Sang mentari pagi mulai menyapa. Cuaca pagi yang sangat cerah. Tapi tidak secerah hati Alya. Sudah dua minggu ini Alya yang seharusnya sudah berada di tempat kerjanya, sekarang hanya tinggal di rumah saja. Karena bermasalah dengan kesehatannya.
Alya ingin menggerakkan tubuhnya dengan menyapu halaman depan rumahnya. Tiba-tiba muncul Adnan dengan sepeda motornya, berhenti di depan gerbang.
"Hai Al!" Sapa Adnan sambil turun dari sepeda motor. Membuat Alya kaget.
Alya menoleh ke arah sumber suara.
"Pak Adnan ..." senyum merekah di bibir Alya menyambut kedatangan Adnan. Hati Alya sangat berbunga-bunga dengan hadirnya Adnan di depan matanya.
Mimpi apa semalam kamu Alya, sepagi ini didatangi Adnan, pria yang memberikan perhatian kepadamu selama ini. Pria yang kamu rindukan ketika kamu jauh darinya. Tapi Alya pikir selama ini Adnan hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja.
Jadi Alya tidak ingin berpikir yang macam-macam. Takut patah hati. Tapi sebenarnya jantung Alya sudah mau melompat keluar, saking senangnya.
Karena walaupun Alya sakit dan sudah nggak kerja, tapi masih ada teman yang peduli dan mau datang mengunjunginya ke rumah.
Alya menghentikan kegiatan menyapu halaman rumahnya, dan mempersilakan Adnan duduk di kursi teras.
"Pak Adnan dari mana?" Tanya Alya setelah sama-sama duduk di kursi teras.
"Aku dari Teluk Al, terus pas balik, aku lihat ada kamu, ya… sekalian mampir saja." Sahut Adnan sambil memperhatikan Alya.
'Hm, cuma lewat saja ternyata, aku pikir memang datang untuk mengunjungiku,' gumam Alya dalam hati dengan sedikit kecewa.
"Bagaimana keadaanmu sekarang, Al? Sudah sehatkah belum?" Tanya Adnan.
'Nanyain keadaanku? Nggak salah dengar nih aku?' Alya mencoba mencubit lengannya sendiri, antara percaya dan tidak.
'Perhatian juga dia sama aku.' Guman Alya dalam hati.
"Sebenarnya sudah sehat sih, tapi terkadang suka kambuh, bagaimana ya ... aku sendiri nggak ngerti dengan penyakit ini," jawab Alya dengan sedikit murung.
Tapi pandangan mata Adnan tidak mau lepas dari Alya. Gadis yang ia suka. Gaya bicaranya kalem, tingkahnya lemas lembut, berpenampilan sederhana, namun nampak anggun dan bersahaja.
Tatapan Adnan membuat Alyaa merasa kikuk.
"Pak, aku ke dalam dul ... u ..." Alya akan berdiri dari duduknya, tapi Adnan memotong kalimat Alya dan menahannya untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, dan dengan refleks tangan Adnan memegang tangan Alya.
'Al, kamu tahu nggak sih, aku tuh kangen sama kamu?' jerit Adnan dalam hati.
"Ada apa, pak?" Tanya Alya yang nggak mengerti mengapa tiba-tiba Adnan memegang tangannya.
Tapi itu mampu membuat jantung Alya berdetak lebih cepat dari sebelumnya dan tersipu.
Alya melihat ke arah tangannya yang dipegang Adnan.
Dengan wajah kaget karena tidak sadar dengan apa yang dilakukannya, Adnan juga melihat ke arah tatapan mata Alya. Kemudian melepaskan tangan Alya dari genggamannya dengan pelan.
"Maaf." Pinta Adnan.
Alya menundukkan wajahnya yang mungkin sudah memerah seperti kepiting rebus.
Setelah melepas genggaman tangannya, Adnan menghiasi bibirnya dengan senyuman memandang ke wajah Alya yang tertunduk dan memerah.
"Maaf Al, aku nggak bermaksud," ucap Adnan.
"Iya. Pak Adnan mau minum apa? Kopi apa teh?" Tanya Alya sambil menunduk untuk menghindari tatapan mata Adnan.
"Teh saja," Sahut Adnan terpaksa harus melepas kepergian Alya untuk masuk ke dalam rumah.
