Saat ini disebuah hotel, tengah di adakan sebuah pesta pernikahan. Terlihat dari tamu-tamu yang berdatangan, mereka bukan dari golongan orang biasa, mereka keluar dari mobil mewahnya, mengenakan berbagai busana dan pakaian yang terlihat sangat mewah.
Ditengah pesta ini, pusat perhatian bintang pesta ini, tengah menyapa para tamu undangan.
Di sana berdiri sosok seorang Pria Tampan dengan Jas putih dengan bunga mawar putih di sakunya, disampaignya tampak seorang wanita mengenakan pakaian pengantin putih yang terlibat indah dan juga mewah, namun wajahnya tidak terlihat karena tertutup kerudung.
Sang Mempelai Pria dari tadi merasa gugup ketika melihat ke wanita yang berada disampingnya itu.
Hari ini merupakan hari terindah untuk Pria bernama Arka William, karena dia berhasil menikah dengan wanita yang dicintainya.
Sang pempelai wanita, yang merasa ditatap dari tadi menoleh dan menatap Pria disampingnya, dia mulai mendekatkan wajahnya ke telinga Pria itu, mulai berbisik,
"Apakah Tuan Muda lelah? Apa sebaiknya kita pergi ke tempat Istirahat? Aku takut Tuan Muda tiba-tiba pingsan,"
Mendengar bisikan dari wanita yang telah menjadi Istrinya itu tetap memanggilnya Tuan Muda, perasaan rumit muncul di hatinya.
"Hanya sedikit lelah. Memang kamu tidak?"
"Tidak sama sekali. Ini bukan apa-apa. Jadi mari sebaiknya kita ke tempat Istirahat dulu, biar yang lain yang menyapa Tamu, lagipula sebentar lagi Pesta hampir selesai,"
Sambil tetap tersenyum, Arka menyetujui usulan 'Istrinya' tersebut. Keduanya lalu menyelinap, dan sampai di Ruang Istirahat. Ruang Istirahat terdiri dari satu ruangan besar, yang kemudian dipisahkan dengan beberapa Tirai.
Didalam Tirai akan berisi kursi sofa, dan meja untuk bersantai, Tirai-tirai ini berguna agar orang-orang yang Istirahat disini tidak terlalu terganggu oleh kerumunan.
Disana juga sudah disediakan beberapa makanan dan minuman.
"Tuan Muda bisa duduk dulu, aku akan mengambilkan minum untuk Tuan Muda,"
Arka menghela nafas pasrah, melihat Istrinya ini yang awalnya adalah Pelayan Pribadinya masih memperlakukan sama seperti sebelum mereka menikah.
Memang, dari awal Pernikahan ini adalah ide egoisnya untuk menjebak agar Pelayan Pribadinya sekaligus orang yang dirinya cintai ini tetap menjadi miliknya, karena beberapa hal dirinya menawarkan sebuah Pernikahan Kontrak dengannya, berharap dengan hal ini hubungan mereka dari Majikan dan Pelayannya akan berubah.
Namun seperti jalan masih panjang.
"Ya."
Arka duduk disana mencoba menenangkan dirinya, cukup lelah menyapa begitu banyak Tamu diluar.
"Ini Tuan Muda,"
"Terimakasih, Viola. Kamu juga bisa duduk,"
Viola pun duduk disampingnya, setelah menyerahkan minuman untuk Tuan Mudanya, lalu menikmati minumannya sendiri.
Ada keheningan sesaat dalam ruangan itu, sampai ada suara beberapa grombolan orang sepertinya memasuki ruang Istirahat di balik Tirai sebelah.
Beberapa orang itu sepertinya sedang bercakap-cakap, tidak tahu bahwa ruangan disamping Tirai mereka ada orangnya.
Suara mereka sampai ke telinga Arka dan Viola.
"Ahahahaha... Apa kalian tidak lihat bagaimana Istri Tuan Muda Arka menutupi wajahnya di Acara ini? Itu jelas karena wajah jeleknya itu," kata seorang Pria dengan nada Arogan.
Arka yang mendengar hal itu hatinya diliputi oleh emosi.
"Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Coba saja tanya pada Tuan Muda Galvin, benar bukan Tuan Muda?"
"Memang, Arka itu sebenarnya hanya menikahi seorang Pelayan Jelek, aku memikirkannya, mereka benar-benar pasangan yang serasi, yang satunya adalah Tuan Muda tidak berguna di Keluarga William dan yang satunya adalah Seorang gadis pelayan jelek yatim piatu." Kata laki-laki yang dipanggil Tuan Muda Galvin itu.
Arka jelas mendengar bagaimana mereka menghina dirinya dibelakangnya itu...
Itu adalah suara sepupunya yang menyebalkan bersama kelompoknya.
"Ya ampun, aku memikirkan itu memang benar, sangat layak Tuan Muda Arka yang tidak berguna itu menikah dengan pelayan jelek,"
"Tunggu Pelayan Jelek ini? Apakah ini merujuk pada Pelayan Pribadi Tuan Muda Arka? Pelayan dengan wajah mengerikan itu yang selalu mengikuti Tuan Muda Arka kemana-mana?"
"Tepat sekali, dengan pelayan itu,"
Suara laki-laki lainnya terdengar,
"Ya ampun, aku tidak mengira kalau selera Tuan Muda Arka itu seperti itu, suguh hardcore sekali, aku ingat betapa mengerikannya wajah pelayan itu, luka bakar mengerikan di sebagian wajahnya,"
"Ya, aku setuju denganmu, melihat wajahnya saja aku sungguh merasa seram. Namun bagaimana bisa Pelayan Jelek sepertinya bisa menikah dengan Tuan Muda Arka? Walaupun Tuan Muda Arka adalah Tuan Muda buangan di Keluarganya, tetap saja dia masih Tuan Muda dari Keluarga terhormatnya,"
"Mana aku tahu? Siapa yang tahu kalau Pelayan itu mengunakan beberapa Trik licik bukan? Barangkali Tuan Muda Arka berhasil dia goda di tempat tidur? Aku melihat, sepertinya walaupun wajahnya cukup buruk, mungkin dibalik pakaian itu benar-benar sesuatu yang mengejutkan yang bisa mengoda Tuan Muda Arka,"
"Ya, aku yakin itu. Itu hanya Trik Pelayan murahan untuk menikahi Tuan Muda Kaya, dengan mengodanya di tempat tidur dengan tubuhnya, dan lagi Tuan Muda Arka itu bodoh, sangat gampang untuk di tipu dengan Trik murahan seperti itu, bener bukan Tuan Muda Galvin?"
