Sepasang mata coklat menatap kosong pemandangan indah dihadapannya. Wajah mungilnya tampak begitu indah diterpa cahaya jingga sore itu.
Entah sudah berapa lama dia terdiam di sana. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis kecil dengan bibir mungil berwarna pink alami itu.
"Puk." sebuah tepukan di pundaknya membuyarkan lamunannya kala itu.
"Apa yang sedang kau pikirkan Fei?" tanya anak laki-laki dengan paras yang nyaris tidak ada beda dengan gadis cantik itu.
"Aku tidak sedang memikirkan apapun Wei." jawab Fei fan lalu berjalan menuju bawah pohon kemudian duduk di sana.
"Tidak mungkin kau bisa berdiam diri selama itu jika kau tidak sedang memikirkan apapun Fei." ucap Wei Yan.
Anak laki-laki itu ikut duduk di sebelah gadis kecil itu. Dia menatap sejenak ke wajah yang sangat mirip dengan dirinya lalu menatap ke depan.
"Tidak bisakah kau memanggilku kakak Wei? Walaupun kau tidak ingin mengakuinya, aku lebih tua darimu Wei." protes Fei fan.
"Usia kita hanya berbeda beberapa menit saja Fei. Jangan mengalihkan pembicaraan Fei." ucap Wei Yan.
"Tetap saja aku kakak dan kau adik Wei." ucap Fei fan.
Ya, mereka adalah saudara kembar yang hanya berbeda usia beberapa menit saja. Mereka adalah pangeran dan tuan putri kesayangan kerajaan atas awan yang walaupun kerajaan kecil namun sangat dikenal dan dihargai oleh semua kerajaan di sekitarnya.
Mereka berdua paling sering berdebat soal sisipan kata kakak yang menurut Fei fan harus di ucapkan Wei Yan kala memanggil dirinya, sedang bagi Wei Yan itu tidak harus karena mereka lahir di hari yang sama.
"Jangan mengganti topik Fei. Apa yang sedang mengganggu pikiranmu sehingga kau terus termenung selama beberapa hari ini?" tanya Wei Yan menatap ke arah saudari kembarnya itu.
"Aku hanya terus teringat dengan ucapan nona cantik waktu itu." jawab Fei fan.
"Nona cantik yang mana?" tanya Wei Yan dengan kening berkerut berusaha mengingat siapa wanita atau gadis yang saudari kembarnya maksud.
"Yang waktu itu tiba-tiba muncul menyelamatkan kita saat berada di luar kerajaan." jawab Fei fan sambil menatap wajah Wei Yan.
"Oh, bibi yang melawan monster aneh yang hendak menyerang rombongan kita?" tanya Wei Yan memastikan bahwa dia tidak salah mengingat orang yang kembarannya maksud.
"Mengapa kau memanggil dia bibi huh? Dia masih tampak sangat muda." ucap Fei fan protes.
"Kau lupa kalau dia mengatakan bahwa dia sudah hidup beberapa ribu tahun? Beruntung aku tidak menyebut dirinya nenek moyang." ucap Wei Yan santai membuat saudari kembarnya memasang wajah cemberut.
"Kau ini." ucap kesal Fei fan.
"Apa yang dia ceritakan padamu sehingga kau memikirkan hal itu selama beberapa hari membuat dirimu hanya termenung saja seharian." tanya Wei Yan.
"Dia mengatakan bahwa aku adalah sang pemilik takdir baru yang akan menggantikan dirinya menjadi sang penjaga." jawab Fei fan.
"Sang penjaga? Maksudnya sang penjaga itu apa?" tanya Wei Yan.
"Katanya sang penjaga adalah orang yang memiliki tugas untuk menjaga pintu dimensi dan mencegah terjadinya saling serang dan saling tindas dari masing-masing dimensi itu. Tugas utamanya adalah mencegah mahluk dari satu dimensi menyebrang ke dimensi yang lainnya untuk mengacau." jawab Fei fan.
"Penyebrangan antara dimensi? Dimensi apa maksudnya?" tanya Wei Yan.
