Jadilah anak yang berbakti untuk orang tuamu. Kalau kamu belum bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk mereka, setidaknya jangan jadi beban untuk mereka.
...-Author-...
...Happy Reading...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
Seorang gadis cantik baru saja pulang dari sekolahnya. Gadis itu bernama Bellinda Lorenz. Ayahnya bernama Arnold Lorenz dan berprofesi sebagai petani. Ibunya bernama Alfreda Lorenz dan hanya sebagai ibu rumah tangga biasa.
Bellinda memiliki tiga orang adik dan semuanya perempuan. Yang pertama bernama Conradine Lorenz. Yang kedua, Della Lorenz. Dan yang ketiga alias adik bungsunya bernama, Evelyn Lorenz.
Mereka berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya sebenarnya seorang pewaris di Perusahaan Lorenz Corp. Arnold dicoret dari calon pewaris utama dan kartu keluarga karena memaksa ingin menikah dengan Alfreda.
Kedua orang tua Arnold tidak setuju karena Alfreda tidak sederajat dengan keluarga mereka. Apalagi Alfreda seorang yatim piatu. Maka dari itu Arnold di usir dari keluarga mereka.
Sahabat dekat Arnold yang mengetahui itu merasa sangat iba dengannya. Dia pun memberi bantuan pada Arnold. Dia membeli tiket untuk Arnold dan Alfreda.
Dan mereka tiba di sini, di Indonesia. Awalnya mereka merasa sangat kesulitan untuk memahami bahasa Indonesia.
Tapi seperti pepatah yang mengatakan ala bisa karena biasa. Namun tetap saja logat orang barat melekat di setiap kata-kata mereka. Dan akhirnya mereka menikah tanpa kehadiran keluarga dari Arnold.
...>>\=\=\=\=\=<<...
"Ayah, Ibu aku pulang" ucap Bellinda dengan riang. "Anakku yang cantik sudah pulang. Cepat ganti pakaianmu kita makan siang bersama, kebetulan Ayahmu juga sudah pulang dari ladang" ucap Alfreda lembut.
Bellinda mengangguk patuh. Dia pun segera mengganti pakaiannya dan menyusul keluarganya agar makan bersama. Setelah makan, Bellinda dan adiknya Conradine langsung membereskan peralatan makan mereka.
"Langsung dicuci ya gadis-gadis cantik" ucap Arnold sambil tersenyum lembut pada mereka berdua. Kedua gadis itu terkekeh kecil mendengarnya. "Siap bos" ucap keduanya serentak. Kedua gadis itu pun segera membawa piring-piring kotor ke dapur. "Gimana sekolah tadi? Menyenangkan?" Tanya Bellinda pada adiknya saat mereka mencuci piring.
"Lumayanlah kak. Kakak sendiri gimana? Mereka masih mau ngebully kakak ya?" Tanya Conradine kembali. Bellinda hanya tersenyum pada adiknya. Melihat senyum kakaknya itu, Conradine menghela nafas.
"Kak, jangan diem aja kalo mereka ngebully kakak. Kalo Kakak diem aja, mereka gak bakal berhenti. Lagi pula kan kakak jago bela diri, kenapa gak kakak hajar aja mereka" ucap Conradine. "Kakak gak masalah, Radine. Lagian kakak gak mau ribut sama orang gila" ucap Bellinda. Conradine hanya bisa menggeleng melihat kakaknya itu. Untuk mengalihkan pembicaraan mereka, Bellinda bersenandung.
I know the other girl's wanna wear expensive things like diamond rings
But I don't wanna be the puppet that you're playing on a string
This queen don't need a king
Oh I don't know what you've been told
But this girl right here's gonna rule the world
Yeah, this is where I'm gonna be because I wanna be
No, I don't wanna sit still, look pretty
Lantunan lagu yang sangat singkat itu pun berakhir. "Akhirnya selesai juga" ucap Conradine setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka. Bellinda tersenyum lalu bertos ria dengan Conradine dan tertawa bersama. Namun tawa mereka terhenti saat mendengar keributan di depan. "Apa tuh?" Tanya Bellinda. "Ya mana tahu. Kita liat yuk" ucap Bellinda.
Mereka pun langsung berlari ke depan. Kedua gadis memekik kaget saat melihat Ayah mereka di banting oleh seorang pria. "AYAAAHHH!!!" Pekik mereka bersamaan. Mereka langsung menghampiri Ayah mereka yang tergeletak lemah di lantai. Sementara itu, Alfreda membawa dua anaknya yang masih kecil ke dalam kamar agar tak melihat hal itu lalu kembali menghampiri suami dan dua anak gadisnya.
