Sungguh melelahkan. Keluhku. Hari sudah mulai menunjukkan perubahan warna menandakan jadwal istirahat akan datang. Sedari tadi sudah mengatur barang-barang dan membereskan semuanya. Dari mulai membersihkan rumah dengan menyapu, mengelap dan membersihkan kaca rumah yang sedikit berabu.
Kurasa aku sudah terbiasa dengan kepindahan kali ini, karna bukan baru ini aku dan ibu pindah. Sudah kesekian kalinya.
Sebenarnya aku bosan selalu pindah saat mereka menemukan kami, aku belum tau kenapa aku dan ibu selalu menghindari mereka. Ketika aku bertanya alasannya, ibu bilang aku belum siap untuk tau dan menyuruhku untuk mengikuti ibu saja.
Aku hanya bisa mengikuti da terus disampingnya, karna hanya aku dan ibu punya. Dan hanya ibu yang aku punya.
Terdengar suara mobil terparkir di depan.
"Ibu datang. Ra, hari ini kita makan mie pangsit dulu ya. Untuk besok kita mulai belanja di pasar, " ucap ibu seraya membawa dua bungkus makanan yang baru dibeli.
Aku meletakkan sapu di dekat pintu. Dan segera mencuci tanganku. Aku mulai membawakan barang bawaan ibu dan meletakkannya di meja, lalu aku mulai membuka percakapan antara kami.
"Bu, Laura harap ini yang terakhir. Kenapa mereka ga berhenti mengejar kita?," ucapku lemas.
Ibu menghentikan aktifitasnya dan menoleh kearahku yang berdiri tak bertenaga karena kelelahan mengatur kepindahan kami untuk yang kesekian kalinya.
"Ibu harap ini yang terakhir, dan ibu akan berusaha melepaskan semua jeratan yang kita rasakan sekarang. Ibu minta maaf." Sambil menghampiriku dan memegang kedua tanganku.
"Ibu gak akan biarkan mereka menyakiti mu. Laura prioritas ibu sekarang. Ibu janji, "balas Ibu dengan suara rendah dan menenangkan.
Mendengar itu aku hanya bisa memberikan senyum kepada ibu, karna yang sangat lelah dengan kepindahan kami adalah ibu. Kami melewati malam dengan perasaan lelah dan gundah.
Sejak kemarin Ibu mengurus kepindahan ku ke sekolah baru. Dari membeli seragam sampai menyelesaikan kepindahan ku ke sekolah baru.
Ya, aku sudah pindah sekolah ketiga kalinya.
Pertama saat naik ke kelas 2 SMP.
Kedua saat naik ke kelas 1 SMA.
Dan ini yang ketiga, aku duduk di kelas 2 SMA.
Sekolah baruku jaraknya cukup jauh tapi aku masih bisa berangkat jam 6.45 WIB karna jam masuk tepat jam 07.15 WIB.
Setelah selesai sarapan akupun bergegas pergi ke halte terdekat. Sementara ibu masih menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawa ke kantor. Saat aku pindah selama di perjalanan ibu menjelaskan rute bus yang akan aku naiki untuk ke sekolah. Karna jam pergi ku dan ibu berbeda, jadi aku pergi duluan. Setelah menunggu di hakte yang ibu bilang, bus nya pun datang dan aku segera naik setelah membayar tiket bus dengan kartu bus yang juga sudah ibu siapkan.
Ibu sudah menyiapkan kepindahan kami kali ini dengan matang. Pikirku.
Dengan menaiki bus satu arah yang langsung berhenti di depan sekolah aku memilih duduk di dekat jendela dan melihat jalan yang menuju sekolah baruku kali ini.
SMA Nusantara
Sehari sebelumnya, Ibu sudah mengambil baju seragam di sekolah dan mengurus administrasi nya.
Hari ini aku tinggal melapor ke ruang guru dan memberi surat pindah.
