NovelToon NovelToon

Aku Tak Harus Memilikimu

Kenalan

Annisa gadis cantik dan berhijab tinggal di rumah sederhana peninggalan orang tuanya. sepeninggal kedua orang tuanya Annisa harus berjuang keras mendapatkan biaya untuk menyelesaikan kuliahnya.

Kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta membutuhkan biaya yang begitu besar. Annisa terpaksa bekerja sebagai tukang cuci baju pada keluarga kaya. Beruntungnya tempatnya bekerja sangat dermawan dan tidak pernah mengekangnya bahkan dari kerjaan itulah dirinya mendapatkan uang lebih untuk biaya kuliahnya dan biaya makan.

Meskipun gajinya tak seberapa perbulan tapi tak disangka majikannya memberi gaji di atas gaji yang ditetapkan dan anak-anaknya selalu memberi Annisa uang jajan. Untuk itulah Annisa sangat bersyukur dan cukup tahu diri dengan kebaikan mereka. Tidak hanya mencuci baju, kerjaan lainpun dikerjakannya dengan ihklas. Annisa menyelesaikan kuliahnya dua tahun setelah orang tuanya meninggal.

Meskipun sudah lulus kuliah Annisa memilih bekerja di rumah makan "SAHABAT" yang cukup mewah tidak jauh dari tempat tinggalnya karena bisa ditempuhnya dengan berjalan kaki.

Sebelum hari pertama masuk kerja, Annisa ziarah ke makam ke dua orang tuanya.

"Pak, Bu, seandainya kalian masih ada, kalian pasti senang karena aku sudah kerja sekarang. Annisa akan selalu mendoakan kalian, bahagialah di sana!"

Di rumah makan SAHABAT

"Hai, kenalkan saya Annisa, pelayan baru dan baru masuk hari ini. Mohon bantuannya!" Annisa memperkenalkan diri pada teman-teman kerjanya dengan antusias.

"Hai juga! saya Fitri, ini Kania, Endang, yang centil itu Siska, cogan di sampingmu itu Hendra, dan si kacamata itu namanya Egi. G usah sungkan-sungkan bertanya dan minta bantuan, karena kita semua di sini saling membutuhkan, oke!" kata Fitri pada Annisa yang tersenyum bahagia memiliki teman kerja yang baik seperti mereka.

Saat hendak mulai melakukan aktifitas Annisa menabrak seorang laki-laki yang sedang jalan menuju kursi. Annisa mendapatkan teguran keras dari atasannya bernama Bu Farah

"He kamu, kamu pelayan baru kan? Baru masuk saja sudah membuat masalah. seharusnya kamu hati-hati dong, itu mata digunakan dengan benar!" marahnya pada Annisa

"Saya minta maaf, Bu! saya g sengaja. Saya juga minta maaf pada anda, tolong maafkan saya!" ucap Annisa pada atasannya dan orang yang ditabraknya

"Saya g apa-apa! sebenarnya saya yang salah, karena saya g melihat kalau ada orang di didepan saya, soalnya sedang menghubungi seseorang akhirnya saya duluan yang nabrak dia. Ibu tidak perlu memarahi dia!" jawab laki-laki itu pada atasan Annisa sekaligus membelanya.

Bu Farah memberi peringatan pada Annisa dan meminta maaf pada pemuda itu.

"Oke, jangan diulangi lagi! fokus kalau bekerja. Jika diulangi akan fatal buat kamu, ngerti! Dan maafkan karyawan kami pak karena sudah menabrak Anda!"

Rumah makan cukup ramai, Annisa dan pelayan lain cukup kewalahan melayani pengunjung. Biasanya tutup jam 10 malam, tapi hari ini, terpaksa agak telat karena padat pengunjung. Kesialan dan rejeki bagi Annisa, karena diawal masuk harus dimarahi atasan dan rejeki karena banyaknya pengunjung. Akhirnya pengunjung telah selesai menghabiskan hidangannya masing-masing dan sebagian pelayan mulai mengatur kursi dan meja sebagai tanda bahwa rumah makan akan ditutup. Setelah selesai beres-beres semua pelayan di panggil dan diberi peringatan.

"Besok, jangan ada lagi yang melakukan kesalahan! Kepuasan dan kenyamanan pelanggan adalah kemajuan bagi kita, oke!"

