NovelToon NovelToon

Queen/Istri Tuan Vampir Season 2

Prolog

Noa mengalami depresi berat akibat kehilangan anaknya 18 tahun yang lalu. Dia memilih mengurung diri di kamar sejak keputusasaan melanda 7 tahun lalu.

Noa selalu menyalahkan dirinya tidak becus mengurus Anggelina, putri semata wayangnya yang mungkin kini berusia 19 tahun.

"Aku tidak yakin dia masih hidup Baby." Kata itu kerapkali di lontarkan Lucas untuk membuat Noa sadar dan bangkit akan keterpurukannya.

"Dia masih hidup. Aku yakin itu!" Noa hanya bermodalkan keyakinan bahwa Angel masih hidup dan entah berada di mana.

🌹🌹🌹

Sementara di tempat lain. Seorang gadis belia dengan paras mirip Noa namun berkali-kali lebih cantik, masuk ke sebuah rumah dengan map di tangannya.

Dia tersenyum di balik masker dan mempercepat langkahnya seolah merasa tidak sabar ingin memberitahu berita bahagia soal kelulusannya.

"Daddy.." Panggilnya menerobos masuk.

"Daddy belum pulang Non Tiara." Jawab Elena, pembantu plus pengasuh Tiara sejak kecil.

"Padahal dia berjanji untuk pulang." Eluh Tiara duduk lemah pada sofa ruang tamu.

"Di tunggu saja Non. Nanti juga pulang." Elena meletakkan nampan berisi sirup dingin yang langsung di teguk habis oleh Tiara.

"Lihat Bik. Aku mendapat juara umum." Elena yang sudah di anggap Tiara sebagai Nenek, tentu saja memiliki ruang spesial di dalam hatinya.

"Wah. Non hebat." Puji Elena tersenyum. Karena seringnya menghabiskan waktu bersama Tiara, membuat hati Elena luluh. Sikap lembut yang tadinya penuh keterpaksaan, kini berubah menjadi ketulusan seolah Tiara anaknya sendiri.

NB. Tiara adalah Angel.

"Percuma Bik. Daddy tidak ada. Padahal dia berjanji akan memberikan aku hadiah."

Tok... Tok... Tok...

Senyum Tiara menghias sudut bibirnya, saat dia mendengar suara ketukan pintu. Cepat-cepat dia beranjak untuk membuka pintu.

"Daddy.." Teriaknya dengan senyum mengembang. Menyerbu Alex dengan sebuah pelukan hangat.

"Ouch. Gadis kecilku. Bagaimana soal kelulusannya?" Tiara melepaskan pelukannya lalu berlari kecil menuju ruang tamu untuk mengambil map.

"Aku juara Dad." Jawabnya memperlihatkan nilai yang sangat sempurna.

"Gadis kecil Daddy pintar sekali." Puji Alex mengusap lembut pundak kepala Tiara.

"Aku menunggu hadiah." Alex tersenyum lalu merogoh jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak dari dalam sana.

"Sudah Daddy siapkan." Tiara mengambilnya cepat dan bergegas membukanya. Bibirnya tersungging ketika dia melihat sebuah ponsel mahal yang selama ini di inginkannya.

"Wah terimakasih Dad."

"Hm sesuai janji. Tapi ingat untuk tidak berfoto." Tiara mengangguk cepat.

Tiara tidak menyadari jika aturan yang di berlakukan Alex padanya bertujuan untuk menyembunyikan wajahnya. Alex tidak ingin wajah Tiara terekspos bebas apalagi sampai tersebar lewat media sosial.

Entah untuk tujuan apa Alex melakukan penculikan serta penyekapan ini. Mungkin dia terlalu terobsesi dengan Noa sehingga dia tidak ingin melihat keluarga kecil itu bahagia. Namun akhir-akhir ini niat tersebut terganti saat dia melihat kemolekan tubuh Tiara yang kini beranjak dewasa.

Berbagai cara sudah Alex lakukan kala itu. Dari sebuah fitnah ringan juga fitnah besar telah di tebarkan karena menginginkan Noa dan Lucas berpisah.

