Hari ini merupakan hari terindah untuk Indah, gadis polos berusia sembilan belas tahun ini tiba-tiba berubah statusnya menjadi istri seorang pengusaha muda dari kota yang namanya Bima, Bima Narendra. Putra dari pemilik perusahaan makanan kemasan terbesar se-Asia.
"Kamu harus nurut lo nduk sama suami kamu, kemana-mana harus di temenin!" wanita paruh baya itu terlihat begitu menyayangi Indah.
"Iya buk, Indah akan selalu mengingat pesan ibuk!"
"Kamu juga harus bisa menyenangkan keluarga suami kamu, jangan sampai mereka kecewa atas apa yang kamu lakukan, kamu harus bisa menjaga kehormatan keluarga suami kamu!"
"Iya buk!"
Indah adalah gadis sebatang kara yang tinggal bersama keluarga sederhana di sebuah perkampungan kecil. Ibu angkatnya adalah pengasuhnya dulu waktu kecil sebelum peristiwa naas itu terjadi.
Beberapa hari lalu tiba-tiba Indah dan orang tua angkatnya kedatangan tamu dari kota, mereka mengaku sebagai sahabat dari orang tua kandung Indah. Nyonya Rose dan tuan Reno, mereka adalah orang tua dari Bima.
Mereka datang untuk melamar Indah sebagai menantu di rumahnya karena perjanjian masalalu dengan orang tua Indah.
Jelas Indah tidak bisa menolak dengan pesona Bima, pria tampan yang penuh dengan karisma. Walaupun mereka baru pertama kali bertemu, Indah langsung jatuh cinta pada sosok Bima. Pria yang ramah dan hangat.
Sore ini akhirnya ijab Qabul terlaksana juga, meskipun acaranya begitu sederhana tapi cukup hikmat. Acara pernikahan itu hanya di hadiri keluarga inti dari Bima dan beberapa kerabat dari orang tua angkat Indah.
"Setelah ini, saya titipkan Indah pada tuan dan nyonya. Saya harap tuan dan nyonya bisa menjadikan Indah seperti putri kalian sendiri!?" ucap mbok yang merawat Indah sedari kecil.
"Pasti mbok, kami akan memperlakukan Indah dengan sangat baik!"
"Terimakasih atas kebaikan hati tuan dan nyonya!"
"Kalau begitu kami pamit dulu karena papanya Bima akan menghadiri acara lain, kami tinggalkan Bima di sini, biar mereka menyusul besok!"
"Iya nyonya!"
Setelah acara selesai, keluarga Bima langsung kembali ke kota karena masih ada pekerjaan yang harus segera mereka kerjakan. Nyonya Rose juga akan mempersiapkan penyambutan atas kepulangan Bima bersama istrinya.
...***...
Indah tampak memegangi dadanya sebelum masuk ke dalam kamarnya sendiri, kali ini kamar itu tidak hanya akan di huni dirinya sendiri. Ada suaminya juga.
Ahhh suami....
Rasanya panggilan itu masih begitu asing di telinganya.
"Aku ketuk dulu nggak ya?" tampak Indah ragu untuk membuka pintu kamarnya sendiri. Tapi saat tangannya memegang handle pintu, pintu langsung terbuka.
Tidak di kunci ...
Dari selah pintu dan dinding, ia bisa melihat pria yang sudah resmi berstatus sebagai suaminya itu tengah duduk di tepi tempat tidur dan memainkan ponselnya.
"Mas, aku boleh masuk nggak?" mendengar pertanyaan Indah, pria itu segera meletakkan ponselnya dan tersenyum.
"Masuklah!"
Indah pun dengan kebaya yang masih menempel di tubuhnya itu segera masuk, suasana begitu canggung.
"Duduklah!" Bima menepuk tempat kosong di sampingnya. Indah pun tersenyum dan ikut duduk di tempat yang di tepuk oleh Bima.
Bima kembali mengambil ponselnya dan melakukan hal seperti tadi tidak mempedulikan keberadaan Indah di sampingnya. Hal itu membuat Indah tidak enak hati,
"Mas_!"
