NovelToon NovelToon

Perbedaan 18 Tahun

Malam pertama

Di sebuah rumah berdinding anyaman bambu, suasana hangat dan suara riuh anak-anak seusianya sedang bermain, mengaji dan ada juga yang baru pulang dari kegiatan di mesjid, Laila hanya bisa mengurung diri, saat ini dia sudah menjadi istri dari seorang ustadz yang sudah menolongnya dari nafsu pamannya sendiri. Yusuf Nur Syaikh, 34 tahun berparas manis dan tampan dengan rambut lurus dan hitam kelam. Dengan postur tubuh tinggi besar, kedua alisnya hitam pekat dan berjarak. Tatapannya tajam, hidung mancung bertulang (tidak rata) bibirnya tipis dengan gigi yang berjajar rapi dan memiliki senyuman yang begitu menggoda. Kedua bahunya bidang dan dadanya lebar, sangat tampan dan banyak dikagumi kaum hawa maupun laki-laki. Bukan hanya tampan, baik dan Sholeh. Beliau adalah seorang pria kaya akan ilmu, pengurus dan pemilik pesantren Nurul Huda yang sebelumnya di urus oleh sang ayah. Anak satu-satunya dan Yusuf sudah memiliki istri yaitu Siti Maryam.

” Aa menikahi seorang gadis yang belum cukup umur" imbuh seorang santriwati bergosip tentang Yusuf yang akrab di sapa dengan sebutan ”Aa" oleh semua orang.

” Hush jangan bergosip, Aa bukan hanya menikahi tapi Aa juga menolong gadis itu. Aa sangat baik, beruntung sekali Laila bisa menjadi istri keduanya Aa" katanya penuh dengan rasa iri hati karena Yusuf menikahi Laila bukan dirinya.

” Kalian ngomong apa barusan? berani sekali kalian membicarakan Aa. Kalian gak tahu apa yang dialami gadis itu, jangan bergosip ini sudah malam sebaiknya kalian pergi ke kamar!” berteriak karena dua santriwati itu bergosip prihal Yusuf yang menikahi seorang gadis belia. Wanita tersebut adalah Salamah. Keponakan Yusuf dan ikut menjaga serta mengurus pesantren Dan mendidik anak-anak.

" Iya teteh, maaf" kata dua santriwati tadi merasa bersalah. Lalu pergi meninggalkan Salamah, Salamah sudah menikah dan memiliki anak perempuan satu-satunya yaitu Zainab.

Di rumah Maryam, yang selalu di sapa dengan sebutan ” Ibu” oleh semua santri karena memang itulah permintaannya, pernikahannya bersama sang suami Yusuf sudah berlangsung selama 8 tahun. Maryam berumur 39 tahun lebih tua dari suaminya Yusuf, dulu keduanya menikah karena perjodohan. Malah sempat Maryam akan dilamar okeh ayah Yusuf sendiri karena sakit-sakitan dan Maryam adalah anak yatim-piatu. Tapi akhirnya almarhum ayah Yusuf melamar Maryam untuk menikah dengan putranya.

” Kenapa Abi menikahinya, aku memintamu untuk menikah dengan gadis yang berparas cantik, berkulit putih susu supaya keturunan kita cantik dan tampan Abi" kata Maryam merasa tertipu. Yusuf mengatakan bahwa gadis yang akan dia nikahi adalah gadis yang sesuai dengan keinginan Maryam, tapi nyatanya Maryam kecewa saat tahu gadis itu adalah korban pelecehan seksual, dan tidak secantik yang di inginkan olehnya. Maryam mengizinkan suaminya untuk poligami karena dia yang tidak bisa memberikan Yusuf keturunan. Itu sebabnya dia meminta suaminya untuk menikah kembali supaya memiliki keturunan.

” Itu sudah menjadi keputusan ku Bu" lirih Yusuf dengan tatapan sendu dan Maryam membuang muka.

” Abi menikahinya karena kasihan? dan Abi tidak memikirkan apa yang istri Abbi ini mau?” Maryam marah.