"Hikss, Ayah..." panggil Bellinda melihat ayahnya tergeletak lemah. "Oh?! Anak-anakmu sangat cantik Pak Bule. Ooh, aku punya penawaran yang menarik" ucap pria itu sambil menatap Bellinda dan Conradine dengan tatapan lapar.
Mengetahui niat jahat dari orang itu, Alfreda langsung berujar, "Hikss.. tuan kumohon jangan ambil anak-anak kami hikss. Saya berjanji, dalam waktu seminggu ini saya akan melunasi semua hutang kami. Saya mohon tuan hikss.." Alfreda bersujud di hadapan pria itu sambil terisak.
Melihat itu, pria itu mengeluarkan smirknya lalu berujar, "Baiklah, ku tunggu seminggu lagi. Tapi kalau kau tidak membayarnya juga, bukan hanya anak gadismu yang kuambil. Semua yang kalian miliki, rumah, dan ladang kalian akan ku sita. Camkan itu baik-baik."
Pria itu pun pergi. Belum sempat mereka menghela nafas lega, mereka dibuat panik karena Arnold tiba-tiba sesak nafas. "Ayah, Ayah kenapa?!!" Ucap Conradine panik. "Linda, cepat minta bantuan pada Bu Narsih" ucap Alfreda sambil memangku kepala suaminya.
Bellinda mengangguk cepat. Dia pun berlari keluar dan meminta bantuan pada Bu Narsih. Bu Narsih adalah seorang janda yang terkenal sangat murah hati di desa mereka. Makanya Alfreda tak segan menyuruh putrinya untuk meminta bantuan pada bu Narsih.
Tak lama Bellinda kembali bersama orang yang disebut pun tiba. "Ada apa ini?" Tanya Bu Narsih. "Bu tolong suami saya. Suami saya sesak nafas" ucap Alfreda. Bu Narsih mengangguk.
Mereka pun segera membawa Arnold menuju rumah sakit. Sesampainya disana, Arnold langsung ditangani. Tapi sangat disayangkan, peralatan di rumah sakit itu kurang lengkap.
Jadi Dokter menyarankan agar Arnold dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya. Alfreda, Bellinda, dan Conradine langsung lemas mendengar itu.
"Bagaimana ini? Gak mungkin kita ngutang lagi, sementara hutang kita sama rentenir itu aja belum lunas" ucap Alfreda lemas. Bellinda dan Conradine yang mendengar itu hanya diam sambil mencari solusi.
Tiba-tiba sebuah ide melintas di otak cerdas Bellinda. "Bu, gimana kalo Linda kerja untuk biaya pengobatan Ayah" ucapnya membuat Alfreda kaget. "Radine juga, bu. Kalo hanya kak Linda yang bekerja, mungkin masih kurang. Jadi aku akan bekerja juga" ucap Conradine.
Alfreda langsung menolak mentah-mentah ide kedua putrinya. "Tidak! Kalian tidak boleh bekerja. Biar ibu saja yang bekerja. Kalian cukup belajar di sekolah" ucap Alfreda tegas.
"Bu, biarin kami ikut. Kami gak bakal pernah ngebiarin Ibu bekerja keras sendirian. Sementara kami hanya duduk dengan tenang di rumah" ucap Bellinda tak kalah tegas.
Conradine mengangguk setuju. "Ja-" belum lagi satu kata keluar dari mulut Alfreda, Conradine sudah memotongnya. "Kami janji sekolah kami tidak akan terbengkalai bu" ucap Conradine membujuk. Alfreda menatap kedua anak gadisnya dengan haru. Dia merasa sangat bangga karena berhasil mendidik anaknya menjadi anak yang berbakti.
"Baiklah, kalian boleh bekerja. Tapi ingat janji kalian" ucap Alfreda. Kedua gadis cantik itu mengangguk senang. Mereka pun berpelukan. Keesokan harinya, sepulang dari sekolah Bellinda dan Conradine langsung pergi mencari pekerjaan. Dan usaha mereka tidak sia-sia.
Saat mereka melamar pekerjaan di sebuah restoran, mereka langsung diterima dan bekerja hari itu juga. Ya... mungkin karena wajah cantik mereka? Apapun alasannya, mereka tidak peduli. Yang penting mereka mendapat pekerjaan. Saat waktu bekerja mereka habis, hari sudah mulai gelap.
Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka yang lumayan jauh dari restoran. setelah makan malam mereka masuk ke kamar masing-masing.
"Radine, kayaknya kalo kita hanya kerja di restoran, uang buat pengobatan Ayah masih gak cukup. Apalagi mulai besok kita kerjanya shift malam doang. Lagian kita gajian pasti akhir bulan. Gak mungkin kita selama itu nungguin kan? Kita harus nyari kerjaan lain" ucap Bellinda.
