PETIR DARI BARAT
Gemuruh petir terus menyambar di langit desa, para bandit itu tidak menghiraukannya mereka menganggap itu hanyalah petir biasa. Namun, ada satu hal yang belum mereka ketahui. Gemuruh petir itu hanyalah sebuah sihir milik seorang Bounty Hunter yang tinggal menunggu waktu saja untuk meratakan desa para bandit itu.
"Enyahlah" ujar seseorang dari atas sebuah tebing tak jauh dari desa itu.
Saat itu juga hujan petir menghantam tanah dan menghancurkan apapun disana. Sebelum mengetahui apa yang terjadi para bandit itu sudah terkapar di tanah bersamaan dengan itu juga tempat tinggal mereka runtuh dan terbakar oleh api.
"Sepertinya sudah habis" ujar orang itu lagi.
Ia kemudian berjalan kearah desa itu sambil membawa beberapa tali. Ketika ia sudah berada di desa itu seluruh awan hitam yang menyelimuti tempat itu seketika menghilang, menyisakan matahari yang ternyata masih bersinar terang.
Orang itu kemudian mengikat semua penduduk desa itu dan menyeret mereka pergi. Ia menyeret ratusan orang itu sekaligus tanpa kesusahan, ia kemudian berjalan pulang ke kota sambil menyeret orang-orang itu.
Orang itu bernama Indra. Dia adalah seorang Bounty Hunter "Pemburu hadiah" yang bahkan bisa dibilang terbaik di barat. Ia baru saja mengambil bounty dari seorang bandit yang katanya sedang berada di sebuah desa penuh dengan para bandit. Namun, karena kesusahan mencari orang di poster bounty "Harga buronan seseorang, bisa juga sebagai permintaan jasa" itu ia memutuskan untuk menghancurkan seluruh desa itu dan membawa semua orang di sana. Itu harusnya tidak apa-apa karena isi tempat itu hanya bandit, pikir Indra.
Beberapa saat kemudian Indra akhirnya sampai di kota Houstin, Houstin adalah satu-satunya kota yang cukup besar di barat meski tidak sebesar kota-kota di timur. Kota itu terlihat kumuh dan bangunan-bangunan disana masih terbuat dari kayu meskipun sudah terlihat rebuk.
Sesampainya Indra disana ia menuju Bounty Store "Tempat mengambil bounty ataupun mengantarkan bounty" yang terletak di pinggir kota, tempat itu jauh lebih buruk dibandingkan dengan tengah kota. Indra kemudian sampai di depan Bounty Store itu, bangunan itu terlihat sudah mau runtuh, kayu di bangunan itu juga sebagian besar sudah rebuk. Namun, untungnya di dalam tempat itu tidak seburuk rupa luarnya. Semua bangunan dibarat memang seperti itu diluarnya lama kelamaan akan terlihat semakin busuk namun bagian dalamnya pasti akan terlihat jauh lebih baik ketimbang rupa luarnya.
Indra kemudian masuk kedalam tempat itu meninggalkan para bandit yang dia seret diluar Pemilik tempat itu kemudian menyapanya.
"Hei Indra, kau cepat juga padahal kau baru saja mengambil tugas itu. Jadi kau sudah membawa dia?" ujar Sang pemilik.
"Bukan dia, tapi mereka" jawab Indra.
"Mereka? Apa maksudmu? Tunggu, jangan-jangan..." Sang pemilik tempat itu kemudian berlari keluar, dia terkejut setelah melihat ratusan bandit diluar tergeletak begitu saja ditanah, Indra kemudian berjalan menyusulnya.
"Mustahil ... semuanya buronan" ujar Sang pemilik Bounty Store itu setelah mengecek wajah para bandit itu satu persatu.
"Kenapa kau terlihat murung? Bukannya ini menguntungkan kita berdua?" Tanya Indra sambil bingung melihat reaksi Sang pemilik tempat itu.
"Bodoh! Jika kau menghabiskan semua bounty ku lalu aku akan makan apa?" Jawab Sang pemilik tempat itu sambil kesal.
"Apa maksudmu? Bukankah ada puluhan ribu keping emas juga untukmu? Ditambah lagi, setiap minggu kan akan ada poster baru" Balas Indra.
"Akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi, sejak sahabatmu Miller naik pangkat lagi, jumlah kriminal menurun drastis. Aku awalnya juga tidak percaya, tapi setelah mereka jarang membawa poster bounty aku akhirnya mulai percaya" ujar Sang pemilik tempat itu.
"Yang benar saja ... dasar Miller. Apa dia tega membiarkan temannya mati kelaparan?" Gumam Indra.
"Kau bilang sesuatu?" Tanya Sang pemilik tempat itu.
"Tidak" jawab Indra.
"Sepertinya kau harus pergi ke kota lain yang memiliki Bounty Store, karena aku akan tutup sementara" ujar Sang pemilik tempat itu lagi.
