"Semangat pagi" Renata sangat bersemangat, wajahnya begitu bersinar seringai memandangi langit yang begitu cerah .Renata bergegas bangun dari tempat tidurnya.
"Ayo Renata, menangkan hari ini , SEMANGATTT" berteriak didalam kamar mandi .
"Selamat pagi Renata" Bu ijah, tetangga kos menyapa.
Renata tersenyum , melambaikan tangan ke arah Bu ijah.
Suasana kelas di Kampus,
"Renata, kamu dipanggil Bu Irma keruangannya" Dosen menegurnya.
"Baik pa"
"Mari kita lanjutan materi sebelumnya"
Renata nampak sedih, seolah tahu apa yang akan terjadi , Renata berjalan meninggalkan kelas .
Tuk ... tuk ,suara Renata mengetuk pintu
"Masuk" suara Bu Irma dari dalam
"Selamat pagi Bu"
"Pagi , silahkan duduk"
Renata pun duduk, dengan kepala menunduk .
"Renata, kamu itu mahasiswi pintar , seharusnya kamu tidak akan mengalami situasi ini jika memiliki bea siswa, apakah kali ini kamu akan memanfaatkannya?"
"Aku ... aku bicara dulu dengan orangtua bu"
Bu Irma memandangi Renata dengan iba.
"Kapan kamu akan menyelesaikannya?"
"Secepatnya Bu, mohon Ibu memberi waktu"
"Baik, Ibu akan menunggu , namun jangan terlalu lama, apakah dua minggu cukup?"
"Cukup Bu, akan saya usahakan"
"Baiklah, kamu boleh kembali ke kelas"
"Terimakasih"
Sepeninggal Ayahnya , Renata beserta keluarga mengalami kemunduran perekonomian, mereka melalui banyak kesulitan. Ibunya mengalami shock dan kini sakit.
Sebelumnya keluarga Renata terbilang keluarga yang kaya atau sangat berkecukupan, namun masalah datang , Ayah Renata tiba-tiba tertipu oleh seorang teman, dan terseret masalah besar dengan Bank. Hingga semua asetnya diambil alih oleh Bank, dengan kejadian itu Ayah Renata merasa shock dan bersalah terhadap keluarga, beliau mengalami kecelakaan tragis karena itu .
Renata kembali ke kelas , memikirkan masalah yang tadi dibicarakan dengan Bu Irma, Dosen pun mengakhiri kuliahnya, meninggalkan kelas .
Sepulang kuliah, Renata kembali ke kedai yang tidak begitu jauh dari kampusnya , setiap hari Renata mengunjungi kedai untuk bekerja, separuh waktunya ia habiskan disana . Renata pulang begitu larut , berjalan kaki sendirian , melihat mobil lalu lalang melewatinya , begitu sepi dan dingin .
Tiba depan pintu rumah kos , Renata tertegun sangat lelah, seraya membuka pintu. Melempar tas dan terbaring diatas ranjang .
"Renata, kamu pasti bisa, jangan menyerah" Renata beranjak dari ranjang, bergegas ke kamar mandi , membersihkan diri .
Terlihat lampu kamar masih menyala, Renata masih bersemangat belajar.
Hari sudah pagi, dalam kamar mandi terdengar alarm berbunyi ,Renata sedang menggosok gigi, masalah kemarin tidak menyusutkan semangatnya, namun hari ini Renata memiliki rencana lain untuk membayar biaya kuliahnya.
"Selamat pagi Bu Ijah"
"Selamat pagi Renata"
"Anak itu selalu ceria dan bersemangat" suara lirih Bu Ijah, kagum terhadap Renata.
Renata, berjalan kaki ke kampusnya dikarenakan jarak nya yang tidak terlalu jauh, dia mengambil jalan-jalan pintas untuk mencapainya .
Pembelajaran untuk hari ini telah selesai, dia bergegas ke kelas seorang teman satu Universitas namun beda Fakultas , seorang teman perempuan bernama Intan, Renata melambaikan tangan pada Intan. Intan tersenyum dan membalas melambaikan tangan pada Renata .
"Kamu sudah selesai?" Tanya Intan
"Ya"
"Kalau gitu, bagaimana kita ngobrol disana saja" Intan menunjuk ke arah bangku dekat kelas.
Renata setuju, mereka pun berjalan kearah bangku kosong itu .