"eh, lo tau gak kabar terbaru?," gosip di pagi hari.
aku terus berjalan. Mereka berbicara tepat di sampingku.
"penguntitnya si Rendra hari ini akhirnya nyerah juga. Semalem gue liat dia ngurus kepindahannya dari sekolah kita, "ucap gadis berambut pendek sambil cekikikan dengan temannya.
Temannya meletakkan kaca di dalam saku seragam dan menjawab, "loe seriusan? Si cupu keluar? Wah, bakalan jadi hot gosip disekolah nih kayaknya." membenarkan poninya.
"tapi dia hebat juga sih, dia berani banget bilang suka ke Rendra. Orang cupu dan gak modis kayak dia bilang gitu. Mungkin kaca dirumahnya pada retak smua kali ya jadi dia gabisa ngaca, "jawab santai yang dibalas dengan tertawa lebar.
Aku masih tak habis pikir, kenapa masih berseragam sekolah tapi sarapan paginya malah gosipin orang. Aku hanya menggeleng.
5 menit aku berjalan, aku melihat kerumunan tak jauh setelah aku memasuki gerbang. Mereka tertawa dan memegang ponsel masing-masing.
Aku berjalan memutari kerumunan itu dan bersikap tak acuh, tapi aku terhenti karena mendengar suatu hal.
"gue udah nyerah. gue milih keluar dari sekolah ini, tapi kenapa lo masih aja bully gue (terisak karna dipermalukan didepan umum)," sembari membetulkan letak kacamatanya dia pun berusaha mengumpulkan semua barang-barangnya yang berserakan di bawah.
Siswi berseragam rapi dengan rambut terurai itupun menghentikan tertawa nya setelah mendengar ucapan dari siswi berkacamata itu. Aku belum tahu siapa nama siswi itu, jadi aku menyebutnya siswi berkacamata saja.
"gue udah beri kesempatan untuk lo pergi dari sekolah ini dengan baik-baik dan terhormat. Tapi lo nolak dan lebih milih perjuangin perasaan bodoh lo ke orang yang ga mungkin lo dapet." berjongkok tepat didepan siswi berkacamata. Dan menatapnya tajam.
"harusnya lo ngaca dan tahu diri. Atau gue harus ngasih pelajaran spesial buat lo untuk buat lo nyadar siapa diri lo sebenarnya," sambil menoyor kepala si siswi itu dengan jari telunjuknya diiringi senyuman iblis.
Aku tak tahan.
Aku berjalan mendekati kerumunan itu dan sedikit lagi aku sampai, mereka pun heboh dengan terus menyebut
"hey mereka dateng. wuaaaaaaaa(teriakan dimana-mana)
Mereka membuka jalan untuk kedatangan seseorang yang akupun tak tahu itu siapa. y
Yang pasti aku terdorong kedepan dengan sendirinya karena keriuhan para murid-murid ini.
Gerombolan siswa berseragam dengan satu orang yang menarik perhatian dengan jaket yang ia kenakan.
Lima orang siswa laki-laki jalan dengan santainya kearah kerumunan itu. Dan laki-laki yang memakai jaket itu pun melihat kesekitar nya dengan raut wajah datar.
siswi berambut panjang dengan senyuman iblis itupun berdiri spontan setelah melihat kedatangan para pria boyband itu.
Pria berjaket itupun berjongkok tepat didepan gadis berkacamata.
"gue denger lo keluar dari sekolah ini. Kenapa, karna gue ga bales rasa suka lo?, "tanya nya dengan suara datar hambar dan tak berbumbu.
Siswi itupun menoleh dengan perlahan.
"gue udah nyerah ngejer lo, gu-e...., "belum melanjutkan kata-katanya, siswa berjaket itupun berdiri dan tertawa dengan geliknya.
Tak ada yang lucu, pikirku.
Dengan menghembuskan nafas nya dia pun kembali bersuara,
"gue Rendra Wicaksono. Dan lo siapa? Miss Indonesia? Lo harusnya nyadar, berhak ga punya rasa suka lo itu ke gue, " jawab nya dengan nada belagu.