"Hmmm?"
Bima menolehkan kepalanya menatap Indah.
Ahhhh tatapannya, jantungku rasanya sudah mulai nggak aman ...
"Ada apa?"
Pertanyaan Bima menyadarkan Indah, ia segera mengalihkan pikirannya.
"Tidak pa pa! Apa mas Bima tidak ingin bertanya sesuatu padaku?"
"Sesuatu?"
"Iya, misalnya apa aku menyukai mas Bima, atau_!"
"Aku sudah tahu jawabannya!"
Hehhhh ....
Indah hanya bisa menghela nafas dalam hati,
Kenapa mas Bima begitu dingin? Apa ada yang salah sama aku?
"Biar aku bantu bukain ya sanggulnya?" Bima sepertinya begitu tahu kalau ia sekarang sedang merasa berat dengan sanggul di kepalanya. Indah langsung tersenyum dan mengangukkan kepalanya.
Ternyata tadi hanya prasangkaku saja ....
Tangan Bima pun langsung lihai melepas satu per satu pernah pernik yang ada di atas kepala Indah.
"Kamu tidak keberatan kan kalau besok kita langsung pulang ke kota?" tanya Bima di sela-sela melepas sanggul yang ada di kepala Indah.
Kemudian Bima melanjutkan kembali ucapannya,
"Soalnya aku banyak sekali pekerjaan, apalagi saat ini sedang ada proyek baru, kamu nggak keberatan kan?"
Indah pun menggelengkan kepalanya,
"Enggak kok mas, Indah akan ikut kemanapun mas Bima pergi. Itu sudah menjadi kewajiban Indah!"
"Baguslah!"
Indah baru saja lulus dari sekolah menengah. Ia rela mengubur cita-citanya untuk kuliah karena pernikahannya ini. Baginya mengikuti kemanapun suaminya pergi adalah ibadah yang memang harus ia lakukan.
"Kamu baik sekali!" puji Bima, "Sudah!"
Indah pun segera membalik tubuhnya, menatap suaminya.
Kini semua pernak pernik yang ada di kepala Indah sudah terlepas, tinggal rambut Indah yang tergerai sebahu, walaupun tampak mengembang karena ada Hairsprey. tapi Indah tampak begitu cantik dengan rambut lurusnya.
Dia ternyata cantik juga, kenapa aku baru sadar sekarang!??
Bima terus memperhatikan wajah Indah membuat Indah salah tingkah di buatnya.
Jantung Indah semakin bertalu-talu saat di tatap begitu lembut oleh suaminya. Perlahan wajah mereka semakin dekat hingga Indah bisa merasakan hembusan nafas Bima yang menyapu bulu-bulu halus di wajahnya. Bibirnya hanya berjarak beberapa inci saja dari bibirnya.
Tiba-tiba Bima kembali menjauhkan tubuhnya, "Aku ingin mandi, lengket banget butuhku!"
"Ahh iya!"
Indah segera berdiri dan mengambil koper Bima yang ia bawa dari kota.
"Ini mas handuknya!" Indah memberikan handuk untuk Bima.
"Dimana kamar mandinya?"
"Biar Indah antar mas, tadi Indah sudah siapkan air hangat buat mas, kalau malam-malam di sini airnya sangat dingin!"
Bima pun mengikuti langkah Indah,
"Kecil kamar mandinya, semoga mas nyaman!"
Indah membukakan pintu kamar mandi yang hanya berukuran dua kali dua meter itu.
"Indah tinggal nggak pa pa kan mas?"
"Nggak pa pa!"
Bima pun segera masuk ke dalam kamar mandi dan Indah segera meninggalkannya.
Sebenarnya di kamar Indah sudah ada kamar mandi tapi yang ada air hangatnya kamar mandi diluar, karena kalau bawa air hangat ke kamar kejauhan.
Indah pun mandi, ia juga merasa tubuhnya begitu lengket. Sudah menjadi kebiasaanya tidak pernah membawa baju ke kamar mandi karena memang ini kamar pribadinya, tapi sepertinya dia lupa kalau sekarang ada suaminya.