Arka mencekam tangannya, terlewat muak mendegar bagaimana mereka berani menghina wanita yang dirinya cintai itu, mereka boleh untuk mengejek dan menghinanya, namun tidak dengan Violanya, Arka sudah berdiri karena emosi, berniat langsung melabrak orang-orang di balik tirai.
Viola juga mendegarnya, mencoba menghentikan Arka, dengan memegang tangannya.
"Viola aku tidak tahan dengan mereka," kata Arka, melihat Tuan Muda nya sudah begitu marah, Villa membiarkan.
Dari balik tirai Galvin tertawa penuh dengan hinaan,
"Memang sepupuku itu punya selera rendah...."
Belum selesai dia bicara, Arka langsung membuka Tirai lalu memukul wajah sepupunya itu.
Itu membuat rombongan laki-laki itu kaget melihat kedatangan Tuan Muda Arka disana, muka mereka menjadi pucat, apakah dia dengar apa yang barusan mereka bicarakan?
"Arka? Apa-apa kamu!!" Kata Galvin dengan marah sambil memegangi pipinya yang memar.
"Kalian jangan bicara sembarangan soal Aku dan Istriku!!"
Galvin malah tertawa, lalu berkata,
"Apa? Jadi kamu dengar? Memang yang aku katakan itu nyata bukan? Wanita yang kamu nikahi adalah Pelayan Jelek dan Buruk Rupa, apakah kamu buta?" Kata Galvin lalu langsung menyambar kerudung yang di pakai Viola, hingga wajahnya yang terluka itu terlihat.
"Astaga, lihat wajah jelek ini! Benar-benar sangat tidak cocok dengan gaun pengantin mewah ini," kata Galvin sambil tertawa, lalu diikuti oleh teman-temannya.
"Kamu!! Kamu berani!!" Arka begitu emosi hendak menghajar Galvin, namun dia ditahan oleh Viola.
"Heh? Apa? Kamu masih ingin memukulku? Sini, pukul aku kalau berani!!"
"Viola lepaskan aku!! Aku akan memukul si Brengsek ini!"
Namun Viola tetap mencoba menjubuk Tuan Mudanya ini agar tidak membuat masalah.
"Lihat? Kamu jadi tidak berani hanya karena ucapan Pelayanmu? Tidak, dia adalah Istrimu sekarang? Ya ampun, wajah jelek ini selalu membuatku muak berapa kalipun aku melihatnya,"
Arka yang sudah kalut dalam emosinya itu, tidak menghiraukan bujukan Viola, langsung maju dan memukul pipi Galvin lagi, yang membuat Galvin sampai terjatuh kelantai, dia juga menjadi emosi, langsung bangun berniat memukul wajah Arka.
Namun rasa sakit yang seharusnya Arka terima tidak pernah datang.
Arka melihat bagaimana Viola mencekam tangan Galvin, sampai wajah Galvin menjadi biru karena kesakitan.
"Tuan Muda Galvin, sebaiknya anda tidak membuat keribuatan disini, atau ini akan memalukan Keluarga,"
Galvin mencoba melepaskan diri dari cengkeraman itu namun gagal.
Dia cukup heran berapa kuatnya wanita didepannya ini.
Galvin lalu ingat kalau Viola ini merupakan juara seni bela diri, kemampuannya dalam berkelahi tentu jauh diatasnya, Viola ini juga selain Pelayan Pribadi Arka, juga merupakan Bodyguard Pribadi Arka.
Seorang bawahan yang sangat kompeten yang selalu bisa membereskan kekacauan yang di buat oleh Tuan Muda Arkanya.
Kecuali wajah jeleknya, Wanita didepannya ini cukup bagus, sayang sekali talenta sepertinya harus menjadi Pelayan Arka yang tukang membuat masalah itu.
"Lepaskan aku!!"
Dengan cengkraman itu hampir membuat tulang Galvin patah.
"Viola patahkan saja itu tulang Galvin, bila perlu buat dia sampai masuk rumah sakit, aku akan puas," kata Arka dengan nada arogannya itu, sangat suka melihat bagaimana wajah Galvin pucat.
Viola segera melepaskan tangan Galvin, dan Galvin segera menjaga jarak darinya.
"Sebaiknya Tuan Muda Galvin segera pergi dan berhenti membuat masalah." Kata Viola lagi.
Galvin memegangi tangannya yang sepertinya ada sedikit retakan itu.
"Awas saja kalian! Aku akan bilang ini pada Kakek!" Kata Gavlin dengan penuh Emosi,
"Hah? Kamu berani! Sini maju!!" Kata Arka penuh provokasi.
"Mari kita pergi saja," kata Galvin pada rombongannya.
Setelah Galvin pergi, wajah Arka menjadi cemberut,
"Viola kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Kamu tidak dengar bagaimana dia menghina kita barusan? Terutama soal kamu,"
Viola hanya bisa menghela nafas lelah,
"Tuan Muda, mungkin mudah membuat Tuan Muda Galvin masuk Rumah Sakit, namun bagaimana dengan efek samping setelahnya? Ingat? Saat ini kita sedang berada di Acara Pesta Pernikahan Tuan Muda sendiri, bagaimana kalau keributan menjadi diluar kendali? Sampai ada wartawan meliput? Akan sangat tidak lucu jika besok ada semacam berita tentang bagaimana Tuan Muda Arka membuat kekacauan pada Pesta Pernikahannya sendiri,"
Arka berpikir sejenak, merasa apa yang dikatakan Viola masuk akal.