Tapi cinta kuat yang saling terikat antara keduanya, membuat mereka tidak goyah sedikitpun hingga dia dengan tega mengambil satu-satunya hal terindah dari hidup Noa.

🌹🌹🌹

Haiiiii reader..

Ini cerita lanjutan untuk Istri Tuan Vampir..

Di harapkan membaca novelku yang pertama agar kalian tidak merasa bingung dengan pemerannya..

Minta dukungan dengan like, vote dan follow me.. Terimakasih 🥰🥰

1

Hari ini Tiara bangun begitu pagi, sebab ini adalah hari pertama baginya untuk kuliah. Tidak ada cara lain untuk bebas selain beralasan menimba ilmu. Karena Alex menerapkan peraturan begitu ketat hingga Tiara di larang berkeliaran di luar rumah.

Peraturan itu membuat Tiara tercekik hingga sulit bergaul. Apalagi penampilannya yang cenderung aneh menambah persepsi buruk bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Alex mewajibkannya memakai masker dan pakaian tertutup. Setiap baju yang di kenakan merupakan pemberiannya. Tiara tidak di perbolehkan memilih gayanya sendiri. Walaupun terasa tidak nyaman, Tiara enggan untuk berprotes karena Alex mengatakan jika itu untuk kebaikannya.

"Buruk sekali." Eluhnya memperhatikan lekat baju yang di kenakan dari pantulan cermin lemari.

"Itu untuk kebaikanmu sayang." Sahut Alex sudah berdiri di ambang pintu kamarnya yang tidak pernah terkunci.

"Bagaimana aku bisa mendapatkan jodoh jika penampilanku seperti ini Daddy." Alex menddesah lalu berjalan menghampiri Tiara. Dia berdiri tepat di belakangnya dengan kedua tangan mengalung lembut pada lehernya.

Kamu hanya milikku Tiara. Aku jodoh mu..

"Bukankah Daddy sudah katakan alasannya."

"Daddy bukan Ayah kandungku." Jawab Angel lirih.

"Hm ya. Tapi Daddy rela merawatmu sampai sebesar ini." Tiara membuang nafasnya kasar. Dia seringkali mendengar ucapan Alex yang sekarang." Kamu tahu bagaimana caranya berterimakasih kan?" Tiara mengangguk pelan. Dia sudah menyerahkan hidupnya pada Alex, lelaki yang di sebutnya Daddy namun menginginkannya untuk menjadi seorang Istri.

"Hidupku hanya untuk Daddy." Tiara tersenyum getir menatap wajah Alex yang terlihat tampan walaupun tidak ada rasa lain kecuali rasa sebagai Ayah." Aku berjanji setelah kuliah selesai. Aku akan menikah dengan Daddy." Senyum Alex kian merekah mendengar keikhlasan hati Tiara. Dia tidak perduli dengan mimik wajah Tiara yang terlihat terpaksa.

Andai aku bisa membaca isi hatimu. Pasti aku akan tahu bagaimana perasaan mu yang sebenarnya padaku. Sayang sekali kekuatan itu masih bisa melindungi mu. Batin Alex menunduk seraya menghirup kuat aroma rambut panjang Tiara.

Walaupun aku bukan anak kandungnya. Seharusnya dia tetap berusaha mencari informasi soal mereka.

Tiara menddesah lembut, dia merasa terpaksa namun tidak sanggup menolak. Tiara menganggap Alex adalah sosok lelaki yang begitu baik padahal seharusnya Alex menjadi satu-satunya makhluk yang harus di hindari.

"Kenapa Daddy belum berangkat?"

"Daddy akan mengantarkan mu ke kampus." Tiara mengangguk seraya tersenyum.

"Lepaskan jika begitu." Tiara memegang lembut tangan kekar Alex.

"Daddy menyanyangi mu." Alex mengecup puncak kepala Tiara sejenak lalu merenggangkan kalungannya." Kamu tunggu di mobil dulu. Nanti Daddy menyusul." Tiara mengangguk kemudian berjalan keluar kamar sementara Alex berjalan ke arah dapur untuk menemui Elena.

