NovelToon NovelToon

Dendam Cinta Tuan Alvin

Menikah?

"Argh! kenapa kamu masih saja memilih dia, Bee? apa kurangnya aku di bandingkan laki-laki lemah itu?" Seorang Pria dewasa berteriak dan mengobrak-abrik kamar mewahnya.

Kamar yang tadinya bersih, rapi dan elegant. Sekarang berubah seperti kapal pecah yang terhempas ombak. Beberapa barang pecah berserakan, hingga bantal dan kasur sudah tidak berbentuk lagi.

"Tenangkan diri anda, Tuan Al. Nona tidak akan pernah kembali pada Anda walaupun anda menghancurkan dunia ini sekalipun," ujar Orang kepercayaan pria itu.

"Ara pasti akan kembali padaku, aku yakin. Aku hanya perlu menghancurkan Ali!" ucap pria itu dengan yakin.

"Dengan cara apa Tuan Aldev akan menghancurkan Ali? dia sekarang di jaga ketat oleh Tuan Rei,"

Ya Pria dewasa itu adalah Alvino Maladeva, CEO perusahaan Maladeva Group dan seorang Mafia kelas kakap yang sedang mengalami depresi akibat penolakan cinta dari Aracelia Daneen Gunawan.

Aldev tertawa sinis. Reiner benar-benar ada di pihak Ali walau mereka lebih dulu saling mengenal. Kecewa? tentu saja. Dia yang lebih mencintai Ara dengan tulus, namun harus kalah oleh seorang laki-laki biasa seperti Ali.

"Aku akan menggunakan orang tersayang Ali untuk menghancurkan mereka!" tekad Aldev sudah bulat bahwa dia akan memakai seseorang yang Ali sayangi untuk menjadi batu loncatan dirinya menghancurkan Ali.

Seorang pria yang berdiri di belakang punggung Ali mengernyit heran. Siapakah orang yang Tuannya maksud? dan rencana apa yang ada di dalam pikiran Tuannya.

"Kau tahu, Andri. Ali mempunyai seorang adik perempuan yang sangat di sayanginya, aku akan mulai balas dendamku lewat gadis itu." Aldev menjatuhkan dirinya di kasur.

"Maksud anda ...."

"Iya, Syifana Mahendra. Gadis bod*h itu yang akan menjadi alat balas dendamku!" sela Aldev saat Andri belum selesai dengan ucapannya.

Andri terdiam berusaha berpikir bagaimana cara Tuannya akan balas dendam menggunakan gadis itu. Setahu Andri, gadis itu masih sangat kecil untuk bisa di manfaatkan.

"Tapi, apakah Tuan yakin dengan keputusan itu? setahu saya gadis itu masih remaja. Bagaimana caranya kita membalas dendam? apakah kita akan memb*nuhnya?" tanya Andri beruntun.

Aldev bangun dari kasur berantakan itu dan melangkah ke arah Andri. Saat sudah dekat dengan orang kepercayaannya, Aldev tiba-tiba menarik kerah kemeja yang di gunakan oleh Andri.

"Kenapa sekarang kau jadi bod*h, Andri! apa kau sudah mau pensiun menjadi tangan kananku?" bentak Aldev dengan suara tegasnya.

Andri hanya diam saat Tuan Mudanya melakukan hal itu padanya. Andri tidak mungkin berani melawan pria yang berkuasa bahkan atas kehidupannya.

"Jawab, Ndri! kau mau aku pecat!" bentak Aldev sekali lagi.

"T-t-tidak, Tuan. Saya masih ingin menjadi orang kepercayaan Tuan Aldev," jawab Andri gugup.

"Lalu, kenapa kau tidak paham dengan maksudku? hanya kem*tian saja tidak cukup untuk membalas rasa sakitku!" ujar Aldev.

Aldev melepaskan cengkramannya di kerah kemeja Andri. Laki-laki itu berbalik dan mendudukkan dirinya kembali di sebuah kursi berwarna merah miliknya.

"Tuan ingin balas dendam seperti apa?" Andri memberanikan diri untuk bertanya.

Paras tampan dengan tubuh ideal yang ada padanya membuat dirinya di kagumi banyak wanita dalam hidupnya, namun hal itu tidak membuat Aldev mempunyai hobi gonta-ganti wanita. Laki-laki itu mempunyai obsesi untuk memilik wanita bernama Aracelia yang merupakan cinta pertamanya sejak kecil.

