NovelToon NovelToon

Road To Immortality

Nang In - Prolog

Sejak zaman dahulu, Benua Surga Utara selalu menjadi medan pertempuran antara Aliansi Cultivator dengan sosok yang digadang - gadang sebagai Manusia Dewa.

Bahkan ketika seluruh Cultivator baik dari aliran putih maupun hitam di seluruh Benua Surga Utara bersatu, mereka belum cukup kuat untuk mengalahkan Manusia Dewa beserta pengikutnya, karena memang perbedaan kekuatannya terlampau jauh, berabad - abad lamanya bangsa manusia menderita kekalahan yang begitu mengerikan, mereka berharap mendapat petunjuk dari surga agar mampu membalikkan keadaan, hingga pada satu kesempatan.

Muncul 7 Cultivator yang mempunyai kekuatan yang diluar akal sehat, mereka dikenal dengan sebutan Heaven Seal.

Heaven Seal adalah Cultivator yang di dalam tubuhnya tersegel salah satu dari 7 Divine Beast, tujuh hewan suci yang mempunyai kekuatan untuk menghancurkan gunung.

Cultivator yang berpredikat sebagai Heaven Seal, mempunyai kekuatan luar biasa hingga mampu menekan Manusia Dewa dan mengurungnya di dalam dimensi lain, lebih tepatnya di dalam Gunung Kegelapan.

Setelah perang usai, seluruh penduduk Benua Surga Utara bersuka cita, mereka berbondong - bondong membangun monumen juga kuil sebagai bentuk terima kasih kepada Ketujuh Heaven Seal.

Para Kaisar tidak mau kalah, mereka menjunjung tinggi kehormatan Ketujuh Heaven Seal yang telah menyegel Manusia Dewa, mereka dibanjiri pujian dan kekayaan yang berlimpah ruah, tetapi tidak sedikit dari Heaven Seal yang memilih mengucilkan diri di suatu tempat, memisahkan diri dari dunia Cultivator.

Ribuan tahun telah berlalu semenjak hari itu, kedamaian kembali tercipta meski tidak lama.

Karena dunia kembali memasuki zaman pertikaian antara sesama manusia dan sesama Cultivator yang memperebutkan kejayaan.

Perang aliran hitam dan aliran putih kembali terjadi, Heaven Seal yang seharusnya menjadi penengah antar kedua kubu justru ikut memperkeruh suasana dan berperang satu sama lain.

**

Desa Udang, desa kecil yang berada di pojok selatan kota Ikan Hijau, terkenal akan keramahan penduduk juga keanekaragaman budayanya, desa itu begitu damai dan tenteram, tetapi pada suatu hari.

Langit di Desa Udang tampak sangat berbeda, awan gelap menghiasi udara, hujan deras jatuh tanpa henti, warna merah mewarnai langit dan menutupi daratan, semuanya ternodai oleh lautan darah dari nyawa manusia yang tak terhitung jumlahnya.

Di desa yang telah menjadi reruntuhan itu, terlihat seorang Pria berusia 30 tahun sedang kelelahan karena terus bertarung seorang diri melawan puluhan Prajurit Berjubah Hitam, ratusan mayat bergeletakan kerena ulahnya.

Di belakang Pria itu bersembunyi seorang anak berusia 5 tahun yang tengah menggigil ketakutan, tangan kanannya menggenggam erat sesuatu yang dianggap penting seperti nyawanya sendiri.

"kenapa? kenapa bisa sampai seperti ini!?" air mata mengalir deras di pipi anak itu, meski seberapa keras hatinya menolak peristiwa sadis ini, kenyataan di depan matanya menampar keras mentalnya.

"In'er tetap di belakangku, jangan bergerak sedikit pun!" Pria itu berseru ke anak yang bernama Nang In yang berada di belakangnya.

"Baik Paman!"

"Kalian kemarilah! atas nama langit! aku berjanji akan membalaskan kematian seluruh warga desa ini!" Pria itu berseru lantang ke arah puluhan Prajurit Berjubah Hitam yang perlahan mundur.

Pria itu bernama Shen Li, keadaannya sungguh mengenaskan, tangan kirinya hilang, nafasnya memberat, luka tebasan menjalar di sekujur tubuh, sekedar berjalan pun kesulitan, meskipun begitu, saat Shen Li melangkah ke depan justru Pasukan Berjubah Hitam mundur dengan tubuh gemetaran, bahkan ada yang menangis di tempat karena tidak kuasa menahan aura pembunuh yang dikeluarkan Pria tersebut.

