pelajaran kepada si pelaku pencuri batu berwarna sekaligus membawa kembali batu berwarna tersebut....
... Tidak lama setelah para mahasiswa pergi seluruh penduduk desa kembali ke aktivitas rutin mereka, begitupun dengan Naga yang hendak mengambil beberapa buah - buahan di hutan beserta tumbuhan yang dia perlukan. Saat Naga sedang berjalan menuju hutan, Naga bertemu dengan 5 roh gunung yang hendak mengambil batu berwarna mereka kembali....
“Bukankah kita telah sepakat untuk tidak saling ikut campur urusan masing - masing tuan Naga?” tanya Furion sang pemimpin tim roh gunung penuh hormat.
“Aku tidak ada urusan dengan kalian, aku hanya ingin mengambil beberapa buah - buahan dan tumbuhan yang aku perlukan di hutan.” jawab Naga tegas dengan tatapan tajam.
“Maaf atas kesalah pahaman saya, silahkan tuan Naga.” kata Furion sambil memberi kode kepada timnya untuk memberi jalan bagi Naga.
... Naga dan kelima roh gunung melanjutkan perjalanan mereka masing - masing. Kelima roh gunung langsung membuat langit desa Sukamanah menjadi gelap ditutupi awan hujan dan tidak lama kemudian turun hujan lebat disertai angin kencang. Tidak berhenti sampai disitu, kelima roh gunung ini membuat badai petir yang membuat beberapa pohon roboh hingga mengenai rumah penduduk desa. Para penduduk yang rumahnya roboh karena tertimpa pohon ataupun terkena badai segera mengungsi ke balai desa berharap hujan segera mereda....
... Sudah lebih dari 2 jam hujan lebat disertai badai tak kunjung reda membuat pak kepala desa sadar ada sesuatu dibalik semua kejadian ini. Kepala desa segera datang ke balai desa menembus hujan dan membunyikan kentongan untuk memanggil para petinggi desa. Tidak lama kemudian para petinggi desa beserta dukun desa sudah berkumpul di balai desa setelah menembus derasnya hujan badai....
“Pak dukun apakah kamu mengetahui apa yang sedang terjadi kepada desa ini? Hujan ini tampak tidak normal dan sudah lebih dari 2 jam tidak kunjung reda.” tanya kepala desa ramah penuh harap.
“Saat baru 1 jam aku juga merasakan hal tersebut, lalu aku mencoba berkomunikasi dengan raja roh gunung, tapi tidak ada tanggapan seolah raja roh gunung sedang murka.” jawab sang dukun cemas.
“Apa ada diantara kalian yang tahu apa yang terjadi? Atau ada yang melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan berdasarkan tradisi desa?” tanya kepala desa kepada semua petinggi desa sambil melihat mereka secara bergantian.
... Belum mereka menjawab petir besar menyambar pintu balai desa hingga hancur dan kelima roh gunung yang dipimpin Furion menampakan diri dengan wujud monsternya. Naga yang baru kembali dari hutan melihat seluruh desa diguyur hujan lebat dan badai, sadar bahwa itu ulah dari para roh gunung membuatnya langsung berlari untuk menemui mereka. Pak kepala desa didampingi oleh dukun dan para petinggi desa berjalan keluar secara perlahan untuk menemui para roh gunung yang murka. Tiba - tiba Naga berlari ke tengah - tengah antara petinggi desa dan para roh gunung....
“Ada perlu apa anda datang kemari tuan Naga?” tanya Furion dengan suara mencekam penuh hormat.
“Aku datang untuk menyelamatkan kepala desa beserta keluarganya.” jawab Naga tegas dengan tatapan tajam.
“Baiklah.” jawab Furion dengan suara mencekam lalu meminta roh gunung yang lain untuk menghentikan hujan di area rumah kepala desa.
“Silahkan tuan Naga, kami tidak akan mengusik kepala desa beserta keluarganya.” kata Furion mempersilahkan yang membuat Naga melihat ke arah kepala desa.
“Ah menyebalkan.” protes Naga yang paham bahwa kepala desa ingin menyelamatkan semua penduduk desa Sukamanah.
“Bukankah kalian tahu bahwa penduduk desa tidak ada hubungannya dengan pencuri batu berwarna kalian?” tanya Naga lantang.
... Kelima roh gunung menyalahkan penduduk desa yang tidak benar dalam menjaga para mahasiswa hingga salah satu dari mereka berhasil mencuri batu berwarna dari tempat sakral. Para roh gunung juga mengetahui bahwa penduduk desa menganggap Naga sebagai orang gila yang membuatnya dikucilkan kecuali oleh keluarga dari kepala desa sehingga peringatan Naga kemarin malam tidak ada yang mengubrisnya sama sekali. Hal itu membuat kelima roh gunung ini kebingungan penuh tanya melihat Naga yang berdiri dihadapan mereka berusaha membela para penduduk desa yang telah mengucilkannya...
