NovelToon NovelToon

Menyembunyikan Status Sah

BAB 1 kepergok

Tiba-tiba terdengar ponsel ku berbunyi tanda pesan masuk, aku yang sedang tertidur karena lelah melewati malam pengantin yang kesekian harinya ini merasa malas untuk melakukan sesuatu, hingga hari sudah siang aku masih tertidur disamping suamiku.

Kupaksakan membuka mata dan mulai membaca isi pesan yang masuk, ternyata itu pesan dari teman-teman kerjaku.

"Astaga, Mas bangun Mas..!" Aku panik, benar-benar panik.

Aku segera melihat ke sekeliling rumah kost yang aku tempati, ku cari barang-barang Mas Rehan dan kusembunyikan semuanya di dalam lemari.

Sementara ku lihat Mas Rehan masih tertidur pulas,

"bisa-bisanya aku repot sendirian," gumamku dalam hati, segera ku bangunkan Mas Rehan lagi dengan lebih keras.

"Mas bangun Mas..! Teman-teman ku katanya mau main kesini mereka ada dijalan sebentar lagi sampai" Ucapku dengan tergesa-gesa.

"Apa?" Mas Rehan tak kalah kagetnya denganku ketika mendapat kabar itu, ia bangun terhuyung-huyung karena masih dalam keadaan ngantuk, dia hanya mondar-mandir panik dan tidak melakukan sesuatu.

Aku begitu kesal melihatnya, aku segera membereskan tempat tidur kami yang hanya seuprit itu, ya maklum saja ini awalnya hanya tempat aku ngekos sendirian jadi hanya tersedia kasur dengan ukuran no 3, kami tidur saling berdempetan.

"Astaga Mas, cepet kamu cuci muka trus keluar ke mana ke, pokoknya pergi dari sini jangan sampai mereka melihat kamu disini..!" Ucapku dengan cepat karena panik.

Tak sempat Mas Rehan keluar, ternyata teman-temanku sudah didepan pintu.

Tok

Tok

Tok

Astaga bagaimana ini?, kalau tidak dibuka mereka pasti curiga, kalau dibiarkan masuk… bukankah mas Rehan masih ada didalam, astaga aku bingung, aku bingung. pikirku

Aku bergegas berlari ke kamar mandi dan memberitahu Mas Rehan kalau teman-temanku sudah ada dilua dan ia tak boleh keluar dari kamar mandi.

Aku bergegas berlari lagi ke depan pintu, aku melihat sekeliling sudut kostan memastikan tidak ada barang mas Rehan yang tertinggal untuk aku sembunyikan.

Bismillah, aku pun membuka pintu dengan yakin dan tersenyum seperti biasanya agar mereka tidak curiga.

"Hai Mel…" Ucap Anisa

"Hai Mel.." Ucap Sulis

"Hai Mel.." Ucap Ipi

Mereka langsung masuk dengan terburu-buru.

"Kalian tumben kesini?" Aku mulai bertanya dengan nada biasa agar mereka tak curiga

"Iya, kami habis jalan-jalan tadi kalau pulang kan nanggung 2 jam lagi masuk kerja siang." Ucap Sulis

"Emm.. gitu, tapi maaf ya kostan aku sempit, cuman ada satu ruangan sama kamar mandi aja, tuh kasur aja keliatan, mana belum sempat dibersihkan lagi," aku menjelaskan, sebenarnya aku ingin mereka mencari tempat lain untuk menunggu waktu masuk kerja.

"Gak papa Mel, nyantai aja." Jawab ipie

Astaga, mereka ternyata betah-betah aja, gimana cara ngusir mereka secara halus ya..! Gumamku dalam hati.

Aku juga sedikit khawatir dengan Mas Rehan yang ada di dalam kamar mandi, apakah dia bisa bertahan di kamar mandi berjam-jam. Kamar mandi yang sempit pula, ya karena kostan ku sempit jadi pasti langsung terlihat jika mas Rehan tiba-tiba keluar.