"Hmmm... kakak bener. Kayaknya kita harus nyari kerjaan yang bisa kita lakuin sebelum ke restoran. Tapi apa?" Ucap Conradine. Mereka berdua berpikir pekerjaan yang mungkin bisa mereka lakukan. "Ah, kita bisa jadi buruh cuci baju. Juga jadi pembantu setengah hari di rumah bu Narsih. Dia 'kan lagi nyari orang buat jadi pembantu di rumahnya?" Ucap Bellinda.
"Iya bener. Besok Radine ngomong dulu deh sama Bu Narsih" ucap Conradine. Bellinda mengangguk. "Hoaammm... dah larut ayo tidur" ucap Bellinda. Kedua gadis itu pun tidur.
_________________________________
Halo guys.. gimana ceritanya? Seru gak? Kalo gak menarik itu wajar. Dan buat yang udah pernah baca mungkin kalian ngerasa ada yang beda dari cerita ini. Hehe.. gini, jadi rencananya Thor pengen modifikasi sebagian besar dari isi cerita ini. Nah, nanti hasilnya kalian liat trus komen deh, gimana hasil modifikasinya. Sekian dulu prend, see you next chapter!!✋
..."Terimakasih sudah menerimaku dengan sangat baik, Kek"...
...-Zachira-...
...Happy Reading...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
Ini sudah hari keempat sejak pertama kali Bellinda, Conradine, dan Ibu mereka bekerja keras bersama. Saat ini, Bellinda dan Conradine sedang dalam perjalanan menuju restoran tempat mereka bekerja.
Ketika mereka akan menyeberang, seorang gadis dengan pakaian ketat dengan wajah tebal tepung menghampiri mereka.
"Heh, kalian lagi ngapain?" Tanya gadis itu. Bellinda menatap gadis itu heran. "Laura? Kamu ngapain di sini?" Tanya Bellinda pada gadis yang bernama Laura itu.
"Eh gw nanya, harusnya lo jawab dong. Malah balik nanya" ucap Laura kesal. "Kita pengen ke restoran, cari duit dengan cara halal" ucap Conradine menyindir gadis itu.
"Lo nyindir gw?" Ucap gadis itu marah. "Anda merasa? Baguslah" ucap Conradine santai. Gadis itu menggeram marah dan mendorong Conradine ke tengah jalan.
"Maksud lo apaan ngomong gitu sama gw, hah?" Gertak gadis itu. Sayangnya, Conradine tidak takut. Tapi dia tak menyadari, kalau ada mobil yang melaju dengan kencang ke arahnya.
Bellinda yang melihat itu langsung berlari menghampiri adiknya. Mobil sudah semakin dekat. "RADIIINNEEE AWAAASS!!!!!" Pekiknya.
Bellinda mendorong adiknya ke pinggir jalan. Tapi dia tak sempat menghindari mobil yang tinggal satu meter jaraknya dengan dirinya.
'BRAAAKKK!!!
Bellinda terlempar ke pinggir jalan dan kepalanya terbentur ke aspal. Conradine juga terlempar ke pinggir tapi dia tetap pada posisi berdiri. Gadis itu berbalik dan melihat kakaknya tergeletak dengan bersimbah darah.
"KAAKK LINDAAA!!" pekiknya lalu menghampiri sang kakak. "Kak, kakak bangun. "TOLONG! TOLONG!! SIAPAPUN TOLONG KAKAK SAYA!!!" pekiknya dengan air mata yang mengalir deras.
Bellinda membuka matanya secara perlahan. Pandangannya sangat kabur hingga wajah adiknya tidak terlihat dengan jelas.
"Ra-dine..." panggilnya dengan suara terbata. "Kak, hiks.. kakak bertahan ya. Bentar lagi pasti ada yang bakal nolongin kakak hikss.. TOLONG!!! SIAPAPUN TOLONG KAKAK SAYA!!!" pekiknya lagi.
"Radine, ja-ngan na-ngis. Kak-ak ba-ik baik aja. Kakak pas-ti balik kok" ucap Bellinda lalu menutup matanya. "Hikss.. kak, kak. Bangun kak. KAK BANGUN GAK!!! KALO KAKAK GAK BANGUN KAKAK GAK BAKAL KETEMU JUN JUGA KEYNAND. KAK BANGUUUNN!! KAK LINDAAA" pekik Conradine putus asa.
...>>\=\=\=\=\=<<...
Sementara itu di bagian dunia yang lainnya. Seorang gadis baru saja bangun dari pingsan.
"Aawwhhh.. ****! Kepalaku sakit banget. Kurang ajar memang si Laura sama yang punya mobil tadi. Awas aja kalo ketemu nanti bakal ku hajar abis-abisan" ucapnya tanpa menyadari tatapan orang-orang di sekitarnya.
Dia pun mengangkat kepalanya saat merasa ada yang memperhatikannya. Matanya membola saat melihat orang-orang sebangsanya di sekitarnya.
