di sudut teras ruang IGD zelia duduk sambil menundukkan kepala. buliran bening mengalir tiada henti meski tanpa ada suara. hati dan pikiran yang sedang rancu membuat nya sulit untuk menghentikan tetesan air mata nya.
"Tuhan... tolong selamatkan nyawa ayahh"
rintihnya dalam hati kala melihat ke arah lelaki renta kesayangannya yang kini terbaring di ruang IGD dengan banyak perban luka dan bermacam alat yang menempel di tubuhnya.
lelaki itu adalah satu-satunya harta yang zelia punya. zelia hanya bisa pasrah dan berdoa keajaiban datang dan dapat membantu kesembuhan ayahnya.
zelia tidak tahu persis kronologi kejadian nya seperti apa. bahkan ia tak tau siapa lelaki yang sudah menabrak ayahnya.
konon kata katanya , ayah nya adalah korban dari tabrak lari yang dilakukan oleh segerombolan siswa SMA yang mengemudi mobil dengan ugal-ugalan hari itu. Hari yang bersamaan dengan hari pengumuman kelulusan diseluruh Sekolah Menengah Atas dijakarta. begitupun dengan zelia yang saat itu ikut merayakan kelulusan bersama teman-temannya di sekolah. canda dan tawa juga perasaan bahagia begitu terpancar diraut wajah mereka. tak ketinggalan pengambilan beberapa gambar kebersamaan momen kelulusan yang pasti akan sangat mereka rindukan ketika mereka sudah duduk di bangku kuliah yang tak sama.
namun keadaan seketika berubah menjadi duka, ketika zelia mendapat kabar bahwa ayahnya masuk rumah sakit dan kritis karena kecelakaan.
zelia langsung pergi menuju rumah sakit dengan balutan seragam SMA yang masih melekat ditubuhnya. pikirannya sudah entah kemana, sulit untuk dijelaskan. badannya pun terasa lunglai kaki nya tak mampu menompang tubuhnya yang terasa lemas hingga ia pun langsung tersungkur jatuh kelantai ketika melihat lelaki renta yang amat ia cintai itu kini terbaring dengan beberapa tubuh yang diperban dan belum sadar dari koma .
"keluarga pasien atas nama pak ivan"
seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD mencari keberadaan zelia. seketik zelia pun berdiri dan menghadap dokter tersebut
"bagaimana keadaan ayah saya dok?" tanya zelia penuh rasa penasaran. "lukanya cukup parah, terdapat benturan keras di kepala sehingga harus segera dilakukan operasi. karena sebaiknya juga ada penanganan khusus untuk pasien jadi pasien harus dirawat inap untuk beberapa hari karena pasien juga belum sadar. mohon mbak nya untuk segera mengurus administrasi agar dokter dapat segera melakukan tindakan operasi"
ucap dokter tersebut. zelia hanya berdiri mematung dihadapan sang dokter . hati dan pikirannya benar-benar sulit untuk dijelaskan. dokter itu pun berlalu pergi meninggalkan zelia yang masih saja berdiri didepan pintu ruang IGD tersebut . "ya tuhan mau dapet uang dari mana aku buat biaya operasi ayah" ucapnya dalam hati.
ia meremas kepala nya dengan keras. berharap sakit pada kepala dan hati nya dapat hilang. ia berharap ini hanya sebuah mimpi tapi ternyata ini adalah kenyataan pahit yang harus ia jalani.
zelia pun duduk di sebuah bangku yang berada di luar ruangan tersebut. " gimanapun cara nya ayah harus sembuh" .
zelia mengeluarkan handphone dari dalam tasnya. ia segera menghubungi om irwan adik dari mendiang almarhum ibu nya yang kini tinggal di bandung, karena hanya om irwan satu-satu nya keluarga yang ia punya. "hallo li" sapa om irwan dari sebrang sana. "hallo om" ucap zelia sambil menghapus deraian air mata dipipinya. "kamu kenapa li?" tanya om irwan yang curiga dengan suara isakan tangis zelia di balik telepon. "ayah om, ayah...." zelia memotong ucapannya "ada apa dengan ayah li?" om irwan bertanya dengan penuh rasa penasaran.
