Suara dentuman musik di tempat ini benar-benar memekakkan telinga. Bagi manusia normal.
Namun tidak bagi seorang pria yang sedang asik berjoget ria di sana. Siapa yang tidak mengenal pria itu. Pelanggan super VVIP di club malam ini, Anderson Gif.
Beberapa wanita yang memakai baju kurang bahan saat ini berkerumun disekitarnya. Memberikan layanan dan tatapan terbaik mereka supaya Anderson tertarik.
Sang cassanova yang sekaligus menjabat sebagai seorang CEO di perusahaan raksasa di negara ini. Pria tampan dengan sorot mata tajam berwarna keabu-abuan, rahang tegas dan berbadan kekar wanita manapun pasti akan terpana melihatnya.
Pergi ke tempat laknat ini adalah rutinitasnya setiap malam. Selesai bekerja dia akan menuju ke club dan pulang disaat menjelang pagi. Seperti orang yang tidak pernah lelah, seperti itulah kehidupannya.
"Baby, ikutlah denganku" ucap Anderson pada seorang wanita yang sedari tadi menemaninya berjoget.
Sejurus kemudian semua tatapan wanita yang berkerumun itu memancarkan api permusuhan pada wanita yang Anderson pilih.
Namun sang wanita hanya menanggapinya cuek dan langsung bergelayut manja di tangan kekar Anderson.
"Aku akan membuatmu senang malam ini Tuan" ucapnya manja.
"Yes i want that"
Mereka keluar menuju salah satu mobil keluaran terbaru berharga fantastis, mata wanita itu melebar sempurna.
Dia bersorak di dalam hati membayangkan berapa uang yang akan masuk ke rekeningnya besok pagi.
"Masuklah baby" Anderson membukakan pintu.
"Thanks"
Kijang besi beroda empat itu melesat dengan cepat menuju ke salah satu hotel mewah yang tak lain adalah hotel milik Anderson sendiri. Dia memiliki satu kamar pribadi disana.
Wanita itu masih setia bergelayut manja pada Ander dengan tangan yang sudah meraba-raba kesana kemari. Anderson hanya bisa meringis nikmat mendapatkan sentuhan-sentuhan itu.
"Ahh no baby, kau sangat pintar. Tenanglah sebentar lagi kita akan sampai"
Wanita itu hanya menanggapinya dengan tatapan menggoda.
Sesampainya di halaman hotel, Anderson yang sudah dipenuhi kabut gairah itu segera keluar, seorang satpam yang sangat hafal dengan kelakuan bossnya setiap malam dengan sigap menerima lemparan kunci mobil yang melayang ke arahnya.
Anderson dengan cepat menarik wanita itu menuju lift khusus menuju ke lantai paling atas gedung ini.
Di malam itu dia kembali menjadi sang cassanova sejati.
-
-
-
Pagi ini Anderson datang ke kantor dengan sedikit terlambat karena tadi pagi saat Anderson ingin kembali ke apartemen, wanita bayarannya itu malah menggodanya lagi .
"Selamat pagi Tuan" sapa seorang pria tampan yang memiliki lesung pipi di bagian pipi kanannya.
"Pagi Rey"
Reyhan Clayern, asisten pribadi Anderson sekaligus sahabatnya sejak kecil. Melihat Anderson masuk Rey pun segera menyusul.
"Tuan, setengah jam lagi rapat bulanan akan segera dimulai" lapornya.
"Oke, sebelum itu tolong hubungi pantry. Antarkan kopi ku sekarang"
"Baik tuan" Rey akhirnya keluar menuju ruangannya guna menelpon pihak pantry agar mengantar pesanan sang bos.
Rey tentu tau kenapa Anderson selalu meminta kopi setiap hari, dia mengetahui semua kehidupan Anderson tentang apa yang membuatnya menjadi sebadjingan ini.
Rey hanya bisa menghela nafasnya berat, dia berharap semoga sahabat sekaligus bosnya itu segera kembali menjadi Anderson yang dulu.
Kriinggg Kriinggg..
Dengan malas Anderson meraih benda pipih yang berbunyi sangat nyaring itu. Dia menatap datar sebuah nama yang tertera disana.
"Hallo, ada apa?"
"Hallo astaga boyy. Begitukah caramu menyapa mommy?"
"Jangan basa-basi mom. Aku sedang sibuk" jawabnya ketus.