'Alya, mengapa sih kamu bikin aku seperti ini? Membuat aku ingin selalu dekat dengan kamu? Aku merasa nyaman di dekatmu, Al!" Teriak hati Adnan.
Alya berlalu dan masuk ke dapur untuk membuatkan teh Adnan.
"Kenapa sih pak Adnan pegang-pegang tanganku segala? Tahu nggak sih, kalau jantungku sudah mau copot nih!" Gumam Alya.
Tidak lama kemudian, Alya ke teras dengan membawa secangkir teh. Ditaruhnya di atas meja yang ada di antara Adnan dan Alya.
"Alya, kapan kamu masuk kerja lagi?" Tanya Adnan setelah Alya duduk di kursinya.
"Kepingin masuk kerja lagi sih, tapi apa masih boleh? Kan aku sudah lama nggak masuk kerja dan tanpa izin lagi. Jangan-jangan aku sudah dikeluarkan?" Sahut Alya.
"Nggak dikeluarkan tuh, soalnya masih ada kok daftar namamu di sana." Jelas Adnan.
"Iyakah?" Tanya Alya untuk memastikan.
"Ya iyalah. Kalau kamu nggak percaya, ayo kita ke kantor!" Ajak Adnan untuk meyakinkan keraguan Alya.
"Iya deh," jawab Alya sambil melihat wajah Adnan yang penuh keyakinan itu.
"Kapan? Sekarang yuk!." Adnan menoleh ke arah Alya.
"Kalau begitu aku ke dalam dulu, mau persiapan dan ganti baju." Kata Alya dengan semangat.
Alya beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan sweater warna putih berlengan panjang dan dipadu dengan celana jean panjang berwarna biru dongker.
Dipoles wajahnya dengan make up yang tipis-tipis saja dan menyapu bibirnya dengan lip glos. Karena Alya tidak menyukai make up yang tebal dan menor. Disisir dan diikatnya rambut panjangnya yang bergelombang itu.
Setelah semuanya beres, Alya keluar dari kamarnya dan menuju ke teras.
Dilihatnya Adnan yang masih duduk setia menunggunya.
"Sudah Alya? Berangkat sekarang?" Tanya Adnan kepada Alya yang kelihatan sudah siap.
Alya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Mereka berdua berboncengan menuju ke kantor.
Di tengah perjalanan,
'Ya Tuhan, mengapa pak Adnan baik banget sama aku? Bahkan tidak hanya baik. Pak Adnan juga memberi perhatian kepadaku.
Ah jangan ge-er Alya, pak Adnan juga perhatian kok dengan teman-teman wanita nya yang lain, mungkin memang sudah sifat dari pak Adnan begitu. Terkadang saat kulihat kebersamaan pak Adnan dengan teman wanita lainnya, seperti ke Shinta, Santi, Rina, juga begitu perhatian. Membuatku bagaimana ya ... seperti iri. Ah.. tapi itu gak boleh!
Aduh! Kenapa juga aku harus nggak senang atau iri? Itu nggak boleh Alya! Hilangkan semua pikiranmu yang seperti itu! Fokus saja pada kesehatan dan kerja! Fokus! Fokus!'
Alya yang berada di boncengan belakang Adnan bergumam sendiri.
Tiba-tiba Alyaa dikagetkan dengan Adnan yang sedang memboncengnya di depan membuka suara,
"Alya, teman-teman semua kangen loh sama kamu."
"Oh ya? Benarkah?"
Sebelum Adnan menjawab pertanyaan Alya,
"Al,bolehkan motornya berjalan agak kencang?"
"Ya boleh saja, supaya cepat sampai." jawab Alya.
"Kalau gitu pegangan dong! Aku takut kamu jatuh loh kalau motornya jalannya lebih laju." Pinta Adnan.
"Aku dari tadi sudah pegangan." Jawab Alya.
"Sudah pegangan? Pegangan apa?" Tanya Adnan.
Alya bingung mau menjawab apa, padahal dari tadi Alya memang sudah berpegangan. Yaitu berpegangan dengan bajunya Adnan.
"Berpegangan sama baju pak Adnan!" jawab Alya lirih di dekat telinga Adnan Membuat Adnan tersenyum geli.
"Kok pegangan baju sih, Al?"
Adnan meminggirkan motornya dan berhenti.
"Kenapa berhenti?" Tanya Alya bingung.
Adnan membetulkan letak tangan Alya untuk berpegangan.