"Tan, seperti yang aku sampaikan kemarin , bagaimana, apakah kamu sudah membicarakannya dengan pamanmu?"
"Sudah, kamu jangan khawatir hari ini kamu datang saja ,alamatnya nanti aku kirimkan kan"
"Benarkah, terimakasih Intan" Renata memeluk Intan dengan perasaan bahagia .
"Meskipun lelah aku harus berusaha" suara Renata berbicara dalam hati.
Renata pun berpisah dengan Intan, menuju tempat paman Intan. Tak lama tempat itupun nampak didepan mata, Renata terdiam melihat dari luar, terasa gugup untuk masuk .
Renata masuk dengan hati-hati beberapa orang menatapnya, namun kembali acuh, seorang waiter menatap nya , Renata menghampirinya "Selamat siang , saya Renata datang kesini untuk bertemu Pa Rogers"
"Sudah buat janji?"
Renata mengangguk ,
"Mari saya antar"
Tiba didepan sebuah ruangan seorang waiter itu mengetuk pintunya. Terdengar suara dari dalam menyuruhnya masuk. Beberapa saat Renatapun menunggunya diluar. Pria itu keluar, dan menyuruhnya untuk mengikutinya masuk.
"Silahkan" Waiter itu berbicara pada Renata
"Permisi" berbicara pada seorang pria yang duduk didepan.
"Pria itu pergi meninggalkanku" Renata melihatnya pergi
"Silahkan duduk" Sapa pria didepan itu
"Terimakasih"
Pria itu menatap dan tersenyum kepada Renata, seraya meminta sesuatu yang ia bawa, yaitu surat lamaran kerja. Pria itu membuka lalu melihat isi lamarannya.
"Apakah pria ini adalah paman Intan ?" Renata berpikir dan berbicara dalam hatinya, seraya memperhatikan pria itu .
"Baiklah, kamu boleh mulai bekerja" Pria itu tersenyum
"Sungguh , terimakasih banyak , terimakasih" Renata segera berdiri menganggukan kepala nya beberapa kali seraya mengucapkan terimakasih berulang kali.
"Maaf Pak, boleh saya bertanya ? kapan saya bisa mulai bekerja?"
"Kapan kamu bisa bekerja?" pria itu bertanya balik
"Besok , tidak mengapa?"
"Ya , silahkan"
Renata tersenyum sangat bahagia, wajahnya begitu cerah , diapun pamit dari tempat itu ,bergegas menuju kedai .
Dikedai ,
"Itu bekal mu hari ini?" tanya seorang teman
Renata mengangguk, dan dengan lahap memakan menu bekalnya.
"Renata, kamu sudah dapat pekerjaan tambahan lain?"
"mmm"
"Dimana?"
"Tempat temanku" Renata berbicara dengan mulut penuh makanan.
"Kerja sebagai apa?"
Renata tiba-tiba berhenti dari makannya,
"Aku lupa menanyakannya"
"Dasar bodoh" Temannya menertawakannya begitu jelas.
Renata merogoh Handphone dari dalam tasnya, hendak mengirim pesan pada Intan. Namun Renata termenung , lalu berniat untuk tidak jadi mengirimi pesan kepada Intan, ia berpikir untuk menemui pria itu lagi nanti besok.
Didalam kamar, malam hari ,Renata termenung memikirkan pekerjaan apa yang kan ia dapat ditempat itu .
Keesokan pagi , Renata seperti biasa masuk kuliah , sepulang kuliah siang bekerja di kedai, setelahnya pergi ke Cafe paman Intan.
Suasana malam di Cafe itu sangat ramai, Intan bingung dia harus memulai dari mana, untung bertemu seorang waiter kemarin , Renata menghampirinya .
"Maaf saya yang datang kemarin untuk bekerja"
Pria itu terdiam berusaha mengenali Renata, "Oh ya, mari ikut saya"
Renata pun menurut mengikutinya , Pria itu memberikan pakaian seragam yang sama dengannya , berikut dengan name tagnya .
"Ternyata semuanya sudah disiapkan " Renata bicara dalam hati.
Renata keluar dari ruang ganti karyawan, terlihat pria itu menunggunya, ia mengajak Renata untuk mengikutinya, mengarahkan beberapa pekerjaan pada Renata. Renata pun mengerti dan berterimakasih pada pria itu .
"Terimakasih atas arahannya, Kak Adam " Renata bicara dengan lirih saat menyebut nama pria itu .