"Who are you?" Ucapnya spontan. "Miss, are you okay?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan stetoskop yang menggantung di lehernya. Sudah dipastikan dia adalah dokter. Bellinda tak menjawab. Dia menatap mereka lalu ruangan itu dengan bingung. 'Dimana ini?' Batinnya.
"May I ask?" Ujarnya sedikit ragu.
"Of course miss" ucap Dokter itu. "Where is this?" Tanyanya membuat semua orang yang ada disana menatapnya aneh.
'Mereka ngapa dah? Ada yang salah ya sama pertanyaan saya? ' Batin gadis itu. "Benar nona, lebih tepatnya LA" jawab salah satu perawat.
(Oke mulai sekarang Author bikinnya langsung di terjemahin aja)
Bellinda mengangguk calm. Namun dalam hati bersorak girang. 'YA TUHAANN MAKASIH BUAT LIMPAHAN ANUGRAHMU! Entah kebaikan apa yang kulakukan sebelumnya sampe aku bisa ada disini' batinnya girang.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dengan keras membuat semua yang ada diruangan sangat kaget. Rupanya yang membuat adalah seorang pria paruh baya.
Pria itu terdiam sebentar lalu menghampiri Bellinda dan memeluknya. "Astaga Zachira. Ini sebuah keajaiban kau masih bisa hidup" ucap pria itu membuat gadis itu bingung.
"Maaf sebelumnya, kakek siapa?" Tanya Bellinda. Membuat kakek itu terdiam. Pria tua itu melirik dokter yang ada di ruangan itu meminta penjelasan. "Ekhem, begini tuan. Sepertinya nona muda mengalami amnesia karena benturan di kepalanya" jelas wanita itu. Bellinda hanya diam menatap mereka bingung.
Pria tua itu menghela nafas panjang lalu menatap gadis disampingnya. "Kalian boleh pergi" ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya. Dokter dan para perawat itu membungkuk lalu keluar. Pria itu dan Bellinda terdiam satu sama lain. Sampai akhirnya suara pria itu memecah keheningan.
"Kau tidak ingat atau tidak tahu siapa saya?" ucap pria itu. "Aku tidak tahu siapa kakek" jawab Bellinda jujur. "Kau juga tidak tahu siapa dirimu, benar?" Ucap pria itu hangat seraya mengusap kepala Bellinda dengan lembut.
Bellinda mengangguk polos. Seketika air mata kakek itu jatuh namun dia tetap tersenyum. Bellinda yang melihat itu kaget. "Kakek kenapa?" Tanyanya dan mengusap pipi kakek itu. "Siapa namamu?" Tanya kakek itu tanpa menghiraukan pertanyaan gadis itu tadi. "Namaku Bellinda Lorenz, Kek" jawab Bellinda jujur.
"Nama yang cantik seperti matamu" ucap Kakek itu membuat Bellinda bingung. Menyadari kebingungan Bellinda, kakek itu langsung berujar, "Nama Kakek Deon Clovis. Dan nama tubuh yang kau tempati ini adalah Zachira Clovis. Tubuh ini adalah cucu keluarga Kakek satu-satunya" ucap Kakek Deon sendu.
Bellinda ikut merasakan kesedihan kakek itu. "Jadi... mulai sekarang namaku Zachira Clovis, benar Kek?" Tanya Bellinda. Kakek itu mengangguk singkat. "Dan kakek juga jadi Kakekku?" Tanya Bellinda lagi dengan nada antusias. Kakek itu terkekeh melihat keantusiasan Bellinda atau yang bisa dipanggil Zachira sekarang.
"Oh ya, kenapa Kakek bisa tahu kalau aku bukan cucu kandung kakek?" Tanya Hyera penasaran. "Warna mata kalian berbeda. Warna mata cucuku berwarna cokelat gelap. Sedangkan warna matamu biru terang" jelas Kakek Deon.
"Tapi bisa saja, Zachira sebelumnya menggunakan softlens. Kenapa Kakek begitu yakin dwngan dugaan Kakek?" tanya Zachira penasaran. Kakek Deon tersenyum misterius, kemudian berkata, "Itu rahasia." Zachira memanyunkan bibirnya mendengar itu. "Tapi terimakasih sudah menerimaku dengan baik Kek" ucap Hyera. "Kakek juga berterimakasih padamu. Seandainya kau tidak menempati tubuh ini, Kakek pasti tidak akan pernah melihat wajah cucu Kakek lagi" balas Kakek Deon dengan tulus.
Tak lama, pintu kembali dibuka dengan kasar. Dan muncullah dua orang gadis dengan nafas tersengal. "Hah hah hah Zach-" gadis yang ingin berbicara itu langsung terdiam. "Apa kau memakai softlens lagi Zachira?" Tanya gadis itu. Zachira hanya menatapnya bingung. "Kalian... siapa?" Tanya Zachira. Kedua gadis itu saling menatap bingung.