"Aku akan menikahi gadis bod*h itu," ucap Aldev seraya menyalakan sebatang rokok yang terselip di antara jarinya.

Andri terkejut, apakah Tuan Mudanya ini serius dengan ucapannya? lalu bagaimana dengan rencana merebut Nona Ara jika Tuan Mudanya justru menikahi gadis kecil yang jauh dari usianya.

"Tuan tidak bercanda ingin menikahi gadis kecil itu?" tanya Andri memastikan.

Mendengar ucapan Andri, Aldev kembali merasa geram. Kenapa saat ini tangan kanannya sama sekali tidak berpihak padanya? bahkan meragukan keseriusan dirinya.

"Apa kau melihat kebohongan dalam diriku, Andri!"

Bersambung...

Hai gays, ini cerita lanjutan Rahasia Istri Culunku. Di sini akan lebih fokus pada cara Aldev untuk move on dari Ara. Yang kemarin minta Aldev bahagia. Sabar yah, Aldev pasti bahagia kok jika sudah waktunya. Hehe.

Thanks For Reading...

_Nurmahalicious_

Orang Minta Tolong

Tempat sejuk dan asri mengelilingi desa atas di kabupaten Pekalongan. Walau di samping jalan banyak terdapat jurang, namun tidak mengurangi keindahan tempat itu.

Di sana seorang gadis kecil sedang berjalan kaki bersama dengan seorang wanita paruh baya di sampingnya. Mereka menikmati senja di sepanjang perjalanan itu dengan obrolan ringan antara keduanya.

"Syifa kenapa main sendirian? Abang Ali tidak bisa menemani kamu seperti biasanya?" tanya wanita paruh baya itu.

Gadis itu adalah Syifana Mahendra, putri Ayah Mahendra dan Ibu Salma, satu-satunya adik yang di miliki oleh Ali. Mendengar pertanyaan wanita paruh baya di sampingnya, Syifana tersenyum tipis.

"Syifa kan sudah besar, Bude Nur. Kenapa harus selalu di temani Abang? lagi pula Abang terlalu sibuk mengurus perusahaan mertuanya dan juga mengurus Kak Ara yang sedang hamil." Syifa bergelanjut manja di lengan wanita yang ternyata adalah Budenya.

Bude Nur terkejut saat mendengar ucapan Syifa yang mengatakan bahwa Ara sedang hamil. Sebagai seorang tante dia merasa di lupakan oleh satu-satunya keponakan laki-laki yang di miliki olehnya.

"Jadi Ara sudah hamil, Syfa?" tanya Bude Nur dengan membulatkan matanya.

"Loh, Bude Nur tidak tahu? memang Abang belum kasih tahu? biasanya kan Abang selalu curhat pada Bude," Syfa justru memanasi Bude Nur dengan ucapannya.

Bude Nur menggelengkan kepalanya, Ali benar-benar keterlaluan. Biasanya keponakannya itu selalu mengadu tentang apa saja padanya, tapi berita bahagia justru di sembunyikan dan tidak memberi tahu dirinya.

"Abangmu itu keterlaluan, Syfa! biar saja nanti Bude kasih pelajaran." Bude Nur mengepalkan kedua tangannya.

Melihat Bude Nur yang emosi pada sang Kakak. Syfana tertawa lantang, untuk pertama kalinya Bude Nur marah pada Ali. Selama ini Bude Nur selalu membela Ali bahkan saat Ali melakukan kesalahan sekalipun.

"Ha-ha-ha, akhirnya aku mendengar ocehan Bude tentang Abang. Selama ini 'kan Bude selalu membela Abang," ujar Syfa di selingi tawa renyahnya.

Rumah Bude Nur adalah tempat tujuan saat Ali terkena amarah dari Ayah Hendra. Walaupun harus pergi jauh dari Ibu Kota, Ali hanya memiliki Bude Nur yang dengan sigap selalu melindungi dirinya.

"Kamu tahu sendiri, Syfa. Bude tidak memiliki anak laki-laki, wajar saja kalau Bude menganggap Abangmu adalah anak Bude sendiri."

Syfa melepaskan rangkulannya di lengan Bude Nur. Gadis itu pura-pura merajuk karena Bude Nur kembali membela sang Kakak. Dari dulu yang di akui anak hanya Abang Ali saja, walaupun kasih sayang yang di berikan oleh Bude Nur untuk mereka sama. Akan tetapi sebagai yang termuda di keluarganya Syfana merasa tidak adil karena Bude Nur tidak pernah mengakui dirinya sebagai anak.