"Oke oke. Datanglah ke mansion malam ini, mommy ingin bertemu denganmu"
"Lihat nanti" tak ingin berlama-lama dia langsung menutup sambungan telepon itu.
"Tar, gak ada pekerjaan lain apa?"
"Gak ada Zivaa"
"Tapi Tar, gue takut kalau kerjanya di tempat kaya gitu"
"Tenang aja Ziv, di bar tempat gue kerja gak akan ada sembarang orang yang berani nyentuh lo. Kecuali kalau lo sendiri yang mau"
"Ih, ogah banget"
"Makanya tenang aja"
"Huft, gue pikir-pikir aja dulu deh"
"Ya udah terserah lo aja lah, gue cabut dulu ya. Kalau minat telepon aja nanti gue jemput"
"Oke, gue bobo siang dulu"
"Terserah!"
Sepeninggal Tara, Ziva benar-benar tertidur, jarang sekali dia bisa tidur siang seperti ini. Biasanya di jam-jam ini dia sedang sibuk bekerja.
Ziva Amara, seorang gadis yatim piatu. Selama ini Ziva diasuh oleh paman dan bibinya di kampung.
Tapi setelah lulus sekolah menengah dia dipaksa untuk menikah dengan juragan peot kaya raya untuk menebus hutang pamannya.
Ziva tentu menolak, menyusun rencana gadis itu akhirnya kabur ke kota, berbekal otak cerdas dan juga uang tabungannya selama ini ia nekat mendaftar ke sebuah universitas. Cita-citanya memang sangat tinggi.
Hidup di kota tidaklah mudah. Untuk biaya kuliah dan biaya hidupnya sehari-hari dia bekerja sebagai seorang waiters di salah satu cafe. Namun ternyata pemilik cafe terlilit hutang, dan sekarang cafe itu telah disita, otomatis Ziva menjadi pengangguran.
Sahabat sekaligus teman satu kamarnya, Tara. Menawarinya sebuah pekerjaan yaitu sebagai pelayan di salah satu bar. Ziva tentu tau tempat itu seperti apa karena Tara juga bekerja disana, tapi sebagai wanita bayaran.
Menjelang sore barulah Ziva terbangun. Gadis itu merenggangkan seluruh otot tubuhnya.
"Huh, mandi aja dulu deh nanti mikir lagi" dengan malas Ziva masuk ke kamar mandi, gadis itu mengguyur tubuhnya untuk menghilangkan kantuk yang menyerang.
Kriiing..kriiing..
Baru saja Ziva keluar dari kamar mandi tapi dia sudah disambut dengan bunyi ponselnya.
"Hallo?"
"Hallo Ziv. Gimana udah dapet keputusan?"
"Belum Tar, ini gue baru bangun terus mandi. Gak sempet mikir"
"Astaga Ziva, nanti yang ada kerjaannya keburu di isi sama yang lain!!"
"Wah beneran? Ya udah gue ambil aja untuk sementara waktu"
"Nah, gitu dong. Nanti jam 7 gue jemput ya, pake baju gue aja pilih di lemari. Jangan pake baju lo ya, bajunya gak ada yang bener"
"Keter.."
tut..tut..
"Sialan dimatiin"
Ziva berjalan menuju lemari milik Tara, gadis itu memindai setiap baju milik sahabatnya.
"Tuh orang salah ngomong deh, buktinya ini baju-baju dia yang ga bener semua!" gerutu Ziva.
Setelah lama memilih. Pilihannya jatuh pada sepotong baju rajut berlengan panjang dengan kerah model sabrina lalu sepotong rok jeans selutut.
"Setidaknya ini lebih baik daripada baju baju yang lain" ujarnya, jelas karena baju milik Tara kurang bahan semua.
Tid..tid..
"Sebentar!!" Teriaknya dari dalam kost setelah mendengar suara klakson mobil mini milik Tara.
Gadis itu berjalan tergesa-gesa dengan sebuah totebag di tangannya secepat kilat masuk ke dalam mobil.
"Cantiknyaaa sahabat gue kalau pake baju yang bener, lain kali kalau udah banyak duit tuh baju butut buang aja ya"
"Enak aja lo ngomong, itu baju hasil jeri payah gue sendiri tau"
"Iya, hasil sendiri tapi belinya di loak makanya bajunya kaya begitu semua"
"Seenggaknya gue beli daripada maling"
"Terserah lo aja, gue emang selalu kalah kalau debat sama lo"
Tara mengeluarkan sebuah tas make up dari tasnya.