"Oke Bu!" jawab para pelayan bersamaan.

"Sekarang, ayo kita pulang!" ajak Bu Farah pada anak buahnya.

Mereka menuju parkiran, karena di antara mereka hanya Annisa yang tidak memiliki kendaraan. Tak lama kemudian muncul Hendra dan mengajak Annisa pulang bersama.

"Nis, pulang bareng yuk!"

"Nggak usah, terima kasih! rumah saya dekat kok!" tolak Annisa secara halus

"Ya udah, saya duluan yah!"

"Oke!"

Saat Annisa hendak menyebrang jalan, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depannya.

Mobil siapa ya?" tanya Annisa dalam hati

Seorang pemuda tampan keluar dari mobil, membuat Annisa kaget dengan bertanya pada dirinya sendiri.

"Bukankah pemuda ini yang di rumah makan tadi?"

"Maaf, saya membuatmu terganggu,sejak tadi saya menunggumu! akhirnya kamu pulang juga. Sebenarnya sejak di rumah makan tadi, saya ingin berkenalan denganmu tapi takut mengganggu, karena saya dengar hari ini pertama kamu bekerja. boleh minta waktumu sebentar?"

"Boleh, tapi jangan lama ya, soalnya ini udah larut, saya harus cepat sampai di rumah!" jawab Annisa

"Saya Furqan, namamu siapa?"

"Saya Annisa! udah ya, saya buru-buru, permisi!" Secepat kilat Annisa berlalu meninggalkan Furqan

Tiba di rumah, Annisa segera membersihkan diri dan menuju tempat tidur. karena terlalu lelah, ia tidak perlu kompromi dengan matanya. kantuk masih menguasainya, dirinya tetap bangun tengah malam dan mengambil air wudhu. selesai wudhu ia segera melaksanakan shalat tahajjud dan mendoakan kedua orang tuanya. Selasai shalat Annisa kembali ke tempat tidur untuk melanjutkan mimpinya.

Seperti biasa, Annisa bersiap-siap ke tempat kerjanya. Annisa berangkat lebih pagi agar bisa jalan kaki dengan santai. tanpa di sadari ternyata ada mobil yang mengikutinya. seketika mobil itu berhenti dan menghalangi Annisa.

" Annisa, ayo saya antar ke tempat kerja kamu!" ajak Furqan

"Nggak, terima kasih atas bantuannya. Saya jalan kaki saja!"

"Baiklah, kalau kamu nggak mau! Saya akan sering ke tempat kerja kamu, Saya harap kamu tidak keberatan!"

"Tuan, sebenarnya apa yang anda inginkan dari saya? Saya tidak mengenal anda, tapi... kenapa anda terus mengikuti saya?"

"Itulah sebabnya saya akan sering ke temu kamu, supaya saya mengenalmu lebih dekat lagi. Jujur saja, saya tertarik denganmu saat pertama kali bertemu!. Furqan bicara jujur pada Annisa

"Terserah anda, tapi tolong jangan mengganggu saya. Dengan anda mengikuti saya terus, membuatku tidak nyaman dan sangat terganggu!" jawab Annisa

Tanpa memperdulikan Annisa, Furqan segera melajukan mobilnya menuju ke kantor dan membiarkan gadis itu sendirian dengan perasaan kesalnya pada Furqan.

"Manusia aneh! apa nggak punya kerjaan lain. ngikutin orang dan giliran ketahuan kabur tanpa permisi!"

Di kediaman Furqan

Susi kakak sulung Furqan, merasa ada yang aneh dengan adiknya. Saat sedang makan malam bersama orang tuanya dan adik bungsunya Fiona, Susi bertanya pada ibunya.

"Bu! beberapa hari ini, Furqan keluar lebih pagi dari biasanya. apa ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kita?"

"Tanyakan sendiri pada adikmu, siapa tau dia mau jujur padamu. Tapi ingat, jangan ada yang membuat keributan!" jawab Fani pada putri sulungnya

"Oke, akan kutanyakan langsung padanya!"

Apa sebenarnya yang dilakukan anak itu. Saya harus gercep sebelum terlambat .

"Bu, aku go dulu ya! Fio, hari ini kamu g kuliah kan, mau ikut nggak?". tanya Susi pada adiknya.