"ayah sakit om, ayah jadi korban tabrak lari om, sekarang ayah dirawat dirumah sakit, ayah harus segera dioperasi om tapi zelia gak tau harus gimana?" ucap zelia sambil menangis sesegukan karena ia tak dapat menahan sesak didada nya. "iya om tau li, om akan lakukin yang terbaik buat ayah ya, om akan segera ke jakarta sekarang, kamu yang sabar yaa.." om irwan sepertinya begitu antusias dan perhatian dengan zelia juga ayah nya meskipun ayah zelia itu hanya kakak ipar untuk nya. tapi ia merasa kasihan dengan zelia yang kini hanya memiliki ayah di hidupnya. ibu nya telah meninggal saat zelia masih duduk di sekolah dasar karena menderita kangker .
sebab itulah om irwan sangat menyayangi keponakan satu-satunya itu karena zelia dan ayahnya lah keluarga yang om irwan punya.
om irwan pun bergegas terbang ke jakarta bersama istrinya yaitu tante ressa .
setelah beberapa jam
"om.....ayahh om" ucap zelia sambil berhambur memeluk tubuh om nya yang baru tiba di rumah sakit. om irwan pun balas memeluk zelia dan mengecup rambut ponakan tersayang nya itu. sedangkan disebelah om irwan ada tante ressa yang berdiri dengan tatapan sinis melihat zelia yang langsung memeluk om nya.
"dimana ayah?"
tanya om irwan celingukan. zelia menunjuk ke arah ruang IGD, om irwan pun berjalan mendekat ke ruangan tersebut melihat sang kakak ipar dari jendela kamar. banyak alat bantu terpasang di tubuh sang kakak, juga monitor detak jantung yang terlihat tak begitu stabil terpampang disana. belum ada penangan apapun hanya perban untuk luka-luka luar . om irwan segera ke bagian administrasi untuk mengurus semua biaya nya agar dapat dilakukan penanganan operasi untuk pendarahan diotak karena benturan keras dikepalanya mas ivan kakak iparnya itu.
di luar ruangan zelia duduk bersebelahan dengan tante ressa yang hanya terhalang satu kursi di tengah-tengah mereka. tak ada obrolan apapun diantara mereka berdua, sedangkan tante ressa hanya sibuk memainkan handphone nya sambil sesekali terkekeh kala membalas pesan entah dari siapa. dari dulu hubungan antara keluarga zelia dengan istri dari om irwan itu memang tidak terlalu baik. mungkin karena tante ressa yang terkenal cetus dan sombong.
"om sudah mengurus administrasi nya, dan dokter akan segera melakukan tindakan operasi untuk ayahmu" ucap om irwan yang baru saja kembali setelah mengurus administrasi dan beberapa berkas di ruang administrasi. ia duduk di antara zelia dan istrinya. tante ressa yang semula fokus dengan handphone nya kini langsung menatap wajah suaminya tajam begitu mendengar bahwa seluruh biaya pengobatan di tanggung oleh suaminya. "makasih om" zelia tersenyum tanpa menghiraukan tante ressa yang memasang muka jutek di sebelah oom nya.