"Bukankah tempat ini adalah satu-satunya Bounty Store di Barat?" Tanya Indra dengan bingung.
"Tepat sekali, mau tidak mau kau harus pergi ke wilayah timur tepatnya Kota Lunar" Jawab Sang pemilik tempat itu
"Yaampun ... baiklah daripada aku hanya menganggur di kota ini" balas Indra.
Beberapa saat kemudian Sang pemilik Bounty Store itu menyerahkan hasil bounty Indra yang sebesar 10.000 keping emas, dia juga memberikan sebuah surat.
"Ini hasil bountymu, omong-omong ini surat dari pusat umtukmu, surat ini selalu lupa kuberikan sejak 3 bulan lalu baru hari ini aku akhirnya teringat" ujar Sang pemilik tempat itu sambil menyerahkan surat dan koin emas itu.
Indra kemudian langsung membuka dan membaca surat itu.
"Disini tertulis sebuah sistem baru dan juga ditambahkannya beberapa tingkatan kepada para Bounty Hunter, dan aku disini tertulis Tingkat spesial dan juga peringkat satu. Sebenarnya apa maksudnya?" Tanya Indra.
"Entahlah, aku juga tidak tau tentang sistem baru ini karena sudah 4 bulan tidak ada poster bounty baru yang datang jadi aku juga belum paham, mungkin kau bisa bertanya di Bounty Store di Lunar" Jawab Sang Pemilik tempat itu.
Indra kemudian pamit dan kembali ke pusat kota untuk mengunjungi sebuah klinik dan membeli sebuah obat.
"Hei Anna, aku butuh yang biasanya" ujar Indra kepada seorang Dokter disana.
"Sudah berapa kali kubilang untuk memanggilku 'Dokter' disini? Kau pasti memang sengaja" balas Anna sambil mengacak-acak lemari obat kliniknya untuk mencari obat yang dicari oleh Indra.
Anna adalah teman baik Indra sejak ia menjadi Bounty Hunter, dia juga sering membantu Indra jika sewaktu-waktu Indra terluka karena pekerjaannya entah itu luka ringan ataupun luka yang memgancam nyawa.
"Omong-omong, sepertinya untuk sementara waktu aku akan pergi ke arah timur, tepatnya Kota Lunar jadi aku akan jarang mampir" ujar Indra.
"Aku juga sudah dengar, ternyata selama 4 bulan ini belum ada poster bounty baru bukan? aku yakin itu alasanmu" balas Anna sembari membungkus obat Indra.
"Dokter Oxianna memang hebat, dia bahkan mampu menebak hal seperti ini" ujar Indra dengan nada seperti mengejek sambil meletakkan beberapa keping emas untuk membayar obatnya.
"Jika kau kehabisan obat ini datang saja ke klinik kakak ku. Kliniknya terletak tidak jauh dari Taman Umum di Kota Lunar" balas Anna mengabaikan perkataan Indra.
"Baiklah, akan kupastikan untuk mampir ke sana, mungkin" ujar Indra sambil berpamitan.
Setelah Indra berpamitan dengan Anna ia kemudian langsung memulai perjalanannya menuju ke Kota Lunar. Berbeda dengan kota-kota dibarat yang kecil dan kumuh kota-kota ditimur terlihat lebih besar dan megah. Namun, tingkat kriminal disana sangat tinggi bahkan lebih tinggi dibandingkan dibarat, oleh karena itulah tempat itu sangat cocok bagi Indra untuk memburu para bandit.
KOTA LUNAR
Ini adalah kali pertamanya Indra pergi jauh dari arah barat, kerena itulah Indra selalu terkagum-kagum semakin ia menjauh dari barat. Itu kali pertamanya Indra melihat hijaunya rumput dan pepohonan dimana-mana jauh berbeda dibandingkan di barat yang hanya penuh dengan tanaman kaktus dan tanah gersang.
Semakin menjauh Indra dari kampung halamannya itu, semakin banyak pula hal yang belum pernah ia lihat di barat semisalnya makhluk-makhluk sihir yang terlihat aneh di mata Indra seperti kawanan Goblin, Peri, Troll, dan bahkan juga Naga. Indra yang penasaran dengan Goblin cebol itu mencoba mendekati mereka. Namun, para Goblin yang cebol dan berbadan hijau itu terlihat ketakutan dan berlari terbirit-birit setelah melihat Indra mencoba mendekati mereka.
Indra akhirnya menemukan pedesaan pertama yang pernah ia lihat di timur. Ia kemudian memutuskan untuk singgah kesana. Meskipun hanya sebuah desa bagi Indra tempat itu sudah sangat megah di matanya. Tidak ada bangunan yang temboknya terbuat dari kayu dan juga beratap jerami. Bangunan-bangunan disana sudah beratap genteng yang terbuat dari tanah liat, temboknya sudah terbuat dari batu yang disusun rapi dan dilekatkan dengan gamping.