Sangat percuma membuat Pesta Pernikahannya ini kacau dengan keributan yang dibuat sepupunya itu.
Namun bukan itu masalahnya!!
"Tapi tetap saja aku tidak suka bagaimana mereka berkata buruk soalmu,"
"Aku yang seharusnya minta maaf pada Tuan Muda. Seharusnya kita tidak menikah, bahkan walaupun ini Pernikahan Kontrak, alangkah baiknya jika Tuan Muda mencari beberapa wanita yang lebih cantik dan dari keluarga yang cukup baik, agar tidak dipermalukan seperti ini. Ini salahku karena aku begitu Impulsif dan langsung setuju saja,"
"Viola!! Ini bukan salahmu! Dan soal pernikahan kontrak ini! Aku hanya tidak ingin Kakek menjodohkan ku dengan wanita-wanita lain diluar sana, aku hanya ingin menikah dengan wanita yang aku cintai, terlalu malas ikut perjodohan bisnis,"
Dalam hati, Arka ingin menambakan, 'Aku hanya ingin menikah dengan mu Viola,' ya Arka tidak berani mengatakannya langsung.
Viola hanya bisa menghela nafas panjang,
"Hah, aku tahu bahwa anda menikah denganku sementara untuk bisa menghindari perjodohan, namun sebenarnya tidak ada yang buruk dari Perjodohan buka? Tidakkah Tuan Muda tahu Nona Muda dari Keluarga Chastalope, aku dengar dia cukup cantik dan memiliki beberapa perasaan pada Tuan Muda, bahkan dia berasal dari Keluarga Kelas Atas yang sangat bagus, jika Tuan Muda Arka menikah dengannya, mungkin itu bisa menaikkan posisi Tuan Muda dalam Keluarga ini,"
Dengar kata-kata wanita didepannya ini, Perasaan Arka menjadi begitu sedih.
Memang, wanita di depannya ini cukup dingin tidak pernah mempertimbangkan dirinya ini di hatinya, ataupun memiliki perasaan romantis padanya, bahkan tanpa ampun dia malah menjodoh-jodohkan dirinya dengan wanita lain.
"Aku sudah bilang aku tidak suka hal-hal itu. Soal Pernikahanku, aku ingin memiliki sesuai yang aku inginkan, masa bodoh soal posisi di Keluarga ini."
"Ya, terserah Tuan Muda,"
####
Bersambung
Begitu percakapan singkat dengan Viola selesai, Arka membantu Viola untuk memasang penutup wajahnya kembali.
Ketika membantu Viola, Arka melihat lebih dekat ke luka bakar di wajah Viola, sepintas Arka menyentuh luka di wajah itu.
Perasaan rumit muncul di hati Arka.
"Jangan di sentuh, aku takut lukaku akan mengotori tangan Tuan Muda,"
Mendengar perkataan Viola, Arka menyentuh wajah Viola lebih banyak.
"Apa yang kamu katakan? Ini bukan apa-apa, aku pikir luka diwajahku tidak seburuk itu... Atau kalaupun itu seburuk itu... Itu semua adalah salahku.... Kamu menjadi seperti ini karena kesalahanku."
"Ini bukan salah Tuan Muda, ini salahku sendiri karena begitu ceroboh."
Arka mencoba tersenyum, sambil menatap wajah Viola.
Tetap terus menyentuh luka bakar di wajah Viola.
Luka ini adalah Luka yang tidak akan pernah Arka lupakan.
Viola ini selalu menjadi seorang pelayan pribadi yang begitu sempurna dimasa lalu.
Arka masih ingat, ketika Viola datang menjadi pelayannya sepuluh tahun lalu.
Awalnya Arka tidak menyukai pelayannya itu, karena dia adalah seorang gadis tanpa ekpersi yang tidak asik diajak bermain, dan begitu ketat soal peraturan, belum lagi dia selalu cerewet padanya.
Ada beberapa kejadian yang membuat Arka mulai sedikit demi sedikit menerima Viola.
Itu awalnya disalah satu pesta Keluarga William, Arka yang memang tidak begitu akrab dengan sepupunya yang lain duduk sendirian di taman rumah sendirian sambil memainkan mobil-mobilan yang sudah cukup tua.
Dia segaja melarikan diri dari Pesta karena bosan, dia juga melarikan diri dari Viola yang selalu mengikutinya kala itu.
Arka asik bermain sendiri kala itu, sampai tiba-tiba rombongan beberapa anak kecil datang menghampirinya.
"Owh? Lihat ini? Bukankah ini Sepupuku Arka? Wow kamu bermain mobil-mobilan tua yang jelek?"
Seorang anak laki-laki yang sepertinya pemimpin rombongan itu menghampiri Arka dengan sombongnya.
"Ini bagus! Tidak jelek!" Kata Arka dengan kesal.
"Cih kamu selalu begitu sombong, padahal aku dengar kamu mendapatkan nilai merah dan berada di rangking terkahir di Ujian kenaikan kelas, itu pasti otakmu rusak karena bermain mobil-mobilan jelek ini! Benar tidak teman-teman?"
Anak-anak yang lain juga mengerumuni Arka lalu tertawa mendengar kata-kata itu.
"Ahahahaha... Itu benar mungkin otaknya telah rusak gara-gara kebanyakan bermain mainan jelek,"
"Memang, sepupuku ini sangat bodoh dan hanya bisa membuat malu Keluarga saja,"
"Diam kamu Robert!" Kata Arka kecil dengan marah.
"Ah ya ampun, lihat ini Galvin sepupu kita ini marah, astaga aku takut, Ah~"
Seorang anak yang dipanggil Galvin itu lalu menunduk dan merebut mainan yang dibawa Arka.
"Kembalikan mainanku!"
"Ini hanya mainan jelek namun kamu begitu peduli?"
Arka yang kesal menagil pasir yang melemparkannya pada Galvin.
"Kamu!! Sepupu bodoh!! Kamu Bernai padaku hah!!" Galvin menjadi marah.
"Kembalikan milikku!"