"Kalian para Sampah sungguh memalukan!" suara misterius terdengar dari balik kabut kegelapan, Sosok Bertudung Hitam dengan logo tengkorak naga muncul seorang diri.

Kedatangannya menambahkan kesan mencekam bagi siapa saja yang melihatnya, walaupun kedatangannya merupakan bala bantuan bagi pasukan berjubah hitam, tapi tidak satu pun dari mereka yang menganggapnya demikian, justru mereka menganggapnya sebagai Dewa Kematian yang siap mencabut nyawa.

Salah seorang Prajurit Berjubah Hitam menghampiri Sosok Bertudung yang baru muncul tersebut, "Tuan! monster ini begitu tangguh, kami tidak sanggup menanganinya"

Sosok Bertudung itu berjalan melewati Prajurit dengan santai, beberapa detik setelahnya garis darah muncul dan kepala Prajurit itu sudah terjatuh dari tubuhnya.

Kejadian ini sontak membuat histeris Pasukan Berjubah Hitam, mereka semua panik dan langsung bersujud di tempat agar tidak diberi hukuman berupa kematian.

"Kalian membuat malu nama Black Skull Valley!" Sosok Bertudung Hitam menghunuskan pedangnya, dalam beberapa kali ayunan, darah segar bercucuran keluar membasahi tanah, semua kepala Pasukan Berjubah Hitam terpisah dari tubuhnya.

Melihat pembunuhan itu membuat lemas kaki Nang In, bagaimana pun dia cuman seorang anak berusia 5 tahun, sedangkan Shen Li mendengus dingin, matanya memancarkan ketidaksenangan yang begitu dalam saat melihat sosok bertudung di hadapannya.

"Apa Black Skull Valley kehilangan ketenangannya hingga mengirim dua Soul Wendering untuk meratakan desa miskin seperti ini?" Shen Li melirik Sosok Bertudung di depannya dengan tajam.

Sosok bertudung hitam melirik ke salah satu mayat yang tergeletak tidak jauh darinya, "Tidak ku sangka Tua Bangka itu dapat dikalahkan olehmu, benar - benar mengejutkan!"

"Aku juga tidak menyangka akan datang hari di mana aku bisa bertarung lagi denganmu....Kak!" kilauan dingin melintas di matanya, meskipun yang dihadapannya adalah Kakaknya sendiri, Shen Li tidak akan ragu untuk menghunuskan pedangnya.

Nang In terkejut ketika Pamannya memanggil sosok yang memimpin pasukan untuk meratakan desa dengan sebutan....Kakak?

"Sejak Ayah dan Ibu tiada, aku sudah lama memutus hubungan menjijikan itu denganmu, jadi jangan panggil aku dengan sebutan itu!" Sosok Bertudung Hitam mencibir dengan jijik.

"Terlepas dari apa yang terjadi di masa lalu, untuk sekarang dan seterusnya kita masih terikat dengan hubungan darah Kak, meski tindakanmu sekarang sangat melampaui batas! aku masih menganggapmu sebagai saudara!" Shen Li mengepalkan tangannya, tidak disangka Kakaknya yang baik hati dan polos itu kini telah berubah.

"Melampaui batas? jika saja kau mau menyerahkan demon jade itu, maka peristiwa ini mustahil akan terjadi!" balas Sosok Bertudung Hitam.

"Peristiwa ini akan selalu terjadi, jika orang - orang seperti kalian ada, kalaupun aku memberikan demon jade itu dan membuat desa ini aman, bagaimana dengan nasib tempat lain? bukankah dengan benda itu kalian akan membuat kekacauan di mana - mana? berapa banyak lagi korban yang harus berjatuhan Kak!?" Shen Li mengigit bawah bibir, ia tidak bisa membayangkan kekacauan apa yang akan terjadi jika demon jade itu jatuh di tangan yang salah, terutama jatuh di tangan Black Skull Valley.

"Bocah bodoh! kau terlalu lama bersarang di dalam Kuil hingga pikiranmu begitu munafik, sejak kecil kita bagaikan cahaya dan kegelapan, kau sangat baik dengan bakat yang berlimpah, sedangkan aku, aku hanya Kakak bodoh yang selalu memendam iri hati dan kebencian yang mendalam, saat ada seseorang yang benar - benar tulus mengakuiku, kenapa... kenapa kau malah merenggutnya!" nada bicara Sosok Bertudung Hitam itu kian meninggi.

"Sudah ku bilang, aku ti-"

"Cukup! tidak ada lagi yang harus dibicarakan!" Sosok Bertudung Hitam menjentikan jarinya.