Indra juga mengunjungi pasar di desa itu, itu juga pemandangan langka bagi Indra karena di barat juga jarang ada desa yang memiliki pasar. Pasar itu sangat ramai kedai-kedai itu terlihat menggunakan terpal yang ditopang dengan kayu, meja untuk mereka menaruh barang jualannya. Tempat itu juga dipenuhi teriakan-teriakan para penjual yang menawarkan dagangannya masing-masing seperti makanan, sayur-sayuran, berbagai jenis mainan, benda-benda di rumah tangga, dan juga beberapa potion sihir. Ada banyak pembeli melakukan tawar menawar dengan sang penjual, banyak juga orang yang terlihat mengunjungi sebuah kedai makanan, beberapa dari mereka terlihat tidak sabaran menunggu pesanan.
Di pasar itu Indra membeli beberapa persediaan makanan tambahan dan juga beberapa ramuan sihir. Indra kemudian melanjutkan perjalanannya pergi ke Kota Lunar, semakin ia berjalan semakin takjub pula ia dengan pemandangan yang disuguhkan oleh alam itu sebuah sungai yang dibungkus oleh ratusan pohon disekitarnya, air terjun yang terjatuh dari tebing itu menambah keindahan tempat itu.
Setelah beberapa hari berjalan ke arah timur akhirnya Indra sampai ke Kota Lunar. Kota itu benar-benar jauh diluar ekspektasinya, bangunan-bangunan besar dan megah tersebar dimana-mana, orang-orang juga berlalu-lalang melintasi jalan di kota itu beberapa dari mereka berjalan kaki, beberapa juga menunggangi seekor kuda, dan tidak sedikit juga yang membawa kereta kuda. Bangunan yang paling mencolok adalah kastil para bangsawan, bangunan-bangunan milik mereka terlihat jauh lebih megah dibandingkan yang lainnya.
Puas berkeliling kota, Indra kemudian memutuskan untuk pergi menuju Bounty Store di Lunar. Setelah ia sampai di depan Bounty Store itu dia sekali lagi terkagum melihat tempat itu. Bukan karena tempat itu terlihat megah. Namun, karena bentuknya yang sangat berbeda dengan Bounty Store yang ada di barat. Tempat itu cukup besar ditambah dengan banyaknya orang disana, berbeda dengan Houstin yang Bounty storenya hanyalah gubuk kecil dengan ribuan kertas didalamnya. Tempat itu bahkan memiliki bar dan restoran untuk para Bounty Hunter.
Para Bounty Hunter terlihat sedang asyik duduk sembari melihat-lihat poster buronan yang berserakan di meja mereka beberapa dari mereka hanya sedang bermabuk-mabukkan tanpa menghiraukan poster bounty disana.
Didalam tempat itu Indra melihat bar dan restoran yang lebih besar, hidangan yang dihidangkan juga terlihat berbeda dengan restoran yang berada di luar, dia juga melihat banyak meja disana yang terisi oleh orang-orang. Namun, sepertinya bukan hanya "orang" yang sedang duduk di sana.
Beberapa dari mereka berpenampilan aneh, bahkan beberapa dari mereka terlihat sudah bukan manusia. Pandangan Indra tidak berpaling dari sebuah tengkorak yang bergerak, awalnya dia hanya mengira bahwa itu hanyalah sihir milik seorang Necromancer. Namun, tengkorak itu terlihat seperti risih setelah menyadari Indra terus menatapnya.
Tengkorak itu kemudian berjalan dengan sempoyongan menuju ke arah Indra yang berdiri tidak jauh dari pintu masuk.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Ujar Tengkorak itu dengan suara yang rendah dan serak.
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedang melihat-lihat sekitar, maaf ini kali pertama aku disini" jawab Indra.
"Begitu ya? Baiklah. Bagaimana jika aku membantumu berkeliling tempat ini, bagaimana menurutmu?" Balas Tengkorak itu sambil menawarkan bantuan.
"Itu terdengar bagus, boleh saja selama itu tidak merepotkanmu. Omong-omong siapa namamu?" Ujar Indra sambil bertanya.
"Panggil saja aku Opstann. Bagaimana denganmu?" Jawab Opstann sambil bertanya kembali.
"Indra" jawabnya.
"Baiklah Indra, mungkin kau sudah menyadarinya. Namun, aku akan tetap menjelaskannya kepadamu. Jika kau sempat melihat orang-orang diluar. Mereka melihat-lihat poster buronan bukan? Itu adalah sistem baru yang dibuat oleh pemerintah beberapa bulan lalu" belum selesai Opstann berbicara. Namun Indra memotongnya.
"Sistem seperti apa lebih tepatnya?" Tanya Indra tidak sabaran.