Arka mencoba meraih mainannya dari tangan Galvin, namun Galvin lebih tinggi jadi Arka tidak bisa meraihnya, karena kesal Arka mengigit tangan Galvin.
"Lepaskan!! Sakit!" Kata Galvin dengan marah.
Anak bernama Robert itu, lalu menarik Arka agar dia melepaskan gigitannya.
Namun bukannya lepas, malah menjadi lebih erat.
Anak-anak yang lain tidak berani masuk, karena ini pertengkaran para anggota Keluarga William, mereka takut terkena masalah.
Tiga anak keluarga William itu bertengkar, sampai akhirnya Galvin melemparkan mobil-mobilan itu ke tanah, dia juga mendorong Arka ketanah.
Dia masih kesal dan kesakitan melihat gigitan di tangannya mengeluarkan darah.
"Kamu!! Dasar anak tidak punya Ibu!! Anak tidak bodoh tidak berguna! Kamu berani melukaiku!! Awas kamu!!" Kata Galvin dengan marah, lalu dia hendak memukul Arka, namun pukulan itu tidak pernah sampai pada Arka.
Ada seorang gadis kecil seumuran mereka yang berpakaian pelayan, meraih tangan Galvin, mencengkramnya dengan erat.
"Tuan Muda Galvin sebaiknya anda tidak perlu membuat masalah pada Tuan Muda Arka,"
"Kamu!! Seorang pelayan berani membuat masalah dengan ku? Lepaskan tanganku,"
"Aku tidak akan pernah melepaskannya jika Tuan Muda Galvin tidak minta maaf pada Tuan Muda Arka," kata gadis itu dengan nada dingin.
"Awww.... Sialan!! Robet bantu aku!"
Namun sebelum bangunan Robert datang, Arka yang melihat mobil mainannya terlihat menyedihkan di tanah begitu marah, dia langsung datang dan menendang Gavlin di perutnya hingga Galvin terlempar dan terlepas dari cengkeraman Viola.
Viola juga terkejut melihat sikap agresif Tuan Muda nya.
"Galvin!! Kamu kurang ajar! Berani merusak mainanku!!" Arka begitu marah hendak memukulnya namun dicegah oleh Viola.
"Tuan Muda, jangan."
Ketika ribut-ribut terjadi, Seorang wanita dewasa datang, melihat Galvin tersungkur ditanah dengan menyedihkan.
"Galvin Putraku? Apa yang terjadi padamu?"
Hal yang paling Arka ingat hari itu, ketika Viola mendapat tamparan dari Tantenya ketika membela dirinya dan Viola yang mengakui melukai Galvin demi dirinya.
Perasaan Arka sangat rumit hati itu pada Viola.
Viola juga lalu membersihkan dan memperbaiki mobil mainannya, itu adalah mainan yang sangat berharga untuk Arka karena hadiah dari Ibunya yang sudah meninggal.
Hubungan mereka menjadi lebih dekat sejak saat itu.
Memandang luka di wajah Viola, selain ingatan hari-hari pertama pertemuannya dengan Viola, Arka masih ingat bagaimana luka ini terbentuk.
"Tuan Muda, ini tidak begitu baik jika Tuan Muda terus memandangi wajahku, ini sungguh buruk, mungkin akan merusak pemandangan Taun Muda,"
"Sudah aku bilang ini tidak apa-apa. Kalau kamu memang merasa wajah ini buruk, kamu selalu bisa menyalahkanku. Ini semua salahku kenapa kamu menjadi seperti ini...."
"Ini jelas bukan salah Tuan Muda,"
"Jika begitu tidak perlu sungkan atau mencoba menyembunyikan wajahmu dari ku,"
"Tapi Tuan Muda....."
"Untukku Kamu selalu menjadi yang paling cantik,"
Viola tertawa mendengar godaan Arka.
"Tuan Muda selalu hebat dalam merayu, aku pikir sangat mudah untuk Tuan Muda jika ingin mendapatkan wanita manapun yang Tuan Muda inginkan, dia pasti akan langsung tersanjung dengan gombalan Tuan Muda,"
Arka hanya bisa tertawa hampar mendegar pernyataan Viola.
"Aku rasa tidak."
Memang, siapa yang bilang gombalannya berhasil?
Selama bertahun-tahun ini, tidak ada sedikitpun dari pesonanya yang bisa meluluhkan wanita didepannya ini.
Satu-satunya wanita yang dirinya cintai.
Memikirkan bagaimana dirinya mulai jatuh cinta padanya?
Ah mungkin setelah insiden itu.
Arka ingat bagaimana saat itu dirinya saat itu hampir terbakar karena ada kebakaran yang terjadi.
Viola adalah yang menyelamatkannya, namun karena melindungi dirinya dari kobaran Api, wajah Viola terluka akibat kobaran api itu.
Luka dari insiden itu membekas di wajah Viola sampai saat ini.
Begitu pula bagaimana Viola membekas dan masuk ke hatinya sejak saat itu.
Setiap melihat luka ini, Arka akan selalu ingat pengorbanan Viola untuk dirinya.
Bagaimana hidup ini, dan jiwa ini selamat berkat Viola, dan baik hidup dan jiwa ini akan Arka persembahankan untuk Viola, hati ini juga akan selalu menjadi milik Viola selamanya.
Walaupun orang lain bilang kalau ini hal yang jelek, Arka tidak pernah mengagapnya jelek.
Ini mungkin tanda cinta dari kisah mereka?
Memikirkannya, Arka tiba-tiba merasa bodoh.
"Tuan Muda sebaiknya kita segera kembali ke Pesta,"
"Tentu." Kata Arka setelah memasang kerudung Viola dengan benar.
Mereka berdua kembali ke ruangan Pesta seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
####
Hari itu, Pesta berakhir dengan cukup lama hingga Sore hari.
Arka begitu lelah sampai-sampai tidak bisa mengerakan kakinya lagi.
Saat ini, Arka sudah sampai di Kamar miliknya di Rumah Besar Keluarga William.
"Tuan Muda terlihat sangat lelah, nanti malam kita masih harus Makan Malam bersama Keluarga Besar."