” Aku minta maaf, tapi aku dan Laila sudah menikah. Do'akan aku supaya bisa mendidik istri kedua ku Laila dengan baik dan bisa memperlakukan kalian berdua dengan adil" kata Yusuf dengan suara begitu lembut tapi terdengar begitu tegas dan membuat Maryam meneteskan air matanya.

” Aku meminta abi untuk memiliki istri kembali, bukan anak kecil seperti Laila” Maryam semakin kesal dan akhirnya dia bangkit dari duduknya.” Aku mau ke kamar, sebaiknya Abi segera menemui Laila” kata Maryam dan Yusuf mengangguk. Yusuf bangkit dari duduknya untuk segera pergi ke rumah dimana istri keduanya Laila sudah menunggu.

Tadi sore, Laila dan Yusuf resmi menjadi suami isteri. Pernikahan berlangsung di rumah Laila, setelah mengikuti aturan pemerintah yang menolak pernikahan di bawah usia 19 tahun akhirnya Yusuf harus mengikuti beberapa syarat bahkan persidangan untuk bisa menikahi Laila, gadis malang dan sedang mengalami trauma. Tiga Minggu yang lalu, kejadian memilukan itu terjadi saat Laila sedang sendirian di rumah pamannya datang mendekati Laila dengan niatan jahat karena bisikan setan dan hawa nafsu yang sudah tidak tertahankan setelah lama membujang. Namum niatnya gagal setelah kakak dari Laila yaitu Rizky pulang dari pesantren. Dan akhirnya hari yang menyeramkan itu terjadi saat Laila pulang sekolah. Pamannya mengatakan bahwa ayah dan ibu Laila sudah menunggu untuk merayakan hari ulang tahun Laila yang ke 16 tahun dengan makan-makan di sebuah restoran. Kapan lagi bisa makan makanan mahal, pikir Laila saat itu. Dan dia akhirnya ikut dengan pamannya, Laila kebingungan. Gadis polos itu mulai sadar jika pamannya tak kunjung mengehentikan motornya padahal sudah melewati 10 restoran dan Laila menghitungnya. Semakin lama Laila ketakutan dan akhirnya pamannya berhenti di sebuah perkampungannya yang jauh dari kampung tempat tinggalnya. Tubuh kecil dan mungil Laila yang hanya memiliki tinggi 149m itu begitu mudah di kuasai oleh paman bejatnya......( Kilas balik berakhir)

” Assalamualaikum” suara Yusuf terdengar, lamunan Laila buyar seketika saat mendengar suara suaminya. Suaminya yang sangat dewasa dan terlalu tua. 18 tahun jarak usia Yusuf dan Laila tapi Laila tidak bisa menolak lamaran Yusuf setelah dia melaksanakan sholat istikharah dan Yusuf yang selalu hadir dalam bayangannya.

” Waalaikumsalam” sahut Laila lalu membukakan pintu dan sosok Yusuf langsung bisa dia lihat. Laila menundukkan wajahnya dibalik cadar berwarna hitam itu. Yusuf mengulurkan tangannya dan Laila lekas menyalami tangan suaminya itu lalu dia buru-buru pergi dengan penuh rasa malu dan kebingungan.

” Wangi apa ini Laila?" Yusuf bertanya seraya menutup pintu dan mencium aroma makanan yang begitu menggugah selera.

” Ini, emm aku.. Aku memasak makanan, aku tidak tahu kamu maksud ku Abang...Mas..Eh" Laila menggigit bibir bawahnya kelu, dia gugup dan bingung harus memanggil suaminya dengan sebutan apa. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa dia akan dinikahi oleh sosok ustadz Yusuf yang terkenal itu. Yusuf melangkah dengan langkah penasaran dan Laila yang takut sampai merapat ke tembok layaknya cicak.

” Panggil aku Abi, dan mulai sekarang panggilan mu adalah Umi Laila” kata Yusuf dan menatap wajah istrinya yang baru dia lihat satu kali itu. Saat Laila menerima lamarannya. Laila mengangkat kepalanya dan tatapannya bertemu dengan tatapan suaminya itu. Laila baru pertama kali melihat Yusuf yang dia idolakan dan dia selalu mendengarkan tausiyah ustadz Yusuf selama ini sekarang pria itu ada dihadapannya. Dia adalah suaminya. Laila lekas menutup matanya kembali dan menundukkan wajahnya saat dia benar-benar terpesona melihat ketampanan suaminya itu.