"Apaan ini pak! Kok begini?" Alya bertanya dengan wajah memerah dan sedikit kesal.
***
Tiga bulan lalu,
Siang itu, Alya berjalan dengan gontai dari kelas menuju ke gerbang sekolah dengan membawa map berwarna merah di tangan kanannya. Pikirannya melayang entah kemana, dia kelihatan sangat resah.
Memikirkan ucapkan papanya. Karena papanya menginginkan Alya untuk segera pergi keluar kota setelah menerima ijazah. Keinginan papanya sama sekali tidak sesuai dengan harapan Alya selama ini, tapi Alya tidak bisa mengelak keinginan papanya.
Sebenarnya setelah lulus sekolah, Alya ingin mencari kerja di kota tempat kelahirannya, sambil melanjutkan studinya di perguruan tinggi, dengan biaya yang dicarinya sendiri. Dia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.
"Alya! Tunggu Al!" Rubi yang baru saja keluar dari kelas, berlari mengejar Alya yang sudah berada di depan gerbang sekolah.
"Hai, Rub!" Alya menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya Rubi yang ada di belakang, berlari mengejarnya.
Alya berhenti menunggu sahabatnya itu sampai ke tempatnya berdiri.
"Aduh Al, aku memanggilmu dari tadi. Kamu kenapa sih, kok ninggalin aku?"
Rubi penasaran dengan Alya, karena tidak biasanya Alya bersikap seperti itu. Seperti sedang melamun dan memikirkan sesuatu.
"Oh... nggak apa-apa kok Rub, kamu kenapa memanggilku? Mau pulang bareng?"
Alya mencoba menutupi keresahan hatinya dari Rubi. Tapi Rubi selalu tahu tentang sahabat itu. Karena mereka sudah bersahabat kental sejak di bangku kelas satu SMK. Bahkan mereka selalu duduk bersama.
Lalu mereka berbalik berjalan menuju ke dalam pos satpam, yang kebetulan tidak ada seorangpun di sana. Mereka duduk di dalam pos satpam.
"Setelah lulus kamu mau kemana Al?"
Tanya Rubi kepada Alya.
"Aku mau kerja Rub, papa aku menginginkan aku pergi keluar kota." Wajah Alya tiba-tiba nampak murung.
Dan Rubi mengetahui perubahan pada wajah Alya.
"Jadi itu yang menjadi permasalahanmu? Jika kamu keberatan kenapa kamu nggak bilang sama papa kamu? Kan, kamu memiliki cita-cita sendiri? Kamu bilang aja kalau kamu ingin melanjutkan kuliah sambil kerja di dekat-dekat sini saja, Al?"
Rubi sangat tidak tega melihat Alya murung. Bagaimanapun juga Alya dan Ruby sudah bersahabat sejak lama. Dan juga senasib se penanggungan.
"Tapi papa aku tidak ingin mendengarkan penjelasan aku, Rub. Papaku sangat keras. Ya jalan satu-satunya aku harus menuruti kemauan papaku. Aku tidak berani untuk membantahnya. Ntar dikira aku anak durhaka sama orang tua,"
Keduanya terdiam beberapa saat. Masing-masing pikirannya melayang entah kemana.
Tidak lama kemudian Alya membuka suara, "Oh ya Rub, habis ini kamu mau lanjut ke mana?" Tanya Alya kepada Rubi.
Dengan mantap Rubi menjawab, "Aku akan daftar jadi TKI, Al. Aku pengen pergi ke luar negeri dan kerja di Singapura."
"Jauhnya Rubi, kita berpisah dong. Meskipun kita berjauhan kita harus saling memberi kabar ya?" Ucap Alya.
"Oke, itu pasti, Al," jawab Rubi.
Keduanya saling memandang.
Rubi memegang tangan Alya, "Aku pasti akan merindukanmu, Alya."
"Aku juga akan merindukanmu, Rubi,"
Kedua sahabat itu saling berpelukan.
"Hei! Kalian berdua lagi ngapain?" Tanya Ndari yang tiba-tiba sudah berada di dekat mereka.
Bersamaan dengan itu Yeni juga datang menghampiri. Lalu empat sekawan itu duduk memenuhi pos satpam yang terletak tepat di sebelah kanan gerbang sekolah itu.
Mereka saling bercerita tentang tujuan masing-masing setelah lulus dari sekolah.