"Hah.. apakah kamu tidak lelah? Sungguh, aku tidak mengira ada begitu banyak Tamu, dan masih ada acara malam malam Keluarga? Hah..."
"Tuan Muda bisa istirahat dulu,"
Menuruti nasihat Viola, Arka duduk disana sebentar, sambil melihat sosial media miliknya.
Viola pergi ke kamar mandi, dalam sekejap dan sudah langsung ganti baju ke baju casual biasanya.
"Tuan Muda sepertinya lelah, mungkin Tuan Muda bisa mandi dulu agar lebih segar,"
"Hah... Sangat lelah bahkan mengerakan kakiku."
"Sebentar, Tuan Muda bisa merentangkan Kaki, akan saya pijat,"
Seperti saran Viola, Arka merentangkan kakinya, lalu mulai menikmati pijatan Viola.
Viola sangat terampil memijat Arka, bahkan meminjat pundak Arka.
Arka benar-benar merasa nyaman dengan perlakuan Viola, biasanya memang Viola memperlakukannya seperti ini.
Arka lalu memikirkannya...
Tunggu dulu...
Sepertinya ada yang salah...
Bukankah hari ini mereka sudah menikah?
Kenapa rasanya tidak ada yang berubah dengan rutinitas mereka?
"Viola tunggu sebentar,"
"Ada apa Tuan Muda? Apakah Tuan Muda butuh sesuatu?"
"Saat ini bukanlah kita sudah menikah?"
"Ya, terus? Apakah ada sesuatu yang salah Tuan Muda?"
"Berhentilah memanggilku Tuan Muda,"
Ekpersi Viola sedikit berubah,
"Tuan Muda mau memecat saya?"
Arka hanya bisa menghela nafas panjang,
"Ayolah, sangat aneh jika kita sudah menikah kamu tetap memanggilku Tuan Muda,"
"Tapi, lebih nyaman memanggil Tuan Muda dengan Tuan Muda,"
"Tapi itu akan aneh didepan orang-orang, sekarang kamu sekarang Istriku,"
"Hmm, aku lebih menyukai memanggil Tuan Muda sebagai Tuan Muda,"
"Apakah kamu terkena sindrom Tuan Muda atau sesuatu?" Kata Arka lagi dengan ekpersi lelah.
"Jadi Tuan Muda ingin di panggil Apa?"
Melihat pertanyaan tidak dijawab oleh Viola, Arka hanya bisa pasrah, namun mendegar perkataan Viola, Arka memiliki sebuah ide.
Ya... Mari buat Viola memanggil dirinya Suami atau sesuatu?
Arka benar-benar mengharapkan ekpersi malu dan memerah Viola ketika memanggilnya Suami.
Ahhhh...
Ide yang sangat bagus!!
"Suami, aku ingin kamu memanggilku Suamiku Arka,"
Viola tidak begitu banyak berpikir lalu berkata,
"Baik Tuan Muda.... Maksudku Suamiku Arka. Apakah sekarang kamu puas?"
"Coba ulangi lagi,"
"Suamiku Arka,"
Mendengar panggilan dari Viola itu membuat Arka menjadi malu sendiri, wajah Arka menjadi sedikit memerah.
Kemudian Arka melihat ekpersi datar Viola masih seperti biasanya.
Arka segera kecewa, sepertinya rencananya gagal?
"Hah, lupakan sebaiknya kamu memanggilku dengan namaku saja,"
"Tapi lebih nyaman memanggil Tuan Muda,"
"Ya, hanya ketika kita berdua saja kamu bisa memanggilku Tuan Muda,"
Sekarang ekpersi Viola sedikit berubuah menunjukan sebuah senyuman.
"Terimakasih Tuan Muda, Tuan Muda Arka akan selalu menjadi Tuan Muda Arka dihatiku,"
Melihat senyuman ceria itu, Arka tidak tahu apakah harus bahagia atau malah menagis.
Apakah Viola ini benar-benar terkena sindrom Tuan Muda?
Hah, lupakan, masih memiliki begitu banyak waktu untuk merubah hubungan mereka dimasa depan.
"Ku rasa aku akan mandi,"
"Baik, saya akan segera menyiapkan air hangat,"
Dengan cekatan, Viola lalu kekamar mandi dan menyalakan keran air hangat, sampai semua siap dia baru keluar dan menyapa Arka lagi.
"Sudah siap, Tuan Muda,"
Tiba-tiba Arka memiliki sebuah ide lagi untuk mencoba menggoda Viola.
"Bagaimana kalau kamu membantuku mandi?"
Viola menghela nafas panjang, lalu berkata dengan ekpersi datar,
"Tuan Muda sudah besar namun masih meminta untuk dimandikan? Astaga, tapi mau bagaimana lagi,"
Arka berdiri, lalu Viola perlahan-lahan membantu Arka melepaskan bajunya.
Tidak ada perubahan ekpersi pada wajah Viola dari awal sampai akhir ketika bahkan melihat tubuh Arka yang setengah telanjang itu.
Viola mengantarkan Arka yang tinggal mengenakan handuk di bagian bawah tubuhnya itu kekamar mandi.
Dan seperti biasanya, Arka akan masuk ke Bak mandi super besar disana, sedangkan Viola sibuk mengambil sabun mandi.
Tidak lama, Viola lalu mengunakan spons untuk membantu Arka menyeka bahu dan arena punggungnya dengan profesional.
Arka hanya pasrah melihat Viola melakukan tugasnya dengan baik seperti biasanya.
"Viola, apakah kamu tidak merasakan apa-apa?"
"Apa maksud Tuan Muda?"
"Setelah melihat tubuhku misalnya,"
"Kulit Tuan Muda sangat putih dan halus ini jelas karena aku merawatnya dengan baik, baik mari aku akan membantu Tuan Muda untuk lulur mandi, kita tidak bisa membiarkan Tubuh Tuan Muda sampai tergores, apalagi di wajah. Aku benar-benar kesal pada Tuan Muda Galvin, beraninya dia mau melukai wajah Tuan Muda, benar-benar tidak bisa dipercaya,"
"Kamu tidak merasa aku Tampan atau sesuatu misalnya?"