"Katanya bumi tempat kita berpijak ini adalah salah satu dari dimensi di semesta. Setiap dimensi dihuni oleh mahluk yang berbeda. Contoh monster aneh yang kita temui waktu itu adalah penghuni dimensi lain yang menyebrang ke dimensi kita." jelas Fei fan.
"Terdengar seperti dongeng pengantar tidur." ucap Wei Yan.
"Kau tidak perlu memikirkan hal itu. Anggap saja sebagai dongeng karena tidak masuk akal." ucap Wei Yan.
"Tapi,......
"Tidak ada tapi- tapi lagi. Kau tidak harus memikirkan hal yang belum tentu benar. Fokus pada peningkatan kultivasi saja agar kita bisa melindungi orang-orang yang kita sayangi." ucap Wei Yan.
"Hm, kau benar. Tapi, kau pandai memberikan nasehat sedangkan dirimu sendiri masih malas untuk belajar dan berlatih. Kau terlalu banyak bermain dengan racun saja sekarang." protes Fei fan.
"Aku tidak bermain dengan racun. Aku belajar tentang racun agar bisa berguna untuk melindungi keluarga besar ini." ucap Wei Yan.
"Selalu saja itu alasannya." gerutu Fei fan karena kembarannya sudah pergi meninggalkan dia sendiri di bawah pohon itu.
Mereka masih sangat muda namun pemikiran dan rasa tanggung jawab mereka untuk melindungi orang terkasih sangat besar. Di umur mereka yang menginjak 8 tahun, mereka sudah mencapai tingkat 8 yang bahkan orang berusia puluhan tahun belum tentu mencapainya.
Mereka berdua sampai mendapatkan julukan si kembar jenius dari atas awan karena bakat mereka.
......................
Di lain tempat, seorang wanita cantik dengan tubuh mungil yang sudah memejamkan matanya cukup lama itu mulai menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Keningnya berkerut dan bulu matanya bergetar.
"Sayang? Kau bangun sayang?" tanya seorang pria dengan wajah penuh harap dan sambil menggenggam tangan si wanita.
"Ugt, air." ucap si wanita lirih hingga hampir terdengar seperti bisikan.
Dengan segera si pria meraih gelas berisi air lalu membantu si wanita meminum air. Air mata haru tanpa terasa sudah menetes dari sudut mata si pria melihat sang istri yang sudah lama dia tunggu untuk membuka matanya kini sudah membuka matanya.
"Ini di mana?" tanya si wanita sambil melihat sekeliling ruangan tempat dia tertidur lama itu.
"Kita berada di istana semesta tertinggi sayang." jawab si pria.
"Kak Jin hu, mana anakku?" tanya si wanita panik menyadari kalau perutnya yang dulu membuncit kini sudah rata.
"Tenang istriku sayang. Mereka aman bersama keluarga kita yang lain di istana atas awan." jawab Jin hu sambil memeluk menenangkan sang istri.
Ya, mereka berdua adalah Jin hu dan Ze. Raja dan ratu istana atas awan yang kini sedang berada di istana semesta tertinggi. Mereka sudah di sana bertahun-tahun demi keselamatan Ze juga karena Jin hu harus kembali ke sana setelah kembali mendapatkan ingatan masa lalunya.
"Mereka?" beo Ze sambil menatap wajah suami yang sudah setia menjaga dan merawat dirinya itu.
"Kau mengandung anak kembar sayang. Mereka putra dan putri yang sangat cantik dan tampan juga memiliki bakat luar biasa." jawab Jin hu.
"Kembar?" beo Ze yang kembali menangis haru.
"Syukurlah." ucapnya sambil memeluk erat tubuh sang suami.
"Terima kasih karena sudah kembali padaku sayang." ucap Jin hu sambil mengecup lama kening sang istri.
"Terima kasih." ucapnya lagi dengan air mata haru sambil terus memeluk erat tubuh sang istri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yang kangen banget dengan pasangan bucin satu ini ayo ajukan jempol dan komentar. Author udah hadirkan lagi nih sesuai permintaan reader setia Ze dan Jin hu. Tapi, mohon maaf sebelumnya karena mungkin up novel ini akan agak lelet untuk beberapa waktu kedepannya.
salam hangat dari author yang selalu kece badai (tetap PD{>.<})
"Brak...." suara pintu yang dibuka dengan kuat terdengar mengejutkan seseorang yang sedang serius melakukan sesuatu di dalam sana.