"Zachira, jangan bilang kau amnesia?" Ucap gadis yang memakai jas dokter. Hyera menatap pria di sampingnya. Kakek Deon yang mengerti tatapannya langsung berujar, "Iya, dia mengalami amnesia. Tapi tenang saja, kita bisa membantunya mengembalikan ingatannya secara perlahan" ucap Kakek Deon mengarang.
Kedua gadis itu mengangguk paham. Tapi sesaat kemudian... "Huwaaa... Zachira. Kenapa kau melupakan kami? Kalau kau ingin melupakan bajingan itu, lupakan saja. Selamanya pun tak apa. Tapi janganlah kau melupakan kami. Huwaaa..." ucap gadis yang menggunakan jas dokter itu dengan lebaynya.
"Tunggu, siapa namamu?" Tanya Zachira membuat gadis itu menghentikan acting lebaynya. "Astaga aku sampai lupa kalau kau amnesia. Dengar dan ingat baik-baik. Namaku Aliesha Navirene, gadis paling anggun dan cantik seseantero LA" ucap gadis yang bernama Aliesha itu membanggakan diri.
Gadis yang satunya menatapnya geli. "Aku Earlena Jorge. Kami berdua adalah sahabatmu" ucap Earlena. Zachira mengangguk. Gadis itu menoleh pada Kakek Deon. "Jadi kakek, kapan aku bisa pulang?" Tanya Zachira. Kakek Deon mengusap kepalanya lembut lalu berucap, "Apa kau sudah merasa baik?"
Zachira mengangguk cepat. "Kalau kakek tidak percaya, lihat ini" ujar gadis itu lalu melepas infus di punggung tangannya dengan paksa. Dia melompat dari tempat tidur lalu berjalan hingga akhirnya dia berlari kecil. Kakek Deon dan kedua sahabatnya sontak kaget dengan kelakuannya.
"Hei!!! Apa yang kau lakukan?!" Pekik Aliesha kaget. Zachira tidak memperdulikannya, dia menghampiri sang Kakek lalu berujar, "Kakek sudah percayakan?" Kakek Deon mengedipkan beberapa kali. Setelah tersadar sepenuhnya, dia langsung menjewer telinga cucunya itu. "Awh awh sakit kek. Kek lepas telingaku" ucap Zachira meringis.
"Kau ini membuat Kakek hampir terkena serangan jantung. Kalau kau terluka bagaimana?" Ucap Kakek Deon seraya melepas tangannya.
Zachira cemberut dengan bibir dipoutkan ke depan. Earlena menggeleng melihat kelakuan Zachira yang berubah 180° dari sebelumnya.
"Tapi aku bisa pulang 'kan, Kek?" Ucap Zachira membujuk. Kakek Deon menghela nafas panjang lalu mengangguk. Senyum di wajah Zachira mengembang dengan sempurna karena mendapat persetujuan. "Yeeaaayy... terimakasih Kakek. Zachira sayang Kakek" ucap Zachira sambil memeluk Kakek Deon.
Kakek Deon tersenyum, begitu juga dengan kedua sahabatnya. "Kalau begitu kakek keluar dulu. Ada yang ingin Kakek urus sebentar" ucap Kakek Deon lalu keluar dari ruangan itu.
Tak lama, kakek Deon kembali. "Zachira, cepat bereskan barangmu. Kau bisa pulang hari ini" ucap Kakek Deon dan langsung dibalas anggukan antusias oleh Zachira.
"Earlena, Aliesha bantu Zachira membereskan barang-barangnya" titah Kakek Deon. "Baik Kakek" ucap kedua gadis itu bersamaan. Barang-barang Zachira beres dalam waktu singkat. Setelah itu mereka langsung pulang.
_________________________________
Biar kalian gk bingung tentang nama tokohnya, Thor kasih penjelasan deh.
Jung Hyera as Zachira Clovis
Hwang Eun Ji as Earlena Jorge
Cho Ah Yeong as Aliesha Navirene
Kakek Jung as Deon Clovis/Kakek Deon
Oh ya, untuk nama tokoh di cerita ini hampir seluruhnya bakal diganti. buat yang penasaran, tetap nantikan hasil modifikasinya👋👋
Jangan lupa like n komennya ya
^^^Rabu, 1 Juni 2022^^^
..."Aku tidak bisa berjanji untuk membalasnya dengan cara mengerikan. Tapi aku berjanji akan membuatnya menyesal dengan caraku sendiri"...
...-Bellinda-...