Pria itu tersenyum, nampak pemalu.
Renata bergegas menghampiri tamu yang masuk , setelah melihat tamu itu masuk melewati pintu .
"Silahkan"
Para tamu pun duduk. Renata memberikan daftar menu dan menunggu disamping tamu. Setelah selesai Renata kembali menyambut beberapa tamu lain yang datang , hingga waktu kerjapun telah usai .
Meskipun lelah, pekerjaan itu tidak menyurutkan semangat nya. Setelah beberapa minggu, tiba waktunya menerima gaji, upah dikedai cukup lumayan, dengan tambahan uang lembur . Renata segera pergi menemui Bu Irma .
"Aku harus bersemangat lagi mengumpulkan uang, apakah aku harus melakukan pekerjaan tambahan lain?" Renata sangat senang karena hari ini dia dapat mengurangi tunggakan biaya kuliahnya . Wajahnya begitu bersinar .
Malam hari di Cafe dan Resto ternama tempat nya bekerja, Renata sangat tenang menerima beberapa tamu yang datang , dia sungguh cakap dalam bekerja.
"Sayang aku ingin makan pasta hari ini, boleh?" sepasang tamu berbicara didepan Renata
"Pesan saja"
Pria itu begitu acuh, sedangkan wanitanya begitu agresif . Seperti itu yang terlihat oleh Renata , Renata pun menyajikan makanan yang dipesan .
Kepala Renata terasa pusing, dan bumi pun terasa bergoyang, tak tertahan lagi.
"Darah , ada darah" Wanita itu berteriak
Renata sadar jika dia telah mimisan , segera mengelapnya. Adam pun menghampirinya
"Mari ku lihat, pergilah ke belakang"
Renata pun segera pergi, menuju toilet karyawan .
"Aku sudah tidak bersemangat makan lagi, sayang ayo kita pergi saja"
Pria yang duduk bersamanya pun pergi menuruti wanita itu . Adampun memohon maaf atas kejadian tadi.
Renata keluar dari toilet, dengan kepala yang masih pusing, menghampiri Adam
"Kak Adam , mohon maafkan tadi aku "
"Sudahlah ,sebaiknya kamu beristirahat dan minum obat, sebelum kejadian tadi disadari oleh Pak Rogers"
"Baik, terimakasih"
Saatnya pulang, waktu kerja pun telah usai, Renata berjalan kaki seperti biasa , dia menyeringai dalam hati ,
"Renata , sungguh aku telah membuatmu seperti ini" tubuh Renata tiba-tiba terasa dingin dan sangat lemas , tak lama tubuh itu ambruk tidak sadarkan diri, terlihat samar bayangan beberapa orang telah menolongnya .
Lama tertidur , hari sudah pagi. Seorang wanita paruh baya tersenyum didepannya . Renata terkejut
"Dimana saya?" beranjak dari tidurnya,
"Tenang, tidak apa-apa ,kamu dirumah saya, semalam kami menemukanmu jatuh tepat depan mobil, maka daripada itu kami membawamu kemari" lengan wanita itu memegang lengan Renata berusaha menenangkan, tangannya begitu halus dan lembut
"Saya tunggu kamu didepan, untuk sarapan" wanita itu berbicara dengan ramah, dan meninggalkan Renata didalam kamar.
Renata pergi ke kamar mandi yang terletak didalam kamar . Lalu berjalan ketempat yang diminta wanita itu.
"Duduk dan mari kita makan"
Renata merasa canggung duduk bersama wanita yang tidak ia kenal itu, namun wanita itu terus tersenyum kearah Renata.
"Wanita itu masih terlihat anggun meskipun sedang berada di meja makan" Renata memperhatikan wanita itu yang tersenyum sesekali padanya, sambil memakan makanan didepannya .
"Dia begitu rapi, cara dia memotong daging dan mengambil makanannya begitu elegan . Rumah inipun begitu besar, wanita didepanku bukanlah orang sembarang"
"Selamat siang Ibu" Suara langkah menghampiri, nampak seorang pria dibelakang berbicara pada ibunya.
"Pria itu memeluk dan menciumnya , pria itu seperti pernah ku lihat , seperti " Renata tertegun . Pria itupun duduk disamping wanita itu , yaitu Ibunya.