"Kakak Wei......" seru seorang gadis cilik sembari berlari ke arah anak laki-laki yang menggeleng melihat tingkah bar-bar anak yang masih kecil itu.
"Hap." sebelum tubuh mungil itu mencapai tubuh Wei Yan, sepasang tangan sudah berhasil menangkap tubuhnya.
"Maafkan hamba Yang mulia pangeran Jin Wei, kami kecolongan lagi dalam mengawasi putri Ruo sehingga menerobos ruangan pribadi yang mulia." ucap pelayan yang berhasil menangkap gadis cilik yang memasang wajah cemberut itu.
"Tidak apa-apa." ucapnya.
"Aku juga yang salah karena lupa kalau hari ini paman Huo nan akan berkunjung, aku lupa untuk mengunci pintu dengan benar agar si pengganggu cilik ini tidak masuk ke sini." tambahnya.
"Mengapa kakak memanggil Lei yang cantik ini sebagai pengganggu?" protes si gadis cilik.
"Kau seorang putri. Seharusnya kau bersikap lembut bukannya malah menerobos masuk ke ruangan tanpa permisi. Apakah kau lupa kalau ruangan tempat kakak Wei mu ini penuh dengan racun?" tegur seorang wanita tua yang walaupun sudah berumur, masih tetap terlihat anggun.
"Nenek buyut..." seru Lei sambil melepaskan pegangan pelayan lalu memeluk tubuh wanita tua yang dia panggil nenek buyut itu.
"Ayo kita keluar dari sini. Ruangan ini tidak baik untuk anak cantik seperti Lei kecil." ucap lembut wanita tua itu sambil mengelus kepala si gadis cilik.
"Ya." saut gadis cilik itu dengan senyum manis yang menggemaskan.
"Weiwei sayang, bersihkan tubuhmu lalu segera bergabung dengan yang lain. Semua sudah berkumpul di aula." ucap wanita tua itu sambil menatap wajah cucu buyut kesayangannya itu.
"Baik nenek buyut." ucap Wei Yan lalu segera merapikan barang-barang di atas meja di depannya.
...----------------...
Di aula utama istana atas awan, sudah banyak orang berkumpul. Mereka adalah kerabat dekat yang hadir untuk merayakan hari ulang tahun tuan putri dan pangeran dari kerajaan itu.
Ya, hari ini adalah perayaan ulang tahun ke 10 Wei Yan dan Fei fan. Sebenarnya mereka tidak terlalu memikirkan hal itu. Sebagai anak-anak biasanya mereka akan semangat menyambut hari istimewa bagi mereka. Tapi, tidak bagi dua anak kembar itu.
Hari ulang tahun mereka tidak hanya menghadirkan bahagia namun, memunculkan rasa rindu pada sosok orang tua yang tidak pernah mereka jumpai dari sejak bayi itu.
Sehingga, hari ulang tahun mereka hanya akan dihadiri oleh kerabat terdekat saja karena tidak ada perayaan besar.
Si kembar sudah memasuki ruangan. Semua orang tersenyum melihat kehadiran mereka. Setidaknya wajah keduanya membuat mereka sedikit melepaskan rindu pada dua sosok yang mereka kasihi. Karena wajah keduanya memiliki perpaduan dari dua orang itu.
"Jin hu....." ucap syok seseorang saat melihat sebuah sosok yang sangat lama tak mereka jumpai itu.
Ya, Jin hu tiba-tiba muncul di ruangan itu entah dari mana membuat semua orang menatap ke arahnya.
"Maaf, aku hanya memiliki sedikit waktu untuk berada di sini." ucapnya lalu berjalan menghampiri dua sosok yang sangat dia sayangi.
Memeluk penuh haru pada dua anak yang masih mematung karena tidak paham apa yang sedang terjadi.
"Maafkan ayah karena baru bisa menemui dan memeluk kalian sayang." ucapnya masih sambil memeluk tubuh kecil itu.
"Ayah?" beo keduanya.