"Diem dulu, gue mau permak lo dikit"
"Lo kira gue baju dipermak?"
"Diem dulu bisa gak sih"
Ziva akhirnya pasrah ketika sahabatnya memoles make up pada wajahnya sesuka hati.
"Oke selesai, lihatlah maha karya gue" ucap Tara sambil menyodorkan sebuah kaca pada Ziva.
"Tumben make upnya gak kaya tante-tante"
Plak!
"Sembarangan lo, dah lah ayo cabut"
"Mommy dimana?" tanya Ander saat sampai di mansion besar nan megah itu.
"Nyonya besar ada di ruang tv tuan muda" jawab Pak Roki, kepala pelayan.
Ander melangkah cepat menuju tempat dimana sang mommy berada.
"Mom" panggilnya.
Wanita paru baya yang masih terlihat cantik di usianya itu menoleh ke asal suara lalu tersenyum sumringah sembari merentangkan kedua tangannya , Nyonya Cate Gif.
"Welcome to home boy, mommy rindu padamu" ucap Cate menuntut pelukan dari sang anak.
"No mom" tolak Ander.
"Astaga kau ini, gengsi sekali"
Ander hanya memutar bola matanya malas "Aku hanya sebentar disini. Katakan ada apa memintaku kemari"
"Kau baru saja datang boy" Cate menatap anaknya heran.
"Aku tidak punya banyak waktu mom. Aku..."
"Bahkan untuk mommy? Kau lebih memilih bersama wanita-wanita jal*ng itu. Iya Ander?" Cate segera memotong pembicaraan anaknya.
"Mom..."
"Diamlah! Mommy malas berdebat denganmu. Temani Momny dan Daddy makan malam, setelah itu terserah"
Wanita paru baya itu pergi dengan perasaan kesal di hatinya meninggalkan sang anak seorang diri.
Ander benar-benar berubah menjadi pria dingin semenjak hari itu bahkan pada ibunya sendiri. Dia tidak lagi percaya cinta, hubungan dan komitmen.
Flashback on
Karena suatu perjanjian di masa lalu. Tuan dan Nyonya Gif menjodohkan Ander dengan salah satu anak dari sahabat masa kecilnya.
Wanita itu bernama Clara Colnski. Awalnya Ander menolak tapi seiring berjalannya waktu Ander akhirnya menerima perjodohan itu. Dia mulai mencintai wanita yang dipilih oleh kedua orang tuanya.
Ander bahkan menjadi bucin disaat bersama Clara. Mereka menjalani hubungan selama 2 tahun lamanya sebelum akhirnya mereka setuju untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi-pernikahan.
Kedua keluarga besar langsung menyetujui rencana pernikahan itu . Mereka semua menyambut kabar baiknya dengan suka cita.
Semua orang mulai sibuk mempersiapkan pernikahan. Hingga suatu hari, tepatnya dua hari menuju tanggal yang telah di tetapkan. Ander mendapatkan sebuah kenyataan pahit.
Dia tidak sengaja mengikuti sang kekasih yang sedang bergelayut manja pada pria lain. Meskipun memakai topi masker tapi Ander sangat mengenali wanita itu. Hanya dengan melihat postur tubuh dan caranya berjalan saja, saking cintanya dia pada cinta pertamanya itu.
Hatinya bergemuruh saat mobil yang mereka tumpangi menuju ke sebuah hotel.
Tak tanggung-tanggung Ander bahkan mengikuti mereka sampai di depan pintu kamar hotel.
Entah wanita itu bodoh atau apa jelas-jelas hotel ini adalah hotel milik keluarga Gif. Ander sangat mudah mendapatkan akses untuk masuk ke kamar manapun yang dia inginkan.
Ander membuka pintu itu dengan tenang menggunakan acces card cadangan padahal jantungnya kini sedang berdebar kencang.
Pintu akhirnya terbuka dan sebuah pemandangan pun mulai terlihat, kedua manusia tidak tahu malu itu sedang bercinta ria. Bahkan mereka tak sadar ada sepasang mata yang sedang menatap keduanya jijik.
Anderson meraih vas bunga yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri lalu melemparnya tepat ke lantai di samping ranjang.
Kedua manusia berbeda gender itu menatapnya terkejut. Ander memilih pergi dengan diam. Dia bahkan menulikan pendengarannya disaat suara wanita yang dia puja-puja itu memanggil namanya.