"Hahaha, kau terlihat bersemangat. Aku baru saja mau menjelaskannya. Jadi di sistem baru ini ada beberapa peraturan yang mereka terapkan, contohnya pembaruan di poster buronan. Sekarang ada sesuatu yang dipanggil 'Rank' dalam poster-poster itu, seperti Rank D, Rank C, Rank B, Rank A, Rank S, S+, SSS, dan SSS+ setiap Rank memiliki kesulitannya masing-masing. Mereka juga menambahkan tingkatan pada kita sebagai Bounty Hunter semakin kuat semakin tinggi pula tingkatan itu.
Tingkatkan ini terdiri dari 5 tingkat. Tingkat 4 biasanya memburu bounty dengan Rank C kebawah, Tingkat 3 dan 2 memburu Rank B kebawah, sedangkan Tingkat 1 memburu Rank A kebawah, dan yang terakhir Tingkat Elite mereka hanya ada tiga orang hingga saat ini.
Yang pertama adalah seseorang yang dijuluki 'Lightning From the Wild West' tidak banyak yang ku ketahui tentang orang ini. Namun, yang kuketahui hanyalah dia yang terkuat diantara mereka yang bergelar Tingkat Elite, dia juga belum pernah menunjukkan wajahnya di kota ini, orang-orang mengatakan bahwa dia hanya bekerja di barat. Selanjutnya adalah Aurora Refflesia, dia adalah seorang bangsawan. Tidak ada yang tau mengapa ia memutuskan menjadi seorang Bounty Hunter, mengingat ia adalah seorang bangsawan yang terhormat, yang pastinya sudah hidup senang.
Yang terakhir adalah Noah. Dia pernah berada di sebuah guild. Namun, orang-orang bilang ia tidak cocok berada di sana. dia memang kasar, tetapi meski begitu ia bukanlah orang jahat dan dia juga bersikap baik dengan orang yang dia hormati.
Mereka yang menyandang Tingkat Elite biasanya mengambil Rank SSS+ kebawah. Jika kau melihat meja-meja itu tadi, disetiap meja itu diletakkan poster bounty dengan Rank yang berbeda disetiap meja itu. Meja yang paling kecil dengan dua orang yang duduk di sana adalah tempat mereka menaruh poster dengan Rank S hingga SSS+ aku menyarankan mu untuk tidak mendekati mereka, mereka adalah dua dari tiga Bounty Hunter Tingkat Elite. Level mereka jauh sangat berbeda dibandingkan kita. Dan jika kau bertanya-tanya tentang aku berada di Tingkat apa. Aku berada di Tingkat 1 cukup hebat untuk seorang tulang belulang bukan? Hahaha" Opstann menjelaskan semua itu sambil menemani Indra menjelajahi tempat itu.
"Bukankah kau berada di Tingkat 1? Apakah perbedaan kekuatannya sebesar itu?" Tanya Indra.
"Tentu saja, mereka sangat kuat. Bahkan tidak bisa dibandingkan dengan level kami yang berada di Tingkat 1" jawab Opstann.
Indra tau betul julukan disebutkan oleh Opstann tadi. Tentu saja karena itu adalah dirinya sendiri. Dia tidak menyangka bahwa ia juga Bounty Hunter yang terbaik di timur. Itu karena semua Bounty Store didirikan oleh pihak kepolisian yang berada dibawah pengawasan langsung oleh pemerintah yang memimpin Kerajaan Compaxt, itulah mengapa Indra masih dikenal bahkan di timur, karena prestasi Indra selalu dicatat oleh pihak keamanan atau polisi.
Indra juga tidak menyangka, bahwa Tengkorak hidup yang awalnya dia kira adalah hantu bisa seramah ini dengannya. Namun, dia tau bahwa tengkorak itu sangatlah kuat. Indra yakin Opstann sengaja untuk tetap berada di Tingkat 1.
"Hei, Opstann. Apakah Tingkat yang berada dibawah Tingkat Elite tidak boleh mengambil poster dengan Rank S keatas?" Tanya Indra.
"Bukan berarti tidak boleh. Namun, alasan mengapa jarang Tingkat bawah mengambilnya adalah karena itu adalah bunuh diri" jawab Opstann.
"Jadi begitu…" balas Indra mengerti.
Indra kemudian berjalan ketengah tempat itu. Dimana meja-meja penuh dengan poster buronan. Indra mulai memilih-milih. Namun, dari Rank D hingga A, tidak ada yang sesuai untuknya. Indra kemudian menuju ke meja kecil dimana poster dengan Rank S keatas diletakkan di sana.
Setelah Indra sampai di meja itu, ia kemudian mengacak-acak poster-poster itu didepan dua orang yang sedang duduk disana. Orang-orang disana semuanya melihat Indra sambil ketakutan. Bukan karena Indra. Namun, karena dua orang yang duduk di sana, salah satu dari mereka menegur Indra.
"Kau orang baru ya? Aku sarankan untuk mengambil Bounty tanpa Rank jika kau adalah seorang pemula, karena itu yang saat ini kau mampu" Ujar seorang gadis yang duduk di sana.