Teman-temanku sepertinya memang kelelahan setelah bermain makanya datang ke kosan ku untuk beristirahat. Aku menawarkan minuman dan sedikit cemilan.

"Kamu baru bangun Mel jam segini?" Tanya Sulis

"Iya nih, gak ada kerjaan lagian biar nanti pas kerja gak ngantuk sih. Hehe" jawabku

"Kalian dari mana sih, ko main gak ngajak-ngajak aku?" Aku mulai bertanya santai dan melupakan keberadaan mas Rehan.

"Ah ini acara dadakan sih, lagian akhir-akhir ini kamu sibuk sih Mel." jawab Sulis

"Iya sih," aku memang sibuk sejak berstatus istri, aku mulai memprioritaskan suami, jarang main keluar, aku hanya bekerja dan pulang menikmati masa-masa bulan madu ini. Hehe

Kami terhanyut dalam obrolan kami, terkadang kami kebablasan gibahin orang, astagfirullah.

Aku tertawa, hanyut dalam suasana yang menyenangkan bersama teman-temanku hingga satu jam sudah kami mengobrol.

Mungkin karena lelah menunggu Mas Rehan akhirnya keluar dari kamar mandi ia menampilkan ekspresi senyum dan tidak bersalah.

"Eh ternyata ada kalian." Celetuk mas Rehan

"Kenapa kak Rehan ada disini?" Tanya Anisa

"Hehe… ya aku mampir sebentar untuk ke kamar kecil." Jawabnya sambil menggaruk kepala yang tidak gatal itu

"Tapi aku tidak melihat kakak masuk loh, padahal ini ruangan yang sempit, kalau kakak lewat aku pasti lihat dong." Ucap Anisa

"Hehe . . Ah perasaan kamu saja, aku sudah di dalam dari tadi." Mas Rehan memberi alasan ia sungguh dalam keadaan bingung.

Teman-temanku akhirnya diam, dan melanjutkan perbincangan kita sebelumnya, mereka mulai melupakan kehadiran mas Rehan yang tiba-tiba itu.

Syukurlah, mereka berhenti bertanya, tapi aku yakin pikiran mereka pasti kemana-mana, hemm… aku sebenarnya tidak mau jika dianggap melakukan zina, tapi aku belum bisa jujur sekarang, huhhhh.. keluhku dalam hati.

Akhirnya Mas Rehan pergi terlebih dahulu untuk bekerja, lalu disusul teman-temanku yang ikut pergi berangkat bekerja juga, aku pergi terakhir karena ingin mandi terlebih dahulu.

Karena jarak kosan ku yang tidak jauh dari tempat kami bekerja, kami hanya perlu berjalan kaki dari sini. Motor Mas Rehan pun sering disimpan disini, sebenarnya kosan disini lumayan ketat dalam penjagaannya.

Maka dari itu kami lapor terlebih dahulu saat Mas Rehan ikut satu kosan denganku. Meski penjaga kosan ini tau kami sudah menikah tapi kabar itu seakan tidak menyebar kemana pun.

Sebenarnya aku pun tidak ingin menyembunyikan statusku, tapi….

***

Jangan berbohong ya readers, karena kalau kita berbohong satu kali maka kita akan melakukan kebohongan-kebohongan lainnya untuk menutupinya..!

Hal mengenai ghibah tertuang dalam Al Quran pada surat Al Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”

***

Bersambung...

BAB 2 Alasan

Aku sebenarnya tidak ingin menyembunyikan status pernikahan kami, tapi.. mas Rehan memaksaku untuk menutupinya sementara waktu.

Ya aku menuruti apa mau nya, menyembunyikan status ini entah sampai kapan, aku hanya berharap tidak ada gosip yang menyudutkan aku. Tidak ingin rasanya jika ketahuan berbohong hanya demi status pegawai tetap itu, aku meyakini jika rezeki sudah diatur dan tak mungkin tertukar.