Indah keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melilit tubuhnya.
Tubuhnya sampai terlonjak saat melihat orang lain di kamarnya, dnwagn cepat Indah menahan kaitan handuknya agar tidak terlepas.
"Mas Bima!?"
Kenapa dia seksi sekali ..., mata Bima benar-benar tidak bisa beralih menatap tubuh mulus Indah. Ia seorang pria normal yang pasti akan tergoda melihat yang begitu indah di depannya. Tubuh Indah begitu seksi dengan kulit yang bersih.
Bima berjalan mendekati Indah, ia menarik tubuh ke dalam pelukannya.
"Mas!?" suara yang Indah keluarkan malah membuat jiwa lelaki Bima semakin terpancing.
Bibir Bima tiba-tiba menempel pada bibirnya.
Ini ciuman pertamaku ....
Walaupun begitu Indah begitu penasaran dengan hangatnya bibir pria yang tengah menguasai bibirnya itu.
Setelah puas bermain dengan bibir Indah, Bima pun beralih ke leher jenjang Indah, bibirnya mulai menyusup di tengkuk Indah hingga Indah tidak mampu lagi mengendalikan tubuhnya, kakinya terasa lemah tak bertulang hingga tanpa sadar Bima sudah menggiring tubuhnya ke tempat tidur, Bima menindih tubuh seksi indah dan bibirnya terus saja bermain di tengkuk Indah.
Tangan Indah masih berusaha mempertahankan handuknya agar tidak terlepas.
Indah hanya bisa memejamkan mata, tapi tiba-tiba Bima menghentikan kegiatannya.
Ia mengamati wajah polos Indah, walaupun gadis kampung Indah memiliki kulit yang putih bersih, cantik dan juga bodinya seksi.
Indah yang merasakan sentuhan pria itu berhenti, segera membuka matanya.
"Kenapa menatap Indah seperti gitu? Apa ada yang salah?"
Bima segera menggelengkan kepalanya, ia turun dari tubuh Indah,
"Tidak!"
Ia segera duduk di tepi tempat tidur. Indah yang sedikit kecewa karena ternyata apa yang di lakukan Bima tidak berlanjut, ia pun ikut duduk di samping suaminya.
"Kenapa mas?"
"Tidak pa pa, aku hanya sedikit kurang enak badan aja. Pakailah bajumu!"
Ini adalah karya baruku, semoga di pembukaan kali ini cukup menarik perhatian pembaca ya, konfliknya akan sedikit berat. Dari judulnya pasti sudah bisa menebak bagaimana jalan ceritanya nanti. Semoga menghibur
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @ tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
Walaupun ada rasa kecewa, tapi Indah bisa maklum. Pernikahan mereka adalah pernikahan karena perjodohan. Mungkin butuh waktu untuk mereka saling menyesuaikan diri.
Indah pun segera mencari pakaiannya dan memakai pakaiannya di kamar mandi.
Ia tidak ingin semakin membuat suaminya tidak nyaman.
Setelah keluar dari kamar mandi, ia melihat sang suami sudah tidur dengan berbalut selimut tipis miliknya. Selimut bermotif hello Kitty.
Karena tidak ingin menggangu suaminya, Indah pun memilih untuk keluar kamar.
"Loh nduk ...., kok malah keluar kamar?"
"Nggak pa pa mbok, mas Bima kayaknya kecapekan. Dia mau tidur sebentar katanya!"
"Ya udah, kamu sudah makan belum?"
"Nanti aja mbok makannya, nunggu mas Bima bangun. Lagian Indah belum lapar-lapar banget! Indah keluar dulu ya mbok cari angin!"
"Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Kasihan kalau suami kamu bangun nanti nyariin!"
"Iya mbok!"
Indah pun memilik keluar rumah. Nanti ia pasti akan sangat merindukan suasana kampung yang tenang seperti ini.
"Nona!"
Sapaan seseorang membuatnya terkejut, ternyata ada orang lain di luar rumah.
"Kamu!?"
"Saya Dio, nona! Asisten pribadi tuan muda!"