Sudah jelas jika dia memandang Indra dengan sebelah mata, meski ia memandang Indra begitu. Wajahnya terlihat anggun dan cantik. Ia memakai dress hitam dengan motif bunga, ia juga memakai sebuah bando di kepala dan setangkai bunga di telinganya. Gadis ini sudah pasti salah satu dari Bounty Hunter dengan Tingkat Elite, Aurora Reflesia yang telah diberitahu oleh Opstann.
"Terimakasih atas saranmu. Namun, aku merasa poster yang berada di sini sepertinya lebih cocok untukku Balas Indra sambil menatap wajah cantik itu.
"Heh, Sadari posisimu ... untung saja kau hanyalah seorang pemula yang minim pengetahuan. Jika tidak kau sudah kuberi pelajaran" ujar salah satu lagi dari mereka yang juga duduk di sana.
Orang itu adalah Noah, juga salah satu dari Tingkat Elite dia terlihat cukup dekat dengan Aurora. Tubuhnya tinggi dan besar, sesuai kata Opstann orang ini sedikit kasar. Ia memakai sebuah jas formal yang rapi dan juga sebuah kacamata. Penampilannya berbanding terbalik dengan sifatnya kepada orang baru.
Tempat itu hening sejenak tidak ada yang berani berbicara.
"Untungnya ... posisiku masih sedikit lebih tinggi dari kalian berdua, seharusnya aku punya hak ini" balas Indra kepada mereka.
Tempat itu semakin hening, Aurora tidak menanggapi perkataan Indra itu. Namun, Noah terlihat tidak senang dan bersiap kapan saja memukul Indra.
Bartender yang berada di sana tidak tinggal diam dan memberanikan diri untuk melerai mereka.
"Tuan-tuan harap tenang. Dan anda tuan, Anda seharusnya tidak mengaku-aku bahwa anda berada di tingkatan tertentu. Itu akan menimbulkan banyak kesalahpahaman" ujar seorang bartender disana mencoba menenangkan Noah.
"Aku punya bukti. Kau buka saja surat ini" ujar Indra sambil memberikan sepucuk surat kepada bartender itu.
"Namun, jika bukti itu belum cukup aku siap meladeni siapapun" lanjut Indra.
Seketika kota itu sudah dipenuhi oleh awan hitam, semua orang di Bounty Store itu akhirnya tau, bahwa Indra tidak membual. Mereka tau bahwa awan hitam itu adalah sihir dan aura sihir dari awan hitam itu sama persis dengan milik orang yang sedang berdiri didepan mereka.
Bartender itu kemudian membuka surat itu dan mulai membacanya. Belum habis surat itu ia baca. Namun, ia sangat terkejut membacanya. Orang yang berdiri didepannya adalah Bounty Hunter terbaik di barat, sekaligus orang yang juga menyandang gelar "Lightning from the wild west" orang yang selama ini belum pernah menunjukkan wajahnya di Timur kini akhirnya menunjukkan dirinya. Wajahnya terlihat tidak bisa berkata-kata.
Setelah berhasil menemukan poster buronan yang pas menurutnya. Indra kemudian beranjak pergi dari tempat itu untuk memburu bounty itu.
"Maaf! Maaf atas kelancangan saya Tuan! Anda boleh duduk di mana saja" ujar sang bartender dengan ketakutan.
"Terimakasih" balas Indra.
Noah dan Aurora kehabisan kata-kata melihat sihir Indra. Mereka akhirnya paham mengapa mereka tidak mampu melampaui orang ini.
TOM SI LAUT MERAH
Indra melihat-lihat poster buronan, ia menemukan satu yang menarik ia segera beranjak pergi meninggalkan tempat yang masih sangat hening itu. Noah dan Aurora saling menatap seolah tidak percaya begitu juga yang lain.
"Oh sial ... aku lupa dengan sihirku tadi" ujar Indra sambil melihat langit yang masih dipenuhi awan hitam.
Ia menjentikkan jarinya dan bersamaan dengan itu seluruh awan itu lenyap menyisakan sinar Mentari.
Indra kemudian mencari informasi tentang bajak laut yang sedang ia incar. Bajak laut itu bernama Tom, dia dijuluki "Tom Si Laut Merah" ia dijuluki begitu karena setiap ia bertarung dengan bajak laut lain atau menjarah para nelayan maka seluruh area pertempuran itu akan penuh dengan darah, entah itu di darat maupun di laut.
"Bajak laut ya? Ini pasti akan sulit. Bagaimana bisa aku mencari informasi tentang orang ini?
Tunggu dulu, jika aku mencari orang yang ditakuti di laut, berarti aku harus mencari orang yang takut dengan bajak laut. Tentu saja! Berarti sekarang aku harus mencari para nelayan di pelabuhan" ujar Indra berbicara sendiri.
