Hubungan itu antara dua orang yang saling berkorban satu sama lain, tapi kalau yang berkorban hanya satu orang maka artinya bukan sebuah hubungan yang utuh. Sama halnya dengan apa yang aku rasakan sekarang, aku tidak pernah menyangka kalau kehidupanku akan selalu memilih cinta bertepuk sebelah tangan. Aku tidak mengerti bagaimana awalnya hingga aku berhubungan dengan pria yang sangat aku cintai walaupun terasa tidak nyata. Hubungan kami sudah berjalan kurang lebih dua tahun dan hari ini adalah anniversary kami yang ke dua tahun saat aku memutuskan untuk menemuinya di saat kesibukan pekerjaan yang mengganggu dan padat. Siang itu sehabis bertemu dengan editor, aku sudah mengirimkan pesan untuk bertemu, dia hanya mengatakan iya di tempat biasa favorit kami berdua.
Namaku Annastasya Clarissa sering dipanggil dengan nama panggilan Anna, seorang penulis yang sudah berjalan selama 4 tahun, beberapa novel telah diterbitkan, tidak banyak yang menyukai karyaku tapi aku terus berkarya, setidaknya penerbit masih mengatakan bahwa novel milikku selalu layak untuk diterbitkan. Apalagi sekarang banyak sekali novel bajakan setelah novel aslinya terbit, tidak menyenangkan tapi seakan seperti itulah konsekuensinya. Mereka para pembaca kebanyakan menyukai bajakan dikarenakan harga murah dengan isi yang sama, toh pembaca hanya berniat membaca ceritanya sekali. Umurku jangan di tanyakan lagi karena aku sudah kepala dua lama, sekarang sudah tahun ke 25 sejak aku lahir di bumi ini. Kedua orang tuaku sudah lama bercerai, aku hanya tinggal dengan ibuku, tapi karena ibu juga membutuhkan pendamping hidup, dia menikah dua tahun yang lalu dan pindah ke rumah ayah tiriku. Sedangkan aku sekarang tinggal sendiri di apartemen kalangan menengah kebawah, hanya ini yang bisa aku beli dari penghasilan penerbitan novel.
Dengan sebuah paper bag berisi kado hadiah yang sudah dipersiapkan sejak lama aku duduk di salah satu meja yang masih kosong di antara meja-meja lain yang penuh. Aku tersenyum sambil melihat paper bag tersebut, beberapa kali kulihat pergelangan tanganku yang melingkar jam tangan, jarum jam yang terus berputar. Kulihat ponselku, pesan terakhir yang aku kirimkan belum juga ada balasan, masih berharap dia akan datang menemuiku, tapi sepertinya itu hanyalah khayalanku saja. Hingga menjelang petang, dia tidak kunjung datang. Aku tersenyum kemudian beranjak dari tempat dudukku meninggalkan café tersebut untuk pergi ke apartemennya.
Banyak hal yang telah aku pertimbangkan hingga mendapatkan keputusan untuk pergi ke apartemennya, selama ini aku tidak pernah berniat untuk pergi ke apartemennya walaupun hanya sebentar, bahkan dia tidak pernah mengajakku untuk pergi kesana sehingga aku sendiri tidak berniat untuk kesana tanpa persetujuannya. Mobilku terparkir di basement gedung apartemen miliknya, seorang pria yang sangat aku cintai melebihi diriku sendiri, bahkan bisa di lihat pada kaca yang ada di lift, penampilanku tidak lebih baik dari seorang wanita yang sudah berumur memakai pakaian tidak senada dengan warna yang entahlah tidak sesuai antara pakaian atas dan pakaian bawah, make up tentu saja tidak memakai, dan rambut bahkan hanya di ikat begitu saja, semua terlihat sangat sederhana.
Lantai 5 terbuka, aku keluar dari lift berjalan menyusuri lorong sepi menuju ke unit nomor 5.8, mungkin aku hampir tidak pernah kemari, hanya sewaktu aku senggang dan dia sedang bekerja aku akan datang untuk mengisi stok makanan karena sudah kosong sehingga aku benar-benar tau berapa pin apartemennya. Pintu pun terbuka, gelap namun ada sepatu miliknya yang tergeletak di depan pintu, mataku seakan buram saat melihat high heels berwarna coklat milik seorang wanita. aku terus berjalan menuju ke kamarnya, sayup-sayup aku mendengar suara *******, hingga pada akhirnya saat aku membuka pintu kayu itu terlihat hal yang sama sekali tidak ingin ku lihat.