“Apakah anda mau berdiri membela mereka yang menganggap anda gila tuan Naga?” tanya Furion dengan suara mencekam penuh hormat.
“Ya itu memang menyebalkan, tapi melihat kalian berbuat seenaknya padahal kalian tahu siapa pelaku sebenarnya itu jauh lebih menyebalkan.” jawab Naga tegas dengan tatapan tajam.
“Jiwa Iblis!” panggil Naga yang seketika muncul sesosok kepala Iblis di sisi kiri dekat kepala Naga yang membuat para roh gunung ketakutan melihatnya.
“Apakah ini perintah dari raja kalian?” tanya Naga sambil perlahan tangan kanannya hendak menyentuh wajah iblis yang ada di sisi kirinya.
“Kami mengerti tuan Naga.” jawab Furion yang mengubah dirinya sendiri beserta roh gunung lainnya kembali menjadi wujud bangsa elf dan peri.
“Kami akan memburu pelaku sebenarnya tuan Naga.” lanjut Furion sambil mengangguk hormat kepada Naga diikuti roh gunung lainnya dan langsung pergi untuk mengejar Arkan dan membawa batu berwarnanya kembali.
... Melihat para roh gunung yang sudah menghentikan hujan buatan mereka dan pergi mengejar Arkan membuat Naga menghilangkan sosok iblis di sisi kirinya dan langsung berjalan pulang menuju rumahnya tanpa banyak bicara. Kejadian tersebut sontak membuat seluruh penduduk desa Sukamanah terkejut melihat kemampuan Naga dan para roh gunung yang begitu menghormati Naga. Mereka hanya bisa terdiam tertunduk malu atas apa yang telah mereka lakukan selama ini kepada Naga....
“Naga!” panggil kepala desa yang menghentikan langkahnya.
“Terima kasih telah meluruskan kesalah pahaman ini.” kata kepala desa ramah yang membuat Naga menoleh ke arahnya dan mengangguk lalu melanjutkan perjalanannya kembali.
“Pak kades, apa pak kades mengetahui kemampuan Naga?” tanya sang dukun setelah Naga jauh pergi dengan tangan yang masih gemetar.
...Kemudian kepala desa mulai menceritakan tentang Naga yang dulu pak kades kenal karena dia mengenal kedua orang tua Naga. Saat itu Naga berusia lima tahun ketika kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan. Sejak saat itu kakak perempuan Naga yang merawat dan membesarkannya, tapi ketika Naga SMP kakaknya juga meninggal. Semua rasa sakit, penderitaan, kebencian, kemarahan, dan keputus asaannya berubah menjadi sosok yang Naga panggil sebagai jiwa iblis....
...Dulu jiwa iblis itu memiliki sifat protektif seperti mendiang kakaknya Naga, sehingga jiwa iblis tersebut akan bergerak sendirinya ketika Naga dalam bahaya. Sadar akan hal itu, Naga mengasingkan dirinya agar orang lain tidak terkena dampak dari jiwa iblis milik Naga yang terkadang berpikir bahwa Naga sedang dalam bahaya. Saat ini Naga sudah bisa mengontrol penuh sosok jiwa iblis tersebut, sehingga sosok jiwa iblis tersebut akan muncul dan beraksi ketika Naga memintanya....
...Naga memiliki karakter yang tidak peduli apa pendapat orang lain, hal itu membuat dia juga jadi tidak peduli dengan orang - orang disekitarnya. Namun hal itu juga yang membuat Naga tidak pernah menggunakan kekuatannya untuk menunjukan kekuasaan yang dia miliki. Salah satu pesan mendiang kakaknya adalah agar Naga mau membantu orang - orang disekitarnya dengan kemampuan yang dimilikinya dimana saat itu kemampuan jiwa iblis belum ada. Pesan kakaknya itu yang membuat Naga akan bertindak ketika sesuatu terjadi berhubungan dengan roh ataupun kutukan seperti yang baru saja terjadi....
“Apa pak kades tahu seberapa besar kekuatan Naga?” tanya sang dukun penasaran.
“Aku tidak tahu dan aku belum pernah melihatnya.” jawab kepala desa ramah.
“Aku pernah berkomunikasi dan bertemu dengan raja roh gunung, tapi ini pertama kalinya aku merasakan energi sebesar milik Naga sampai membuatku gemetar ketakutan.” jawab sang dukun yang masih tak menyangka.
“Mungkin karena itu raja roh gunung desa kita menghormati Naga. Dia tidak pernah menggunakan kekuatannya untuk menindas atau sekedar untuk mendapat pengakuan dari orang lain. Dia hanya menggunakan kekuatannya ketika dia disakiti oleh orang lain yang juga merupakan salah satu janji dengan mendiang kakaknya.” kata kepala desa sambil tersenyum ramah melihat seluruh penduduk desa yang ada di balai desa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!