Fiona melirik kakaknya. "Emang kakak mau ke mana?"

"Tidur, ya jalan-jalan lah. ikut nggak?"

"Nggak deh, aku mau santai aja di rumah!" jawab Fiona dengan santai.

"Oke kalau gitu, Bu, Fio, da dah!" Susi pergi meninggalkan mama dan adiknya.

Tak akan Menyerah

Annisa baru saja selesai shalat subuh. Sesibuk apapun dia tidak akan meninggalkan kewajibannya. Setelah merapikan perlengkapan shalatnya, dirinya kembali ke tempat tidur dan tak berencana untuk tidur kembali. Annisa hanya menatap langit-langit kamarnya dan bertanya pada dirinya sendiri.

Mengapa dia selalu mengikutiku? sebenarnya apa yang dia inginkan? hemmm, bikin pusing saja. semoga hari ini aku tidak bertemu lagi dengannya!

Karena sibuk memikirkan penguntitnya, Annisa hampir kesiangan ke tempat kerja.

Astagfirullah, dah jam berapa ini? hampir saja kesiangan. Ini gara-gara dia, membuatku jadi linglung seperti ini! Annisa bicara sendiri

Dirinya yang selalu tampil sederhana membuatnya tak terlalu lama mempersiapkan diri. Annisa meraih tasnya yang ada di atas meja

Bismillahirrahmanirrahim, semoga hari ini lancar dan aman, aamiin!

Di tempat lain

Dikamarnya, Furqan merencanakan sesuatu untuk mendekati Annisa. Akan tetapi, baru saja hendak melangkah, tiba-tiba Susi menahannya.

"Eits, tunggu Fur! kamu ini kenapa sih, g biasanya pergi pagi-pagi buta begini? Apa ada yang kamu sembunyikan? atau jangan-jangan kamu janjian dengan seorang gadis?"selidik Susi pada Furqan.

"Emangnya kenapa klu saya janjian dengan seorang gadis, apa salah? Kakak saja punya cowok aku g ikut campur. Jadi, jangan ikut campur urusanku. Dengan perempuan mana aku dekat, itu bukan urusan kakak. Kalau sudah g ada yang ditanyakan, aku pergi dulu. Assalamualaikum!" Furqan pamit dan turun ke bawah tanpa menoleh pada kakaknya.

Susi dengan kesal menyusul dan memanggil adiknya dengan suaranya yang menggelegar. Dia memang lahir dari keluarga berada tapi sayangnya angkuh, sombong dan bar-bar.

"Furqaaaaaan!"

"Ibu dan adiknya yang sedang sarapan pagi menghentikan sarapannya karena mendengar suara seperti petir dari lantai dua rumahnya.

"Susi, apa-apaan kamu, pagi-pagi sudah ribut! Bukankah ibu sudah katakan, kalau berurusan dengan adikmu, jangan sampai ribut! Kalau mau berhasil mengorek adikmu, lembutlah sedikit sebagai wanita, bukan seperti orang gila begitu! dan kamu Fur, akurlah dengan kakakmu, tidak baik kalian seperti tikus dengan kucing!" Fani menasehati kedua anaknya.

"Dari pada kalian ribut, lebih baik ikut sarapan. Jangan ada yang membantah!"

Walau masih kesal, Susi dan Furqan sarapan bersama ibu dan adiknya.

Furqan dan Fiona lebih dulu menyelesaikan sarapannya. Mereka berdua pamit dan berangkat ke tempat tujuan masing-masing.

Setengah jam kemudian, Furqan sampai dikantornya. Karena penampilannya yang sedikit cool hari ini, karyawannya terpana melihat ketampanan bosnya yang sebelumnya biasa saja. Mereka kaget sambil bisik-bisik melihat perubahan bosnya.

"Sa, itu si bos ke sambet ya?"tanya Rida pada Marisa

Marisa menjawab sambil mencari-cari orang yang dimaksud oleh Rida. Karena hanya dia yang tidak memperhatikan bosnya yang baru saja lewat menuju ke ruangannya.

"Bos dah datang? Tumben, pagi amat! Emangnya bos kenapa?"