Astagfirullah hal adzim, sadar Laila....

Part 2: Makan bersama

Laila dan Yusuf sedang menikmati makan malam bersama, Yusuf tidak menyangka bahwa istri kecilnya bisa memasak seenak itu apalagi sambel goreng kemanginya Yusuf sangat suka. Laila yang belum terbiasa makan dengan memakai cadar kesusahan untuk makan, dan berulang kali makanannya tersangkut lalu berjatuhan. Yusuf tersenyum dan Laila menundukkan kepalanya

” Buka saja cadar kamu Umi, hanya ada aku tidak ada yang lain” ucap Yusuf dan Laila menggeleng kepala.

” Aku bisa" kata Laila tak putus asa dan terus mencoba. Yusuf tak kuasa menahan tawanya dan dia cengengesan saat ini.

” Kalau butuh bantuan bilang ya" kata Yusuf begitu lembut lalu dengan menjepit ujung cadar dia menariknya ke atas agar Laila bisa makan dengan benar. Laila memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan mata yang terus menatap suaminya lekat.” Mau di buka?” kata Yusuf dan Laila mengangguk.

” Tapi...” Laila menahan tangan Yusuf yang sudah menyentuh tali cadarnya.” Maaf” Laila melepaskan tangan Yusuf dan Yusuf tersenyum.

” Kenapa?” Yusuf bertanya seraya menurunkan tangannya.

” Aku takut abi tidak selera makan setelah melihat wajah ku" suara Laila begitu berat dan Yusuf berhenti tersenyum mendengar ucapan istri kecilnya. Laila mengangkat wajahnya kembali dan Yusuf benar-benar membuka cadarnya. Wajah lugu dan polos itu akhirnya bisa di lihat oleh Yusuf, bekas luka yang memanjang dari bawah mata kiri sampai ke pipi Laila membuat Laila harus mendapatkan banyak jahitan dan lukanya belum kering. Perban berwarna kuning pekat yaitu obat merah bisa Yusuf lihat. Wajah lugu Laila dengan kedua alis bertautan, mata yang bulat dan kedua matanya begitu jernih dan indah. Hidung seperti buah jambu air, pipi cabi dan bibir mungil. Kulit Laila kecoklatan dan bersinar. Sementara Yusuf memiliki kulit yang putih bersih seperti susu dan begitu indah. Laila merasa insecure saat tangannya dan tangan Yusuf berendengan, sudah seperti kopi dan susu.

” Jangan berbicara seperti itu lagi" pinta Yusuf sedih dan Laila mengangguk.

Keduanya menikmati makan bersama kembali, Yusuf dan Laila sesekali saling melirik malu-malu. Yusuf sangat pemalu dan dia baru mengenal Laila tiga Minggu ini. Awalnya keduanya bertemu di acara isra mi'raj dan Laila dua kali tampil ke panggung dan Yusuf melihatnya, yang pertama Laila menjadi vocalis dari grup Qasidah dan yang kedua Laila kembali naik ke atas panggung untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Laila memiliki suara yang khas dan merdu, saat diacara isra mi'raj Yusuf bahkan terpaku pada suara Laila dan tingkah malu-malu Laila di atas panggung. Saat itu Yusuf diundang untuk melakukan tausiyah dan datang dengan beberapa santri laki-laki yang langsung meminta Yusuf agar melamar Laila untuk salah satu di antara mereka. Tapi ternyata Laila menerima lamaran Yusuf saat itu.

Setelah makan malam selesai, Laila melakukan rutinitas nya sebelum tidur seperti biasa. Cuci tangan dan kaki lalu wajah dan menggosok gigi. Yusuf menunggu di kamar sambil melantunkan sholawat dengan suara merdunya.

” Suara Abi memang sangat bagus" imbuh Laila berbisik dan keluar dari kamar mandi. Rumah yang dia tinggali tidak jauh dari rumah yang Maryam tinggali bersama ibu Yusuf. Laila sedikit takut saat bertemu dengan Maryam karena melihat tatapan Maryam sepertinya tidak suka padanya. Jelas saja istri mana yang suka ketika dimadu

Part 3- Peristiwa subuh

Yusuf menoleh dan melihat Laila ragu untuk masuk ke kamar karena ada dirinya, Yusuf tersenyum dan kotak p3k sudah berada disebelahnya. Laila kebingungan untuk apa kotak p3k itu diletakkan di sana.