Sekarang aku tahu nama siswa belagu dan sok keren itu RENDRA.
Aku akan mengingat namanya di sekolah ini dan masuk ke black list ku.
Semua mata tertuju pada Rendra. Akupun sama.
Tapi tatapanku berbeda dengan yang lain. aku hanya tak habis pikir kenapa dia bisa berprilaku seperti ini dilingkungan sekolah.
Tak lama guru pun menghampiri kerumunan murid setelah sekian lama kejadian ini terjadi.
"Hey, hey ada apa ini.? Bubar, Mita kenapa kamu duduk dibawah. Ayo berdiri, " perintah tegas Bu guru dengan memegang buku ditangannya.
Semuanya bubar.
Akupun menghampiri Mita untuk membantunya mengumpulkan barang-barang nya yang berserakan dibawah.
Dia menatap heran.
"Harusnya aku bilang terimakasih. Tapi lebih baik kamu cepat pergi kalau ga mau dicap sama kayak aku, "ucap lirihnya sembari mengambil alat tulisnya yang berantakan.
Aku tak menggubrisnya. Aku tak bisa membantu nya tadi, setidaknya aku bisa membantunya merapikan barang-barang nya.
Setelah dibubarkan guru, entah kenapa langkah Rendra terhenti dan menoleh kebelakang untuk melihat si cupu itu. Pikirnya.
Dia menatap kearahku yang membantu merapikan barang-barang. Hanya sekilas dan langsung berjalan menuju kelas.
Setelah selesai membantu Mita, akupun berdiri dengan membawa tasnya.
"Nama gue Laura. Gue murid baru dan gue juga udah tau nama lo Mita. Semoga kita bisa jadi temen ya, " mengulurkan tanganku untuk berkenalan.
Mita tertegun.
"Tapi gue udah ga sekolah disini lagi, kenapa kamu...., "kata-kata nya pun terhenti.
"Bukan berarti karna lo ga sekolah disini, kita gabisa temenan kan? Btw, gue juga baru pindahan jadi gue gatau daerah sekitar sini, siapa tau lo bisa bantu gue untuk keliling daerah sini, " jawabku cepat dengan senyuman yang bersahabat.
Tanpa kusadari aku belum ke ruang guru untuk lapor kepindahan ku. Aku bergegas melihat jam tanganku dan berkata,
"Wuaawwww, gue bakalan telat nih. Mita, gue duluan ya kalo lo mau bales budi pulang sekolah nanti tunggu gue di gerbang depan dan kita pulang bareng yaa. Okeee, baayyyy, " ucapku cepat karna beberapa menit lagi jam pelajaran akan dimulai dan aku masih mencari dimana ruang guru.
Aku melambaikan tangan ke arah Mita dan berlari cepat.
Ketemu.
Akhirnya dapet juga ruang guru nya.
Aku ngos-ngosan karna lari dari lorong satu ke lorong lainnya.
Kenapa tadi gaminta kasih tau Mita dimana ruang guru nya ya.. Baru teringat.
Aku mengatur nafas dan mengetok pintu dengan 3 ketukan.
Setelah melapor akupun diantarkan salah satu guru yang kebetulan wali kelasku.
11 - IPA 2. Kelas baruku.
Guru mengamankan kelas dengan memukul meja dengan kuat.
"Harap tenang. Hari ini kita kedatangan murid pindahan baru, semoga kalian bisa bantu dan jangan buat onar, " perintah guru itu dan memberikan ku kode untuk segera masuk ke kelas.
Aku mengatur nafas dan sedikit merapikan rambut panjangku yang sedikit berantakan karna efek lari tadi.
Aku memasuki kelas.
Kelas riuh. Semuanya heboh.
"Wuaaaaahhh, Pak guru saya baru tahu murid pindahan kita bidadari. Cantik amat," candanya setelah melihat kehadiran ku di kelas.