“Reynald.” Panggilku lirih, paper bag ku jatuh ke lantai, suara pecahan kaca dari dalam paper bag yang berisi sebuah miniature anime kesukaannya.
Namanya Reynald Aditama, kami berhubungan sekitar 2 tahun ini. 2 tahun yang lalu tepatnya saat malam baru aku bertemu dengan pria yang kubantu karena dia kesusahan memakai tongkat bantu jalan, dari penampilannya dengan kaki yang masih diperban, pria itu baru saja mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya harus di perban sementara waktu dan tidak bisa berjalan satu. Saat itu aku sedang merawat sahabatku yang kebetulan dirawat di rumah sakit yang sama dengan Reynald, karena seringnya kesana maka aku sering bertemu dengan Reynald. Untuk pertama kalinya aku bertemu dengan pria sebaik Reynald, memiliki tutur kata yang lembut dan sangat baik pada siapapun yang ditemuinya walau dia sendiri sedang tidak baik-baik saja. kesibukan masing-masing sama sekali tidak mempengaruhi hubungan baik dengan Reynald, sesekali kami bertemu untuk berbincang atau menukar pikiran, hingga kami mulai sangat dekat dan memutuskan untuk pacaran.
Aku pikir memang hubungan kami sejak awal tidak baik-baik saja, hanya aku yang terlalu antusias atas hubungan ini. Reynald adalah tipe orang yang memang sangat humble pada siapapun, dia juga baik pada siapapun, banyak hal yang aku pikirkan kenapa Reynald menerima pernyataan cintaku. Hingga hari ini aku sadar bahwa Reynald sama sekali tidak mencintaiku, dia hanya merasa tidak enak hati jika menolakku karena sering membantunya, apalagi kami sangat dekat, aku simpulkan Reynald sangat kasihan padaku hingga tidak berani menolak pertanyaan cintaku pada hari itu.
Reynald melihat kebelakang kearahku, mata kami bertemu, sesaat seakan membeku namun akhirnya aku keluar dari apartemennya. Aku sangat ingin menahan air mataku agar tidak jatuh, tapi pada akhirnya jatuh juga. Lift yang tertutup membawaku yang tengah menangis turun menuju ke lantai basement, tanganku tremor mencari kunci mobil didalam tas pun tidak ketemu. Aku terduduk di sebelah mobilku, entahlah aku hanya ingin mengasihani diriku sendiri yang terlalu menyedihkan hari ini.
“Anna.” Suara yang sangat aku ingin dengar seakan menjadi suara yang sekarang sangat tidak ingin aku dengar lagi “kamu sudah melihat semuanya, aku tidak ingin memperpanjang lagi-.”
Ucapannya terpotong saat aku menoleh ke arahnya “aku anggap tidak melihatnya hari ini, jadi aku tidak apa-apa, maaf hadiahmu akan aku ganti yang baru.” Ucapku mencoba sangat bertahan, aku bisa bertahan asalkan Reynald masih menerimaku.
“tolong jangan menahanku lagi, aku ingin kita selesai.” kalimat yang sebenarnya sama sekali tidak ingin ku dengar dari mulut Reynald.
“tapi-.” Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun.
“aku mencintainya, aku ingin bersamanya, ku ingin habiskan waktu dengannya. Bukan denganmu Annastasya. Tolong…” untuk lepas dari hubungan ini, Reynald bahkan meminta tolong sangat tulus padaku.
“baiklah aku mengerti, terima kasih Reynald, maaf aku belum menjadi seseorang yang kamu inginkan.” Aku tidak ingin melihatnya lagi, aku harap hari ini adalah hari terakhir aku melihatnya.