"Ya Allah Sa, kamu ngapain aja sih, sampai g tau bos datang?! Kalau kamu lihat bos, pasti kamu terpana dan tergores. eh salah, maksudku tergoda!" canda Rida pada Marisa

"Sstttt, kalau g mau di pecat, sebaiknya kalian kembali bekerja. Kalian tau kan bagaimana bos kita. Selain tamvan seperti yang kalian katakan, bos juga tegas pada karyawan. Tapi, kalau benar dia tamvan saya juga mau jadi pelipur hatinya!" Marisa memperingatkan teman-temannya sambil bercanda

"Sepertinya, kita semua masuk dalam kategori yang diinginkan bos, tapi dalam mimpi, ha ha ha!" Vania menimpali dengan tertawa. Yang lain pun ikut tertawa

Di Ruangan Furqan

Furqan sibuk dengan pekerjaannya. Banyak berkas yang harus ditandatangani. Sebagai bos besar alias CEO sebuah perusahan besar yang bergerak di bidang perhotelan, Furqan dituntut bisa menyelesaikan setiap urusan kantor tanpa masalah. Dengan kemampuannya dia bisa membuat perusahaan yang ditinggalkan almarhum papanya berkembang pesat. Asistennya Aldi, hanya membantu di saat dirinya ke luar kota.

Pekerjaannya pun selesai. Furqan menekan tombol yang menghubungkannya dengan office boy.

"Pak Sardi, tolong bawakan teh ke ruanganku!" perintah Furqan

"Baik pak!". jawab pak Sardi

Tidak lama kemudian, pak Sardi mengetuk pintu ruangan Furqan

Tok! tok!

"Masuk!"

Pak Sardi meletak gelas kopi di atas meja Furqan

"Terima kasih pak Sardi!"

"Sama-sama, pak!" jawab pak Sardi

Meskipun Furqan seorang bos besar, tapi dia sangat menghormati pak Sardi.

Annisa, aku tau kamu berusaha menghindari ku, tapi aku tidak akan menyerah sebelum mendapatkanmu!

"May, apa ada meeting hari ini?" Furqan bertanya pada sekretarisnya

"Tidak ada pak! Sepertinya, bapak bisa pulang lebih cepat, karena semua urusan kantor untuk hari ini sudah selesai!" jawab Maya

Angin segar bagi si big bos setelah mendengar apa yang dikatakan sekretarisnya. Waktunya yang tersisa sebelum pulang ke rumah akan digunakannya untuk nongrong di rumah makan tempat gadis yang diincarnya.

"Oke May, saya pulang duluan! jika ada sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan dan tidak terlalu penting, jangan menghubungiku!"

"Baik pak!" Jawab Maya. Maya merasakan perubahan pada bosnya.

Furqan mengambil kunci mobilnya dan segera ke parkiran. Tak menunggu lama, mobil mewah berwarna silver keluar dari parkiran khusus petinggi perusahaan.

Annisa, engkau tak bisa menghindar dariku hari ini! Dan kau Furqan, engkau harus bisa menarik perhatiannya! Furqan berbicara pada dirinya sendiri.

Furqan melajukan mobilnya dengan cepat karena kondisi jalan yang sedang sunyi. Kesempatan baginya agar segera sampai di tempat tujuan.

40 menit kemudian, mobil mewah Furqan masuk keparkiran rumah makan "SAHABAT". Furqan keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam. Dia memilih meja paling sudut agar leluasa memperhatikan Annisa.

"Pelayan!"

Hendra menghampiri Furqan. "Iya pak, bapak pesan apa?"

"Saya pesan minuman saja!"

"Baik, ditunggu sebentar ya, pak!"

"Oke!"

Hendra ke dapur untuk meminta pesanannya Furqan.

Tidak lama menunggu, pesanannya pun datang. Sesungguhnya Furqan tak ingin minum, tapi jika tidak memesan minuman atau makanan dirinya akan di suruh keluar.

Annisa, kau membuatku seperti orang bodoh saat ini. Untuk itu, aku harus mendapatkanmu!

Annisa yang akan mengantar pesanan pelanggan kaget melihat seseorang yang ingin dihindarinya.

Mengapa dia ada di sini? apa dia sengaja mengawasiku? Ya Tuhan, semoga saja keberadaannya di sini bukan karena aku!