Yang lain menambahi dengan kata-kata khas mereka.
" Minta nomor wa nya dong buat dimasukin grup wanita cantik"
"Duduk sebelah gue aja, kosong ni"
"Ntar pulang sekolah gue anter ya, sampe ke bulan juga gue siap anterin"
Dan kata-kata yang lainnya dan sejujurnya tak ingin kudengar.
Guru kembali memukul meja dengan keras.
"Bapak bilang tenang. Jangan buat dia ga nyaman dikelas kita. Dia salah satu murid berprestasi yang untungnya bisa masuk ke kelas kita " ucap pak Damar memperkenalkan ku dengan cara yang berbeda.
Aku hanya tersenyum terpaksa saja.
"Ayo perkenalkan diri ke semua nya, " ucap halus pak Damar mempersilakan ku.
" Nama saya Laura Athifa, panggil aja Laura. Salam kenal, "ucapku datar dan ingin menyudahi ini semua.
Mereka bertepuk tangan. Para lelaki. Dan para wanitanya hanya merespon tak suka dengan kebisingan yang dibuat para lelaki ini.
"Baik, setelah perkenalan selesai Laura kamu bisa duduk di sebelah Rendra ya, " titah pak Damar yang buat kupingku berdenging mendengar nama barusan.
Tatapanku tertuju pada arah yang ditunjukkan pak Damar.
Dia.
Cowok sombong itu.
Entah kenapa tatapan mata nya buatku tak nyaman.
Aku berjalan pelan menuju bangku kosong tepat disebelah kiri cowok tengil ini.
Setelah meletakkan tas akupun mengambil buku dan peralatan tulis untuk memulai belajar.
Sebelah kiriku ada cowok yang sedang membaca buku dan tak bergeming sejak aku masuk kelas.
Auranya beda.
Pelajaran pertama selesai.
Sebelum pak Damar keluar, ia menginstruksikan ketua kelas untuk mengajakku keliling sekolah dan mampir ke perpustakaan untuk mengambil buku pelajaran.
Akupun bersiap untuk keluar. Tapi sebelum aku berdiri, seseorang duduk tepat di mejaku.
Rendra.
Cowok tengil ini.
Tatapanku kesal mengarah kepadanya yang seenak hati duduk diatas meja orang. Aku menatap sinis.
"Gue ngeliat tadi lo bantuin si cupu. Lo siapanya, ibunya?, "ucapnya dengan tangan dilipat di dada.
Aku hanya diam, dan menatapnya. Aku tak berkedip.
Semua orang dikelas menatap kearah sumber suara.
"Lo bisu ya, ini bukan soal ujian yang harus lo pikir dulu sebelum jawab, "terdengar mulai kesal dari nadanya.
Akupun berdiri dengan memundurkan sedikit kursiku kebelakang.
"Ketua kelas, kita bisa keluar sekarang? Setau aku jam istirahat nya cuma sebentar. Ntar gak keburu ke perpus nya, " aku berbicara kearah dimana ketua kelas berdiri dan menghiraukan kicauan si tengil ini.
Rendra menatap kesal karna ucapannya tak digubris.
Sebelum aku berjalan kedepan menghampiri ketua kelas langkahku terhenti.
Tanganku ditahan olehnya, tapi dengan cepat aku hempaskan pegangan nya untuk melepaskan diri.
Diapun tertegun dengan sikapku.
"Si cupu itu punya nama. Dan namanya Mita. Setau gue untuk inget satu nama ga sesulit ngejawab soal ujian," ucapku ketus yang buat seisi kelas hening.
Termasuk Rendra.
Tatapan kesal dan marah bisa kulihat dari matanya. Tapi kuhiraukan. Bukan masalahku juga.
Cowok yang sedari tadi duduk disebelah kiriku dan sibuk dengan bukunya pun menghentikan aktifitas bacanya dan menutup bukunya, setelah mendengar ucapanku.
Dia menatap ku sekilas dengan tatapan penasaran dimatanya.