"Bude Nur selalu saja membela dan mengakui Abang, tapi tidak pernah mengakui Syfa sebagai anak." Syfa menyilangkan kedua tangannya di dada.

Bude Nur balik mentertawakan gadis itu, rupanya Syfana cemburu dengan sang Abang. Padahal ia selalu memperlakukan keduanya sama, akan tetapi Syfa merajuk karena ingin di akui olehnya.

"Jadi Syfa cemburu pada Abang?" Bude Nur menowel hidung Syfa karena gemas.

Bude Nur masih saja tertawa karena Syfa yang merajuk dan cemburu pada Abangnya sendiri. Akan tetapi Syfa justru terfokus pada suara lirih seseorang yang sepertinya sedang meminta pertolongan.

"T-to-lo-ng," suara samar itu kembali mengganggu pendengaran gadis remaja itu.

"Bude," panggil Syfa pada Bude Nur.

"Kenapa, Sayang?" Bude Nur menghentikan tawanya karena melihat ekspresi Syfa yang seperti penasaran dengan pandangan berkeliling.

"Bude dengar tidak?" tanya Syfa masih dengan pandangan yang berputar ke kanan dan ke kiri.

Bude Nur mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya menyatu, wanita paruh baya itu berusaha tidak bersuara sama sekali guna mencari objek yang di maksud oleh sang keponakan.

"T-tolong ..." suara itu kembali terdengar dengan jelas.

Bude Nur dan Syfa saling pandang karena suara kali ini begitu jelas. Siapakah yang meminta tolong di tempat sepi seperti ini?

"Orang atau demit yang minta tolong, Bude?" tanya Syfa.

Mendengar gurauan yang di lontarkan keponakannya, Bude Nur menepuk lengan syfa agak kencang. Gelap dan sepi seperti ini Syfa masih sempat membahas tentang hantu.

"Kamu jangan bercanda, Syfa!" omel Bude Nur pada Syfana.

"He-he," Gadis remaja itu masih sempat tertawa saat Bude Nur sedang serius.

"To-llong!" Suara itu kembali terdengar semakin jelas.

Bude Nur yang peka dengan sumber suara itu segera berlari untuk memastikan pendengaran mereka tidak salah ataupun mereka di ganggu oleh bangsa lelembut.

Wanita paruh baya itu membulatkan matanya saat melihat di sisi kiri jalan, seorang pria sedang berpegang pada akar pohon. Sedangkan di bawahnya ada mobil yang masih berguling hingga dasar jurang.

"Kenapa, Bude?" tanya Syfana saat Bude Nur menghentikan langkahnya.

"Syfa, tolongin itu. Bude tidak mungkin kuat menarik laki-laki itu ke atas," Bude Nur menyuruh Syfana agar segera menolong laki-laki itu.

Syfana yang baru saja sampai di belakang Bude Nur segera berlari dan berusaha menggapai tangan laki-laki yang sudah terlihat tak berdaya. Namun masih berusaha berpegang pada akar agar tidak terjatuh.

Dengan segenap kekuatan yang di milikinya, Syfana berusaha menarik tangan laki-laki itu ke atas saat sudah berhasil menggapai dan menggenggam dengan erat tangan itu.

"Pegang yang kencang," Teriak Syfa pada laki-laki itu.

"Bude, cepat panggil warga terdekat. Minta bantuan! sepertinya dia mulai lemas," Lanjut Syfa menyuruh Bude Nur agar meminta pertolongan pada warga lain.

Bude Nur segera berlari ke tampat yang biasanya masih ramai oleh penduduk sekitar guna meminta pertolongan. Jika di perhatikan, Bude Nur yakin laki-laki tadi korban kecelakaan.

"Hei, jangan coba-coba mengakhiri hidup dengan cara seperti ini," ujar seseorang di belakang Syfana.

"Argh," teriak Syfa seraya menarik tangan itu ke atas. Namun tangan itu hampir terlepas dari pegangannya karena tangan mereka yang licin dan rasa terkejut Syfa dengan suara di belakang.

Bersambung...

Thanks For Reading...

_Nurmahalicious_

Gevan

Jurang itu terlihat cukup dalam dan curam. Jika diukur, mungkin kedalamannya sekitar 10 meter, belum lagi di pinggirnya hanya terdapat semak-semak pendek yang tidak mungkin kuat dijadikan pegangan, bahkan akar pohon yang dipegangnya pun tak terlihat kokoh.