Annisa merasa ada yang memperhatikannya. Ya, siapa lagi kalau bukan Furqan. Untuk menghindari Furqan, Annisa meminta Fitri untuk menggantikannya mengantar pesanan dan dirinya pura-pura ke toilet.

"Kenapa kamu?"

"Gantiin bentar ya, aku mau ke toilet!" Annisa mencari alasan agar Fitri tidak curiga.

"Sis, Annisa mana?" Tanya Fitri pada Siska

"lho, bukannya tadi bareng kamu, kenapa malah nanya ke saya?"

"Dia bilang mau ke toilet, tapi kok lama ya!"

"Mungkin aja dia bersemedi. ha ha ha!" jawab Siska sambil tertawa.

Ke Rumah Paman

Masih di rumah makan

Annisa baru keluar dari toilet. Fitri menghampirinya.

"Lama amat sih ditoilet! Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu lama bersemedi ditoilet!"

"Sesuatu? apa itu? nggak ah, nggak ada apa-apa! lebih baik kita balik kerja, sebelum ratu melihat kemesraan kita, perang dunia pertama akan terulang!" Annisa dan Fitri menahan tawa

sementara Furqan, tujuannya untuk mengawasi Annisa sia-sia. Sudah berjam-jam nongrong, baru sekali melihat Annisa.

"Pelayan!"

Kali ini Egi yang menghampirinya.

"Ia pak, ada yang mau di pesan lagi?"

"Nggak ada. Saya ingin bertemu dengan bosmu. Bisa panggilkan!"

"Baik pak!" Jawab Egi

Egi segera keruangan Bu Farah. Saat Egi hendak mengetuk pintu, Bu Farah lebih dulu membuka pintu.

"Bu, ada pelanggan yang ingin bertemu?"

"Di mana?"

"Di meja nomor 19, Bu!" jawab Egi sambil menunjuk ke arah orang yang di maksud.

"Ya sudah, suruh dia ke ruangan saya!" Perintah Bu Farah pada Egi

Egi pun menghampiri Furqan dan menyuruhnya untuk menemui bos diruangannya.

Furqan mengetuk pintu ruangan Bu Farah.

tok tok

"Masuk! silahkan duduk!"

Furqan duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu. Karena ingin secepatnya pulang, dirinya langsung ketujuannya.

"Bu Farah! saya ingin memesan satu paket makanan dari rumah makan ini, setiap hari Rabu selama enam bulan! dan, harus diantar ke kantor saya. Ibu tidak perlu khawatir, saya bayar tiga kali lipat. Saya yang akan menentukan, siapa yang harus mengantarnya. Bagaimana, Bu Farah setuju?"

"Saya setuju! siapa yang bapak inginkan untuk mengantarkan makanan itu?"

"Pelayan bernama Annisa. Jangan beritahu, kalau dia yang akan mengantar paket makanan ke kantorku, ini alamatnya!"

"Terima kasih atas kepercayaannya!"

"Kalau begitu, saya permisi". Furqan meninggalkan ruangan Bu Farah. Saat keluar ruangan, Furqan berpapasan dengan Annisa yang hendak membawakan pesanan pelanggan. Furqan berlalu tanpa memperdulikan Annisa. Apalagi Annisa, yang selalu menghindari Furqan, berlalu begitu saja tanpa menoleh pada orang yang mengaguminya tersebut.

Saat ini engkau menghindar Annisa Darmawan, tapi Rabu depan, dirimu tak bisa lagi lari dariku! Senyum bahagia terlukis di bibirnya. Kemudian, Furqan kembali kekediamannya.

Karena besok mereka libur kerja, Annisa tidak pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah pamannya Hermawan. Hermawan merupakan adik almarhum bapaknya. Pamannya seorang PNS, golongan empat. Pamannya juga memiliki toko kecil yang cukup maju dan di kelola adik iparnya. Pamannya memiliki dua orang anak, yaitu Fardan dan Aisyah. Fardan masih kuliah sedangkan Aisyah masih sekolah tingkat pertama. Keluarga pamannya sangat menyayangi Annisa. Saat orang tua Annisa meninggal, pamannya mengajak Annisa tinggal bersama mereka, tapi Annisa menolak dengan alasan ingin mandiri.