"Tentu saja, Tuan Mudaku adalah yang paling Tampan!! Dengan kualitas wajah dan tubuh ini, ini jelas akan memiliki begitu banyak pesona untuk mengoda para wanita. Jadi kita harus menjaganya dengan baik,"
Melihat sikap Viola yang sangat profesional itu entah Arka harus bahagia atau menangis.
Mereka sudah resmi menikah, namun Viola masih tetap seperti itu bukan?
Viola adalah seorang Pelayan yang Perfeksionis dan bisa segala hal.
Membantu dan melayani dirinya sejak kecil sampai sekarang, bahkan menjadi Bodyguard, juga menjadi Asistennya ketika di Kantor.
Sekarang Viola merangkap juga sebagai Istrinya...
Bukankah Viola akan kerepotan?
Ada tugas tambahan lagi sebagi Istrinya...
Seperti....
Melayani dirinya di tempat tidur misalnya?
Wajah Arka memerah hanya dengan memikirkan itu.
Lupakan...
Lupakan pikiran sesat ini....
#####
Bersambung
Setelah Arka selesai mandi, mereka berdua segera keluar dari Kamar Mandi, Viola membantu Arka untuk memilih baju yang akan Arka pakai nanti.
"Apakah Tuan Muda mau memakai pakaian santai dulu atau memakai set langsung untuk nanti?"
Arka melihat jam tangannya, sudah jam enam.
"Seharusnya masih satu jam lagi, aku akan memakai bajunya dulu, Jasnya bisa nanti,"
"Baik."
Viola lalu mengambil set pakaian untuk Arka, mengambil kemeja untuk dipakai Arka, membantunya mengancingkan kemeja itu.
Ekpersi Viola masih seperti biasanya, hanya Arka yang meresap jarak mereka terlalu dekat dan merasa malu sendiri.
Mencoba dengan susah payah mengendalikan dirinya.
Tidak lama, Viola selesai dia lalu mengabil pengering rambut untuk mengeringkan rambut Arka yang agak basah itu.
Arka menikmati perlakuan ini dengan santai karena memang Viola terkadang akan melayaninya seperti ini.
Ketika duduk di Sofa kamar, Arka sekarang baru menyadarinya.
Melihat dekoratif di kamar....
Ini...
Lalu melihat kearah tempat tidur yang tidak diperhatikannya dari tadi.
Kamar ini sudah di rancang sebagai kamar pengantin baru, dan tentu saja di tempat tidur ada bunga mau berbentuk love disana yang ditata dengan indah.
Melihat nanti malam adalah 'Malam Pertama' mereka, wajah Arka sekali lagi memerah.
"Tuan Muda, apa yang ada pikirkan?"
"Ah... Di tempat tidur itu...."
Viola lalu menatap kearah tempat tidur.
"Nanti akan saya bereskan, bunga-bunga itu cukup menaggu bukan?"
"Bukan. Bukan seperti itu, Ah kamu tidak mengerti."
"Sebelumnya sebenarnya ada hal seperti itu juga di kamar mandi,"
"Lalu kamu apakan itu?"
Viola menjawab dengan datar,
"Tentu saja di buang, apa lagi?"
Raut wajah Arka menjukan kekecewaan.
"Viola!! Kamu tidak mengerti!!"
"Ada apa memangnya?"
"Sudah lupakan saja, hpmh." Kata Arka dengan kesal.
Waktu berjalan dengan cepat, hingga hampir saatnya untuk makan malam.
Arka lalu teringat sesuatu, menatap kearah Viola.
"Viola, kamu... Kamu memakai baju seperti ini?"
Viola sekarang baru ingat kalau dirinya masih memakai baju casual bisa, set kemeja dan celana yang dirinya biasa pakai saat melayani Arka.
"Benar juga, sebaiknya aku berganti baju,"
"Tunggu dulu, aku memiliki sesuatu untukmu,"
Arka membuka laci di mejanya, disana ada sebuah kotak, lalu mengeluarkannya, menyerahkannya pada Viola.
"Tuan Muda ini..."
"Bukalah,"
Didalamnya ada satu set Gaun yang cukup indah dan mewah.
Gaun itu memiliki lengan sampai siku, dan rok cukup pendek sampai lutut, juga ada set sepatu, dan aksesoris rambut yang serasi dengan gaun itu.
Lalu Arka mengambil satu kotak lagi, kotak cukup kecil didalamnya ada perhiasan yang terlihat cukup mewah.
"Tuan Muda itu...."
"Pokoknya pakai saja gaun itu, dan perhiasan ini aku akan membantumu untuk memakainya."
"Aku merasa tidak akan cocok memakai pakaian seperti ini."
"Sudahlah, ini permintaan Tuan Muda mu? Oke? Lagipula sebagai Istriku sekarang, apalagi menghadapi Keluarga Besar, kita tidak bisa membuat malu diri kita sendiri,"
"Baiklah aku akan memakainya. Namun kalung itu... Sebaiknya saya memakai set perhiasan saat Pernikahan tadi saja,"
Arka mengambil kalung liontin dengan tatanan batu Ruby merah dan permata yang indah disana.
"Tidak kamu harus memakai ini."
"Tapi bukankah itu Perhiasan milik Almarhum Ibunda Tuan Muda? Ini hal-hal berharga peninggalan beliau,"
"Tentu saja ini berharga, kamu sekarang adalah Istriku, kamu bisa memakai semua perhiasan peninggalan Ibuku, lagipula itu tidak dipakai, seolah aku bisa memakainya."
"Tapi Tuan Muda itu...."
"Sudah pokoknya pakai saja, Ibuku juga pasti akan senang disana jika peninggalannya di pakai oleh menantunya,"
"Tapi aku hanya Istri Kontrak Tuan Muda,"
"Apapun itu kamu tetap Istriku!! Pokoknya pakai saja!"
####
Setelah selesai berganti baju Viola dan Arka lalu menuju ke Ruang Makan Keluarga.