"Kenapa di luar? Masuklah, di dalam masih ada tempat untuk istirahat!"
"Tidak pa pa nona, saya di sini saja. Saya hanya akan segera pergi!"
"Mau ke mana?"
"Ke hotel, tempat saya menginap. Saya hanya sedang memastikan kalau tuan muda tidak butuh sesuatu!"
"Ohhh, mas Bima sudah tidur kok. Kalau kamu pergi, pergi aja nggak pa pa. Nanti kalau butuh sesuatu, biar aku yang mengusahakan. Aku sekarang istrinya, melayaninya adalah tugasku sekarang!"
Dio terdiam, ia terlihat berat untuk meninggalkan atasnya.
"Apa nona bisa di percaya?"
"Apa menurutmu wajahku meragukan?"
Usia nona yang meragukan untuk pria dewasa seperti tuan muda ....
"Walaupun aku masih muda, aku cukup bisa di andalkan. Lagi pula ini rumahku memang siapa yang akan berbuat jahat di rumahku!"
Apa benar yang dia katakan? Apa memang sebaiknya aku pergi saja ...
"Baiklah nona, kalau begitu saya peegi. Saya akan kembali pagi-pagi sekali!"
"Silahkan!"
"Selamat malam!" Dio membungkukkan punggungnya memberi hormat.
Indah yang bingung harus melakukan apa pun akhirnya ikut membungkukkan pungungnya.
"Selamat malam!"
Indah menatap kepergian pria yang menurut Indah aneh itu.
"Ada ya ternyata orang kayak gitu, aku kira hanya di Drakor aja yang kayak gitu!"
"Kalau gitu namanya apa ya!?" Indah mulai berpikir julukan yang tepat untuk Dio,
"Apa ya?"
"Ahhhh otakku kayaknya sedikit terganggu gara-gara ciuman itu!"
Pipi Indah kembali memerah mengingat ciuman panas yang baru saja mereka lakukan.
"Ahhhhh ....!" Indah sampai menggelengkan kepalanya.
Saat malam semakin larut barulah Indah masuk kembali ke dalam kamar, ia melihat suaminya sedang telponan dengan seseorang. Tapi segera ia matikan sambungan telponnya saat melihat Indah datang.
"Sudah bangun, mas?"
"Baru aja!"
"Mas Bima lapar nggak?"
Bima mengusap perutnya, memang sejak siang tadi ia belum memasukkan apapun ke perutnya,
"Lapar sih!"
"Ya udah Indah ambilkan makanan ya, sekalian buat Indah. Indah juga belum makan!"
"Hmm!"
Indah kembali keluar kamar, terlihat rumahnya sudah sepi. Beberapa kerabat yang masih bertahan di rumahnya sudah mencari tempat sendiri-sendiri untuk memejamkan matanya dan kembali lagi beraktifitas esok hari.
Indah mulai membuka tudung saji dan mengambil beberapa lauk dan nasi ke dalam dua piring kosong.
...***...
"Makanlah mas!"
"Terimakasih!"
Mereka makan di lantai dengan beralaskan sebuah karpet.
"Maaf ya yang tadi!"
"Yang mana mas?"
"Aku menciummu tanpa meminta persetujuan darimu!"
"Nggak pa pa, mas Bima memang berhak untuk itu. Seharusnya Indah yang minta maaf karena Indah tidak bisa mengimbangi apa yang mas Bima lakukan. Ini baru buat Indah!"
"Baru, maksudnya kamu belum pernah berciuman?"
Indah mengangukkan kepalanya malu, Bima kembali mengamati wajah Indah,
Dia cantik, mana mungkin ini yang pertama ....
Tiba-tiba ada perasaan bersalah dalam hatinya karena telah mengambil ciuman pertama dari wanita yang baru beberapa jam lalu ia nikahi itu.
"Kenapa mas, mas Bima nggak percaya?"
"Enggak, Ya cuma aneh aja, masak gadis secantik kamu belum pernah ciuman,!"
"Emang Indah mau ciuman sama siapa mas?"
"Pacar kamu, kalau kamu punya pacar misalnya!"