Yeni sama seperti Rubi, dia akan mendaftarkan diri menjadi TKW. Dia ingin bekerja di singapura, yang saat ini sedang membutuhkan banyak karyawan untuk sebuah perusahaan elektronik.
Kalau Ndari, dia ingin dirumah saja, ingin membuka usaha toko kelontong. Katanya dia akan dimodali oleh tunangannya.
"Aku nggak kemana-mana. Aku dirumah saja. Sama tunanganku aku nggak boleh keluar. Sebenarnya sih aku ingin seperti kalian pergi ke luar negeri. Tapi tunangan aku selalu mengatur ku."
Ndari bicara dengan wajah yang sedikit murung.
"Kamu sih Ndar, belum lulus sekolah saja sudah bertunangan. Mending sekarang kamu menikah saja sama tunanganmu. Bereskan! Hidupmu ada yang menjamin. Kamu nggak perlu lagi mikir mau pergi kemana atau mau kerja apa. "
Yeni bersungut-sungut menimpali ucapkan Ndari.
"Iya juga sih, tapi aku masih ingin bebas seperti kalian."
Jawab Ndari dengan wajah manjanya.
"Sudahlah Ndar, jalanin aja, kan sudah ketemu jodohmu."
Timpal Ruby dengan prengesan di bibirnya.
"Bener itu Ndari apa yang dikatakan Yeni sama Ruby, kalian suka sama suka kan? menurutku mending kalian segera ke penghulu saja deh, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."
Saran Alya yang tidak ingin terjadi hal buruk terhadap Ndari.
"Iya Ndar, aku sering mendengar ada pepatah tuh yang mengatakan habis terima ijazah langsung pergi ijab syah, hehehe …"
Yeni menoel lengan Alya, sambil matanya berkedip-kedip ke arah Ndari.
Dinda, Yeni dan Ruby tertawa cekikikan.
"Aku nunggu aja undangan dari Ndari. Siapa tahu Ndari ijaban sebelum aku berangkat ke luar kota hehehe …." Kata Alya.
"Oh iya Ndar, cita-cita pengen punya anak berapa?" Tanya Ruby yang pertanyaannya tambah ngaco saja.
"Ah Kalian ini ada-ada saja yang kalian tanyakan! Aku belum ngapa-ngapain, pertanyaan kalian itu sudah kemana-mana!"
Raut muka Ndari nampak kesal dan bersemu merah.
"Hahaha ... jangan marah dong Ndar, kita cuma bercanda kok." Ujar Alya.
"Kamu beneran Al, mau ninggalin kita semua? Terus kapan kita akan bertemu? Kapan kita akan berkumpul lagi seperti ini?"
Tanya Ndari dan Yeni hampir bersamaan.
"Ya begitulah, aku harus mengikuti keinginan papa aku. Aku nggak bisa membuatnya kecewa atau marah." Alya menjawab, lalu terdiam sesaat.
"Hey, rumahku tetap di sana. Kalian sewaktu-waktu bisa kok main ke rumah! Pokoknya dimanapun kita berada, kita harus tetap saling memberi kabar ya?" Kata Alya kepada teman-temannya.
"So itu pasti!" Timpal Ruby.
"Ya sudah yuk, sekarang kita pulang!"
Ajak Alya pada teman-temannya.
Kemudian mereka berempat beranjak dari pos satpam. Mereka berjalan menuju keluar gerbang sekolah.
Mereka menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat keadaan jalanan, sedang ada kendaraan yang melintas atau tidak. Di saat jalan kelihatan sepi, mereka berempat berjalan memotong jalan raya.
Setelah sampai di seberang jalan, beberapa saat kemudian, berhentilah sebuah bus mini untuk membawa mereka menuju ke terminal.
Lima belas menit kemudian, mereka berempat turun dari bus mini yang mereka tumpangi tadi. Mereka sudah sampai di terminal kota. Setelah sampai di terminal mereka berempat duduk di sebuah bangku panjang yang kosong yang ada di sana. Menunggu lagi mobil angkot dan bis kota dengan arah dan tujuan masing-masing.
Ruby dan Ndari, menunggu mobil angkot yang sama arah dan tujuan, karena mereka bertetangga dekat. Sedangkan Alya dan Yeni, karena satu arah mereka menunggu bus kota yang sama.