Tapi aku harus mendukung apa yang diinginkan mas Rehan, aku tidak mau egois. Dan setelah aku menyetujui rencananya aku hanya berharap bahwa semua akan sesuai rencana.

"Tolonglah…! Bisakan kita menyembunyikan pernikahan ini sampai waktu yang tepat?" Tanya mas Rehan.

"Tapi Mas.., aku takut ketahuan dan aku pasti malu karena telah berbohong" jawabku.

"Tenang aja, Mas akan berhati-hati agar tidak ketahuan," Ucap mas Rehan sambil memegang kedua tanganku.

Aku hanya pasrah, mengangguk menyetujuinya.

Flashback

Kami berpacaran sekitar satu tahun, selama itu pula teman-teman di pabrik tahu akan hal itu karena sering melihat kami bersama.

Mungkin karena aku sedari kecil kurang perhatian seorang ayah, membuatku gampang luluh jika didekati pria yang baik yang mau memperhatikan aku.

"Mel, kamu anak rantau ya? Asal kamu dari kota mana sih?" Tanya Yani temanku

"Aku berasal dari kota B, iya aku merantau dan tinggal bersama bibiku disini." Jawabku

"Udah punya pacar dong?" Yani sepertinya mulai penasaran 

"Gak, baru putus dan langsung merantau." Jawabku lagi

"Bagus dong, coba minta nomor hape kamu..!, nanti aku kenalin deh sama temen aku, dia kayaknya naksir sama kamu." Ucap Yani

Aku pun memberikan nomor ponselku saat itu, aku memang sedang ingin mempunyai banyak teman karena merasa asing di kota perantauan ini.

Sejak itu aku mulai dekat dengan mas Rehan, sering pulang pergi bersama, membuatku semakin nyaman, seakan-akan aku membutuhkannya.

Terkadang ia membuatkan aku sarapan, membelikanku peralatan rumah untuk mengisi kosanku yang masih kosong itu, ya.. aku memutuskan pindah dari rumah bibiku setelah 10 bulan tinggal bersama, karena tidak ingin merepotkan mereka dan aku ingin hidup mandiri.

Saat kabar tentang hubungan kami tersebar pun, ada beberapa yang mendukung dan ada beberapa yang menganggap bahwa saat itu aku hanya memanfaatkan mas Rehan saja, karena pada saat itu mas Rehan mengendarai motor keluaran terbaru.

Semua itu membuatku sedikit terganggu, karena aku bukan tipe cewek matrealistis. Tapi ya sudahlah aku mulai mengacuhkan rumor negatif itu. Sampai hubungan kami pun berjalan cukup lama dan kami menikmatinya.

"Tak terasa hubungan kita sudah lama ya?" Ucapku

"Hmm iya, sebenarnya kamu niat serius gak sih sama aku yank?" Tanya Mas Rehan

"Serius ko, diajak nikah juga aku mau." Jawabku dengan serius.

Sejak obrolan itu mas Rehan selalu membicarakan pernikahan, dan tak berselang lama akhirnya kami memutuskan menikah di kota B di tempat kelahiranku. Aku mengambil cuti pada hari itu dengan alasan pulang kampung, sementara mas Rehan hanya mengambil waktu libur panjangnya. Sehingga teman-temanku tidak ada yang tahu.

Flashback off

Aku bergegas pergi bekerja, seperti biasa aku menyimpan tasku terlebih dahulu di loker, mengganti bajuku dengan seragam yang tersedia, lalu berjalan menuju tangga, karena aku bekerja di lantai 3. Aku mengabsen ulang dan siap bekerja bersama teman-temanku.

Kami bekerja mengejar target, maka dari itu pekerjaan kami dituntut untuk bisa selesai secepat mungkin karena akan mempengaruhi gaji kami nantinya.