"Indah nggak punya pacar, Indah juga belum pernah pacaran!"
Bima kembali tercengang,
Gadis secantik dia tidak mungkin kan belum pernah pacaran?
"Kamu serius?"
"Iya mas, Indah nggak kepikiran buat pacaran juga!"
"Gadis secantik kamu tidak ada yang macarin, kan aneh! Kamu juga seksi!"
Bima menatap kedua gundukan yang tampak menggoda, ukurannya cukup besar dan pinggang yang begitu ramping, dengan tubuh yang cukup berisi.
"Memang kalau cantik harus pacaran? Nggak kan?"
"Iya sih!"
Akhirnya tanpa terasa sambil terus mengobrol makanan mereka habis juga.
"Biar aku bantu ya!"
"Nggak usah mas, mas Bima istirahat saja. Biar Indah yang bawa ke dapur."
"Terimakasih ya!"
"Sama-sama!"
Bima kembali sibuk dengan layar datarnya saat Indah ke dapur. Walaupun tidak ke kantor, tetap saja ia punya tanggung jawab untuk melihat kinerja karyawannya seharian ini.
Ia hanya memeriksa beberapa email yang masuk dan memastikan tidak ada masalah.
Indah mencuci sekalian piring kotornya dan saat Indah hendak ke kamar, ternyata Bima keluar dari kamarnya.
"Mau ke mana mas?"
"Aku keluar dulu, cari Dio!"
"Ohhh, mas Dio yang tadi. Dia udah Indah suruh pulang!"
"Maksudnya?"
"Ya Indah rasa sekarang kan nggak perlu mas Dio, ada Indah yang siap melayani mas Bima!"
"Baiklah, besok saja. Lagi pula aku juga sudah capek mau tidur!"
Bima kembali masuk dan di ikuti Indah, Ia langsung meletakkan benda pipihnya di samping tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.
Indah ikut naik ke atas tempat tidur. Tempat tidur Indah tidak begitu besar hingga mereka akan saling berhimpitan saat tidur.
"Kalau kamu tidak nyaman, aku akan tidur di bawah!" Bima sudah hampir beranjak, tapi Indah segera menahan tangan Bima.
"Nggak kok mas, Indah nggak pa pa!"
Bima kembali merebahkan tubuhnya, tidak ada pembatas antara mereka bahkan lengan mereka saling bersentuhan satu sama lain.
"Kalau kamu nanti tidak nyaman, katakan saja!"
"Iya!"
Aku tahu mas Bima berhati lembut, dia pria dewasa dan aku hanya gadis kecil. Dia pasti sedang menunggu aku mengatakan siap untuk melakukannya ....
Indah merasa bersyukur karena suaminya tidak memaksanya untuk saat ini. Ia juga merasa belum siap, ini masih terlalu mendadak untuknya.
Mereka berdua hanya salin diam di bawah selimut yang sama, tidak ada yang ingin memulai.
Hingga mereka sama-sama mulai memejamkan mata, rasa kantuknya menyerang karena memang seharian tidak beristirahat.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
Indah mulai membuka matanya, ia merasakan tubuhnya begitu berat bahkan saat ini ia merasakan sebelah buah dadanya sedang ada yang mengepal.
Mata Indah perlahan fokus pada tangan yang sudah menyusup di balik piyama tidurnya,
"Tangan!?" gumamnya pelan. Selain itu ia juga merasakan sesuatu yang menindih pangkal pahanya.
Perlahan ia menoleh ke samping, hampir saja ia berteriak tapi segera ia tutup mulutnya rapat-rapat dengan telapak tangannya.
Mas Bima, jadi yang semalam bukan mimpi?
Bahkan saat ini kancing piamanya sudah terbuka semua hingga menampilkan bra merahnya dengan tangan yang berada di balik bra itu.
Aku harus gimana?
Indah sedikit menggerakkan tubuhnya tapi ia merasakan remasan di dadanya.
Ia juga merasakan ada yang keras yang tengah menempel di paha sebelah kirinya,
Ada yang keras juga ....