-hubungan adalah antara dua orang yang saling mencintai dan menghargai perasaan satu sama lain, jikalau hanya seorang saja yang melakukan hal tersebut maka tidak pernah bukan lagi sebuah hubungan-
Satu bulan berlalu sangat cepat, apartemen yang selalu bersih nampak sangat tidak terawat, debu dimana-mana dan sampah makanan pun hanya menumpuk di dapur. Yang aku lakukan selama satu bulan ini hanya tidur, makan, ke kamar mandi, selalu seperti itu, tidak melakukan pekerjaan apapun. Ponsel mati, dan beberapa kali Aliyah datang ke apartemenku untuk memastikan tapi tidak pernah bertemu denganku, Aliyah adalah editor novelku sekaligus sahabatku. Aku sangat yakin dia juga tau kalau aku sudah putus dengan Reynald, terakhir kali aku menghubunginya dua bulan yang lalu meminta cuti liburan selama satu bulan. aku hanya mengatakan ingin mencari inspirasi dengan keliling kota atau bahkan keliling luar negeri juga. Hari ini tepat hari terakhir aku berdiam diri didalam apartemen, aku beranjak dari ranjang, mengambil kardus kemudian memasukkan semua foto milik Reynald, bahkan barang pemberiannya juga, sambil keluar untuk membuang sampah, aku juga membuang barang-barang yang Reynald berikan. Saat berada di depan gedung apartemen tempat tinggalku, bersamaan dengan Aliyah yang datang menggunakan taksi.
“Anna.” Panggilnya padaku.
Aku hanya tersenyum kemudian menyapanya. “hai.”
“ada masalah? Aku sudah tau kalau kamu tidak keluar apartemen selama 1 bulan.” ucap Aliyah yang sebenarnya aku sendiri tau kalau dia tidak mungkin tidak tahu kalau aku hanya berada di apartemen untuk menenangkan diri.
“maaf.” ucapku.
“tidak apa-apa, aku mengerti.”
Kami menuju ke lantai 3 di unit apartemen tempat tinggalku, mungkin Aliyah sangat terkejut saat melihat apartemenku cukup berantakan dan debu dimana-mana, untuk tingkat kebersihan dan bau itu tidak ada bahkan sangat bersih, sampah pun berada di dekat balkon, jadi setelah di masukkan kedalam plastic besar dan ikat menggunakan tali, maka tidak akan menyebarkan bau. Aku juga tidak membuat makanan sendiri, selama satu bulan beberapa kali menggunakan jasa delivery order dan atau makan-makanan instan yang sudah disediakan di lemari pendingin, tinggal menghangatkan saja.
Aliyah terlihat menghembuskan nafas beratnya kemudian duduk di sofa yang bahkan jarang ku duduki karena memang kegiatanku berada di ranjang saja, tiduran, bangun-bangun makan ke dapur, bangun-bangun pergi ke kamar mandi. Hanya itu yang kulakukan selama 1 bulan tanpa komunikasi dengan siapapun.
“mau sampai kapan kamu akan seperti ini?.” Tanya Aliyah yang di tujukan padaku.
“aku sudah selesai.”
“baguslah, aku tahu permasalahanmu dengan Reynald, aku juga tau kalau dia selingkuh, lalu apa lagi yang akan kamu harapkan dari pria yang bahkan tidak menghargaimu?.”
“aku tidak ingin membahasnya karena kita sudah selesai.”
“kalau begitu waktunya kamu untuk keluar, kamu harus menunjukkan pada dunia bahwa kamu lebih baik tanpa dia Annastasya.”
Ucapan Aliyah memang sangat benar, jika aku hanya diam di dalam apartemen tanpa melakukan apapun maka hanya aku kembali yang tersakiti, kemudian kisah akan terulang kembali dengan keadaan yang lebih buruk. Aku tau reynald tidak akan pernah kembali padaku sampai kapanpun, tapi aku juga harus sadar bahwa aku bisa mendapatkan orang yang lebih baik dari sebelumnya dengan caraku sendiri, tidak ada paksaan atau karena rasa kasihan orang lain padaku.
“aku mau ke salon dan belanja beberapa pakaian.” Ucapku yang membuat Aliyah terkejut sekaligus bahagia.
“akhirnya…, aku akan membantumu sampai akhir, tenang saja.”
Aku dan Aliyah menuju ke mall untuk berbelanja beberapa pakaian, sepatu, tas dan barang-barang lainnya. Kami berpisah karena Aliyah ada meeting secara online sebentar, aku pun memilih pakaian sendiri di tempat banyak pakaian wanita. aku tidak tahu apa yang harus aku pakaian dan apa yang cocok untuk kupakai.