Aku berjalan menjauhi Rendra yang masih terdiam ditempat.
Aku pergi berkeliling di sekitar sekolah dengan ditemani ketua kelas yang aku lupa menanyakan siapa namanya.
"Lo tadi sarapan apa?," tanya ketua kelas spontan. Dan buat aku jadi bingung akibat pertanyaan nya.
"Hah? tiba-tiba nanyak gue sarapan apa, " jawabku heran atas sikap ketua kelas satu ini.
Diapun menjawab,
"Disekolah ini gaada satupun yang bisa ngelakuin apa yang lo lakuin kayak tadi ke Rendra. Bahkan, pak Damar sekalipun kalo negur Rendra cuma pake kata-kata doang. Kalo sama yg lain bisa sambil narik jambang. Kalo Rendra beda, "ucapan panjang lebar memberiku informasi.
Sambil jalan menuju perpus kamipun terus mengobrol.
"Jujur gue masih ga ngerti dengan apa yang terjadi hari ini. Tadi pagi gue ngeliat murid di bully di depan umum tapi gaada satupun orang yg ngebantuin. Dan disitu juga kasusnya tentang orang yang namanya Rendra. Sekarang gue cuma ngejawab pertanyaan dia dengan cara gue, udah bikin satu kelas hening kaya kuburan. Emang orang yang namanya Rendra itu siapa sih disekolah ini. Kepala sekolah?," jawabku kesal karna kejadian hari ini.
"Dia melebihi Kepala Sekolah, " sumber suara yang berada dibelakangku.
Cowok dengan buku tadi.
Iya itu dia.
Kenapa dia bisa disini.
Tunggu, apa yang barusan dia bilang? Melebih kepala sekolah?
Aku diam terpaku dengan apa yang cowok ini barusan katakan.
"Melebihi kepala sekolah" . Terus terngiang di kepalaku.
Aku memutar badanku dan berhadapan lngsung dengannya. Sementara si ketua kelas yang aku masih belum tu namanya seperti melarang ku untuk menyambut perkataan si cowok ini.
"Oke, kuping gue masih bagus dan gue gaada tanda-tanda budeg atau sebagainya. Apa yang lo barusan bilang? Me- melebihi kepala sekolah?," ucap terpatah ku untuk membalas perkataan nya.
Cowok ini tersenyum sekilas dengan respon ku dan meletakkan tangannya si saku celana.
Lalu menatapku serius.
"Lo harusnya tau setelah apa yang lo buat tadi di kelas, dia langsung aneh. Dan bikin gue tergerak buat nyari lo, "jawab santainya tanpa helaan nafas.
***flashback***
Setelah kejadian di kelas Rendra pun memilih pergi keruangan tempat biasa dia kumpul dengan teman"nya. Tapi yang aneh dia hanya menatap lurus tangan kanannya dengan tangan kiri memegang dagu sembari tersenyum.
"Menarik. Baru dia yang buat gue kayak gini. Cewek pertama yang gamau gue sentuh dan cara ngomong nya..., " terhenti dan diselingi tertawa cekikikan atas perlakuan yang baru saja dia terima.
Teman-teman nya yang baru datang pun heran dengan sikap Rendra kala itu.
"Tu anak kenapa? Kehilangan mobil lagi atau lagi buat sasaran baru, " tanya bingung Jody.
sembari duduk sambil menatap lurus kearah Rendra yang masih tertawa cekikikan di sofa.
Sambil memakan keripik kentang Jody pun bersuara,
" eh Fal, dia kenapa. Ada hal seru yang gue gatau ya. Crita kali ke gue, " tanya penasaran Jody yang diselingi dengan makan.
Naufal menatap heran temannya itu dengan tatapan dingin. Baru kali ini responnya berbeda.
Setiap ada orang yang buat masalah sama dia pasti berawal seperti.