” Apa umi Laila tidak mau masuk?" Yusuf tersenyum dan Laila akhirnya masuk walaupun dia kini berdiri di sebelah pintu yang merapat ke tembok.” Kemari lah, duduk di sebelahku" pinta Yusuf dan kedua mata Laila membuat.

” Mau apa Abi memintaku untuk naik ke sana?" Laila bertanya tanpa menatap suaminya.

” Iya kemari, baru kamu akan tahu apa yang ingin aku lakukan” senyuman Yusuf terus mengembang karena melihat tangan Laila bergetar, mungkinkah Laila takut padanya?.” Ayo duduk Umi” pinta Yusuf kembali dan akhirnya Laila duduk di tepi ranjang. Yusuf bergeser dan menarik kotak p3k.

” Abi mau apa?” Laila bingung saat dan berpikiran aneh-aneh saat Yusuf mendekat lalu memandangnya begitu dalam.

” Apa aku boleh menyentuh wajah mu itu umi?" Yusuf ragu untuk menyentuh istrinya sendiri. Dia ingin merawat luka di wajah istrinya karena Rizky mengatakan bahwa Laila takut dengan darah dan selalu menangis saat berkaca pada cermin lalu melihat luka di wajahnya. Rizky adalah salah satu santri yang sudah tinggal di pesantren yang di urus Yusuf dari berumur 7 tahun dan sekarang usianya sudah 18 tahun. Laila adalah adik satu-satunya alias bungsu.

” Apa abi berkenan dan tidak merasa jijik?" Laila menatap Yusuf lekat dan perbannya terus meneteskan air karena dia sudah membasuh wajahnya dan lupa dengan lukanya.

” Kenapa harus jijik? aku sangat ingin mengobati lukamu umi” Yusuf tersenyum dan Laila akhirnya mengangguk. Yusuf melepaskan perban basah itu perlahan-lahan lalu membersihkan nanah bercampur darah dan Yusuf melirik tangan Laila yang mencengkram kuat seprai karena menahan sakit di pipinya. Yusuf membersihkan lalu mengobati luka istrinya dengan mengucapkan doa-doa dengan suara pelan dan Laila memperhatikan wajahnya. Yusuf mengobati dan membersihkan luka di wajah istrinya sambil terus menatap Laila sesekali. Apakah dia benar-benar bisa membahagiakan Laila gadis 16 tahun yang biasanya sedang mengalami masa-masa muda dan dengan cinta monyet. Laila sangat lugu dan polos, tak heran istrinya itu mudah di perdaya oleh paman Laila dan Yusuf masih sangat marah dan memperjuangkan keadilan untuk Laila agar paman Laila dihukum seadil-adilnya. Setelah luka Laila di bersihkan dan di tutup kembali dengan perban Laila meminta Yusuf diam dan dia yang membereskan kapas bernoda serta obat-obatan ke kotak p3k kembali.

Setelah selesai keduanya berbaring bersama-sama, karena Laila sangat takut dan Yusuf pun sangat mengerti. Bahwa gadis belia seperti Laila belum tahu banyak tentang cara-cara memperlakukan seorang suami dan melayaninya. Tidak harus sekarang, Yusuf akan menunggu jalani ketikan Laila sudah siap. Yusuf melirik Laila yang meletakkan bantal guling di antara keduanya sebagai pembatas. Yusuf hanya tersenyum dan terdengar dia membaca doa dan beberapa surat pendek karena dia akan tidur, Laila yang mendengar mengikuti suaminya dan Yusuf terus tersenyum.

*****

Keesokan paginya, pukul 3 dini hari Yusuf sudah bangun lalu mengusap-usap rambut tebal nya dan melirik Laila yang masih tertidur lelap. Yusuf bangun lalu meraih ponselnya dia memasang alarm jam 4 subuh laku dia letakkan di tempat berbaring nya tadi. Laila tidak memiliki ponsel dan hanya memakai ponsel ayahnya ketika sangat butuh ataupun untuk menghubungi teman-temannya. Yusuf pergi untuk mandi dan setelah itu dia pergi ke masjid.