“ada yang bisa saya bantu?.” Tanya pelayan padaku.
“saya juga nggak tau mbak.” Ucapku yang benar-benar sangat bingung.
“soal ootd bisa di lihat di internet, kemudian nanti yang sekiranya cocok bisa di beli.”
“oh gitu ya.” Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba mencari bagaimana style yang aku suka.
Banyak yang ku suka dan banyak yang sudah dijual di sini, aku pun memilih pakaian sesuai dengan ootd yang aku mau. banyak pakaian yang bisa aku pilih dan kenakan, memasukkannya kedalam keranjang belanja kemudian pergi ke kasir untuk menghabiskan uang. setelah membeli banyak pakaian dan membawa beberapa paper bag dari dalam toko pakaian, aku berganti masuk ke toko perhiasan dan aksesoris, yang kubeli hanya beberapa perhiasan untuk menunjang penampilan.
sebelum melanjutkan belanja dan menemui Aliyah yang kemungkinan sudah selesai meeting, aku pergi ke basement untuk meletakkan barang belanjaan kemudian menemui Aliyah yang sudah menungguku di toko sepatu.
“berapa uang yang sudah habis?.” tanya Aliyah mengejek, karena dia sangat ingat kalau sebenarnya uang ini aku gunakan dan tabung untuk pesta pernikahanku dengan Reynald jadi jumlahnya lumayan sudah banyak.
“sepertiga nya.” jawabku santai sambil memilih sepatu high heels.
“baguslah, mari kita habiskan lebih banyak.”
aku tersenyum kemudian memilih sepatu yang ku mau, sepatu berukuran 39 yang sangat pas di kaki ku yang terbilang cukup besar sebenarnya. setelah berbelanja sepatu dan menaruhnya di mobil, aku dan Aliyah pergi ke salon untuk merubah penampilan.
rambut lamaku yang semula berwarna hitam, menjadi coklat sedikit pirang bergelombang dan dibiarkan tergerai menutupi punggung. wajahku yang semula banyak jerawat dan kusam menjadi sangat bersih dan terawat, celana jeans dipadukan dengan kaos berganti dengan rok pendek dipadukan dengan kemeja tidak lupa mengganti sepatu lusuh yang kupakai dengan high heels senada.
keluar dari salon, kami berdua yang sudah memanjakan diri kembali masuk kedalam mobil. entah apakah hanya perasaanku saja atau memang terjadi, saat aku baru keluar dari salon semua orang melihat ke arahku, atau kemungkinan juga melihat kearah Aliyah, tapi Aliyah sama seperti sebelumnya, apalagi Aliyah memang tipe wanita yang sangat mementingkan penampilan sejak dahulu.
berada didalam mobil, mengendarainya ke sebuah tempat dimana Aliyah mengajakku kesana untuk menemukan ide ceritaku yang baru. pekerjaan Aliyah memang tergantung padaku, jadi wajar kami sering bertemu entah karena pekerjaan atau untuk hangout bareng. mobilku berhenti di sebuah kedai kopi yang cukup besar, biasanya kedai ini sering ramai kalau jam kerja untuk tempat meeting, selain kopi dan makanannya yang enak, juga tempatnya yang cukup nyaman.
pintu terbuka, sambil tertawa mendengar kisah yang Aliyah ceritakan, kami berdua menuju ke tempat order. yang kupesan hanya es americano sedangkan Aliyah memesan cappucino, karena saking asiknya hingga membuatku tidak sadar kalau aku menabrak seseorang yang memiliki tubuh lebih besar dan kuat daripada tubuhku, es americano yang kubawa tumpah mengenai kemeja yang dia pakai.
“duhh sorry.” ucapku berusaha membersihkan kemejanya menggunakan sapu tangan milikku.
“its oke.” suara bass yang keluar dari bibirnya membuatku melihat kearah wajahnya, dia lebih tinggi daripada ku, sekilas aku terhipnotis oleh ketampanannya, seperti tokoh utama dalam novel yang sering aku buat, sangat sempurna.
mata kami berdua bertemu, jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
“Anna.” panggil Aliyah yang menyadarkanku.