"**gue udah dipermaluin dan gue bakalan bales 1000 kali lipat ke tuh orang "
"gue bakal bikin dia ga betah di sekolah ini walau hanya sehari"
"walaupun ngebunuh itu dilarang tapi gue bakalan 'ngebunuh' dengan cara gue**"
Paling tidak kata-kata seperti itu yang terucap dari mulutnya. tapi yang ini berbeda. Naufal tak bisa menebak apa yang akan dia buat selanjutnya.
Naufal pun memilih keluar untuk mencari sumber dari semua ini.
***flashback end***
Laura masih menatap bingung dan masih mengkondisikan otaknya untuk memahami ini semua.
Ketika dia ingin membuka mulut untuk bicara bel masuk pun terdengar.
"Udah bel, gue duluan, " ucap santai cowok yang barusan bikin otak gue panas dan seakan mau meledak.
Ketua kelas kebingungan karna mereka belum ambil buku di perpus.
Kami pun memilih masuk kelas saja karna ini adalah hari pertamaku tak mungkin aku terlambat di hari pertama.
Pelajaran sejarah.
Bu Ritme masuk kelas.
Aku lihat jadwal pelajaran hari ini dan kudapati satu nama guru unik yang akan masuk kelas hari ini.
Katanya sih gurunya killer. Jadi kelas udah sepi dan senyap sebelum bu Ritme dateng.
"Hari ini saya diberi tau bahwa ada anak baru di kelas. Bisa tolong berdiri, " kata pertama yang diucapkan bu Ritme yang buat jantungku berdegup kencang karna suara nge bass nya.
Akupun berdiri dengan perlahan,
"saya bu, " ucapku kaku sembari mengangkat tangan memperkenalkan diri.
Bu Ritme menatap fokus kearahku dan sedikit memperbaiki kacamata yang melorot ke hidung nya.
"Saya dengar tahun lalu kamu juara 1 Lomba Matematika Nasional antar SMA ya?, "tanya cepat dengan nada tinggi.
Dan buat aku kaget dengan suara guru satu ini.
Tapi, pertanyaan bu ritme buat satu kelas melihat kearahku dengan rasa tak percaya.
Aku menatap kesemua penjuru kelas dengan tatapan bingung..
"I-iya bu, " beberapa kata yang keluar tapi terasa berat.
Rendra yang melihat kearahku dengan wajah tersenyum, tapi aku tak mengerti arti dari senyuman nya itu apa.
Naufal melihat Rendra sekilas lalu melihat kearahku dengan wajah menelaah.
Akhirnya aku dipersilahkan duduk kembali karna telah memuaskan rasa penasaran bu Ritme.
Pelajaran dimulai. Semuanya mengeluarkan buku dari tas.
Astaga.
Gue belum ngambil buku di perpus. Semua karna si cowok hantu ini. Datang tiba-tiba dan buat gue lupa harus ambil buku.
Bu Ritme ngeliat kearahku yang kebingungan di meja. "Laura, kamu belum ambil buku?, " tanya cepat sambil memegang buku dan spidol di kedua tangannya.
Aku terdiam dan tak disadari menelan ludah.
"Rizky, seharusnya ini tugas kamu bawa anak baru ke perpus untuk ambil buku kan. Kenapa belum diambil?." melihat taja kearah ketua kelas yang akhirnya aku tau namanya.
Sebelum aku dan Rizky berbicara, dia pun mengangkat tangan.
"Naufal, kenapa?. " ucap heran bu ritme dengan sikap naufal.
Aku menoleh ke kiri dan mendapati naufal mengangkat tangannya.
Ada apa lagi ini.
"Maaf sebelum nya buk. Gara-gara saya Laura gajadi ambil buku di perpus, karna tadi saya ada keperluan mendadak sama Rizky jadi lupa anter laura ke perpus, " jawab santainya sembari menurunkan tangannya kembali.
Aku dan Rizky terdiam.
Bu Ritme kembali menatap rizky, " benar itu Rizky?. " tanya bu Ritme dengan meletakkan bukunya di meja.