Tapi jarak rumah Alya lebih jauh dari pada rumah Yeni. Yeni cukup setengah jam naik bis kota sudah sampai rumah. Sedangkan Dinda empat puluh lima menit perjalanan bis kota baru sampai di rumahnya.
Tidak lama mereka menunggu, mobil angkot maupun bis kota yang mereka nantikan telah ada. Empat sekawan itu saling melambaikan tangan, akhirnya mereka berempat berpisah di situ.
***
Sesampai di rumah hari sudah sore. Alya melihat segala perlengkapan maupun berkas-berkas yang dia perlukan sudah dipersiapkan oleh papa.
Alya melihat sebuah koper berada di sisi kursi di ruang tengah.
"Al, semua sudah lengkap, tinggal kamu tata dan kamu masukkan ke dalam kopermu itu."
Papa yang tiba-tiba masuk ke ruang tengah mengagetkan Alya yang sedang menatap kopernya.
"Iya pa, ini akan Alya tata dan masukkan ke dalam koper." Jawab Alya.
"Dan ini tiketnya. Nanti kamu berangkat dari rumah sekitar pukul dua dijemput oleh travel ke rumah. Jadwal pesawat pukul 06.00 pagi Al. Awas jangan sampai telat!"
Pesan papa kepada Alya, sambil meletakkan sebuah amplop di atas meja, dekat dengan berkas-berkas yang lain.
Mama di dalam kamar Alya untuk menyiapkan pakaian Alya yang akan dibawa.
"Al, baju mana saja yang akan kamu bawa?"
Alya masuk ke kamarnya, membantu mama menyiapkan segala keperluannya.
"Oh iya Al, kalau sudah sampai di sana, kasih kabar sama mama dan papa. Jangan lupa ucap salam di tempat yang baru kamu datangi.
Jaga nama baik diri sendiri! Jaga nama baik kedua orang tua! Jaga sikapmu dimanapun kamu berada!"
Pesan mama yang tidak bosan-bosannya selalu diulang-ulang untuk Alya. Supaya Alya selalu mengingatnya.
"Iya ma, insya Allah Alya tidak akan lupa kok, semua pesan-pesan mama akan selalu Alya ingat sampai kapanpun, ma. Alya pasti akan kangen sama mama,
Doakan Alya ya ma, semoga Alya di sana nanti cepat dapat kerja, dan betah tinggal di sana dan jadi orang sukses."
Alya memeluk mama dari belakang dengan manja.
"Iya sayang, mama pasti selalu berdoa untuk kamu siang dan malam, mama selalu menyebut nama Alya di setiap mama selesai sholat, hemmm …"
Mama membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Alya, kemudian meraih kepala Alya ditarik ke dalam pangkuan nya.
"Aamiin." Jawab Alya.
Jadi teringat lagu yang pernah kudengar di sebuah siaran di radio,
Di waktu ku masih kecil, gembira dan senang
Tiada duka ku kenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi....ibuku bertelut
Sujud berdoa kudengar namaku disebut
Di doa ibuku ada namaku disebut ...
*****
Malam semakin menggulita, setia menemani Alya yang sedang duduk termenung sambil memperhatikan orang-orang yang sedang tidur di ruang tengah itu.
Alya yang selalu berpikiran positif dan menepiskan pikiran-pikiran negatif, di saat melihat orang-orang yang Alya sayangi yang katanya melekan, ternyata tidur pulas, membuat Alya mengulas senyum tipis di bibirnya.
Sejak sore tadi semua saudara berkumpul di rumah, mereka ingin mengantar kepergian Alya. Ada saudara dari mama dan juga saudara dari papa. Mereka semua berkumpul, bersenda gurau bersama, sambil menunggu datangnya mobil travel yang akan menjemput Alya.
"Al, kamu tidur saja sana! Kan masih nanti pukul 02.00 kamu dijemput travelnya, jadi sekarang persiapkan untuk dirimu selama di perjalanan nanti!" Saran kak Yono, saudara sepupu Alya.
"Apa begitu ya kak, tapi nggak enak juga lho, yang lain pada melek masa aku tidur, sih hehehe…" Jawab Alya cengengesan.
Bukti menyatakan, sampai pukul 01.00 tinggal papa saja yang masih setia membuka mata. Yang lain sudah terlelap.
"Tut … tut ... tut …." Handphone Alya berbunyi.