"Mana upah ku?" Celetuk Elena dengan ketus. Maniknya menatap tajam ke arah Alex yang kini sudah mengendalikannya.

"Nanti malam datanglah ke gudang belakang. Aku sudah menyiapkan satu gadis untuk kau mangsa." Bibir Elena tersungging. Dia tidak ayal seperti seorang pelayan yang harus patuh dan tunduk pada Alex.

Paling tidak aku bisa merasakan darah segar nanti malam. Aku tidak perduli dengan buruknya Alex memperlakukan ku! Aku hanya ingin darah dan darah!!

"Aku pergi dulu. Laporkan padaku jika dia nanti pulang telat. Dia harus sudah ada di rumah pukul 2. Selebihnya dari itu, kau wajib mencarinya dan bawa paksa dia pulang." Pinta Alex dengan wajah datar meninggalkan Elena yang tengah mendengus kesal.

Aku mulai terbiasa dengan Tiara. Tapi aku tidak biasa mendengar perintah Alex yang memuakkan..

🌹🌹🌹

Sebelum pintu mobil terbuka. Alex kembali mengingatkan Tiara akan peraturan yang selama ini wajib di taati.

"Aku mengingat itu Daddy." Jawab Tiara lirih.

"Ini untuk kebaikanmu."

"Aku tahu." Tiara mulai memakai maskernya lalu membuka ikatan pada rambutnya. Bukankah lebih baik di ikat saja? Kenapa Daddy tidak memperbolehkan aku mengikat rambut jika di luar?

Tiara tidak tahu menahu soal tanda lahir yang berada di balik telinga kanannya sehingga dia merasa binggung dengan peraturan aneh yang di buat oleh Alex.

"Apa kamu perlu di jemput nanti?" Tiara menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak Dad. Aku akan pulang telat waktu." Jika di jemput? Aku tidak akan bisa menikmati udara segar..

"Oke. Sampai jumpa nanti malam." Alex mengecup puncak kepala Tiara sebelum dia turun dari mobil.

"Bye Dad." Tiara melambai kemudian berjalan perlahan memasuki area kampus sementara Alex langsung melajukan mobilnya.

Seisi kampus menatap Tiara aneh karena penampilannya. Kulit putihnya tertutup sempurna dengan baju besar yang di kenakan sekarang walaupun kecantikannya masih bisa terlihat dari kedua maniknya.

Suasana seperti ini akan selalu ku rasakan jika aku berpenampilan serba tertutup. Eluhnya dalam hati fokus menatap ke arah suara riuh yang ada di tengah lapangan.

Ada apa sih?

Tiara berhenti lalu memperhatikan kerumunan. Dia mendekat, membelah banyak mahasiswa. Terlihat seorang pemuda berdiri saling berhadapan dengan seorang gadis cantik. Tangan gadis itu terulur dengan sebuah coklat juga satu tangkai mawar merah.

"Tolong Kak Daniel. Aku sudah sejauh ini menyatakan perasaan ku." Rajuknya tidak sabar, menatap Daniel penuh harap.

"Terimakasih untuk semuanya. Tapi aku tidak suka coklat dan bunga." Karena makananku adalah darah.

"Terus Kak Daniel suka apa? Katakan padaku?"

"Aku tidak suka melihat gadis secantik kamu merendahkan diri seperti ini."

"Maka dari itu terima cintaku Kak. Agar aku tidak di permalukan." Gadis itu bernama Alexa. Dia mahasiswi populer yang jatuh hati pada Daniel. Putra mahkota dari kerajaan Vampir dari Brazil.

"Aku juga tidak suka berbohong. Sebaiknya kamu berikan itu pada seseorang yang menyukai mu. Aku ada urusan. Permisi." Daniel melangkah dengan tenang membelah kerumunan.