“eh maaf ya, aku akan ganti semua.” ucapku, walaupun aku tau kalau pakaian yang dia pakai sangat mahal dan uangku mungkin akan segera habis untuk membeli kemeja nya itu.
-tidak ada yang lebih baik dari menyayangi dan mencintai diri sendiri-
“tidak perlu.” jawabnya singkat jelas dan sangat padat, aku berpikir dia adalah pria yang sangat dingin, bahkan setelah apa yang terjadi tidak ada kemarahan sama sekali di wajahnya, tetap datar seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
“kalau begitu apa yang bisa aku lakukan untuk menggantinya.”
“aku sangat sibuk.” dia berjalan melewatiku begitu saja, menemui seorang pria yang akan menghampirinya tapi lebih dahulu dia yang menghampiri pria itu. kalau dalam cerita-cerita dan bisa aku tebak, pria yang barusan aku tabrak adalah atasan dari pria yang baru saja masuk untuk menemuinya. seorang CEO dengan Asisten pribadinya, hanya menebak.
aku duduk di salah satu meja dengan Aliyah yang baru saja mengambilkan minuman baru untukku. dia nampak sangat antusias untuk mengatakan sesuatu padaku, membuatku cukup penasaran akan hal tersebut.
“kamu tau siapa tadi.” ucap Aliyah yang lebih menyuruhku untuk menebaknya.
“tidak tahu.”
“Sean, Sean Alexander Nicolas, CEO dari SAN Group. setelah aku lihat-lihat, dia memang sangat tampan aslinya, semua orang tergila-gila padanya tapi yang namanya orang kaya pasti sejak kecil sudah memiliki jodoh, sayang sekali.”
“CEO SAN Group?.”
“masa sih kamu nggak tau? penulis tapi minim literasi soal berita luar. SAN Group itu salah satu perusahaan besar yang saat ini menjadi perusahaan terbaik se-Asia, bergerak di bidang elektronik, transportasi, bank, kecantikan, fashion, bahkan juga medis. rumah sakit Alexander itu milik SAN Group.” jelas Aliyah yang cukup membuatku sangat terkejut dan kagum, dia adalah pria yang sangat hebat melebihi apa yang aku pikirkan tentangnya saat pertama kali melihat, melebihi tokoh utama pria yang ada dalam novelku.
“sayangnya sampai hari ini semua berita datingnya hanya hoax.” lanjut Aliyah.
“dia pria yang hebat harusnya bertemu dengan wanita yang setara, apakah tidak ada wanita hebat yang bersanding dengannya.”
“entahlah, karena berita datingnya juga dengan wanita-wanita hebat, dari selebritis papan atas hingga pebisnis atau keluarga terpandang.”
“aku pikir orang seperti itu hanya ada di dalam novel.” ucapku pada Aliyah yang membuatnya tertawa.
“benar, aku juga berfikir seperti itu. bagaimana kalau kamu membuat novel tentangnya?.”
“lalu? aku bahkan sama sekali tidak tahu tentangnya.”
“bayangin aja seorang CEO bertemu dengan wanita biasa lalu jatuh cinta, tapi terhalang oleh keluarganya.”
“sudah banyak yang seperti itu.”
“tapi walaupun banyak, rata-rata sudah tau alurnya pun pembaca akan tetap membacanya.”
“aku akan pikirkan lagi, karena aku ingin membuat cerita yang benar-benar berbeda dari yang lain.”
perbincanganku dengan Aliyah berlangsung sangat lama, dari membicarakan orang lain hingga curhat masalah masing-masing. sore itu aku dan Aliyah pulang ke apartemen masing-masing, Aliyah pulang ke apartemennya di dekat kantor tempatnya bekerja, dan aku pulang ke apartemenku sendiri.
aku membuka bagasi mobil dan mengeluarkan seluruh paper bag belanjaanku, terlalu banyak untuk kubawa naik sendirian, tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin aku tinggalkan di dalam mobil begitu saja.
“aku bantu.” suara seseorang dari sebelahku membuatku menoleh.
“Jordan.” sebutku, dia Jordan Margantara, teman satu kerjaan Aliyah di penerbitan sebagai seorang Editor juga. aku dekat dengan Jordan karena Aliyah dan kebetulan kita berdua satu gedung apartemen.