Pria itu acuh , Renata pun tidak menghiraukannya . "Selesai makan mari kita bicara, ada yang ingin saya tanyakan"
"Baik"
Renata mengikuti wanita itu ke sebuah ruangan, duduk berhadapan
"Sangat canggung. Namun wanita itu terus tersenyum dan pembantu wanita nya memberikan tas , yaitu tas ku" Renata terus berkata-kata dalam hatinya.
"Itu milikmu, jangan khawatir kami tidak membuka ataupun mengambil barangmu"
"Terima kasih"
"Dimana kamu tinggal? biar supir saya mengantarkanmu pulang"
"Saya, sewaktu saya terjatuh sebenarnya tempat tinggal saya tidak jauh dari sana, tetapi sekarang dimana saya?" Bicara terbata-bata
"Sekarang ini kamu berada di jalan Ruh"
"Oh, ternyata lumayan jauh dari rumahku"
"Kalau begitu kamu tidak keberatan diantar supir?"
"Tentu saja tidak, malah saya sangat berterima kasih Ibu telah menolong saya"
Setiba dirumah kos, Renata segera bergegas lagi untuk pergi kuliah, dia sama sekali tidak memikirkan keadaannya .
Setelah kuliah usai , Renata berjalan dengan terburu-buru , menuju kedai
"Renata , mukamu pucat"
"Benarkah" duduk bersandar dengan lemas
"Jika kamu sakit, pulang saja , jangan buat repot disini"
"Tidak ! aku baik-baik saja, munkin karena aku jalan sangat cepat, jadi aku kelelahan"
"Baiklah, awas saja jika terjadi apa-apa ! , aku sebenarnya sangat khawatir melihat keadaanmu, dari siang sampai malam otak dan tubuhmu terus bekerja, apakah tidak lelah? , sebaiknya kamu jangan terlalu memaksakan diri"
"Baik, baik .. terima kasih atas perhatiannya , sungguh aku baik-baik saja" Bicara dengan sedikit tersenyum , dengan sedikit merasakan lelah.
"Setelah ini kamu akan pergi ke Resto itu lagi, lanjut bekerja?"
"Ya tentu saja"
"Sebaiknya kamu izin saja ,mukamu pucat begitu"
"Belum satu bulan aku kerja, rasanya tidak etis jika sudah minta izin"
"Terserah"
Renata pun keluar dari kedai beserta teman lainnya selesai waktu kerja.
Renata nampak sudah tidak kuat untuk berjalan lagi, namun dia tidak bisa tidak datang bekerja . Renata nampak berjalan, Bob bersama wanita tunangannya didalam mobil memperhatikannya .
"Wanita itu, masih memaksakan diri"
Bob adalah anak dari wanita yang menolong Renata semalam, dan dia juga pria yang bersama tunangannya makan diResto ,dimana wanitanya mengajak pergi setelah melihat Renata mimisan .
"Sayang , bagaimana kalau malam ini kita pergi ke restoran china saja"
"Terserah "
Keluar dari restoran china, wanita itu muntah
"Sayang aku tak tahan, mual sekali"
"Kamu makan terlalu berlebihan"
"Sungguh merepotkan" Bob bicara dalam hati
Usai mengantarkan tunangannya , Bob pulang melewati jalan Cafe dan Resto tempat Renata bekerja, nampak dari dinding kaca Renata sedang berdiri disamping tamu.
Bob memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Renata, dia merasa tertarik dengan Renata ,
"Perasaan apa ini" mengelak setelah termenung beberapa saat.
Setiba dirumah , ibunya Bob kembali bertanya , menekan akan pernikahan. Namun Bob lagi-lagi mengacuhkannya . Sebenarnya perjodohan dan pertunangan itu tidak ia kehendaki, Bob sangat menyesali tindakan bodohnya .
"Wanita selemah itu, mengapa dia begitu bekerja keras" membicarakan Renata ,Bob terbaring diranjangnya.
"Renata, kamu baik-baik saja?"
"Ya , aku baik-baik saja, kak Adam jangan khawatir"
Adampun tersenyum, tangannya mengelus kepala Renata. Renapa sedikit tersipu ,dan jantungnya berdebar.
"Renata, alamat rumahmu dimana? biar aku antar sekalian pulang"
Renata tertegun ," Apa yang dia maksud, mengajakku pulang bersamanya ?"
"Renata"
"mmm... aku rumahku di jalan Mas"
"Benarkah, benar-benar satu arah, jika begitu mari kita pulang bersama"
"Ya ,terima kasih"
Adam kembali mengelus kepala Renata. Ada perasaan aneh yang ia rasakan, namun tidak tahu apa itu.