Setelah beberapa lama ia mencari pelabuhan itu, ia akhirnya menemukannya. Tempat itu cukup besar untuk sebuah pelabuhan. Mungkin karena ini kali pertama Indra melihat pelabuhan laut, dikarenakan sebelumnya Indra hanya pernah melihat pelabuhan kecil di sungai. Pelabuhan itu dipenuhi oleh perahu dan kapal yang sudah terikat, tempat itu juga dipenuhi orang-orang karena pasar ikan disana. Para nelayan itu sibuk untuk mengurus perahu atau kapalnya masing-masing, beberapa dari mereka juga terlihat sedang asyik duduk menikmati kopi dan makanannya di atas kapal. Indra kemudian berjalan menuju salah satu dari mereka. Nelayan itu terlihat lebih muda dari Indra. Mungkin lebih muda 2 tahun dari Indra, ia juga terlihat mengurus sebuah kapal yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.
"Hei nelayan, apa aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" Tanya Indra kepada Nelayan itu.
"Apa ada yang bisa kubantu Tuan? Jika kau mencari ikan segar aku belum punya kau bisa tanya ke yang lain" Jawab Nelayan itu.
"Sayangnya bukan itu. Pertanyaanku adalah, apa yang kau tau tentang Tom Si Laut Merah?" Tanya Indra lagi.
Seketika wajah nelayan itu berkerut dan terlihat kesal mendengar nama itu, seolah dia memiliki dendam tersendiri dengan orang yang disebut oleh Indra.
"Tom yang itu? Kenapa anda mencarinya?" Nelayan itu terlihat ketakutan mendengar pertanyaan Indra.
"Aku hanya bertanya" jawab Indra.
"Setauku orang itu sering terlihat di laut ini tepatnya di bagian selatan. Dia orang yang brengsek, aku tidak akan pernah memaafkan orang itu" balas Nelayan itu dengan kesal.
"Ohh… jadi kau punya dendam dengan orang itu? Kenapa?" Indra bertanya lagi.
"Maaf Tuan. Namun, aku tidak mau membicarakannya ke orang asing" jawab Nelayan itu.
"Baiklah apapun itu, tapi satu hal yang pasti. Hari ini adalah hari keberuntunganmu" ujar Indra.
"Bagaimana bisa begitu?" Tanya Nelayan itu.
"Antarkan aku kesana dan kau akan tau" jawab Indra.
"Aku tidak bisa mengantarmu dengan gratis tuan dan bahkan jika kau membayar 100 keping emas pun aku tidak akan mengantar mu, tidak ke tempat itu" balas Nelayan itu.
"500 keping emas sekarang juga" ujar Indra lagi.
Nelayan itu diam sejenak, setelah berpikir dua kali ia akhirnya mengiyakannya.
"Baiklah Tuan, ayo berangkat sekarang!" Ujar Nelayan itu dengan mantap.
Layar kapal nelayan itu telah siap berlayar, tak lama kemudian kapal itu melaju bersama angin. Itu juga pertama kali Indra berada di tengah lautan, langit dan laut itu seolah hampir menyatu dimatanya.
Beruntungnya mereka. Mereka langsung bertemu dengan Kapal Bajak Laut Tom. Kapal itu terbuat dari kayu dan di cat berwarna merah sehingga kapal itu terlihat sangat mencolok.
"Itu… itu tidak salah lagi mereka, aku tidak akan pernah lupa bentuk dari kapal itu" ujar Nelayan itu sambil meringis ketakutan.
"Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan bagi kita berdua" ujar Indra dengan tenang.
"Kau sepertinya terlalu takut untuk kesana. Kalau begitu kau pulang saja, aku akan berenang ke kapal mereka. Omong-omong kalau kau ingin lebih beruntung lagi jemputlah aku disini satu jam dari sekarang dan kau akan kuberi 1000 keping emas" ujar Indra lagi.
Belum sempat Nelayan itu merespon Indra telah hilang dari kapal itu. Dia yang ketakutan langsung menaikan layarnya dan segera pergi dari sana.
Indra yang sedang berenang menuju Kapal itu sedang kewalahan karena kru kapal Tom menembakinya dengan meriam dan sihir jarak jauh. Penuh perjuangan bagi Indra untuk bisa menaiki kapal itu. Namun, berkat petir Indra itu bukanlah hal yang sulit. Awan hitam segera menutupi langit cerah itu belum sempat mata berkedip, petir besar sudah menyambar badan kapal itu. Seluruh kru kapal itu terdengar panik dan pada saat itu juga Indra akhirnya berhasil untuk naik ke atas kapal itu, tanpa berbasa-basi Indra langsung menghajar semua orang yang berada di kapal itu dengan tinjunya, tinjunya terbang ke segala arah dengan cepat dan tepat sasaran dan dibantu oleh petirnya Indra tidak mengalami kesulitan menghadapi orang-orang lemah itu.