Laila bangun ketika mendengar suara alarm lalu Laila menatap ruang kosong yang tadinya ada Yusuf disana.

” Abi dimana?” Laila melirik kanan-kiri dan melihat ponsel Yusuf terus berbunyi. Laila meraih ponsel tersebut lalu membaca nama alarm yang di buat oleh suaminya.

Sudah waktunya bangun umi. Itulah yang di tulis Yusuf sebelum pergi.

Hidung Laila merekah membacanya, gadis mana yang tidak berbunga-bunga diperlakukan seperti itu apalagi untuk Laila yang baru pertama kali merasakannya. Merasakan diperhatikan oleh seorang laki-laki dan laki-laki beruntung tersebut adalah Yusuf. Tubuh Laila berguling-guling dengan pipi merah merona Laila meringis saat pipinya tertekan terlalu kuat.

” Auw sakit” Laila meringis dan memegang pipinya, lalu dia turun seraya meletakkan ponsel dan bersiap untuk mandi karena adzan subuh sebentar lagi.

Setelah mandi Laila menunaikan ibadah shalat subuh dan dia juga mengaji dan menyelesaikan lima lembar lalu dia lipat untuk memberi tanda sampai mana dia mengaji. Laila ingin memasak nasi goreng pagi ini untuk suaminya. Nasi yang semalam masih tersisa banyak dan sayang jika dibuang. Naina memasak tanpa menggunakannya cadarnya, cahaya matahari sudah mulai terlihat semakin terang dan Laila melirik mesjid yang terlihat dari jendela dapur rumah tersebut. Laila kembali asik dengan kesibukannya dia tidak mau suaminya telat sarapan pagi ini, pagi pertamanya sebagai seorang isteri.

Tiba-tiba Laila bersenandung kecil, menyanyikan lagu yang selalu dia nyanyikan di rumah. Yusuf sudah akan mengucapkan salam, dia sudah berdiri didepan pintu rumah yang terbuka lebar.

Tabuh berbunyi gemparkan alam sunyi....

Berkumandang....

Suara adzan.

Mengayun....

memecah sunyi...

Selang-seling sahutan ayam.....

Tapi Yusuf berhenti saat mendengar istrinya bernyanyi dengan cerianya pagi ini. Tak henti-hentinya Yusuf mengucapkan rasa syukur karena Laila sudah mulai melupakan kejadian itu.

Tapi insan kalaupun ada hanya

Mata yang celik dipejam lagi....

Hatinya penuh benci...

Berdengkurlah kembali...

Begitulah peristiwa di subuh hari...

Suara insan di alam mimpi....

Nyanyian istrinya semakin kencang dan Yusuf panik lalu masuk seraya mengucapkan salam..

” Assalamualaikum” suaranya begitu merdu dan Laila berhenti bernyanyi.

” Waalaikumsalam” sahut Laila.

Dari rumah Maryam dia bisa melihat jelas ketika Yusuf berdiri entah sedang apa. Maryam benar-benar tidak paham dengan keputusan suaminya memilih Laila, gadis remaja yang pastinya masih labil, cengeng apalagi Laila anak bungsu.

” Apa ibu meminta aku untuk datang?” suara Salamah terdengar dan Maryam menoleh.

” Iya aku meminta kamu untuk datang, katakan padaku Salamah apa kamu yakin Laila akan mau mengandung dalam waktu dekat ini?” Maryam bertanya seraya terus menatap rumah kecil yang awalnya adalah sebuah rumah yang dijadikan perpustakaan kecil dan kini rumah itu menjadi tempat tinggal Laila.

” Aku rasa Aa menikahi Laila bukan semata untuk mendapatkan keturunan, tapi memang Aa memilih karena Laila juga butuh pendamping dan pelindung setelah kejadian buruk menimpanya” lirih Salamah dan ikut memperhatikan rumah kecil dengan cat berwarna putih itu.

Maryam menoleh lalu menatap Salamah lekat, bibirnya tersenyum lebar dan Salamah juga ikut tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!