[ditempat lain]
tok tok tok pintu rumah pak arman diketuk oleh beberapa polisi. pak arman membuka pintu rumah nya dan merasa terkejut karena pagi-pagi sekali kedatangan beberapa polisi di kediaman nya. "apa benar ini dengan kediaman bapak arman wijaya" ucap salah seorang polisi. "iya benar, ada perlu apa pak?" tanya pak arman tenang. "kami akan melakukan penangkapan karena telah terjadi pelaku tabrak lari yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga bapak" sahut polisi tersebut. pak arman merasa heran dan tak tau menau tentang tabrak lari yang di maksud polisi tersebut. "apa benar mobil ferary dengan nomor polisi ***** adalah kendaraan milik bapak?" lanjut tanya polisi tersebut. "iya pak, benar. tapi maksud bapak apa ya? siapa yang melakukan tabrak lari?" pak arman mencoba mencari penjelasan dari polisi tersebut. "begini pak... berdasarkan keterangan salah seorang saksi ,mobil ferary milik bapak kemarin sore dikemudikan oleh siswa berseragam SMA dengan kecepatan diatas rata-rata. lalu ia menabrak seorang pejalan kaki yang hendak menyebrang jalan. namun naas orang tersebut tertabrak dan si pengemudi melarikan diri. kini korban sedang kritis dan di rawat di rumah sakit". jelas polisi tersebut.
pak arman benar-benar merasa syok dengan penjelasan atas kecelakaan yang terjadi itu.
"seaaannnnn seannn" teriak pak arman kepada anak bungsunya dengan penuh amarah.
"iyaa pa" jawab sean sambil berjalan keluar mendekat ke papa nya. seketika wajah sean berubah menjadi pucat pasi ketika melihat beberapa polisi telah berada di depan rumahnya. "ada apa ini pa?" tanya sean seolah tak tau apa yang terjadi. "gak usah sok gak tau kamu..!!" bentak pak arman sambil menampar wajah anak bungsunya yang baru saja lulus dari bangku SMA itu.
"pa ada apa ini" ucap bu ida istri pak arman sambil berjalan keluar rumah karena mendengar ada keributan dari luar rumahnya. "lhooo ada apa ini pa? kenapa ada polisi dirumah kita??" tanya mama panik. "sean kamu kenapa??" tanya mama sambil menggoyangkan tubuh anaknya yang kini tertunduk lesu itu. "baiklah pak. saudara sean, anda kami bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan" dua polisi lainnya memborgol tangan sean yang tak mampu berkutik lagi karena ia sadar ini adalah kesalahannya. "pa, sean kenapa pa?" tanya bu ida yang tak tau tentang masalah apa yang menimpa putra bungsunya hingga harus ditangkap polisi. pak arman hanya terdiam sambil melihat anaknya digiring polisi untuk dibawa ke kantor . "paaa maafin sean pa, paa tolongin sean. maa mamaaaa...." teriak sean meminta pertolongan kedua orang tua nya. bu ida tak mampu menahan tangis kala melihat anak nya di giring polisi dan masuk kedalam mobil polisi hingga akhirnya mobil tersebut pergi meninggalkan halaman rumah mereka.
"paa... sean kenapa?" tanya mama kepada pak arman tentang anaknya itu. "biar kan sean mempertanggung jawab kan perbuatannya ma, dia sudah melakukan tabrak lari dan sekarang korban nya sedang kritis di rumah sakit, mama bersiap ayo ikut papa" ucap pak arman sambil berjalan meninggalkan istrinya yang masih dipenuhi air mata dan berdiri di teras rumahnya.
pak arman dan bu ida melangkahkan kaki di kantor polisi. terlihat sean yang sedang di introgasi oleh seorang polisi "papaa" teriak sean kala melihat papa nya berjalan mendekat ke arahnya. "sean yakin, papa kesini pasti mau ngebebasin sean kan pa?" tanya nya penuh rasa bahagia. "gausah ge'er kamu, papa kesini cuma mau cari tau di rumah sakit mana korban yang kamu tabrak di rawat" ucap pak arman datar.
sean terdiam mendengar jawaban papa nya. sesekali ia mengisyaratkan wajahnya meminta pertolongan kepada mamanya. bu ida hanya mendekat dan mengelus kepala putra nya dengan penuh kasih sayang dan belas kasihan begitu pun dengan sean yang memeluk tubuh mama nya seperti anak kecil yang meminta perlindungan. setelah mendapatkan informasi tentang korban dari tabrak lari yang dilakukan anaknya, pak arman segera mengajak istrinya untuk pergi ke rumah sakit tersebut. bu ida pun hanya membuntuti langkah suaminya, ia tau suaminya pasti akan melakukan yang terbaik untuk korban dan juga putra bungsunya itu.