Sudah cukup lama Annisa tidak bertemu dengan mereka setelah orang tuanya meninggal. Annisa memesan ojek online.

sepuluh menit menunggu, ojek online pun datang.

"Bang, ke alamat ini ya!"

"Baik dek!" jawab si tukang ojek

Sampai di alamat yang di tuju, Annisa turun dan membayar ongkos ojeknya.

"Berapa, pak?"

"30 ribu ,dek!"

Annisa menyerahkan uang lima puluh ribu.

"Kembaliannya untuk bapak saja!".

"Terima kasih dek!" jawab tukang ojek sambil berlalu meninggalkan Annisa

Meskipun hidupnya pas-pasan, tapi Annisa selalu berbagi walau tak seberapa.

Rumah sederhana pamannya masih seperti dulu, asri dan sejuk. Paman dan bibinya rajin menanam bunga dan tanaman pelindung.

Annisa mengetuk pintu dan mengucapkan salam "Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Aisyah yang sedang nonton tivi menjawab dan membuka pintu.

"Kak Annisa....!" Aisyah kaget dan langsung memeluk kakaknya.

"Kak Annisa ke mana saja? mengapa kakak baru datang sekarang? kakak g sayang kita ya?" Annisa tertawa mendapatkan pertanyaan beruntun dari adik sepupunya

"He he he! kamu ini, kalau bertanya jangan kelewatan dong, macam bunyi kereta lewat aja".

"Paman dan bibi dah tidur?"

"Udah kak". jawab Aisyah

"Ya udah kalau gitu, kakak langsung tidur aja. Soalnya kakak sangat lelah!"

"Tunggu kak, aku juga dah mau tidur, dah ngantuk!"

Mereka berduapun tidur dalam satu kamar karena rumah pamannya hanya memiliki tiga kamar.

Annisa bangun lebih pagi untuk melaksanakan kewajibannya dan tidak lupa membangunkan adiknya. Karena kebiasaan itu sudah ditanamkan sejak masih kecil, akhirnya mereka terbiasa. Tak pernah ada keluhan walau harus bangun tengah malam atau subuh.

Setelah selesai Shalat subuh, Annisa dan Aisyah pergi ke dapur untuk membuat sarapan.

Meskipun sarapan yang mereka buat hanyalah bubur ayam tapi sangat nikmat jika disantap bersama keluarga. Aisyah dan Annisa menunggu bapak, ibu dan kakaknya Fardan

"Kak, pasti orang di rumah ini bakalan heboh karena melihat kakak pagi-pagi sudah ada di sini!" Ujar Aisyah pada Annisa dengan senyum khasnya.

"Pak Hermawan dan istrinya keluar dari kamar. Mereka berdua kaget melihat ada Annisa.

"Annisa...kapan kamu datang nak?" tanya Bu Tuti. Belum sempat keponakannya itu menjawab, Bu Tuti balik tanya pada suaminya.

"Pak, ni anak kapan datangnya? pagi-pagi begini udah duduk manis dengan Aisyah, dimeja makan pula!"

"Mengapa ibu tanya sama bapak? bapak aja kaget. Sekarang aja kagetnya belum hilang". pak Hermawan kembali diam dan menatap keponakan dan anaknya.

"Ehemm! Paman, bibi, saya berada di sini sejak semalam. Saat saya tiba di rumah, paman, bibi dan juga Fardan sudah tidur. Hanya bocah ini yang matanya masih terbuka di depan tivi". Jawab Annisa sambil melirik Aisyah. Merasa di lirik, Aisyah pun cengar cengir sendiri.

"lho, kok ada kak Annisa!" reaksi Fardan sama dengan orang tuanya.

"Hari ini kakak libur! selesai kerja kakak langsung ke sini. Kakak kangen kalian semua. Dah lama juga kan, kakak ke sini?!" Jelas Annisa

"Sekarang kita sarapan dulu, selesai sarapan baru dilanjutkan obrolannya!" Bu Tuti menyela dan mengajak keluarganya menikmati sarapan paginya

Setelah selesai sarapan, Annisa dan Aisyah membersihkan meja makan. Paman, bibi dan Fardan ke ruang tengah. Tak lama, Annisa dan Aisyah ikut bergabung.