Setelah pertarungan itu selesai Indra kemudian menghadap ke tiga orang yang sedari tadi hanya duduk menonton, Indra tau salah satu dari mereka adalah Tom dan dua yang lainnya juga terpampang di poster kelas S+ dan dua yang lainnya berkelas S.
"Kita bisa sama-sama menghemat tenaga jika kalian menyerahkan diri. Itu tidak akan merepotkan" ujar Indra.
"Kau pikir aku siapa? Jangan berlagak seperti jagoan hanya karena kau menghabisi sampah-sampah ini" balas Tom dengan nada menantang.
"Apa iya? Sedari tadi aku sama sekali tidak melihat sesuatu yang lebih berharga dari sampah bahkan sampai saat ini" jawab Indra.
Mendengar perkataan itu mereka bertiga terlihat marah dan siap menghantam Indra. Mereka kemudian menerjang Indra dan salah satu dari mereka berhasil mendaratkan pukulannya ke Indra yang membuatnya terhempas keras ke sayap kapal.
"Jangan terlalu meremehkan kami" ujar salah satu dari mereka.
"Lihat siapa yang sampah sekarang?" ujar satunya lagi dengan bangga.
"Aku sudah memperingatkanmu" ujar Tom menyusul.
"Sudah kuduga. Mustahil dengan modal berbicara kalian akan menyerah. Baiklah, kalian yang memintanya" balas Indra sambil berdiri dan menepuk-nepuk jaketnya yang terkena serpihan kayu.
Indra kemudian menunjuk keatas, Tom dan dua bawahannya melihat ke awan-awan hitam yang ditunjuk oleh Indra, belum sempat mereka berpaling lagi petir menyambar tepat di kepala mereka. Dua dari mereka tidak sadarkan diri. Namun, Tom hanya terjatuh tak berdaya.
"Sampah tetaplah sampah" ujar Indra.
Petir tadi terlalu besar sehingga seluruh kapal itu terbakar dengan api yang lebih besar dari sebelumnya. Indra kemudian segera mengikat Tom dan seluruh anak buahnya yang masih hidup. Namun, karena kapal itu perlahan tenggelam Indra jadi gelisah karena takut buronan-buronan ini mati dan harganya menurun. Indra akhirnya pasrah saat setengah dari kapal itu telah tenggelam dan sisanya masih dilahap api.
Terlihat dari kejauhan sebuah kapal berlayar menuju kapal yang sedang tenggelam itu. Itu adalah Nelayan yang tadinya mengantar Indra, Indra kemudian melambaikan tangan seolah memanggil Nelayan itu. Kapal itu kemudian semakin dekat.
"Bukankah ini bahkan belum 15 menit?" Tanya Indra.
"Aku tidak bisa pergi jauh jika cuacanya seburuk ini, aku hanya menjauh kebetulan arah angin mengarah kemari jadi aku tidak punya pilihan lain" jawab Nelayan itu.
"Ohh… maksudmu awan-awan ini? Maaf jika awan ini membuatmu kesusahan" ujar Indra sambil menjentikkan jarinya, seketika awan-awan itu menghilang dan kembali membawa langit biru yang indah.
Indra kemudian menaiki kapal Nelayan itu dengan membawa para buronan yang tadinya ia hajar. Nelayan itu terlihat sangat jengkel setelah melihat wajah Tom, sudah pasti Nelayan ini punya dendam yang dalam dengan orang ini Indra bisa melihat itu dari raut wajah Nelayan ini.
"Hei! Kau punya dendam dengan orang ini bukan? Sepertinya kau akan merasa lebih baik jika menghajarnya haha, tapi jangan sampai ia terbunuh nyawanya snagat berharga bagiku" Ujar Indra.
Tanpa menjawab Nelayan itu menendang wajah Tom sekeras-kerasnya dia terus melakukannya hingga berkali-kali, Tom hanya tertawa.
"Aku mengingatmu bocah, bagaimana gadis itu? Biar ku tebak, dia pasti sangat merindukan kami bukan?" ujar Tom sambil terkekeh.
"Diam kau!" Nelayan itu kemudian terus menendang kepala Tom. Namun, itu seperti bukan apa-apa untuknya Tom bahkan tertawa lebih kencang. Dia akhirnya mulai menggunakan tangannya, tinju kanan dan kirinya terus menghantam wajah Tom bergantian.
"Bukan begitu cara melakukannya" ujar Indra.
Mendengar itu Tom sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya, dia hanya bisa pasrah. Dia tau bahwa tendangan ataupun pukulan orang ini tidak bisa dibandingkan dengan seorang nelayan yang hanya menarik jala setiap hari.
Indra kemudian menendang kepalanya dan bajak laut itu kemudian tidak bersuara lagi.
"Hei, hei jangan mati! Aku tidak mau menerima setengah harga. Ayolah itu hanya tendangan biasa" ujar Indra panik.
"Tuan, siapa anda sebenarnya?" Nelayan itu kemudian bertanya dengan wajah serius.