[dirumah sakit]
zelia masih setia menunggu ayahnya siuman meski rasa lelah menimpali tubuhnya. ia menyandarkan tubuhnya di kursi tunggu didepan ruangan begitupun dengan om irwan dan tante ressa. semalaman mereka menginap di rumah sakit .
"keluarga pasien"
seorang perawat keluar dari dalam ruang IGD . zelia dan om irwan seketika berdiri "pak, pasien atas nama pak ivan sudah siuman. pasien sudah bisa ditemui tapi harus bergantian orang yang dapat masuk kedalam.." ucap perawat tersebut. tersirat raut bahagia di wajah zelia dan om irwan atas kabar yang disampaikan perawat tersebut. "om, zelia masuk duluan ya" izin zelia kepada om nya yang juga ingin menemui kakak iparnya itu. om irwan tersenyum dan mengangguk. zelia pun bergegas memasuki ruangan ditemani oleh perawat yang menjaga ayahnya.
"pa, kamu ini bagaimana. keuangan kita kan lagi menipis pa. belum lagi usaha mu yang bangkrut membuat kita habis-habisan. ini baru saja mau memulai usaha lagi, malah kamu pakai untuk biaya pengobatan kakak ipar mu itu" ketus tante ressa protes atas apa yang dilakukan om irwan. "sudahlah ma, kalau bukan kita mau siapa lagi yang membantu zelia dan mas ivan" sahut om irwan.
"yaa tapi kan pa?? kita masih butuh banyak biaya, belum lagi sebentar lagi kehamilanku semakin membesar, banyak hal yang harus kita pikirkan. bukan hanya perawatan mas ivan saja. belum lagi kalau mas ivan nanti cacat , lalu??? kita harus merawat mereka?? membiayai hidup mereka? melanjutkan sekolah zelia ? mama gabisa pa, mama gak sanggup. dari dulu keluarga mas ivan memang selalu saja merepotkan mu" gerutu tante ressa kepada om irwan yang kini hanya menyandarkan kepala nya di kursi tunggu. ia mencerna ucapan istrinya yang memang ada benarnya juga. tapi ucapan tante ressa terasa begitu ketus terhadap zelia dan keluarganya "yasudahlah ma, masalah itu kita pikirkan nanti saja, papa juga pusing" timpal om irwan. tanpa mereka sadari, sedari tadi terdapat sepasang suami istri yang tak sengaja mendengar perdebatan mereka. bu ida menggenggam tangan suami yang duduk disebelah nya, ia merasa tak enak hati dan merasa sangat bersalah karena ulah yang diperbuat oleh putra nya hingga harus merusak hidup seseorang.
zelia keluar dari ruangan, ia pun menyuruh om irwan untuk bergantian menemui ayahnya. om irwan pun masuk ke dalam ruangan itu didampingi perawat yang berjaga disana. setelah beberapa jam, om irwan pun keluar dari ruangan itu. "ma, apa mama mau menemui mas ivan??" tanya nya pada tante ressa yang memasang wajah cemberut duduk di sebelah zelia. tak ada jawaban apapun dari tante ressa atas tawaran yang diajukan suaminya.
"pak,, bolehkah saya menemui pak ivan?" tanya seorang lelaki parubaya yang ternyata sedari tadi duduk bersebelahan tak terlalu jauh dengan mereka.
"maaf bapak siapa ya?" tanya om irwan.
ia tak mau orang yang tak ia kenal masuk dan menemui kakak iparnya yang belum pulih total. "saya arman wijaya pak, saya papa dari orang yang menabrak pak ivan" ucap pak arman sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan om irwan. "ooh jadi anak bapak yang sudah menabrak kakak saya, mana anak bapak??!!!" emosi om irwan tersulut kala mendengar bahwa lelaki itu adalah papa dari orang yang telah menabrak ayah dari ponakannya .