Suasana di kampus, begitu ramai . Suara telpon berdering , "Renata handphone mu berdering" seorang teman menegurnya.
"Halo, Ibu apakabarmu"
"Ini aku daniel , kaka ibu sedang sakit , pulanglah, aku tidak tahu harus bagaimana merawat ibu"
"Kemana bibi?"
"Bibi tidak ada, dia sudah pulang ke kampung halamannya"
"Baik, aku akan pulang"
Renata sangat sedih, terlihat dari matanya yang berkaca-kaca .
"Aku harus terus berjuang, sampai aku lulus mendapat ijazah ,agar dapat bekerja ditempat terbaik , demi mu Ibu"
DiKedai
"Renata kamu hari ini minta izin ?"
"Iya"
"Baguslah, memang kamu harus sehari saja untuk izin, tidak baik kerja terus menerus"
"Aku izin karena Ibuku sakit"
"Sakit apa? apakah parah? jika begitu cepatlah kamu pulang , dan ini sedikit uang ,bawalah untuk ongkos"
"Susy kamu sungguh baik" Renata memeluknya ,dan mereka berpelukan.
Renata pergi menaiki bis, tiba dirumah Ibu ,langit sudah mulai gelap.
"Kakak" Daniel menyambutnya
"Ayo kita bawa Ibu ke Rumah Sakit"
"Baik"
Daniel pergi mencari taxi, kondisi Ibu tidak bisa berjalan.
"Ibu, ibu akan baik-baik saja, Ibu harus sehat kembali" Renata menangis tersedu-sedu.
Setelah mendapat perawatan, dan kamar ruang rawat inap, Dokter memanggil Renata untuk membicarakan keadaan Ibunya .
"Ibu jadi kurang memperhatikan kesehatan nya, dia sering melupakan jam makannya, Ibu sering terlihat bersedih setelah kepergian Ayah, apa yang kami alami semuanya tidaklah baik, apakah seharusnya aku tinggal saja, tidak meneruskan kuliah?"
"Kak, apa kata Dokter, bagaimana keadaan Ibu"
"Ibu , munkin sebaiknya aku dekat dengan Ibu, agar aku bisa menjaga dan merawatnya"
"Lalu bagaimana dengan sekolah Kaka?"
Renata terdiam, ada rasa sakit dihatinya . Kemiskinan yang telah menjatuhkan keluarganya, ketidakberdayaan, putus asa .Renata meneteskan air matanya, tak dapat berkata-kata .
Ditempat lain, Kantor Bob
"Bob, Ibu mu datang padaku menanyakan kapan kamu akan menikah"
"Mengapa Ibuku bertanya padamu"
"Entahlah, mungkin karena kita berteman dekat , kapan kamu akan menikah?"
Bob terdiam ,namun dalam hatinya dia berkata "Aku sudah berusaha untuk mendekat dengannya, namun tidak ada yang kurasakan saat bersamanya"
Saat perjalanan, sebentar lagi mobil Bob melewati Resto , ada rasa penasaran, ingin pergi ke Resto itu.
Tid , suara klakson mobil dari belakang , tanpa Bob sadari setir mobil berbalik arah menuju Resto , dan tiba didepan Resto tersebut.
"Apa yang terjadi, mengapa jadi kemari"
Seorang valet parking menghampirinya, Bob pun terpaksa keluar dari mobil dan memberikan kuncinya, masuk ke dalam Resto tersebut , duduk di meja yang disajikan . Bob memperhatikan tidak nampak Renata. Seorang waiters melayaninya , Bob merasa janggal dengan apa yang telah ia lakukan hari ini .
"Bob, apa yang membawamu sampai kemari" bicara dalam hati.
"Kak ,apakah kakak akan menginap?"
"Tentu saja , sampai Ibu membaik"
Dalam hati "Namun itu tidak mungkin melihat keadaan Ibu yang kritis, tidak akan membaik dengan begitu cepat, sedangkan biaya perawatan dan ruang inap ini , darimana uang ku dapatkan untuk membayar semua ini?" Renata sangat bingung, dia memikirkan bagaimana ia mendapatkan uang.
Renata , terdiam sendirian, melihat adiknya terlelap tidur. Berpikir melihat kontak di Handphone, siapa yang dapat membantunya , terpikir akan Intan .
Renata tidak sengaja mengirim pesan kosong pada Intan.