"Selamat malam," sapa Alya setelah membuka sambungan panggilan di handphone.
"Selamat malam, benar ini dengan Alya Prameswari?" Suara dari seberang.
"Iya benar. Ini dengan siapa?" Tanya Alya.
"Ini dari travel mbak, mobil travel setengah jam lagi datang menjemput di alamat yang diberikan kepada kami saat membeli tiket kemarin." Suara dari seberang.
"Oh iya pak, siap menunggu jemputannya, pak." Sahut Alya.
"Oke ditunggu ya mbak sampai mobil travelnya datang. Selamat malam."
"Selamat malam."
Sambungan handphone diputus.
Alya sudah siap dengan jaket, kaos kaki, dan perlengkapan yang dibawa lainnya.
"Sayang, hati-hati di jalan ya, Mama berdoa meminta kepada Allah, semoga perjalanan Alya lancar dan selamat sampai tujuan, Aamiin." Kata Mama sambil mengelus kepala Alya.
"Iya, Ma. Aamiin. Mohon doa restunya ya Ma, semoga Alya betah di sana dan menjadi orang sukses, Aamiin." Alya mohon doa restu kepada mama.
Duduk di samping Mama, Papa juga mengelus kepala dan bahu Alya,
"Al, hati-hati di sana! Di tempat baru tempat yang rawan harus bisa jaga diri, kesehatan terutama, jaga pola makan jangan sampai telat makan!" Pesan Papa untuk Alya.
"Iya, Pa, semua pesan Papa dan Mama akan selalu Alya ingat. Mohon doanya ya Pa," jawab Alya.
Alya merangkul Papa dan mencium kedua pipi Papa. Papa pun membalasnya demikian.
Papa dan Mama menginginkan Alya mandiri, sukses, bisa jadi anak kebanggaan orang tua. Makanya Papa langsung mengirim Alya pergi keluar kota, walaupun sebenarnya dari lubuk hati Papa menjerit tidak tega melepas anaknya pergi merantau. Tapi tega tidak tega, Papa harus melakukan ini demi masa depanmu, nak. Karena tidak selamanya kamu akan bersama kami. Semua ada masanya.
Kemudian Alya berpindah merangkul dan mencium kedua pipi Mama, Mama pun membalas demikian kepada Alya.
Allahumma Barìklìy Fìì Awladìy, Wa Laa Tadhurruhum, Wa Waf Fìqhum Lì Tho’atìk, War Zuqnìy Bìrrohum.
”Ya Allah limpahkanlah barokah kepadaku dan anak-anakku, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, limpahkanlah kepada mereka taufik untuk taat kepada-Mu dan karuniakanlah kepadaku rezeki berupa bakti mereka.”
Amalan utama orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya, agar jadi anak yang berbakti terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan dan akhirat.
"Tiiin... tiiin … tiiin…."
Suara klakson mobil berasal dari depan rumah.
Papa keluar dan dilihatnya mobil travel telah berhenti di depan pintu gerbang.
"Nak, mobilnya sudah datang."
Papa memberitahu kepada Alya.
"Iya, Pa."
Orang-orang yang tidur di ruang tengah, mulai bangun satu persatu. Mereka mengucapkan selamat jalan semoga selamat sampai tujuan kepada Alya, merangkul dan mencium Alya secara bergantian.
"Al, nanti kalau pulang bawa calon suami, ya," gurau kak Yono.
"Hehehe ... ya siapa tahu ketemu kak, kalau belum ya pulang sendiri hehehe …." Jawab Alya yang tidak ketinggalan dengan tawa kecil di bibirnya.
Semua ikut tertawa mendengar gurauan kocak Yono.
Setelah peluk cium untuk Alya selesai, bersamaan dengan itu, pak sopir mobil travel turun dari mobil, mengambil tas dan koper milik Alya untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil.
Dilihat oleh Alya, di dalam mobil sudah banyak penumpang dengan tujuan yang sama yaitu ke bandara Juanda.
"Baik-baik ya kalian semua selama aku tidak ada, titip Mama dan Papa aku, ya!"
Kata Alya kepada semua saudara-saudara yang ada di situ.
Kemudian Alya naik ke dalam mobil.
"Assalamualaikum…," salam perpisahan Alya kepada semua.
"Waalaikumsalam …." Jawab mereka serempak.
Mobil pun berjalan memecahkan keheningan malam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!