"sabar pak sabaarrr, kita akan selesaikan ini dengan kekeluargaan" ucap pak arman mencoba menenangkan om irwan yang mulai memanas.
"om, tenang om" begitu pun dengan zelia yang memegang tangan om nya itu.
"iya pa, sabar jangan emosi, ini rumah sakit malu kalau ada ribut-ribut" ucap tante ressa yang juga mencoba menenangkan om irwan.
om irwan pun duduk di kursi yang berada di depannya. begitupun dengan pak arman yang juga duduk disebelahnya. "jadi begini pak, saya ingin meminta maaf atas kecelakaan yang telah menimpa pak ivan dan saya pasti akan bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan anak saya terhadap keluarga bapak" ucap pak arman dengan tenang. om irwan hanya terdiam, mencoba menenangkan diri dan menerima permintaan maaf pak arman. om irwan menyadari bahwa dibalik kejadian itu semua tentu tidaklah ada unsur kesengajaan. kejadian itu murni kecelakaan.
"saya akan bertanggung jawab atas biaya pengobatan pak ivan, juga biaya untuk kehidupan pak ivan dan putri nya dikemudian hari. saya juga akan mengganti biaya pengobatan pak ivan yang sudah bapak bayar. kemudian saya akan membiayai agar putri pak ivan dapat melanjutkan pendidikan nya" lanjut pak arman.
om irwan sedikit lega atas bantuan yang ditawarkan oleh pak arman. ia menatap wajah zelia yang begitu sayu kala itu. ia pun menerima permintaan maaf pak arman dan menerima bantuan untuk segala biaya yang ditawarkan pak arman karena memang keadaan ekonomi nya saat ini tidak mendukung untuknya dapat berbuat banyak untuk membantu kakak serta keponakannya tersebut.
cukup lama mereka berbincang.. tiba-tiba seorang dokter datang dan memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. "kenapa dok??" tanya om irwan sambil mencegah dokter tersebut masuk ke dalam ruang IGD. "kondisi pasien di dalam, kembali kritis" ucap dokter tersebut sambil menepis tangan om irwan yang tadi menghalanginya.
"ayahhh..." ucap zelia lirih tak bertenaga sambil menempelkan wajahnya di kaca ruangan yang memperlihatkan bagaimana dokter menangani ayah nya didalam ruang tersebut.
tak lama kemudian, dokter itu keluar dari dalam ruangan, om irwan dan zelia bergegas mendekat menghadap dokter tersebut. "maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain,pasien tidak dapat kami selamatkan".
belum sempat mereka bertanya tentang bagaimana keadaan ayahnya dokter itupun sudah menyampaikan berita duka itu. zelia menjerit memanggil ayahnya dan berhamburan lari memasuki ruangan, ia melihat ke layar monitor terlihat detak jantung ayah nya sudah tak lagi berjalan.
"ini pasti salah, ayah masih hidup kan om??? om, ayah gapapa kan om?? iya kan om??" tanya nya berulang kali pada om irwan yang terlihat meneteskan air mata di hadapan zelia. hancur sudah kehidupan zelia kala mendengar berita menyakitkan itu. takdir seolah memperlakukan nya dengan sangat kejam . ia tak mampu menerima kenyataan pahit yang realitanya harus ia terima.
setelah selesai mengurus pemakaman almarhum pak ivan, mereka semua kembali ke kediaman zelia . di kontrakan yang tak begitu besar itulah disana zelia dan ayah nya tinggal berdua, setelah mama nya meninggal sewaktu zelia duduk di bangku sekolah dasar.
terlihat raut murung pada wajah zelia yang tak dapat disembunyikan. rasa duka masih sangat terasa menyelimuti di dalam keluarga mereka karena kehilangan pak ivan, sebagai satu-satu nya keluarga yang selalu jadi panutan untuk zelia juga om irwan.
zelia berjalan kedapur dan membuat kan teh hangat untuk om irwan, tante ressa, pak arman dan juga bu ida yang sedang duduk di ruang tamu. "silahkan diminum pak" ucap zelia sambil menaruh teh hangat itu diatas meja. sejak kecil zelia memang sudah terbiasa di ajarkan untuk menghargai setiap tamu yang datang dengan membuatkan minuman atau sekedar menyuguhkan makanan ringan.