"Aku? Aku hanyalah seorang Bounty Hunter" jawab Indra.
"Bukankah hanya mereka yang bertingkat Elite yang diperbolehkan untuk menangkap buronan kelas S keatas?" Nelayan itu bertanya lagi.
"Bukankah jawabannya sudah jelas?" Jawab Indra.
Nelayan itu terdiam. Tidak mungkin Indra hanya membual setelah membawa Tom dan semua kru-nya.
"Apa kau benar-benar tidak mau menceritakan tentang kenapa kau membenci orang ini kepadaku?" Tanya Indra.
"Itu berawal di dua tahun lalu. Aku dan tunanganku sedang berlayar menuju pulau selatan. Semua berjalan baik sampai sampah-sampah ini datang menghadang kami, mereka meminta kami untuk menyerahkan harta kami. Namun, meskipun kami telah memberi semua Tom sama sekali tidak puas dan dia berkata 'gadis itu akan membuat bayaranmu cukup' bagitu katanya. Aku terus menolak dan memohon. Namun, mereka adalah bajak laut. Mustahil untukku menghentikan mereka. Saat itu juga aku melihat tunanganku dipermainkan didepan mataku, mereka semua melakukannya didepan mataku. Untungnya mereka tidak membawanya. Namun, Gadis itu sudah trauma berat. Sampai saat ini dia bahkan ketakutan untuk keluar dari rumahnya, orang tuanya menyalahkanku dan aku tidak bisa membantah mereka" Nelayan itu menjelaskannya.
"Aku turut prihatin. Tunggu bukankah kau baru 16 tahun kenapa kau punya tunangan di usia semuda itu?" Tanya Indra.
"Umurku 25 tahun, apa aku terlihat semuda itu?" Jawab Nelayan itu.
"Wajahmu bahkan terlihat lebih muda dariku" ujar Indra lagi.
Singkat cerita mereka akhirnya kembali ke Pelabuhan. Semua orang melihat Indra yang seperti biasanya menyeret para buronannyamg berhasil ia tangkap. Nelayan itu mengantarkan Indra hingga keluar Pelabuhan.
"Sesuai janjiku, aku akan memberikan sedikit lebih untukmu" ujar Indra sambil menyerahkan sekantong koin emas.
"Bukankah ini terlalu banyak? Setidaknya ada tiga ribu keping disini" balas Sang Nelayan.
"Anggap saja sisanya sebagai hadiah untuk teman senasib" ujar Indra sambil melangkah pergi.
Sesaat kemudian Indra kembali ke Bounty Store, di tempat itu semua orang terlihat seperti menunggunya. Semua orang melihatnya terkejut setelah ia membawa Tom dan para anak buahnya hidup-hidup, tidak terkecuali Aurora dan Noah.
Merasa tidak nyaman Indra kemudian melangkah ke meja tempat dimana Opstann duduk di sana.
"Kenapa mereka semua melihatiku?" Tanya Indra kepada tengkorak itu.
"Itu karena kau adalah Bounty Hunter nomor satu disini. Mereka tidak menyangka bahwa kau akan menunjukkan wajahmu kemari" jawab Opstan dengan suaranya khas, serak dan rendah.
"Hanya itu? Kupikir aku salah bawa orang. Aku hampir panik" balas Indra.
Indra kemudian menerima hasil Bountynya dengan total empat ribu keping emas.
Indra kemudian melangkah ke sebuah meja yang diduduki oleh Aurora dan Noah.
"Sepertinya harus ada kursi tambahan disini. Bukankah begitu?" Ujar Indra kepada mereka berdua.
Mereka berdua hanya diam mengalihkan pandangannya. Sepertinya mereka malu karena telah berkata begitu kepada Indra.
"Yaampun sudahlah, kalian tidak perlu merasa bersalah. Aku sama sekali tidak memikirkan perkataan kalian tadi" ujar Indra lagi.
Karena suasananya yang masih sunyi Indra kemudian keluar dan berniat kembali besok, berharap suasananya tidak akan hening.
"Baiklah, saatnya pulang. Tunggu aku tidak punya rumah disini" ujar Indra dengan dirinya sendiri.
Indra kemudian segera mencari penginapan terdekat. Untungnya dia menemukan satu yang tidak jauh dari Bounty Store. Tempat itu terlihat sepi, mungkin karena masih terbuat dari kayu dan tidak banyak orang yang meminatinya, bangunan kayu itu terlihat masih kokoh bangunan itu cukup kecil setidaknya mereka hanya menyediakan 3 kamar di penginapan sekecil itu. Namun, Indra sudah terbiasa dengan keadaan tempat seperti itu, dibarat kondisinya jauh lebih buruk, meskipun kondisi didalamnya sudah pasti bagus.
Karena itulah Indra lebih memilih tempat itu.
Indra berniat menginap disana sementara ia membeli rumah nanti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!