Rizky bingung mau jawab apa. Dia menoleh sekilas ke belakang dan mendapati Naufal menganggukkan kepalanya. Memberinya kode.
"I-iya bu. Ma-af saya gabisa nganter Laura, " jawab gagu rizky yang masih belum mengerti dengan situasi saat ini.
Bu Ritme mengambil kembali buku nya, " tapi sama saja intinya Laura ga ambil buku di perpus. Jadi dia gabisa ikut belajar pelajaran saya hari ini, " keputusan bu Ritme yang buat aku kaget dengan badan duduk tegak.
Rendra yang melihat situasi dengan santainya mengambil bukunya yang bertujuan untuk dberikan kepadaku kala itu.
Tapi langkahnya terhenti karna ucapan Naufal.
"Maaf bu. Ini semua gara-gara saya, jadi biarkan Laura pake buku saya aja, " berbicara dengan nada teratur dan tetap masih santai.
Perkataannya buat seisi kelas menoleh kearahnya atas apa yang ia katakan.
Akupun sama. Menoleh bingung kearahnya.
Rendra menatap tajam Naufal sambil sedikit meremas buku yang sedang ia pegang.
Tanpa pikir panjang bu Ritme mengiyakan saran Naufal. Paling tidak dia sudah bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. pikir bu Ritme.
Naufal meletakkan buku sejarah nya di mejaku dengan pelan.
Aku masih mencerna apa yang sedang ia lakukan.
Kelas kembali normal.
Kamipun belajar dengan tenang.
Tapi aku yang masih tak tenang dengan kelakuan naufal satu itu.
Tadi dingin banget pas ngobrol. Nah sekarang, jadi kalem banget.
Aku mengikuti semua kegiatan pembelajaran sampai jam pulang sekolah.
Setelah kelas usai, aku baru teringat belum balikin buku sejarahnya si Naufal.
Aku langsung melihat ke laci meja dan ambil buku sejarahnya untuk segera dibalikin ke dia.
Tapi dengan cepat Rendra beri kode ke Naufal untuk segera keluar kelas.
Naufal melihatku sekilas sebelum keluar.
Rendra yang ngelihat itu buat kedipan cepat dimatanya dan mengambil cepat tasnya untuk segera keluar kelas.
Merekapun keluar. Setelah mencari akhirnya dapat.
Tapi aku tak menemukan pemilik buku ini.
"perasaan tadi dia disini deh, kok udah, " heranku yang ga nemuin dia lagi.
"Naufal sana Rendra udah keluar barusan, " ucap salah satu murid yang duduk di depanku sat itu.
Aku menatap bingung.
diapun tersenyum. "hay, nama gue Sisi. lo Laura kan. Semoga kita bisa berteman ya, " sembari menyodorkan tangannya untuk berjabat.
Akupun menyambut jabatannya dengan wajah masih bingung.
"Dia udah keluar ya. Okedeh, besok aja gue balikin. Oiyaa, salam kenal juga Si, " jawabku dan membalas senyuman hangat Sisi.
Kamipun berkenalan satu sama lain dan memilih keluar kelas bareng.
Aku pulang dengan aman, tapi aku tak menemukan Mita di gerbang sekolah. Dia tak menunggu ku untuk pulang bersama.
Akhirnya aku pulang sendiri setelah berpisah jalan dengan Sisi.
Menaiki bus dan akhirnya sampai rumah tepat jam makan siang.
Ibu belum pulang. Jarak kantor tempat kerja ibu sekarang jadi lebih jauh. Kalau dulu hanya 15 menit dari rumah.
Sekarang jam butuh waktu 1,5 jam untuk sampai kantor.
Ibu bakalan pulang telat.
Aku memilih membersihkan diri dan segera berbaring di kamar.
Merebahkan diri untuk sejenak memberi waktu tubuhku merasakan kenyamanan tempat tidur, setelah rentetan kejadian yang har ini kudapati.
Akupun tertidur lelap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!