Entah kenapa tiba-tiba saja dia berhenti lalu menoleh ke arah Tiara dengan sorot mata sulit di artikan. Daniel merasa aneh dengan hatinya yang seolah menyuruhnya menatap ke arah di mana Tiara berdiri.

Apa yang ku lakukan?

Daniel menddesah lembut, kemudian melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan teriakan riuh di sekitar.

Tampan sekali. Pesonanya seperti Daddy. Batin Tiara bergejolak bahkan sedikit tersentuh dengan pesona Daniel yang memang bukan seorang manusia.

Daniel menghilang setelah memastikan keadaan aman. Dia melesat ke alamat yang di berikan oleh Stefanus yang merupakan sahabat dari Ayahnya.

Dalam sekejap, Daniel sudah tiba di depan kediaman Lucas. Dia melihat pelindung yang mengelilingi dan berjalan melewatinya begitu saja.

"Apa benar ini rumah Tuan Lucas?" Tanya Daniel ramah.

"Benar Tuan." Bima memperhatikan Daniel dari atas sampai bawah. Berarti dia manusia.

"Beliau ada di rumah?" Tanya Daniel tidak memperdulikan suara hati Bima.

"Ada Tuan. Sebentar saya panggilkan. Mari masuk." Bima mempersiapkan Daniel duduk dengan sopan lalu berjalan menaiki anak tangga.

Setelah beberapa saat menunggu, terlihat Lucas menuruni anak tangga seraya memperhatikan pemuda yang wajahnya terlihat asing.

"Siapa?" Tanya Lucas berjalan menghampiri pemuda dengan rambut berwarna coklat muda. Visual wajahnya terlihat berbeda tapi Lucas yakin jika pemuda di hadapannya bukankah manusia. Jika dia bisa melewati pelindung itu. Berarti kekuatannya cukup besar.

"Saya Daniel, putra tunggal raja Darren." Dengan sopan pemuda itu mengulurkan tangannya.

"Untuk apa datang ke sini?" Lucas tidak menyambut uluran tangan Daniel sebelum dia tahu tujuannya datang padanya.

"Saya di urus raja Stefanus untuk membantu permasalahan anda." Lucas menatap Daniel dari atas sampai bawah. Dia memperkirakan umur pemuda di hadapannya mencapai 400 tahun.

"Tidak perlu. Aku sudah berusaha mencarinya namun tidak membuahkan hasil." Stefanus yang sudah menetap di negara lain. Merasa gusar dengan permasalahan yang menghantam rumah tangga Lucas hingga membuatnya ikut frustasi. Sehingga dengan sengaja Stefanus mengutus Daniel yang memang sudah menetap di kota untuk menyelesaikan kerusuhan yang terjadi di sana.

Seharusnya itu menjadi tugas Lucas. Namun kenyataannya, Lucas tidak dapat melakukannya karena terlalu sibuk mengurus Noa.

"Mungkin saya bisa membantu agar anda bisa fokus pada Ibu Noa." Lucas menatap tajam ke arah Daniel.

"Jangan sok akrab dengan menyebut Istriku Ibu!!" Daniel yang memiliki sifat lembut dan penyabar, tidak mempermasalahkan akan umpatan yang di lontarkan Lucas.

"Raja Stefanus akan memberikan hadiah sepadan jika saya bisa menemukan Nona Angel."

"Pergi! Aku tidak butuh!!"

"Saya cukup lama berada di sini Ayah." Wajah Lucas semakin geram di buatnya." Saya bisa mencari Nona Angel di tempat yang mungkin tidak terduga."

"Pergi kataku!!" Lucas menoleh ketika mendengar sebuah langkah kaki menuruni anak tangga." Ke kenapa keluar?" Secepat kilat Lucas menghampiri Noa untuk membantunya berjalan. Ini kali pertama bagi Noa keluar kamar setelah beberapa tahun silam.

"Kamu tidak ingin anak kita di temukan." Protes Noa ketus. Daniel melongok karena merasa terkesima dengan kecantikan Noa.

Tidak sia-sia aku datang ke sini. Raja Stefanus benar. Aku pastikan jika Nona Angel menuruni kecantikan Ibunya..