"Sayang, aku merindukanmu!?" tiba-tiba Bima menyusupkan kepalanya di leher Indah dengan tangan yang semakin meremas buah dada Indah.
Indah merasakan tubuhnya seperti tengah di sengat aliran listrik bertegangan tinggi.
"Mas!?"
Bima yang mendengarkan suara Indah segera membuka matanya dan menjauhkan tubuhnya dari tumbuh Indah.
"Indah, maafkan aku!"
Indah menggelengkan kepalanya, ia segera bangun dan merapikan kancing piamanya,
"Tidak pa pa mas, kalau mas Bima menginginkannya. Indah tidak akan menolak!"
"Jangan! Aku nggak mau melakukannya karena Indah ingin menyenangkanku saja! Nanti saja, kita masih banyak waktu setelah ini!"
Alasan Bima cukup bisa di mengerti oleh Indah.
"Iya mas!"
"Sudah siang, aku mandi dulu ya!" Bima segera menyambar handuknya dan keluar dari kamar.
Indah terduduk lemas di atas tempat tidur, ia kembali mengingat bagaimana Bima menyentuh buah dadanya.
"Indah, Indah sadar ...., jangan pikirkan itu terus!" Indah memukul kepalanya karena selalu berpikir mesum.
Indah pun akhirnya juga memutuskan untuk mandi, Bima hari ini akan mengajaknya kembali ke kota. Ia juga belum menyiapkan semuanya.
Setelah mandi, ia keluar kamar untuk membantu yang lainnya memasaki.
Tapi saat berada di depan pintu, ia terpaku melihat Bima kembali dengan memakai celana pendek tanpa baju atasan, hanya handuk yang melingkar di lehernya dan lagi baju kotor yang menggantung di lengannya.
Bima lupa membawa baju gantinya tadi karena buru-buru ingin memanjakan juniornya. Itulah kenapa dia lama di kamar mandi.
Indah malah tercengang di tempatnya. Bagaimana tidak, seperti malaikat tanpa baju.
Ya Allah kebaikan apa yang aku lakukan di masa lalu hingga bisa ketemu sama malaikat tampan di bumi?
"Kamu kenapa?" pertanyaan itu menyadarkannya, ia sampai tidak sadar saat ini Bima sudah berdiri tepat di depannya.
Ia melihat sekitar, ternyata banyak pasang mata yang juga tengah memperhatikan betapa seksi tubuh suaminya itu.
"Ya ampun mas, masuklah!" Indah dengan cepat menarik tangan suaminya masuk ke dalam kamar saat menyadari tatapan para kerabat yang menatap penuh kekaguman pada sosok suaminya itu.
"Ada apa sih Ndah? Kenapa tarik-tarik?"
Bima merasa heran dengan apa yang di lakukan oleh sang istri,
"Mas jangan lama-lama di luar seperti itu!"
"Kenapa?"
"Ya ampun mas! Kamu nggak melihat butuh mas itu jadi sorotan publik!"
Bima tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Kamu ini ada-ada aja!?"
"Indah serius! Itu sangat menggoda!" Indah menatap ke arah perut suspek sangat suami.
"Ini maksudnya?"
Bima mengangkat kedua tangannya bak binaragawan yang tengah memperlihatkan otot-otot besarnya.
Seketika pipi Indah memerah menahan malu karena ketahuan mengagumi tubuh suaminya. Dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Bukan begitu mas!"
Dia benar-benar malu sendiri, ini pengalaman pertamanya mengagumi seorang pria, apalagi ini pria asing yang tiba-tiba mengikatnya ke dalam sebuah hubungan suci.
"Lalu?" Bima mengusap rambutnya yang basah, semakin seksi dengan rambut halus yang tumbuh di dadanya.
"Mas, tubuh mas Bima itu jadi pusat perhatian para kerabat!"
Mendengarkan ucapan Indah, Bima semakin melebarkan senyumnya, ia pun kembali memperhatikan tubuhnya yang masih telanjang dada, terlihat otot-otot tubuhnya saling menonjol walaupun tanpa melakukan hal yang seperti tadi, dada dan perutnya yang membentuk lekukan-lekukan bekas olah raga pasti sangat menggoda orang-orang yang melihatnya.