"Ya, aku ayah kalian. Karena kondisi ibu kalian, ayah tidak bisa mengambil resiko meninggalkan dia sendiri walaupun hanya sebentar saja. Ayah datang di hari ulang tahun kalian hanya untuk mengatakan bahwa kami sangat menyayangi Wei dan Fei kesayangan kami." ucap Jin hu setelah mengurai pelukannya.
"Di mana ibu?" tanya Fei.
"Ibu kalian masih terlalu lemah untuk meninggalkan tempat itu. Dia menitipkan sesuatu untuk kalian." ucap Jin hu sambil memberikan sebuah cincin dengan permata berwarna hijau pada putrinya.
Semua orang hanya diam melihat interaksi ayah dan kedua anaknya itu. Mereka juga merindukan sosok itu namun mengerti jika waktu Jin hu hanya sedikit untuk bersama anak-anaknya jadi mereka membiarkan dia melepaskan rindu pada mereka.
"Ayah berharap kalian tidak membenci kami karena tidak bisa mendampingi kalian selama ini." ucap Jin hu.
"Kami menyayangi ayah dan ibu. Nenek dan yang lainnya sudah cerita apa yang terjadi pada ibu saat kami lahir." ucap Wei Yan sedang Fei fan hanya mengangguk sambil menyeka air matanya.
"Terima kasih. Maaf ayah harus kembali ke tempat ibu kalian. Masih tidak aman bagi ayah meninggalkan ibu kalian lama di sana dan ayah masih belum bisa meninggalkan tempat itu karena kekuatan ayah masih belum cukup untuk menentang aturan dimensi." ucap Jin hu lalu perlahan tubuhnya menghilang.
Setelah ingatan Jin hu kembali, dia secara alami langsung memasuki dimensi tempat asal dirinya. Karena kekuatan aslinya belum pulih secara total, dia tidak bebas untuk pergi melintas dimensi seperti sang penjaga. Sehingga, dia hanya bisa sebentar saja mengunjungi sang anak tanpa bisa bertegur sapa dengan keluarga yang lainnya.
"Terima kasih ayah, ini hadiah ulang tahun terindah untuk kami." gumam Fei fan sambil menggenggam cincin titipan sang ibu.
Jeong nam beserta istri segera memeluk tubuh kecil cucu buyut mereka. Semua orang menangis haru melihat pertemuan singkat si kembar dengan ayahnya.
"Semoga Ze segera pulih dan dapat menemui kita terutama anak-anaknya." ucap Hui tu sambil menatap Wei Yan dan Fei fan yang masih diperlukan kakek dan nenek buyutnya itu.
Setelah itu mereka para kerabat bergantian memeluk si kembar dan memberikan hadiah serta mengucapkan berbagai doa dan harapan terbaik untuk keduanya.
"Siapa paman yang tiba-tiba datang dan pergi itu ayah?" bisik Lei kecil pada Huo nan.
"Dia adalah paman Jin hu, ayah dari kakak Wei dan Fei." jawab Huo nan sambil mengusap kepala putri kecilnya.
"Mengapa paman hanya sebentar saja datang bahkan tidak menyapa kita?" tanya si gadis cilik itu.
"Paman memiliki kesulitan sendiri yang kita harus mengerti sayang. Bahkan untuk hadir di hari ini mungkin dia memerlukan usaha yang sangat besar." jelas Huo nan.
"Oh, ayah dan ibu tidak boleh menjadi lebih kuat kalau begitu." ucap polos si gadis cilik.
"Kenapa?" tanya Huo nan dan semua mata kini menatap ke arah si gadis cilik untuk menunggu jawaban.
"Bukankah paman dan bibi harus pergi karena kekuatan mereka? Aku tidak ingin jauh dari ibu dan ayah kalau kalian menjadi sekuat paman dan bibi." jawab si kecil.
"Tidak seperti itu sayang. Paman memiliki latar belakang yang spesial yang mengharuskan dia melakukan sebuah tugas yang sangat penting. Seluruh semesta bergantung padanya saat ini." jelas Hui tu sambil tersenyum melihat tingkah putri tunggal Huo nan yang menggemaskan.