"Eh mel, kamu mau ikut lembur gak minggu ini?" Tanya Sulis saat kami sedang bekerja dan mesin sedang berjalan.

"Entahlah, sebenarnya ingin absen dulu sih, aku capek ingin istirahat aja di kosan." Jawabku.

"Tapi bukannya diwajibkan lembur ya?" Tanya Sulis

"Iya aku tahu, meski kita nolak tetep aja disuruh lembur, bukan wajib tapi pemaksaan. Haha" jawabku sambil tertawa.

Sulis pun ikut tertawa, "Bukankah itu Kak Rehan?"

"Mana?" Tanyaku

"Itu dimesin sebelah, lihat aja dulu dia lagi benerin mesin tuh..!" Jawab Sulis sambil menunjukan arah dengan lirikan matanya, karena tangan kami sedang sibuk bekerja.

Akupun menoleh, dan benar saja itu mas Rehan. Aku mulai memperhatikannya dan tanpa sengaja aku melihat momen lucu, saat dimana mas Rehan jatuh terjungkal ke belakang dan mesin sedang berjalan, membuat badannya terbawa mesin seakan ia seperti anak kecil yang sedang bermain dan kesulitan untuk bangun.

"Hahahhaha.." aku tak kuasa menahan tawaku

Dan ternyata teman-teman juga banyak yang melihat kejadian itu. Mas Rehan hanya tertawa kecil dan menahan malu, jelas terlihat dari wajahnya.

Ada-ada saja kelakuanmu, mas… mas.. ucapku dalam hati 

Pekerjaan kami memang ada kalanya sibuk, dan ada kalanya santai dan sempat untuk mengobrol, kebetulan mesinku sedang mati hingga aku bisa bersantai sejenak.

"Mel , aku lihat malam kemarin mas Rehan masuk ke kosan mu setelah pulang kerja shift 2, apa kalian kumpul kebo?" Tanya temanku Kak Heru.

Deg, aku benar-benar kaget dibuatnya. Pertanyaan itu seakan membuatku membisu, aku bingung harus menjawab apa.

***

Jangan mencontoh Melisa yang pacaran ya readers, di dalam islam sudah ada ta'aruf untuk saling mengenal calon pasangan kita. :)

Taaruf merupakan istilah yang tak asing didengar oleh masyarakat Indonesia terutama bagi yang ingin melangsungkan pernikahan. Taaruf adalah sebuah perkenalan atau saling mengenal antara laki-laki dan perempuan untuk maksud tujuan tertentu sesuai dengan ajaran Islam.

Proses taaruf ini dilakukan dengan pengenalan antara pihak keluarga laki-laki dengan pihak keluarga perempuan. Tujuan dari pengenalan ini adalah untuk menyatukan kedua belah pihak yang bermaksud untuk ke jenjang lebih serius seperti pernikahan.

Taaruf dianjurkan oleh Rasulullah SAW bagi orang yang ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan. Manfaat dari adanya taaruf adalah untuk mencegah adanya hal negatif seperti perbuatan zina antara laki-laki dan perempuan yang dapat mendatangkan dosa untuk keduanya.

***

Bersambung...

BAB 3 Pertengkaran

Aku yang kaget dengan pertanyaan temanku itu, membuatku diam sejenak memikirkan jawabannya.

"Benarkah? Mungkin kakak salah lihat, mana berani aku berbuat seperti itu," Jawabku sambil pura-pura sibuk mengambil pekerjaan lain.

"Tapi, yang anehnya lagi ketika malam besoknya aku pergi ke kosan temanku yang berada tak jauh dari nomor kosan kamu, aku melihat Rehan masuk lagi menginap di kosan kamu, aneh bukan?" Tanya kak Heru.

"Hahahaha… kakak salah lihat kali," Aku mencoba tertawa seakan-akan itu sebuah lelucon padahal sebenarnya aku gugup.