Jordan mengambil beberapa paper bag dari Bagasi mobilku, membantuku untuk membawa ke apartemenku yang ada di lantai 3. hanya sampai di depan pintu apartemenku kemudian aku mengucapkan terimakasih karena sudah membantuku membawa naik.
“kamu berubah.” ucap Jordan sambil melihat penampilanku dari atas hingga bawah.
“enggak juga kok, hanya mencoba hal baru.” jawabku, karena aku benar-benar tidak nyaman diperhatikan olehnya.
“bagus, cantik.” ucapnya kembali yang membuat pipiku memanas.
“thanks.”
“aku duluan.” Jordan berpamitan lebih dahulu untuk kembali ke apartemennya. aku hanya tersenyum dan melihatnya menghilang dibalik pintu lift.
aku membawa masuk seluruh belanjaanku kedalam apartemen, membersihkan apartemenku dari banyak debu dan menata pakaian yang aku beli di lemari pakaian, banyak pakaian lamaku yang benar-benar sudah tidak layak pakai, sangat lusuh dan jelek. ku masukkan semua kedalam kardus besar, besok yang masih layak mungkin akan kubawa ke tempat penyumbangan pakaian, sedangkan yang sudah tidak layak bisa di buang ke tempat sampah didepan gedung.
pekerjaan rumah telah selesai, aku mulai membuka kembali laptop, dengan lembaran yang masih kosong. aku belum tahu akan menulis apa, hingga pandanganku teralihkan pada ponsel yang ada diatas meja. namun aku malah teringat pada Sean, aku pun mulai berselancar di internet, mencari tahu mengenai nama Sean Alexander Nicolas, banyak foto-fotonya di majalah bisnis, bahkan dia termasuk pebisnis muda yang kaya raya di umurnya yang masih 27 tahun dan belum menikah.
Aku berfikir apakah bisa orang biasa disukai oleh pria sepertinya, sangat hebat dalam segala sisi, juga memiliki wajah yang sangat tampan, dia terlalu sempurna untuk ukuran manusia asli di kehidupan nyata. aku pun menulis cerita mengenai Sean, dengan tokoh utama sebagai penggambaran karakter pria nya, sedangkan karakter wanita hanyalah gadis biasa yang tinggal dari desa pindah ke ibu kota. terlalu drama, tapi pembaca menyukai cerita yang terlalu banyak menghayal seperti ini.
jam menunjukkan pukul 1 tengah malam saat perutku mulai lapar, aku berjalan menuju ke dapur untuk membuat mie instan, cukup untuk mengganjal perut karena stok bahan makanan yang sudah habis, tak lupa membuat kopi untuk menemani hingga pagi. jam yang selalu terbalik untukku sebagai seorang penulis, pagi digunakan untuk tidur sedangkan malamnya untuk bekerja. hal itu karena daya imajinasi di kepalaku yang sangat baik saat malam hari ketimbang saat terang.
sebelum melanjutkan menulis, aku pergi ke ruang tamu sekaligus ruang keluarga untuk menonton televisi sambil makan mie instan. di layar televisi pun seakan mengerti apa yang aku pikirkan, berita mengenai bisnis, dan wajah Sean terpampang disana.
“wah pasti dia tidak pernah makan mie sepertiku, atau minum kopi jam segini, pasti dia sedang tidur sangat nyaman di ranjang nya yang luas dan empuk.” aku melihatnya sambil membayangkan apa yang dia lakukan sekarang.
“yang pasti dia tidak akan pernah jatuh cinta padaku, itu adalah hal yang mutlak tanpa bisa diganggu gugat lagi.” aku berjalan menuju ke dapur setelah mematikan televisi dan kembali duduk di depan laptop untuk melanjutkan cerita yang tertunda.
kringgg
suara jam weker di meja yang menandakan sudah mulai terang, aku menutup ms.word dan juga menutup laptop kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menghilangkan mata panda sebentar. berjalan kembali menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku dengan pakaian olahraga, pagi ini sebelum tidur aku akan pergi jogging terlebih dahulu, minimal ada olahraga nya walaupun jam tidurnya terbalik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!