Disitulah awal mula sang cassanova terlahir, pikiran Ander yang sedang kalut membuatnya pergi ke sebuah club malam dengan maksud untuk menenangkan diri.
Matanya menatap banyak wanita yang sedang menari erotis di bawah lampu yang berkelap-kelip. Dibalik kekecewaannya yang mendalam Anderson tersenyum miring.
Dia membawa tiga wanita sekaligus ke dalam kamar hotelnya, dan malam itu dia resmi melepas keperjakaannya. Ya, selama bersama Clara, Ander tidak pernah aneh-aneh. Pria itu sangat menjunjung tinggi kehormatan wanitanya.
Tidak tau saja kalau ternyata wanita yang selama ini dia jaga adalah wanita murahan!
Rencana pernikahannya hancur lebur. Ander bahkan tidak pulang setelah malam itu. Meninggalkan kesan bahwa dialah yang meninggalkan Clara.
Satu minggu berlalu Ander akhirnya menampakkan batang hidungnya, Tuan dan Nyonya Gif sangat murka. Mereka bahkan hampir mengusir Ander.
Rey yang mengetahui kejadian yang sebenarnya akhirnya angkat bicara. Kala itu Ander memang meminta bantuan Rey untuk mencarikan tempat untuknya sementara waktu. Makanya dia tau alasan Ander yang sebenarnya.
Keluarga Gif tentu tercengang setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, akibat kejadia itu mereka akhirnya membiarkan Ander hidup sesuai dengan keinginannya sendiri.
Tapi ternyata semakin lama Ander semakin menjadi. Pria itu bahkan mendapat penghargaan gelar sebagai cassanova sejati.
Nyonya Gif benar-benar kewalahan dengan sikap anaknya. Kali ini dia akan mengajak Ander mengobrol agar sang anak berhenti dari kegilaannya.
Dia ingin Ander segera menikah mengingat usia Ander yang akan menginjak kepala 3 di bulan depan. Dia menginginkan seorang cucu.
Flashback off.
Ander menggerutu sebal. Dia harus terjebak di situasi makan malam membosankan ini.
Dia buru-buru menghabiskan makan malamnya agar cepat pergi.
"Makanlah dengan tenang" tegur Bram- Ayah Ander.
"Aku sudah selesai"
"Kau.."
"Hei boy makananmu masih ada. Makanlah sampai habis itu makanan favoritmu bukan?" ucap Cate memotong perkataan sang suami.
"Sudahlah dad mom. Cepat katakan apa alasan kalian menyuruhku kemari? Aku tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan membosankan ini" ujar Ander kesal sembari bangkit dari duduknya
"Bicaralah yang.."
Cate kembali memotong perkataan sang suami "Duduk dulu boy" sementara matanya memberi kode pada sang suami agar diam.
Ander duduk kembali, matanya menatap tajam pada sepasang suami istri di hadapannya.
"Katakan!" tuntutnya tidak sabaran.
"Apa kau punya kekasih boy?"
"Pertanyaan macam apa itu? Aku tidak membutuhkan seorang kekasih"
"Tapi boy..apa kamu tidak ingin menikah?" tanya Cate hati-hati.
Anderson tertawa horor "Menikah? Untuk apa? Bahkan hidupku sudah jauh lebih baik sekarang tanpa hubungan seperti itu"
"Boy..kau tetap harus menikah. Ayolah jangan seperti ini, berhentilah bermain wanita. Segera mencari kekasih, menikah dan memberiku seorang cucu. Mommy tidak akan memaksamu lagi siapapun orang yang kamu pilih mommy akan menerimanya. Kecuali.." perkataan itu menggantung.
"Kecuali apa?"
Bram akhirnya angkat suara karena sedari tadi dia hanya diam menyimak "Kecuali kalau kau tidak ingin menuruti permintaan kami. Maka kami yang akan mencarikan calon yang cocok untukmu"
Ander memelototkan kedua matanya dia jelas tau kemana arah pembicaraan kedua orang tuanya ini.
Tangan mengepal erat, matanya menatap tajam bahkan terlihat memerah, pria itu bangkit dari duduknya.
"Lagi? Ya! Kalian memang selalu berbuat sesuka hati! " suara itu terdengar berat. Dia bergegas pergi meninggalkan kedua orang tuanya.
Tanpa memperdulikan teriakan ibunya di belakang sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!