Pada saat yang sama, bayangan di belakangnya meluas seolah membentuk gerbang hitam, ratusan mayat dari berbagai jenis mayat Demonic Beast muncul.

Menyadari situasinya yang semakin berbahaya, Shen Li mengirimkan suara yang hanya bisa didengar oleh Nang In.

"In'er, cepat bawa pergi Demon Jade itu!"

"Tapi Paman?!" Nang In tentu saja tidak mau meninggalkan Pamannya sendiri, kalau dia harus lari, maka harus dengan Pamannya.

"Cepat! kita tidak mempunyai banyak waktu lagi!"

"Ta- "

"Pergi!" bentak Shen Li membuat Nang In tertegun.

Nang In menggenggam erat Demon Jade di tangannya, rasa sesal, marah, seluruh perasaan negatif yang terkumpul kini kian memuncak!

"Kenapa Paman! hanya karena benda terkutuk ini, seluruh warga desa terbunuh? kenapa? bahkan kau sampai rela mengorbankan nyawamu demi benda ini!?"

"In'er kau akan tidak mengerti, cepat pergi dari si-" ucapan Shen Li terhenti karena melihat Nang In yang tengah memasukkan demon jade ke dalam mulutnya.

"Karena benda ini seluruh warga desa terbunuh, seharusnya benda terkutuk ini tidak pernah ada dunia ini!"

Nang In berniat menelan demon jade tersebut.

"Hentikan, aku mohon jangan telan giok itu, aku berjanji akan bertanggung jawab untuk semua perbuatanku Nak, tapi tolong jangan memakan benda itu!" melihat hal itu, Sosok Bertudung Hitam memohon kepada Nang In.

"Persetan dengan semua itu!" Nang In menelan demon jade itu lalu berlari meninggalkan tempat pertarungan.

Sosok Bertudung Hitam mendengus dingin, hawa membunuh keluar dari tubuhnya, "Tangkap anak itu! persembahkan mayatnya untuk Yang Mulia!"

Saat perintah selesai diucapkan, ratusan mayat yang terdiri dari berbagai Demonic Beast berlari mengejar Nang In dengan gila.

Shen Li yang melihat perbuatan Nang In hanya tersenyum ringan, "Tidak akan ku biarkan!" ia seketika menghadang ratusan mayat Demonic Beast, tetapi di saat yang sama Sosok Bertudung Hitam muncul dari belakang dan menghujani Shen Li dengan serangan.

"Kau sangat mengganggu!" Sosok Bertudung Hitam mengayunkan pedangnya dengan ganas.

Shen Li sedikit memiringkan tubuhnya hingga jarak antara pedang dengan dirinya hanya sehelai rambut.

Shen Li menghindar dengan baik lalu mundur beberapa langkah mengambil nafas, tubuhnya sudah mencapai batas, meski begitu, ia tidak bisa membiarkan Kakaknya menangkap Nang In.

"Sudah saatnya memutuskan hubungan yang menjijikan ini!" bayangan Sosok Bertudung Hitam melebar dan muncul kepala mayat naga raksasa yang terbalut api berwarna biru, seakan menyedot udara di sekitarnya, energi hitam terus terkumpul di dalam mulut naga itu.

Melihat Kakaknya yang seperti itu membuat hati Shen Li bersedih, bagaimana pun juga mereka tetaplah saudara, tapi ia juga tidak bisa memaafkan perbuatan Kakaknya yang telah membantai warga desa.

Shen Li mengangkat satu tangannya, cahaya keemasan yang menyerupai pedang muncul disekitarnya, pedang cahaya berjumlah puluhan bahkan ratusan berkumpul pada satu titik membentuk pedang berukuran raksasa.

"Apa memang harus seperti ini Kak!?"

"Seharusnya kita lakukan ini sejak dulu! Roar Of Death Dragon!" kepala mayat naga menyemburkan bola hitam ke arah Shen Li.

"Sword Light Of Judgment!" Shen Li mengayunkan tangannya, seketika pedang cahaya yang berukuran raksasa itu melesat menuju Sosok Bertudung Hitam.

Bola hitam dan pedang cahaya saling bertubrukan menghasilkan ledakan yang membumihanguskan segalanya yang ada di area itu.

**

Nang In yang tengah berlari terkejut karena sebuah ledakan terjadi di tempat pertarungan Pamannya, batinnya ingin kembali tetapi sadar, kehadirannya akan menjadi beban.

"Paman semoga kau baik - baik saja!" Nang In hanya bisa mendoakan Pamannya baik - baik saja.