"gak usah repot-repot nak, lebih baik kamu istirahat dulu, sepertinya kamu sangat lelah"
ucap bu ida sambil tersenyum ke arah zelia.
"bener li, lebih baik kamu istirahat, kamu pasti lelah sekali . kamu istirahat duluan ya, masih ada hal yang ingin om bicarakan dengan pak arman" sahut om irwan.
zelia menganggukkan kepala nya dan bergegas masuk ke dalam kamar nya yang bersebelahan dengan ruang tamu. jadi meski ia berada di ruangan yang berbeda, pembicaraan antara om irwan dan pak arman sangat terdengar jelas oleh zelia.
"jadi begini pak irwan bu ressa, saya ingin menanyakan bagaimana dengan zelia untuk ke depannya ?"
pak arman mulai membuka obrolan di antara mereka yang sengaja zelia simak baik-baik dari dalam kamar. om irwan sepertinya belum sepenuhnya memahami maksud dari ucapan pak arman, ia hanya terdiam tanpa memberikan jawaban apapun.
"hmmmm.... begini maksud saya pak..?! apa bapak tidak keberatan jika zelia kami angkat sebagai anak dan membiarkan dia tinggal bersama kami.???" lanjut pak arman memberikan penjelasan.
"hmm kalau saya terserah zelia nya saja pak, karena zelia sudah besar jadi dia bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri untuk tinggal dimana.." jawab om irwan.
"oohhh gak bisa gitu dong pa.!! anak itu jelas akan sangat merepotkan kita, belum lagi rumah kita juga kan sempit, lalu dia mau tidur dimana?? belum lagi akan lebih banyak biaya untuk makan kalo zelia tinggal sama kita" cetus tante ressa.
om irwan hanya tertunduk mendengar ucapan istrinya itu. memang beberapa tahun terakhir perusahaan om irwan bangkrut total, belum lagi hutang nya dimana-mana, yang memaksa nya kini untuk tinggal disebuah rumah kecil. belum lagi keadaan ekonomi yang mereka alami sedang sulit membuat tante ressa suka uring-uringan .
"pak irwan gausah khawatir, untuk masalah biaya zelia akan kami tanggung pak. begitupun dengan kelanjutan pendidikannya. kami akan biayai sepenuhnya hingga ia jadi sarjana. kebetulan kami juga tidak punya anak perempuan pak, jadi kami akan sangat bahagia jika pak irwan dan bu ressa mengijinkan zelia untuk tinggal bersama kami" ucap bu ida penuh dengan rasa kehati-hatian.
"ooh tentu bu, saya sangat setuju" sahut tante ressa.
"sebenarnya saya sangat berat untuk melepaskan keponakan saya satu-satu nya untuk tinggal bersama keluarga pak arman, namun memang keadaan saya yang tidak memungkinkan untuk mengajaknya tinggal serumah dengan saya dan istri saya. begitupun saya tidak tega jika harus membiarkan nya untuk tinggal sendiri di kontrakan ini. jadi saya setuju dengan permintaan pak arman dan bu ida untuk merawat zelia sebagai anak kalian sendiri" om irwan kembali menundukkan kepala nya, mencoba menahan air mata yang menumpuk dipelupuk mata nya.
"baiklah pak, saya akan sangat berterimakasih atas persetujuan pak irwan" ucap pak arman.
"kita tinggal bicarakan ini dengan zelia nanti ketika ia sudah selesai istirahat" lanjut pak arman.