Desain Rumah Keluarga William cukup besar, seperti Desain Istana-istana kerajaan jaman Eropa kuno, ini juga terdiri dari bangunan-bangunan terpisah, yang juga di tinggali oleh masing-masing Keluarga, seperti Paman atau Tante Arka.
Bangunan Ruangan Kamar Arka terletak di bangunan Utama, ini membuat cukup mudah bagi Arka ke ruang makan utama.
Arka memang memiliki posisi cukup spesial dalam Keluarga ini, dia adalah Kesayangan Kakek dan Neneknya, karena Ibunya meninggal lebih awal.
Itu juga yang membuat orang-orang lain iri padanya, karena dalam Keluarga William, Prestasi adalah segalanya agar namanya di akui dalam Keluarga ini.
Jika tidak memiliki prestasi dan reputasi, seseorang tidak akan di anggap di Keluarga ini, Kakek dan Nenek Arka cukup ketat soal hal-hal ini, namun Arka adalah pengecualian.
Walaupun dia tidak memiliki prestasi apapun, dia tetap mendapatkan perlakuan spesial.
Namun belakangan terdengar kabar Kakek Arka sangat tidak puas dengan Arka, karena semakin kesini selain prestasi Akademiknya buruk, dia juga tidak pandai apapun. Cukup menyesal bagaimana sejak kecil memajakan Arka.
Melihat Arka sepertinya kehilangan dukungan dari Kakeknya, ini merupakan kesempatan bagus bagi semua orang untuk menjatuhkannya.
Dalam perebutan kekuasaan di Keluarga William, Arka yang tidak bisa apa-apa dan selalu di dukung Kakek dan Neneknya itu menjadi batu sandungan untuk semua orang.
Beberapa orang khawatir, walaupun Tuan Muda ini tidak bisa apa-apa dia akan tetap menjadi Pewaris Perusahaan William Group, berkat Kakek dan Neneknya yang merupakan pemegang kendali utama Perusahaan sangat menyayanginya.
Ketika sampai di koridor utama, Arka dan Viola bertemu sosok-sosok yang familier, itu adalah Andreas William, Ayah Kandung Arka, dan Laura William, Ibu Tiri Arka.
Walaupun sosok-sosok itu familiar, Arka tidak berniat untuk menyapanya.
Namun begitu Arka lewat, suara kritikan dari Ibu Tiri Arka keluar.
"Lihat itu, sayang, Putramu itu semakin kesini semakin tidak sopan bukan? Dia tidak tahu bagaimana menghormati yang lebih tua, hah apa ini pengaruh dari Pelayannya itu? Sungguh, dia itu sangat berani untuk menikahi seorang Pelayan Jelek, benar-benar membuat malu Keluarga bukan?" Kata Laura dengan nada arogannya.
"Aku juga tidak mengerti seleranya itu, kenapa dia menikahi Pelayannya sendiri, apalagi dengan wajah Pelayannya seperti itu, benar-benar membuat malu Keluarga," kata Andreas dengan nada dingin.
Arka yang awalnya hanya ingin segera lewat, lalu berbalik dengan marah.
"Kalian jangan bicara sembarangan! Soal dengan siapa aku menikah, itu tidak ada hubungan dengan kalian, urusi saja urusan kalian sendiri," kata Arka dengan nada dingin.
"Arka! Kamu ini semakin tidak sopan pada kami, bagaimanapun Kami masih orang tuamu! Dan lihat, Pelayan ini juga menjadi tidak sopan sekarang, dan tidak menyapa kami? Astaga, lihat pakaian yang dia pakai sekarang... Sungguh sangat tidak cocok, dia lebih cocok memakai pakaian Pelayan," kata Laura dengan nada penuh hinaan.
Arka menjadi semakin geram dengan kata-kata Ibu tirinya itu.
"Nyonya Laura, lihat siapa yang kamu ajak bicara sekarang, Viola sekarang adalah Istriku, bukan lagi pelayan, Jaga bicara mu, mumpung aku masih bisa bersikap sopan,"
"Sayang, lihat anak ini!? Dia bilang dia bersikap sopan? Dia bahkan tidak menghargai kita."
Anderas juga menjadi emosi melihat kelakuan Putranya itu.
"Arka mana sopan santun mu!"
"Lihat, juga sayang, Pelayan ini sekarang berani memakai Perhiasan Mendiang Istrimu, ya ampun ya ampun, dia benar-benar terlihat sangat matre sekali, bagaimana Arka bisa menikahi wanita seperti ini? Pasti sudah sejak lama Pelayan ini mengincarnya,"
Tentu saja Laura tahu Kalung Ruby merah ini, ini adalah sebuah Kalung warisan Keluarga William, yang merupakan simbol dari Keluarga William, dikatakan Kalung ini hanya di berikan pada Menantu Perempuan kesayangan dalam Keluarga secara turun temurun, sebelumnya Kalung ini di berikan oleh Nenek Arka pada Menantu Kesayangannya, yaitu Ibu Kandung Arka.
Kalung yang merupakan simbol dari Nyoya Keluarga William yang terhormat. Sudah sejak lama dirinya mengiginkan kalung ini, namun bahkan setelah dirinya menikah bertahun-tahun dengan Andreas William, dirinya tidak pernah diberikan kalung itu, ataupun diijinkan memakainya, itu hanya di pajang di ruang perhiasan Keluarga William selama bertahun-tahun.
Bagaimana sekarang Menantu murah yang baru saja dinikahi Putra tirinya ini mendapatkan kalung wasiat itu?
Hanya rasa kekesalan yang tersisa.
Arka malah tertawa mendengar kata-kata Ibu Tirinya itu.
"Kalung ini? Ini jelas pemberian Nenek pada Ibu kandungku, itu adalah milik Ibuku. Dan Nenek sendiri yang bilang, karena Ibuku sudah meninggal, Kalung itu pasti akan di wariskan pada Menantunya kelak, dan tentu saja Aku adalah Putra Ibuku satu-satunya, dan saat ini Viola adalah Istriku, siapa lagi yang lebih berhak memakainya dari pada Istriku? Ah, jangan bilang, Nyonya Laura mengiginkannya? Hah? Jangan bermimpi memiliki barang-barang Ibuku," kata Arka dengan nada arogannya itu, membuat Lauda menjadi semakin marah.