Suara lantang seorang pria yang sempat terdengar dari belakang berhasil membuat Syifana kaget. Begitu terkejutnya sampai dia mampir melepaskan cengkraman tangannya. Beruntung, pria yang berteriak tadi sempat melihat ke bawah dan langsung reflek memegang tangan korban.

Ternyata, pria sudah salah sangka. Gadis yang dia lihat sedang berjongkok di tepi jurang, ternyata tidak sedang bersiap bunuh diri, melainkan membantu seseorang.

"Kamu tarik tangan kiriku agar aku bisa lebih kuat menarik dia," ujar laki-laki itu menginterupsi Syifana.

Gadis dengan baju merah itu hanya menganggukkan kepala dan menurut tanpa banyak tanya. Meski, dia sendiri masih kesal atas tuduhan dari pria itu. Setidaknya ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat, lantaran pria yang sedang mengalami kecelakaan itu sedang berada dalam kondisi yang krusial.

Syafana melepaskan tangan korban, lalu beralih memegang tangan kiri pria berkemeja biru muda itu, sesuai dengan instruksinya tadi.

"Tarik dalam hitungan ketiga, oke!" ucap pria itu lantang, penuh wibawa kepemimpinan. "Satu, dua, tiga … tarik!"

Sesuai aba-aba, Syafana buru-buru menarik tangan pria yang entah siapa namanya. Sampai akhirnya korban berhasil dibawa naik ke atas dengan selamat.

Begitu sampai di atas korban terlihat tidak sadarkan diri, Syifana dan laki-laki berkemeja biru muda itu kebingungan karena di tempat itu hanya ada mereka berdua.

Laki-laki yang membantu Syifana menolong korban kecelakaan itu membaringkan korban yang sudah tidak sadarkan diri itu di tepi jalan.

Syifana celingukan karena mencari Bude Nur yang tidak kunjung sampai, apakah Bude Nur sama sekali tidak menemukan seseorang yang bisa membantu mereka? pikir Syifa.

"Kamu mencari apa?" tanya laki-laki itu setelah bisa menguasai nafasnya yang tadi sempat memburu.

Syifana hanya melirik sekilas lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada arah Bude Nur pergi tadi tanpa berniat menjawab pertanyaan laki-laki itu. Dia masih sangat kesal karena di tuduh akan mengakhiri hidupnya di jurang ini.

"Hei, kalau di tanya itu jawab! aku sudah bantuin pacarmu ini untuk naik ke atas, dan kamu tidak berniat berterima kasih padaku?" ujarnya seraya memandang Syifana.

Syifana membulatkan matanya setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Benar-benar laki-laki sok tahu. Setelah menuduhnya akan bunuh diri, sekarang laki-laki itu kembali menuduhnya adalah kekasih dari korban kecelakaan ini.

"Kamu kalau tidak tahu apa-apa, lebih baik diam. Aku juga tidak minta kamu menolongnya 'kan? atau kamu mau masukan dia ke jurang lagi? silahkan kalau memang kamu tidak berperikemanusiaan." Syifana berjalan meninggalkan kedua laki-laki itu.

"Hei, mau kemana kamu? jangan main tinggal yah! kalau dia mati aku yang sial nanti," teriak laki-laki itu.

Syifana tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan laki-laki menyebalkan itu. Walaupun dia yang membantu dirinya menyelamatkan korban, tapi Syifana merasa laki-laki itu sangat cerewet dan tidak punya sopan santun.

"Dasar, cowok aneh, cowok freak!" gerutu Syifana merasa kesal.

Saat Syifana menuruni jalan berkelok, bertepatan dengan Bude Nur dan beberapa warga lain yang menaiki jalan itu. Begitu melihat Bude Nur membawa beberapa orang yang bisa menolong mereka, Syifana terlihat mendesahkan nafasnya lega.

"Kamu mau kemana, Syifa?" tanya Bude Nur begitu mereka sudah berhadapan.

"Huh, akhirnya Bude sampai juga. Syifa kira Bude tidak ketemu orang, makanya Syifa mau susulin."

"Gevan," panggil Bude Nur pada seseorang di belakang Syifana.

Syifana menoleh ke arah Bude Nur memandang dan menyebutkan sebuah nama yang tidak asing di telinga gadis itu. Seketika Syifana mematung dengan mulut menganga saat sadar siapa yang di panggil Budenya barusan.

Bersambung...

Thanks For Reading..

_Nurmahalicious_

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!