...Happy Reading...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
Sekarang, Kakek Deon, Zachira, Earlena dan Aliesha sudah tiba di mansion megah milik keluarga Clovis. Zachira ternganga melihat mansion itu. 'Gila! Rumahnya gede banget' batin gadis itu. Jujur saja, dia tak pernah melihat bangunan semegah ini. Di dunia nyata. Kalau di media sosial tentu dia sering melihatnya. Kakek Deon dan Earlena terkekeh melihatnya, sementara Aliesha menatapnya aneh.
'Ada yang salah disini' batinnya. "Ayo" ucap Kakek Deon. Mereka pun memasuki mansion mewah itu. Lagi-lagi Zachira ternganga melihat ruangan yang begitu mewah. "Yak! Tutup mulutmu! Kalau lalat masuk kau bisa mati" ucap Aliesha membuat gadis itu kesal. Aliesha terkekeh lalu berujar, "Aku hanya bercanda. Jangan dianggap serius" ucapnya.
Zachira memalingkan wajahnya. Kakek Deon menggeleng melihat itu. "Sudah, lebih baik kau segera ke kamarmu, Zachira kau masih perlu banyak istrahat" ucap Kakek Deon. Zachira mengangguk dan melangkah menuju kamarnya. Tapi dia berhenti dan berbalik lalu berkata, "Kakek, dimana letak kamarku?" Tanyanya dengan wajah polos.
Kakek Deon, Earlena dan Aliesha tergelak. "Hahaha... tadinya Kakek berpikir kau sudah ingat. Ternyata hanya asal melangkah" ucap Kakek Deon. "Earlena, Aliesha, antar Zachira ke kamarnya" titah Kakek Deon dan langsung diangguki kedua gadis itu. "Oh ya, Kakek apa boleh kami ingin menginap disini sampai beberapa hari ke depan?" Ucap Earlena meminta izin.
"Memangnya orangtua kalian kemana?" Tanya Kakek Deon. "Ayah dan Ibu ada urusan di NY. Kalau Aliesha, dia hanya ikut-ikutan saja" ucap Earlena. Kakek Deon mengangguk. "Tentu saja boleh. Bahkan tanpa izin dari Kakek pun kalian akan menginap di sini" ucap Kakek Deon membuat keduanya tertawa malu.
Kakek Deon menggeleng. "Kalian tidur di kamar yang biasanya. Kakek ke kamar dulu" ujar Kakek Deon lalu meninggalkan mereka. Ketiga gadis itu pun pergi menuju kamar Zachira. Ketika mereka tiba, Zachira lagi-lagi ternganga. "Apa kau akan terus menganga di sana?" Ucap Earlena.
Zachira segera tersadar dan masuk. "I-ini kamarku?" Tanya Zachira tergagap. Kedua gadis itu mengangguk. "Sudahlah, sekarang kau istrahat. Nanti saat makan malam tiba, kami akan membangunkanmu" ucap Earlena lalu keluar dari kamar itu dan diikuti oleh Aliesha.
Saat mereka sudah pergi, Zachira mengunci pintu lalu melompat ke atas kasur queen size di kamar itu. "AAAAAAAAHHHHH!!! JIWA MATREALISKU MERONTA-RONTA NGELIAT INI SEMUAA!!!" pekiknya untuk memuaskan sesuatu yang ditahannya sedari tadi.
Dia berbaring di atas kasurnya lalu berguling-guling sambil tertawa. "Gila! Ini bener-bener gila. Aku gak pernah nyangka kalo aku bakal jadi orang kaya. Yah... meski pun harus jadi orang lain. TAPI POKOKNYA SENENG BANGEEEETTT!!!" pekiknya.
Tiba-tiba dia terdiam saat mencium sesuatu. "Tapi kok kayak ada yang aneh ya?" Gumamnya lalu mengendus sekitarnya. "Gak ada. Bau apa tadi itu? Kayaknya gak asing deh" ujarnya lagi. Dia teringat sesuatu. Sepertinya itu adalah aroma parfum yang biasa dikenakan Zachira di kamarnya. "Heuumm.. ini bagus, tidak terlalu menyengat" gumamnya.
Gadis itu memutuskan untuk berbaring sebentar sebelum dia mandi. Tak lama, dia menyelesaikan mandinya. "Eh, baju-bajunya dimana?" Ujarnya. Dia masuk ke ruangan yang berada di sebelah kamar mandi yang ternyata adalah walk in closet. "Ah, ini toh yang namanya walk in closet. Hm, emang kayak yang di novel-novel sih. Eh busyeeet, bajunya kurang bahan semua. Kagak ada yang bener bajunya. Katanya holkay, tapi baju kurang bahan semua" gerutu Zachira saat melihat koleksi pakaian yang ada di sana.
Untung ada sepasang baju yang tertutup. Sebuah sweeter putih dan celana training hitam. "Haah... bener-bener. Apa sih di otaknya si Zachira pas beli baju? Bikin susah aja."