Astaga, bagaimana ini? Keluhku dalam hati

"Ih, aku seriusan Mel.., masa kakak salah lihat sih, tapi masa iya kumpul kebo ko rutin ya tiap malem, hmmm.. hmm kamu sudah menikah ya sama Rehan? Aku tau kok pas aku lapor pak satpam." Ucap kak Heru

"Hmm.. karena kakak terlanjur tahu, iya aku sudah menikah tapi jangan bilang-bilang sama teman-temanku yang lain ya kak..!" Ucapku memohon

"Baiklah, tapi bagaimana rasanya ketika sudah menikah, enak kan?" Ucap kak Heru menggodaku

"Iishh.. kakak ini, hmm.. iya enak ada yang nemenin terus, udah ah aku mau lanjut kerja disebelah sana, disini mah ada yang nyebelin."

Aku Pun beranjak pergi, seketika hatiku lega karena bisa berhasil menjauh dari kak Heru, aku tidak mau dicerca dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya, dan aku berharap kak Heru bisa menjaga rahasiaku.

Tidak terasa jam sebentar lagi menunjukan waktu pulang, aku bersiap-siap membereskan pekerjaanku. Menghampiri Sulis dan yang lainnya, kami turun ke bawah melewati tangga secara bersamaan.

Seperti biasa aku akan pulang bersama mas Rehan menuju parkiran motor yang lumayan jauh dari pabrik, kami sering berjalan kaki sambil mengobrol. Meski sebenarnya mas Rehan sudah tinggal di kosan ku yang dekat sekali dari pabrik tapi demi menutupi pernikahan kami, kami tidak merubah kebiasan apapun selama di tempat kerja.

Sesampainya di kosan kami akhirnya dapat merebahkan tubuh yang rasanya sudah lelah sekali, karena kami sama-sama bekerja maka dalam hal mencuci, memasak dan bebenah kamar kosan pun kami lakukan bersama. Aku merasa suamiku memang lelaki yang pengertian.

Ketika berada di pabrik dan sudah memasuki kawasan kerja, aku dan mas Rehan akan seolah-olah tak kenal, kami fokus pada pekerjaan masing-masing. Tapi ketika pulang kerja saat itulah kami meluapkan rasa rindu.

Kamar kosan yang kecil itu menjadi saksi saat kami melepas rindu, saling bercum*u, saling memberikan nafkah batin layaknya pasangan suami istri.

Selisih usia kami hanya terpaut 1 tahun, kami menikah disaat aku berusia 21th dan mas Rehan 22th. Memang usia yang masih muda sekali untuk mas Rehan menikah.

Pertengkaran pertama kami dimulai saat mas Rehan habis kontrak, ia harus menunggu beberapa minggu untuk masuk kerja lagi untuk tanda tangan kontrak lagi, saat itu aku yang lelah bekerja melihat mas Rehan yang memang sedang tidak bekerja tapi seakan pekerjaan rumah pun aku yang mengerjakan. Ketika sarapan pagi pun aku yang keluar untuk mencarinya dan tentu saja dengan menggunakan uang gajiku.

Saat itu seharusnya aku ikhlas, toh sudah kewajiban seorang istri melayani suaminya, kalau masalah pekerjaan seharusnya aku ikhlas dan sabar menunggu mas Rehan kembali bekerja.

Saat malam hari pertengkaran terjadi, membuat mas Rehan emosi lalu ia membenahi beberapa bajunya ke dalam tas, memakai jaket dan bersiap pergi. "Ya sudah, aku mau pergi dari sini..!"

Aku yang masih sama-sama emosi membiarkannya pergi meski hati gelisah.

Bagaimana ini, apakah mas Rehan akan pulang ke rumah orang tuanya? Aku tak menyangka mas Rehan bisa sekasar itu, biasanya ia lemah lembut, biarkan sajalah.. tapi masa iya baru menikah aku mau bercerai lagu sih? Pikirku

Aku menangis sepanjang malam, tapi ternyata mas Rehan kembali pulang, mungkin ia hanya pergi mencari angin segar dan menjernihkan pikirannya.