Tring, suara pesan masuk , Intan membalasnya "Ada apa Nat"
Renata pun mengetik pesan dan membalasnya, "Kamu sudah tidur?"
"Belum, ada beberapa tugas yang sedang aku kerjakan"
"Begitu ya" Renata terdiam
"Ada apa , apakah ada sesuatu?"
"Tidak , tidak ada apa-apa, maaf tadi tidak sengaja tertekan"
"Baiklah kalau begitu , Selamat malam Nat"
Renata tersenyum dengan hati yang begitu sedih . Kemana dia harus mencari uang untuk membayar biaya pengobatan Ibunya.
Waktu pagi , Renata terbangun melihat kondisi Ibunya yang belum membaik, kemudian membangunkan Daniel.
"Daniel, bangun ,dengar ,kaka akan pergi sebentar nanti akan kembali, kamu jagalah Ibu dengan baik , ingat jangan tinggalkan Ibu terkecuali jika kamu ingin pergi ke toilet"
Daniel mengangguk .
Tiba di Kampus , Renata masuk kuliah , dengan jadwal yang tersisa. Sepulang kuliah Renata pergi ke Kedai, berharap dia akan mendapatkan pinjaman dari pimpinannya tempat ia bekerja , namun hasilnya nihil, dengan penghasilan tidak seberapa , Renata dianggap tidak dapat dengan mudah mengembalikannya , maka ia pun pergi ke Resto dengan perasaan gugup, rasa penolakan sudah menakutinya .
Tiba depan Resto, Renata melangkahkan kakinya masuk ke dalam Resto tersebut, namun Pak Rogers sedang tidak berada ditempat. Karena waktu bekerja belum saatnya, Renata pun pamit pergi keluar dari Resto , berjalan tanpa arah , tanpa disadari Bob mengikutinya .
"Ada apa dengan wanita ini, hari ini dia begitu tidak bersemangat" Penasaran dan terus memperhatikan Renata .
Tid , suara klakson terdengar keras , Renata sangat terkejut mobil itu pun pergi melaluinya , hampir saja, Renata tidak fokus melihat jalan, tanpa ia sadari mobil tadi sudah ada dihadapannya . Mobil Bob berhenti , terparkir ,keluar dari mobil menghampiri Renata,
"Maaf, kamu tidak apa-apa"
Renata hanya terdiam masih syok dengan kejadian tadi , mata nya berkaca-kaca, Bob memapahnya berjalan kepinggir , tiba-tiba Renata menangis.
Setelah beberapa saat ,Bob hanya membiarkan Renata menangis . Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk Renata,
"Jika kamu baik-baik saja , maka aku akan pergi . Lain kali berhati-hatilah"
"Tuan, tolong saya" Renata menarik ujung setelan jas Bob.
"Tolong saya" Renata menangis terisak-isak
"Kamu butuh pertolongan apa?"
"Saya butuh uang, untuk membayar pengobatan Ibu saya"
"Ibu kamu sakit?"
"Ya, sekarang dia sedang dirawat di Rumah Sakit"
Bob , tidak ragu untuk menolongnya, namun ia tidak tahu bagaimana dia menyampaikannya, dengan hati-hati Bob mengatakan,
"Baik aku akan membayar pengobatan Ibumu, dimana Ibumu?"
"Benarkah?"
Bob mengangguk, Renata merasa senang namun tidak percaya.
"Kamu tidak sedang bercanda? Aku serius, aku butuh pertolongan untuk Ibuku"
Bob tersenyum, melihat keimutan Renata "Ya , aku serius"
"Tapi tidak mungkin kamu tiba-tiba percaya dan ingin menolong Ibuku, kita tidak saling mengenal"
"Tidak kamu salah, aku cukup mengenalmu, kamu adalah wanita yang dibawa Ibu ku kerumah"
"Apa? Ibu yang mana?"
"Yang membawamu ketika kamu pingsan usai bekerja"
"Kamu pria itu?"
Bob mengangguk.
"Tidak ku sangka dia masih mengenaliku, meskipun hanya bertemu sebentar di meja makan" Dalam pikiran Renata hanya itu , namun dalam pikiran dan hati Bob berbeda , jauh dari waktu itu saat di Resto tanpa Renata sadari Bob begitu memperhatikannya, sepanjang waktunya dia menatap Renata dengan cukup jelas, wanita yang terus melayaninya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!