"Paman, bibi, maafin Nisa yah, karena baru bisa menemui kalian. Bukan Nisa tidak mau, tapi setelah bapak dan ibu meninggal, selain Nisa kuliah, Nisa juga kerja. Alhamdulillah, Nisa bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu. Dan sekarang, Nisa dah kerja dirumah makan!" Annisa menceritakan keadaannya

"Nisa, apa tidak ada keinginan untuk tinggal bersama paman? tidak baik anak gadis tinggal sendiri, bahaya nak! Paman akan merasa bersalah pada almarhum bapakmu. Paman sudah berjanji untuk menjagamu. Memang, rumah paman tidak mewah, tapi kehidupan paman jauh lebih baik dari abang. Paman bisa memenuhi kebutuhanmu. Kamu tidak ada bedanya dengan Fardan dan Aisyah, kamu juga putri paman. Kamu tidak harus menghadapi semua kesulitan sendirian. Jangan membuat paman menanggung dosa Nisa!" Kesedihan nampak jelas di wajah pak Hermawan saat berbicara dengan keponakannya.

"Paman, terima kasih sudah menyayangi dan peduli denganku. Bukannya aku tidak mau paman, Nisa tidak ingin jadi beban bagi paman. Paman memiliki tanggung jawab, ada Fardan dan Aisyah yang sangat membutuhkan paman dan bibi. Nisa lebih bahagia seperti ini paman. Jangan sampai adik-adikku mengalami nasib sepertiku, kehilangan kasih sayang orang tuanya!" Annisa memeluk pamannya. Annisa berusaha untuk tidak menangis, tapi air matanya seperti diundang, hadir dengan sangat sempurna.

Bu Tuti, Fardan dan Aisyah ikut nangis. Keluarganya sangat menyayangi Annisa. Bu Tuti berdiri menghampiri dan memeluk Annisa.

"Nisa, jika kamu butuh sesuatu, jangan ragu untuk memberitahu paman dan bibi. Kami akan selalu ada untukmu nak! sering-seringlah menemui kami!" Bu Tuti mengingatkan Annisa

"Iya Bi, mulai sekarang Annisa akan sering menemui kalian!".

Fardan yang tadinya diam mulai bersuara. "Sekarang, jangan ada yang sedih lagi. Kita semua harus semangat dan bahagia. Kalau sedih terus, bisa-bisa aku jadi gemulai dan namaku berganti menjadi Farida!" Kelakar Fardan membuat semua orang tertawa.

Tak terasa hari sudah siang. Annisa memberitahu pamannya akan pulang ke rumahnya siang ini. Ternyata pamannya sudah menyiapkan sesuatu untuknya.

"Nisa, terimalah ini. Kamu tidak boleh menolak pemberian paman dan bibi!" Pamannya memberikan amplop yang berisi uang tunai pada Annisa

"Apa ini paman?" tanya Annisa.

"Bukalah!"

Annisa membuka amplop yang diberikan pamannya. Ia kaget melihat uang yang menurutnya cukup banyak. Sebelum ia bicara, paman lebih dulu angkat suara

"Jangan menolak, jangan protes, itu hakmu nak!"

"paman...!" Annisa memeluk pamannya karena terharu. Bu Tuti, Fardan dan Aisyah pun merasakan hal yang sama.

Karena sudah waktunya pulang, Annisa pamit pada keluarganya.

"Paman, bibi, Ais, saya pamit pulang ya. Nanti aku ke sini lagi!"

"Hati-hati ya, nak!" Ucap pak Hermawan dan Istrinya bersamaan

"Hati-hati kakakku yang cantik, nanti ada cogan yang culik, he he he!" Ucap Aisyah dengan bercanda.

"Iya adikku yang cerewet!"Jawab Annisa sambil mencubit pipi Aisyah

"Assalamualaikum!" Annisa mengucapkan salam

"Waalaikumsalam!" jawab mereka bersamaan

Annisa naik ojek yang telah ia pesan sebelumnya. Satu jam perjalanan, Annisa pun sampai di rumahnya. Annisa turun dan membayar ongkos ojeknya. Sebelum masuk ke dalam rumah, Annisa mengamati sekelilingnya, khawatir si penguntit muncul lagi. Karena merasa aman, Iapun masuk ke dalam rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!