Daniel, pangeran Vampir dari Brazil. Selayaknya seperti Lucas dahulu. Dia kesulitan mencari tambatan hati sehingga dia memutuskan untuk mengunjungi beberapa negara dan menetap di Indonesia sebagai mahasiswa di sebuah Universitas.

Sifatnya yang lembut namun dingin, mampu membius para kaum hawa walaupun hingga sekarang Daniel masih belum menemukan seorang gadis yang mampu menggoyahkan hatinya.

"Aku sudah berusaha Baby." Jawab Lucas lemah.

"Siapa namamu?" Tanya Noa tersenyum ramah. Dia tidak memperdulikan penolakan Lucas.

"Saya Daniel, Ibu Noa." Daniel memegang jemari Noa lalu menciumnya dengan hormat.

"Tolong bantu menemukan Angel. Aku akan menikahkan dia denganmu jika kamu berhasil menemukannya." Daniel tersungging tapi tidak untuk Lucas.

"Bagaimana mungkin kamu langsung percaya padanya Baby."

"Naluri seorang Ibu begitu kuat sayang. Aku yakin dia bisa membawa pulang anak kita." Lucas menarik nafas panjang karena merasa tidak yakin.

"Aku sudah berusaha mencarinya. Kamu tahu itu kan."

"Tapi kamu tidak yakin! Kamu mencarinya dengan setengah hati dan menganggap anak kita sudah tiada!!" Seketika Lucas bungkam. Dia membenarkan itu karena pencariannya selama ini tidak membuahkan hasil." Tidak perlu meminta izin padanya. Aku membutuhkan mu untuk mencari keberadaan Angel sekarang." Imbuh Noa dengan wajah penuh harapan.

"Baik Ibu. Kedatangan saya kemari hanya ingin tahu bagaimana ciri Angel secara spesifik?"

"Wajahnya mirip dengan ku. Dia memiliki tanda lahir di balik telinga sebelah kanan. Tanda itu membentuk sebuah mahkota namun sering tertutupi oleh rambut." Daniel mengangguk seraya tersenyum. Dia merasa bersemangat untuk mencari jika kenyataannya Angel secantik Noa, bahkan mungkin lebih.

"Hm saya akan ingat itu."

"Terimakasih ya Nak." Noa meraih jemari Daniel dan menggenggamnya hangat." Kamu harus yakin jika Angel masih hidup agar ada campur tangan Tuhan di dalamnya." Imbuhnya dengan mata berkaca-kaca karena kerinduannya yang sangat dalam.

"Saya yakin jika Nona Angel baik-baik saja."

"Itu pasti." Anakku pasti baik-baik saja karena dia tidak gampang terluka..

🌹🌹🌹

2

Berbeda dengan para mahasiswa. Sambutan dari para Dosen untuk Tiara begitu antusias. Itu karena Tiara sudah terkenal dengan kecerdasannya sehingga para Dosen menerima Tiara dengan tangan terbuka.

"Kenapa kamu tolak beasiswa itu Tiara. Itu sebagai apresiasi atas prestasi mu?" Tanya Prabu, kepala Dosen universitas tersebut.

"Saya tidak ingin terikat Pak sebab setelah lulus, saya memutuskan untuk menikah." Prabu menddesah lembut karena menyanyangkan keputusan yang di ambil Tiara.

"Kenapa begitu Tiara? Sayang sekali dengan prestasimu." Tiara tersenyum di balik masker dengan kedua tangan saling menggenggam di atas pangkuannya.

"Itu sudah keputusan saya. Em saya minta tanda terima untuk pelunasannya Pak. Sudah waktunya untuk masuk kelas." Prabu tersenyum ketika menyadari tujuan Tiara menemuinya. Dia segera menyiapkan tanda terima pelunasan pembayaran lalu menyerahkan pada Tiara.

"Maaf Bapak jadi lupa waktu karena merajuk mu."