"tapi pak...?? lalu apa kata saudara, kerabat juga tetangga yang melihat zelia berada dirumah bapak sedangkan anak-anak bapak lelaki semua..?? apakah tidak akan terjadi fitnah nantinya??" tanya om irwan untuk mencari kepastian.
pak arman dan bu ida terdiam dan saling tatap. "begini pak irwan, saya kepikiran untuk menikahkan zelia dengan putra bungsu saya, yang telah menabrak pak ivan. saya juga ingin mengajarkan pada nya tentang rasa tanggung jawab. lagian sepertinya usia mereka sebaya, dan mereka sudah lulus sekolah" jawab pak arman.
"lalu dengan kuliah zelia selanjutnya bagaimana pak?" tanya om irwan
"ooo pak irwan ga perlu khawatir, anak saya juga zelia akan tetap meneruskan kuliahnya. saya berniat menikahkan mereka ya salah satu nya untuk menghindari fitnah di mata saudara dan tetangga" jelas pak arman.
om irwan pun mengangguk mengerti dengan maksud baik keluarga pak arman yang berniat untuk bertanggung jawab karena telah merusak kehidupan zelia bersama ayahnya.
"engggak om, zelia gak mau nikah" ucap zelia sambil berlari keluar kamar.
"li, denger om dulu li,..." om irwan mendekat ke arah zelia yang berdiri di hadapan mereka dengan deraian air mata dan nafas tersengal karena menahan amarah.
"om, tapi menikah muda bukan keinginanku om, menikah muda bukan cita-citaku" ucap zelia sambil menatap mata oom nya.
om irwan pun seketika memeluk zelia, air mata nya tak lagi terbendung, begitu pun zelia yang terisak dalam pelukan oom nya itu.
"li, hidup masih harus terus berjalan, masa depan mu masih panjang. kamu tau kan keadaan om irwan sekarang gimana? bukan oom gak mau mengurus mu li, bukan nya om gak mau kamu tinggal bareng kami, tapi kamu masih punya harapan untuk mengejar cita-cita mu kalau kamu tinggal bersama pak arman dan bu ida" terang om irwan sambil mengelus rambut zelia.
"li, mereka orang baik, anggap mereka sebagai orang tua mu. om akan tetap menjaga mu li, meski om gak bisa selalu ada di sampingmu. lusa om harus pulang ke bandung, banyak hal yang harus om kerjakan. kamu akan lebih baik dan lebih aman jika tinggal bersama mereka li"
lanjut om irwan.
"tapi om, menikah bukan pilihan. aku bisa kok tinggal disini sendiri...!!? aku bisa kok kuliah sambil kerja tanpa harus minta di biayai dengan orang lain. justru aku akan sangat merepotkan mereka om"
bantah zelia yang notabene nya dia memiliki watak yang keras.
"iya li, om ngerti, tapi kamu itu kan perempuan. alangkah baik nya jika kamu ada teman hidup untuk bisa menjaga mu li, om percaya pak arman, bu ida juga anak nya bisa menjaga mu. menikah memang bukan pilihan mu saat ini, tapi kamu adalah orang yang terpilih untuk bisa menikah dengan anak pak arman ,yang pasti banyak wanita diluar sana yang mengantri untuk di jadikan istri oleh nya." ucap om irwan mencoba memberikan penjelasan dan menenangkan hati ponakannya itu.
cukup lama zelia pun akhirnya memahami maksud dari om irwan juga pak arman meski dengan berat hati.
"om, tapi om janjikan? om gak akan ninggalin zelia dan ngelupain zelia..??!" tanya zelia sambil melepas pelukannya dan menatap wajah om nya tajam.
"om janji, om akan selalu ngabarin kamu dan mana mungkin om bisa ngelupain ponakan om yang paling bawel ini" rayu om irwan sambil menjepit batang hidung zelia yang kecil dan mancung. zelia pun tersenyum, begitupun dengan pak arman dan bu ida yang merasa lebih lega karena persetujuan zelia untuk menjadi anak mantu nya. begitupun dengan tante ressa yang merasa bahagia karena tidak akan ada lagi beban dan benalu dalam hidupnya dan om irwan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!