"Arka!! Kamu ini hanya menikahi seorang Pelayan Jelek namun kamu menjadi begitu sombong? Apa yang baik dari Pelayan ini hah? Apakah matamu buta? Dia hanya wanita murahan, dan tidak layak memakai Kalung berharga dari Keluarga William,"
Arka sekali lagi tertawa mendengar hal itu dari mulut Ibu Tirinya itu.
"Astaga, Nonya Laura, sekarang anda berani menghina Istriku? Apakah anda tidak berkaca? Dari mana asal Anda sebelumnya? Anda tidak ingat bagaimana anda mengoda Ayahku di tempat tidur agar dia menikahimu setelah Ibuku meninggal?"
"Arka jangan bicara langcang seperti itu pada Ibumu!"
"Ahahahaha.... Sungguh Lucu sekali Ayah tidak maksudku Tuan Andreas, aku hanya mengatakan yang sebenarnya bukan? Itu tidak salah bagaimana wanita ini merayumu di tempat tidur!! Ini adalah fakta yang diketahui oleh semua orang, jika dari awal dia adalah Selingkuhanmu! Seorang wanita murahan yang mengodamu!!"
Begitu emosi dengan ucapan Putranya, Andreas memukul wajah Arka sampai lebam.
"Ayah!! Kamu berani memukulku karena Wanita murahan ini??"
"Arka kamu jangan sembarang!!"
"Istrimu dulu itu yang berani menghina Istriku! Disini tidak ada yang berani mengatakan hal yang tidak-tidak soal Viola!"
Udara disana menjadi semakin panas, karena baik Arka atau Ayahnya telihat emosi.
Di tengah keadaan panas ini, ternyata ada orang lain yang melihatnya, melihat Ayah dan Anak ini bertengkar tiba-tiba membuat dua orang yang menonton itu menjadi begitu bersemangat.
Sebuah tawa muncul, disana membuat Arka dan Anderas memalingkan wajahnya pada suara itu,
"Lihat itu sayang, Ayah dan Anak itu, sebenarnya memiliki selera rendahan yang sama, yang sama-sama menyukai wanita kelas bawah, Sang Ayah menikahi Sekertarisnya sendangkan Sang Anak menikahi, seorang Pelayan." Itu adalah suara seorang wanita yang merupakan Tante Arka, bernama Aurora.
"Kamu benar sayang, aku tidak mengerti bagaimana Kakakku bisa memiliki selera rendahan ini, dan lagi selera rendahan ini menurun pada Putranya, sungguh tidak Ayah atau Anak, sama-sama memiliki selera rendahan yang hanya membuat malu Keluarga William, namun sekarang mereka berdua malah berdebat mana yang lebih unggul? Astaga, Astaga benar-benar Ayah dan Anak tidak tahu malu." Kata Paman Arka, yang juga merupakan adik Anderas bernama Lucas William.
"Benar, sekali. Mereka seperti itu bagaimana mereka tidak merusak garis keturunan Keluarga William yang terhormat ini? Sungguh ironis." Kata Aurora lagi.
"Aku segungguhnya cukup malu memiliki Kakak seperti ini,"
Tentu saja mendegar kata-kata pedas dari mereka berdua membuat Ayah dan Anak itu menjadi begitu emosi.
"Lucas!! Kamu berani seperti itu pada Kakakmu??"
"Paman Lucas dan Tante Aurora jangan bicara sembarangan soal Aku!!"
Viola melihat suasana sepertinya bisa menjadi diluar kendali, segera mencoba menengangkan mereka, dia angkat bicara.
"Tuan dan Nyonya, sebentar lagi Penjamuan akan dimulai, jika kalian terus di sini, apakah ini Tidak akan menyinggung perasaan Tuan Besar? Dia sudah menunggu di Ruang Makan,"
Tentu saja mereka tahu siapa yang di maksud Viola dengan Tuan Besar, ini adalah Kakek Arka, Abraham William, Kepala Keluarga William saat ini.
Orang-orang disana yang awalnya tegangan itu, akhirnya sadar akan hal-hal yang menunggu mereka kenapa mereka kesini.
Mencoba meredakan emosinya, Ayah Arka dan Ibu Tiri Arka segera berjalan pergi dulu memuji ruang makan tidak jauh dari sana, disusul oleh Paman dan Tante Arka.
Meninggalkan Arka disana dengan Viola.
Arka menghela nafas panjang, terlihat lelah,
"Itulah kenapa aku sangat benci Pertemuan Keluarga,"
"Tuan Muda harus bersabar,"
"Owh iya, aku ingat sesuatu kamu seharusnya tidak lagi memangil mereka dengan sebutan Tuan dan Nyonya, sekarang kamu adalah Istriku, panggil saja mereka Paman dan Tante, dan soal Ayahku.... Kamu bisa memanggilnya apa saja, dan soal Ibu Tiriku, panggil saja dia sama seperti aku memanggilnya,"
"Aku rasa aku akan memikirkannya nanti, lagipula aku tidak memiliki begitu banyak keberanian seperti Tuan Muda yang paling bisa menyinggung semua orang,"
Arka hanya bisa pasrah mendegar keluhan dari Istrinya itu.
Ini baru permulaan, mungkin dimasa depan akan ada hal-hal yang lebih merepotkan.
Namun bagaimana jika Viola sampai tertindas sekarang?
Tidak, jangan sebut dirinya Tuan Muda Arka jika tidak bisa melindungi Istrinya sendiri.
'Lihat saja, akan ada waktunya mereka tahu kehebatan Tuan Muda ini, hingga tidak ada yang berani menentangku seperti ini lagi, hpmh,' pikir Arka.
Ya, sekarang dirinya sudah menikah, tidak bisa lagi bersikap seperti sebelumnya, atau Viola juga akan dalam bahaya.
Ya, dirinya berniat untuk berubah agar bisa melindungi Viola.
#####
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!