"Tidak apa-apa Pak. Saya permisi dulu." Tiara mengangguk lalu berjalan keluar dari ruangan. Dia berjalan menyusuri koridor untuk mencari kelas sastra tanpa memperdulikan tatapan dari sekitar yang tengah melihatnya rendah.

Setibanya di kelas, Tiara duduk pada salah satu bangku namun seseorang mencegahnya sebelum Tiara sempat meletakkan tas miliknya.

"Ini tempat duduk milik Daniel!" Tiara mengurungkan niatnya dan berdiri.

"Maaf aku tidak tahu." Tiara mematung dan membiarkan Alexa menatapnya rendah.

"Kau dari planet mana? Kenapa kau memakai baju seperti itu?" Alexa tersenyum tipis lalu meraih ujung baju Tiara dan berusaha menyikap nya.

"Aku nyaman begini." Tiara memundurkan tubuhnya untuk menghindar.

"Nyaman? Hahahaha. Bukannya gerah ya." Ejek Alexa tersenyum penuh hinaan.

"Bukan kau yang memakainya jadi untuk apa membicarakan ini." Raut wajah Alexa berubah kesal saat mendengar bantahan dari Tiara.

"Aku pastikan kulitmu sangat buruk hingga kau harus menutupinya seperti ini." Alexa kembali memegang ujung baju Tiara.

"Hm tidak apa jika kau menebaknya begitu." Tiara mengangguk lalu pergi ke deretan bangku paling belakang.

"Di sini kosong." Ucap seorang gadis menepuk-nepuk meja di sebelahnya.

"Terimakasih." Tiara tersenyum di balik masker lalu duduk bersamaan dengan datangnya Daniel. Tiara hanya mampu melirik sebab dia tidak ingin terlibat masalah apalagi berhubungan dengan lelaki.

"Aku Dinda. Kamu siapa?" Tiara beralih menoleh ke Dinda.

"Aku Tiara."

"Och. Salam kenal Tiara. Em kamu anak baru?"

"Iya baru datang hari ini."

"Sama seperti ku." Tiara tersenyum dan mencoba mengabaikan keakraban yang di suguhkan Dinda." Nanti mau ke kantin bersama?" Ajak Dinda bersemangat.

"Aku tidak biasa makan siang jadi aku tidak ke kantin." Penolakan seperti sekarang seringkali Tiara lontarkan agar orang di sekitar menghindarinya.

"Oh begitu. Baik jika begitu, aku akan memesan makanan dan membawanya ke sini."

"Aku biasa sendiri." Tolak Tiara lagi.

"Sendiri itu tidak enak Tiara. Aku malah ingin punya banyak teman."

"Itu kamu bukan aku." Celetuk Tiara sangat bertentangan dengan keinginannya untuk bisa menikmati masa mudanya.

"Ya sudah. Aku akan berteman denganmu saja." Tiara menghembuskan nafas berat lalu melirik ke arah Dinda sebentar.

Kenapa memaksa sekali. Eluh Tiara dalam hati.

"Aku sulit bersosialisasi karena aku tidak cantik." Imbuh Dinda membuat Tiara benar-benar menoleh ke arahnya.

"Kamu cantik." Puji Tiara lirih.

"Terimakasih sudah menghiburku."

"Tidak Dinda. Kamu benar-benar cantik."

"Jika aku cantik. Mari berteman."

"Aku tidak memiliki banyak waktu."

"Tidak masalah. Kita bisa bertemu saat kuliah saja. Berapa nomer ponselmu?" Dinda mengeluarkan ponselnya.

"Untuk apa?"

"Untuk lebih dekat."

Pasti menyenangkan jika memiliki teman. Batin Tiara seraya mengedarkan pandangannya dan tanpa sengaja matanya menatap ke arah Daniel yang sejak tadi memperhatikan. Kenapa dia melihatku?

Tatapan Daniel sontak membuat Tiara salah tingkah hingga harus menundukkan pandangannya dan berpura-pura tidak tahu.

Daniel sendiri merasa tertarik dengan sosok Tiara karena isi hatinya tidak dapat di deteksi olehnya. Padahal dia selalu saja bisa membaca satu persatu isi hati orang yang ada di sekitarnya.