"Belum saatnya kau paham dengan masalah yang terlalu rumit sayang. Kau tidak akan paham walaupun dijelaskan." ucap Sang ibu melihat wajah bingung putrinya.
Si kecil hanya mengangguk lalu melompat dari pangkuan sang ayah. Dia dengan lincah berlari ke arah si kembar.
"Lei yang cantik juga ingin dipeluk oleh kakak Wei." ucapnya sambil merentangkan tangannya.
Wei Yan dan yang lainnya hanya tersenyum melihat tingkah mengemaskan si kecil yang sudah sangat lincah di usianya yang ke 5 tahun. Wei memeluk si kecil yang sudah seperti adik kandung baginya itu.
Si kecil yang selalu menghadirkan keceriaan pada setiap kehadirannya. Yang akan selalu melontarkan kata bahwa dia akan menjadi istrinya saat dia besar nanti. Namun, tidak ada satupun dari mereka termasuk Wei Yan yang akan menganggap serius ucapan bocah cilik yang belum tahu arti istri dan pernikahan.
"Mengapa hanya ingin dipeluk oleh Wei saja? Apakah kak Fei tidak akan mendapatkan pelukan juga?" tanya Fei fan.
"Tentu Lei yang cantik ingin dipeluk juga oleh kak Fei yang cantik. Tapi, karena Lei adalah calon istri kak Wei nanti kalau sudah besar, tentu Lei yang cantik harus lebih dulu memeluk kak Wei." jawab polos si gadis cilik.
"Ha ha ha ha ha." gelak tawa menghiasi ruangan yang awalnya penuh kesedihan itu.
"Sepertinya, kelak akan sulit bagi putra mahkota kita ini untuk mendapatkan pendamping karena memiliki adik kecil yang mengklaim bahwa putra mahkota adalah miliknya seorang." ucap Hui tu.
"Itu sepadan bagi para calon putri mahkota istana atas awan. Jika mendapatkan posisi putri mahkota tanpa rintangan bukankah itu sangat tidak seru?" ucap Jeong nam.
"Ya, Weiwei kita sangat istimewa. Dia tampan dan juga jenius dan merupakan calon tunggal Raja berikutnya dari istana ini. Jika menginginkan untuk menjadi pendampingnya, tentu mereka harus melalui beberapa rintangan bukan." saut Liu ku.
"Apa yang kakek dan kakek buyut katakan? Tidak ada calon putri mahkota lain. Bukankah sudah Lei yang cantik katakan bahwa hanya Lei seorang yang boleh menjadi pasangan kakak Wei." protes Si gadis cilik memasang wajah cemberut.
"Ha ha ha ha, maaf Lei sayang. Kakek buyut lupa kalau kakak Wei hanya milik Lei yang cantik saja." ucap Jeong nam sambil mengelus rambut si kecil.
"Cahaya apa yang keluar dari cincin kak Fei?" tanya Lei ling si gadis cilik itu saat tidak sengaja melihat cahaya keluar dari permata cincin yang dipegang Fei fan.
Fei fan buru-buru mengarahkan ke depan cahaya di cincin pemberian ibunya itu. Tiba-tiba sebuah gambar muncul layaknya gambar proyektor. Sesosok wanita cantik yang sedang tersenyum membuat banyak orang tercengang.
"Selamat ulang tahun yang ke 10 putra putri kesayangan ibu." ucapnya.
Wanita itu adalah Ze, ibu dari si kembar. Walaupun terlihat lebih kurus dan agak pucat, kecantikannya masih jelas terlihat.
"Ibu?" beo ke 2 anak kembar itu seraya menatap kagum gambar sang ibu.
"Maafkan ibu, karena kondisi ibu yang belum pulih, ibu masih belum bisa menemui kalian bahkan berkomunikasi dengan benda ini juga masih belum bisa. Saat ibu sudah cukup kuat, benda ini bisa menjadi alat komunikasi kita." ucapnya sambil tersenyum.
"Ayah, ibu, kakek, nenek juga yang lainnya pasti juga ada di sana kan? Maaf karena membuat kalian semua khawatir. Aku sudah lebih baik sekarang jadi, tidak perlu khawatir lagi." ucapnya lagi membuat semua orang mengangguk walaupun mereka tahu Ze tidak akan bisa lihat anggukan mereka.