"Baiklah, lain kali aku akan menjaganya! Biar cukup orang-orang tertentu saja yang melihatnya."
Lagi-lagi Indah tidak bisa menyembunyikan ketertarikan pada pemilik tubuh itu, ia hanya tersenyum malu tanpa bisa membalas ucapan sang suami.
Bima yang orang kota, dia adalah pria berpendidikan dengan lulusan terbaik di salah satu universitas ternama di inggris, menjadi pengusaha muda yang cukup sukses itu awalnya menolak tegas perjodohan ini.
Jelas Indah begitu tidak sebanding dengan pria dua puluh tujuh tahun ini yang memiliki segudang prestasi, tapi saat pertama kali melihat Indah, kesal gadis kampung yang kumel dan dekil tidak terlihat dari Indah.
Bahkan indah terbilang sangat mampu bersaing dengan wanita-wanita kota yang berkelas.
Di tambah lagi setelah mendapatkan cerita dari mamanya kalau Indah sebenarnya putri dari sahabat papanya yang sudah meninggal, Bima jadi mengerti jika Indah begitu cantik karena nyatanya Indah tidak benar-benar dari kampung, dia hanya tidak beruntung karena harus tinggal di kampung.
Bima kembali memperhatikan istrinya itu, dia ternyata tampak semakin seksi dengan dress berwarna merah muda dengan motif bunga kecil dan belahan depan yang sedikit rendah hingga dua gundukan yang sempat ia pegang begitu pas di tangannya itu seperti siap meloncat dari tempatnya yang sesak.
"Indah!"
"Iya?"
Gila kamu Bima, kendalikan dirimu ....
"Kamu cantik!"
Bima segera mengalihkan tatapannya dan berjalan mencari baju gantinya.
"Mas, baju gantinya sudah Indah siapkan!"
"Terimakasih!" Bima hendak keluar kembali tapi Indah segera mencegahnya,
"Mas mau ke mana?"
"Mau ke kamar mandi!"
"Itu, di sini ada kamar mandinya!" Indah menunjuk pintu yang ada di samping lemari besar. Bima yang sudah hampir mencapai pintu keluar segera kembali.
"Jadi_!"
"Iya mas, maaf!" Indah mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Aku ganti baju dulu!"
Tidak berapa lama Bima keluar dari kamar mandi,
"Gimana, hari ini sudah siap kan berangkat ke kota?"
"Iya mas, tapi Indah belum siap-siap. Barang-barang Indah belum aku masukin ke tas!"
"Sebenarnya nggak perlu, tapi nggak pa pa, yang penting aja!"
"Iya mas!"
"Kamu lapar nggak?" tanya Bima lagi melihat Indah mulai mengeluarkan tasnya.
"Iya sih!"
"Kamu di sini saja berkemas, biar aku yang ambilkan makanan buat kamu!"
"Nggak pa pa mas?"
"Nggak pa pa!"
Bima segera meninggalkan Indah dan keluar kamar, ia merasakan perutnya juga sudah sangat lapar, selain mengambilkan makanan buat sang istri, ia juga mengecek keluar apakah Dio sudah kembali.
Dan saat keluar ternyata mobil Dio belum terlihat, ia pun memutuskan untuk ke dapur.
Sesampai di dapur, ternyata para kerabat Indah tengah berkumpul,
"Ehhh mas Bima, sarapan mas!"
"Iya!"
"Loh, Indahnya mana mas?" tanya wanita paruh baya, dia adalah pengasuh Indah yang sudah Indah anggap seperti orang tuanya sendiri.
"Indah sedang berkemas mbok, biar aku ambilkan sarapan buat Indah!"
"Oh ya sudah, biar mbok saja ambilkan, tunggu sebentar ya!" mbok itu pun langsung mengambilkan dua piring makanan untuk Bima.
"Kok dua mbok?"
"Sekalian buat nak Bima!"
"Terimakasih ya mbok!"
"Sama-sama!"
Bima pun segera kembali menghampiri Indah ke kamarnya.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!