Dia duduk di depan meja rias dan menatap bingung semua alat make up yang ada disana. "Ini semua apaan dah?" Ucapnya. Dia memang tidak tahu-menahu pasal alat rias wajah.
Yang dia tahu hanya lip balm dan bedak bayi. Selebihnya dia benar-benar tidak tahu. Akhirnya, dia hanya menggunakan lip balm saja karena tidak ada bedak bayi. Setelah itu, dia pun tidur karena begitu lelah mengagumi kemewahan yang ada di depan matanya kini.
...>>\=\=\=\=\=<<...
Saat ini Bellinda berada di sebuah taman yang sangat indah. Dia begitu menikmati pemandangan ini. Tiba-tiba, sebuah tangan menepuk pundaknya membuatnya sangat kaget. "Eh setan dimakan buaya" latahnya. Dia berbalik dan melihat gadis cantik dengan rambut sepinggang tersenyum padanya.
"Apa kau Bellinda?" Tanya gadis itu. Bellinda mengerutkan kening lalu mengangguk. "Yeah, kenapa?" Tanya Bellinda. Gadis itu hanya tersenyum lalu duduk disamping Bellinda. "Kau... siapa?" Tanya Bellinda. "Aku Zachira Clovis. Pemilik asli tubuh yang kau tempati saat ini" jawab gadis yang ternyata Zachira asli.
"Oh. Ada apa menemuiku?" Tanya Bellinda. "Aku ingin meminta tolong padamu. Apa kau mau menolongku?" Ucap Zachira dengan nada berharap. Bellinda mengangguk seraya berkata, "Tentu, aku akan menolongmu sebisaku. Apa yang perlu ku tolong?" Tanya Bellinda.
"Tolong balaskan rasa sakit hatiku padanya" ucapnya. Bellinda mengerutkan kening tidak mengerti. "Siapa?" Tanyanya lagi. "Seorang pria bernama Hans Wildan" ucapnya sendu.
"Apa dia membuatmu patah hati? Atau dia mempermalukanmu di hadapan umum?" Tebak Bellinda. Zachira menatapnya kaget. "Ka-kau tahu darimana?" Tanyanya kaget. Bellinda mendengus. "Tentu saja dari penampilanmu. Penampilanmu sangat memalukan. Pakaian terbuka, make up tebal. Dan aku yakin kau pasti selalu mengejar-ngejar pria itu. Hingga pada akhirnya, dia menolakmu mentah-mentah dan mempermalukanmu" ucap Bellinda blak-blakan.
'Aku mah udah sering baca novel begituan' batinnya. Zachira menunduk mendengar itu. Menyadari ucapannya yang terlalu pedas, Bellinda langsung merasa bersalah. "M-maafkan aku. A-aku tidak bermaksud-" ucapannya langsung dipotong oleh Zachira. "Kau tidak salah. Semua yang kau katakan itu benar adanya. Aku lah yang terlalu bodoh. Seharusnya aku tidak usah mengejar-ngejarnya. Membuatku terlihat seperti wanita murahan" ucapnya menyesal.
Bellinda menatapnya sedih. Zachira menghela nafas lalu berujar, "Maka dari itu aku meminta bantuanmu. Tolong ubah citra diri ku yang sangat buruk dimata banyak orang. Dan tolong balaskan dendamku terhadap Hans dan gadisnya yang menjijikkan itu" ucap Zachira sambil berlutut di hadapan Bellinda.
Bellinda sangat terkejut melihatnya. "Apa yang kau lakukan?!" Sentak Bellinda. Bellinda menarik tangan gadis itu dan menyuruhnya duduk di tempatnya semula. Bellinda menghela nafas panjang. "Aku tidak bisa berjanji untuk membalaskan dendammu dengan cara mengerikan. Tapi aku berjanji akan membuatnya menyesal dengan caraku sendiri" ucap Bellinda tanpa ragu.
"Baiklah, terimakasih karena sudah mau menolongku" ucap Zachira bahagia dan memeluk Bellinda dengan erat. Bellinda juga membalas pelukannya tak kalah erat. "Sama-sama. Tapi aku masih punya pertanyaan" ucap Bellinda seraya melepas pelukannya.
"Apa?" Tanya Zachira penasaran. "Apa setelah aku menyelesaikan tugasku, aku bisa kembali bersama keluargaku?" Tanya Bellinda. "Iya. Kau disini hanya untuk menjalankan tugasmu. Setelah itu kau akan kembali bersama keluargamu" ucap Zachira.
"Berapa lama waktu yang diberikan untukku?" Tanya Bellinda. "Itu sesuai dengan berapa lama waktu yang kau gunakan" ucap Zachira. Bellinda mengangguk paham.