"Untuk anak-anak kesayangan ibu, ibu hanya ingin kalian tahu bahwa ibu sangat menyayangi kalian. Maaf karena tidak bisa hadir mendampingi setiap hal yang kalian lalui selama ini. Maaf karena kami belum bisa menjadi orang tua terbaik untuk kalian." ucapnya lagi dan walaupun masih dengan senyum, tampak setetes air mata sudah jatuh di sudut matanya.
"Simpan baik-baik cincin ini. Ini adalah satu-satunya alat yang bisa ibu gunakan untuk menghubungi kalian saat ibu sudah kembali pulih. Ibu menyayangi kalian." setelah itu gambar wajah Ze hilang bersama hilangnya cahaya hijau yang terpancar dari cincin itu.
"Kami juga sangat menyayangi ibu." gumam dua anak kembar itu.
Suasana ruangan itu kembali penuh air mata. Tidak bisa dipungkiri, mereka semua sangat merindukan sosok yang sudah sangat lama tidak mereka jumpai itu. Tapi, melihat bahwa Ze baik-baik saja, mereka cukup bersyukur mengingat kondisi terakhir Ze yang mereka lihat sebelum Jin hu membawanya bersama menuju tempat yang jauh dan mereka tidak tahu di mana tepatnya.
"Kalian sudah mendapatkan hadiah dari kedua orang tua kalian hari ini." ucap Jeong nam sambil memeluk kedua cucu buyutnya itu.
"Hadiah apa? Lei tidak melihat satupun hadiah yang paman berikan pada kakak?" tanya polos si gadis cilik.
"Kehadiran mereka adalah kado yang paling dinantikan oleh kakak-kakak mu selama ini." ucap ibu dari si gadis cilik sambil mengambil sang anak lalu menggendongnya kembali ke tempat dia dan sang suami duduk.
"Apakah karena selama ini paman dan bibi tidak pernah bertemu dengan kakak Fei dan Wei?" tanya si gadis cilik sambil mengerjapkan matanya membuatnya tampak semakin menggemaskan.
"Ya, Lei memang putri yang pintar." ucap Sang ayah sambil mencubit pipi sang anak.
Setelah itu, suasana kembali ceria karena ulah si gadis cilik dan beberapa anak yang lainnya.
"Terima kasih ayah, ibu." gumam Fei fan lalu menggunakan cincin pemberian sang ibu di jarinya.
Walaupun hanya sebentar bertemu dengan ayahnya dan hanya menerima pesan gambar dari sang ibu, setidaknya dia sudah yakin bahwa keduanya sungguh sangat menyayangi dia dan adiknya.
Walaupun semua orang mengatakan bahwa orang tuanya sangat menyayangi dia dan saudaranya, dia sebelumnya tidak yakin karena mereka tidak pernah berusaha menemui dirinya. Apakah hanya sekedar menjumpai anak-anak mereka walaupun hanya sebentar sangat sulit? Itu yang selama ini Si kembar pikirkan.
Setidaknya setelah mendengar sendiri semua dari mulut mereka langsung, dan melihat ketulusan dari binar mata keduanya, mereka percaya bahwa orang tua mereka sungguh sangat menyayangi mereka berdua.
...****************...
"Apakah kau bertemu dengan anak-anak kita di sana?" tanya Ze penuh semangat melihat sang suami datang.
"Ya sayang, mereka berdua sangat menggemaskan." jawab Jin hu sambil menggenggam tangan sang istri lalu mengecupnya.
"Apakah....
"Mereka sangat sehat dan mereka mirip dengan kita berdua. Wajah mereka adalah perpaduan kita berdua." ucap Jin hu yang tahu apa yang ingin istrinya tanyakan.
"Aku juga ingin bertemu dengan mereka." ucap Ze.
"Sabar sayang, kau harus tenang agar kau bisa kembali pulih dan kembali berlatih kultivasi agar kau bisa menjumpai mereka." ucap Jin hu yang sudah duduk di sebelah sang istri.
Dia merengkuh tubuh sang istri membiarkan orang terkasihnya itu bersandar pada tubuhnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!