Apa dia Vampir juga. Tapi aroma tubuhnya seperti manusia.

Tatapan Daniel memicu kecemburuan para gadis yang duduk di sekitarnya. Mereka tentu bertanya-tanya, kenapa seorang Daniel malah melihat ke arah Tiara yang terlihat tidak menarik.

"Dia aneh." Ucap Alexa namun Daniel tidak menanggapi ucapannya." Lihatlah pakaian yang di kenakan." Imbuhnya mulai merasakan kecemburuan tidak berarah.

"Pasti ada tujuan dia melakukan itu." Alexa tersenyum tipis seraya memandangi paras tampan Daniel dari samping.

"Tujuannya agar terlihat aneh." Daniel beranjak dari tempat duduknya sekarang karena merasa risih dengan ucapan Alexa yang cenderung merendahkan orang lain." Kemana?" Tanya Alexa ikut berdiri.

"Mencari tempat yang jauh dari kebisingan." Daniel menjinjing tasnya lalu berjalan ke belakang dan duduk tepat di samping Tiara. Dia merasa tertarik dengan keanehan yang di rasakan pada sosok Tiara sehingga Daniel memutuskan untuk duduk mendekat. Semoga saja dengan berdekatan, aku bisa membaca isi hatinya. " Boleh aku duduk di sini?" Sapa Daniel ramah. Tiara beranjak dari tempat duduknya dan duduk di sisi kiri Dinda.

"Maaf. Aku sesak bernafas jika berada di tengah." Ucap Tiara beralasan. Dia bersikap seperti sekarang karena ingin mengindari sentuhan fisik dengan seorang lelaki.

Dinda tersenyum aneh mendengar alasan tidak masuk akal yang di lontarkan Tiara. Padahal aroma tubuh Daniel sangat harum di tambah lagi dengan parasnya yang tampan. Membuat penolakan dari Tiara terdengar ganjil.

"Apa sejenis fobia?" Daniel tidak mempermasalahkan itu dan malah merasa tergelitik untuk mengetahui jati diri Tiara.

"Ya mungkin." Jawab Tiara cepat.

"Kamu fobia di apit lelaki tampan?" Sahut Dinda membulatkan matanya.

"Entahlah." Aku tidak boleh merespon. Daddy bisa marah jika sampai tahu aku berdekatan dengan lelaki.

Dia memang manusia tapi kenapa aku tidak bisa membaca isi hatinya. Apa hatinya sedang diam? Ah itu mustahil. Manusia cenderung berbicara dalam hati.

"Siapa namamu." Tiara tidak bergeming dan malah menyibukkan diri dengan buku." Aku Daniel." Imbuh Daniel tidak juga menyerah.

"Kau tidak dengar?" Bisik Dinda ke arah Tiara.

"Aku sedang tidak ingin berkenalan. Aku hanya ingin belajar." Tiara tidak sadar jika sikapnya sekarang semakin membuat hati Daniel di liputi rasa penasaran.

"Jangan terlalu kaku."

"Aku benar-benar ingin belajar."

"Dia mahasiswi populer di sini." Bisik Dinda ingin menyadarkan Tiara jika apa yang terjadi di hadapannya adalah kesempatan emas.

"Hm." Tiara membereskan bukunya. Dia berniat akan pergi namun suara Daniel mencegahnya.

"Tetap di situ. Aku berjanji tidak akan bertanya lagi." Ucapan Daniel membuat Tiara mengurungkan niatnya, apalagi Dosen sudah memasuki ruangan.

Apa benar jika Tiara ingin menutupi kulit buruknya. Dinda melirik sebentar dan memperhatikan penampilan Tiara.

Untuk pertama kalinya. Aku membuat seorang gadis tidak nyaman hingga membuatnya harus menghindar. Aku benar-benar ingin tahu siapa kamu sebenarnya? Apa kamu manusia atau dari bangsaku? Kenapa aku tidak bisa membaca isi hatimu.

🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!