"Baiklah, sudah waktunya kau kembali. Sekarang tutup matamu." Bellinda menurut, dia menutup matanya. Tak lama, dia merasa tubuhnya ditarik oleh sesuatu dan dihempaskan.
Bellinda atau yang sekarang Zachira membuka matanya dan melihat langit-langit kamar. Dia duduk dan bersandar. "Hans Wildan dan gadisnya" gumamnya.
'Tok tok tok
Zachira menoleh ke pintu kamar. "Zachira apa kau sudah bangun? Kalau kau sudah bangun cepat turun, kita akan makan malam" Tanya Earlena sedikit berteriak. "Ya aku sudah bangun. Sebentar lagi aku turun ke bawah" sahut Zachira. Setelah suara langkah kaki Earlena menjauh, Zachira turun dari ranjangnya.
Dia ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Dia menatap cermin yang ada dihadapannya seraya berujar, "Tenang aja Zachira, bule cantik ini bakal bikin si b*st*rd itu menyesal. Kamu bisa ngandalin bule cantik ini" ujarnya sambil tersenyum manis. Dia pun turun ke bawah menyusul yang lainnya untuk makan malam.
...\>\>\=\=\=\=\=<<...
Sekarang, Kakek Deon, Zachira, Earlena, dan Aliesha sedang berada di ruang keluarga. Kakek Deon menyerahkan selembar kertas pada Zachira. Zachira menatap kertas itu sebentar lalu mengambilnya. "Apa ini Kakek?" Tanya Zachira bingung. Kakek Deon tersenyum lalu berucap, "Itu adalah peraturan yang harus kau taati. Bacalah."
Zachira membaca judul yang dicetak tebal dan besar. 'Peraturan di Mansion Keluarga Clovis' begitulah isinya.
PERTAMA,
BANGUN TEPAT WAKTU. SARAPAN PUKUL 06.30, MAKAN SIANG PUKUL 12. 30, DAN MAKAN MALAM PUKUL 19.00. SETIAP ORANG WAJIB BERADA DI MEJA MAKAN PALING LAMBAT LIMA MENIT SEBELUM WAKTU MAKAN DIMULAI
KEDUA,
BATAS WAKTU KELUAR RUMAH ADALAH PUKUL 06.00 SAMPAI PUKUL 20.00.
KETIGA,
JIKA INGIN KELUAR RUMAH DI LUAR BATAS WAKTU YANG DITENTUKAN, MINTA IZIN PADA TUAN BESAR CLOVIS.
KEEMPAT,
TIDAK BOLEH MEMBAWA SEORANG PRIA ASING KE DALAM MANSION TANPA IZIN TUAN BESAR CLOVIS. BAIK KENALAN MAUPUN ORANG ASING.
KELIMA,
JIKA ADA PERATURAN YANG DILANGGAR, MAKA SEMUA FASILITAS YANG DIGUNAKAN AKAN DISITA SELAMA SATU MINGGU. BAIK ITU KARTU KREDIT, MOBIL, PONSEL, DLL.
'Ini mah peraturan buat aku doang' batin Zachira. "Bagaimana?" Tanya Kakek Deon. Zachira menatap Kakek Deon agak lama lalu mengangguk seraya berujar, "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menaati peraturannya, Kek" ucapnya dengan senyum manis. Kakek Deon mengangguk puas. Lalu dia menatap kedua sahabat Zachira dan berkata, "Peraturan itu juga berlaku untuk kalian berdua jika menginap di sini" ucap Kakek Deon.
Kedua gadis itu mengangguk. Mereka sudah tau apa isi peraturan itu. Karena sebelum Zachira mengalami amnesia (menurut pikiran mereka), Kakek Deon juga pernah memberi peraturan itu karena Zachira semakin tidak disiplin.
"Baiklah, kalian boleh beristrahat. Kalau ada perlu sesuatu, panggil maid yang bertugas. Kalau tidak, panggil Kakek. Kakek ada di ruang kerja" ucap Kakek Deon lalu bangkit berdiri dan meninggalkan mereka. "Ayo, kita tidur sekarang. Aku sudah sangat mengantuk" ucap Aliesha. Zachira dan Earlena mengangguk. Mereka pun masuk ke kamar masing-masing.
_________________________________
YUHUUU!!! AUTHOR COMEBACK!!! Ada yang rindu gak? Ohoho... pastinya tidak. Thor cuma pengen ngasi tau, soal kata-kata dicetak miring itu cuma kata-kata yang ditulis dalam bahasa asing sama buat bedain suara batinan.
Dan tambahan:
Lee Hyun Won as Hans Wildan.
Oke cukup sekian. See you next chapter.
Jangan lupa like n komennya.
^^^Kamis, 2 Juni 2022^^^
.,
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!