Aku yang lelah menangis dan tertidur di atas karpet pun diangkatnya, dan tubuhku pun dibaringkan di kasur.

Iya aku tau kamu juga pasti sama menyesalnya denganku.. Mas.Gumamku dalam hati saat mas Rehan membopongku, memang kala itu aku tertidur tapi aku terbangun dan pura-pura tidur nyenyak.

Mas Rehan pun tidur disampingku mengelus-ngelus pipiku, lalu mengecup keningku sambil berkata "Maaf.." dia pun tertidur disampingku dan memelukku.

Saat aku mendengar kata Maaf yang tulus dari bibirnya, air mataku jatuh tak tertahan. Aku merasa memang kita perlu introspeksi diri, dan saling memahami karakter masing-masing yang memang baru diketahui setelah menikah.

Pagi hari tiba, aku dan mas Rehan kembali berbaikan tanpa kata, kami seolah saling melupakan kejadian semalam dan bersikap seperti biasanya.

"Kita buat nasi goreng aja yuk, buat sarapan..!" Ucap Mas Rehan

"Iya ayo.., mas apa aku yang masak?"

"Mas saja, kan kamu nanti siang berangkat kerja jadi pagi ini mas masakin makanan enak buat kamu."

"Yakin enak?"

"Iyalah, kamu tunggu disitu aja..!" Rehan

"Ok, kalau gak enak mas habiskan sendiri ya..!" Ucapku sambil tertawa kecil.

Mas Rehan hanya melirik, dan memberi isyarat oke.

Setelah makanan matang aku sarapan dengan disuapi oleh mas Rehan, rasanya kami masih dengan status berpacaran. Entahlah setelah bertengkar membuat rasa rindu datang. Membuat kami semakin romantis.

"Gimana rasanya, enak kan?" Rehan.

"Lumayan."

"Bilang aja enak apa susahnya sih bikin suami seneng..!" Wajah mas Rehan tiba-tiba cemberut, merajuk seperti anak kecil.

"Iya enak." Jawabku sambil tersenyum dan mencubit pipinya, agar ia berhenti merajuk.

Setelah sarapan, aku pergi ke halaman depan kosa untuk menjemur baju. Disana aku bertemu temanku yang memang tinggal di kosan ini juga, karena kosan ini ada sekitar 300 kamar, aku sendiri mengambil kosan nomor 120 yang letaknya di lantai bawah.

"Eh kak Mel jemur baju juga?" Tanya Desi temanku

"Ah, iya.. kamu juga nih?"

"Iya kak, eh kok ada baju cowoknya kak, itu punya siapa?"

Deg

Aku mulai speechless dengar pertanyaan temanku itu, "Aku bingung harus beralasan apa lagi, Hmm.." pikirku

"Oh ini, ini baju dan jaket kak Rehan yang ketinggalan jadi kakak cuciin deh sekalian. Hehe"

Jawabku dengan sedikit tersenyum untuk menyembunyikan rasa gugupku.

"Oh, tapi subuh tadi pas aku keluar kamar, aku melihat motor kak Rehan udah ada disini aja, tadi juga aku sempet lihat kak Rehan sedang masak di kosan kakak, emang boleh ya berkunjung subuh-subuh? Bukannya ada 2 satpam yang jaga di depan?"

Astaga, pertanyaan apalagi ini? Gumamku kesal dalam hati

***

Memang kebanyakan orang sebelum menikah ia akan menunjukan sisi baiknya saja dan saat sesudah menikah ia akan menunjukan karakter-karakternya yang lain, eiits.. jangan terkejut ya dengan perubahan itu, disinilah kita diuji kesabaran dan harus bisa saling memahami satu sama lain, dan jika perlu intropeksi diri kita masing-masing agar bisa menjadi lebih baik. :)

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!