Saat ini ia sedang melarikan diri dari pasukan mayat Demonic Beast, tampaknya mereka lebih ganas saat memasuki kawasan hutan.

Raungan Demonic Beast membuat Nang In semakin cepat berlari, entah kenapa nafasnya seperti tidak mempunyai batas, mungkin karena adrenalinnya sedang terpacu.

Sampai di tengah hutan, Nang In memilih memasuki gua yang hanya muat dimasuki olehnya, para mayat Demonic Beast mendengus dingin karena tidak bisa masuk, mereka mencari rute lain untuk mengejar Nang In.

Nang In terus berlari di dalam gua hingga senyuman terukir jelas di wajahnya saat melihat secercah cahaya yang menjadi pintu keluar.

"Paman, aku akan mencari bantuan, jadi tung-" ucapan Nang In terhenti karena sadar, dirinya sekarang tidak menapak di daratan melainkan sudah terjatuh ke dalam jurang, gua kecil yang Nang In lewati ternyata menuju ke sebuah jurang yang dalam.

Nang In tidak bisa tidak mengutuk kebodohannya dalam hati, ia pun jatuh ke dalam jurang yang dibawahnya terdapat laut yang begitu deras dan terhanyut di dalamnya.

Nang In - Prolog

Kakek dan Nenek

Benua Surga Utara dikelilingi oleh lautan misterius yang bernama Laut Lintang Utara, tidak banyak yang mengetahui tentang lautan ini karena sangat berbahaya.

Banyak Cultivator yang mencoba menguak misteri lautan ini tapi selalu gagal, mereka selalu berakhir di dalam mulut Demonic Beast tipe air, kalau pun bertahan, mereka tetap akan menghilang dan tak pernah kembali lagi.

Tetapi di laut misterius itu, terdapat sebuah pulau yang tertutupi kabut pekat, terlihat seorang Pria Paruh Baya sedang menangis histeris, wajahnya yang penuh keriput begitu kontras dengan tingkahnya yang menangis seperti bayi yang tidak berdaya.

"Kenapa kau pergi lagi Yue'er! padahal kau tau, aku tidak bisa hidup jika tidak berdekatan denganmu!" Pria Tua itu menjambak rambutnya dengan frustrasi, "Bodohnya aku! kenapa harus membicarakan wanita lain di depanmu,

Padahal kita sudah bercinta lebih dari 500 tahun lamanya, kenapa? kenapa cuman permasalahan kecil seperti ini kau tega meninggalkanku, Yue'er!"

Pria Paruh Baya itu terus menangis dan mengoceh tanpa henti, sampai ia melihat sesuatu yang tergeletak di tepi pantai, ia pun dengan sigap menghampirinya dan terkejut ketika melihat sesuatu itu.

"Seorang anak? bagaimana bisa sampai di pulau ini?" Pria Paruh Baya itu terkejut ketika melihat seorang anak laki - laki tergeletak tak sadarkan diri, darah segar terus mengalir di tubuh anak itu, tanpa pikir panjang ia langsung mengendong dan membawanya ke dalam pulau.

**

"Ughh Kepalaku sakit, apa yang terjadi?" Nang In membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah langit atap yang terbuat dari kayu yang bisa rubuh kapan saja.

"Di mana ini? apa yang terjadi padaku?" Nang In melirik ke tubuhnya yang terbalut kain berwarna putih, terlihat bekas noda darah yang keluar tetapi tidak merasa sakit.

Matanya menelisik ke sudut ruangan, tidak ada barang lain selain benda empuk yang dia duduki, juga tidak ada seorang pun kecuali dirinya di dalam ruangan.

Nang In mencoba mengingat kejadian sebelumnya, ingatan yang begitu mengerikan terlintas jelas, satu persatu warga desa terbunuh tanpa ampun di depan matanya. Shen Li, paman yang selalu menjaganya kini tidak diketahui kabarnya.

Tanpa sadar air matanya tumpah, nafasnya begitu berat, perasaan yang begitu menyesakkan menyelimuti dirinya.

"Kenapa? kenapa semua ini bisa terjadi!" Nang In menangis sejadi - jadinya, ia masih terpukul dengan peristiwa baru yang menimpa dirinya.

Tanpa Nang In sadari, seorang wanita tua mendengar tangisannya dari luar rumah.

"Sepertinya ini bukan waktu yang tepat" wanita tua itu seperti ingin masuk, tapi melihat keadaan Nang In yang sedang berduka, ia mengurungkan niatnya lalu melangkah pergi.

Seharian penuh Nang In tidak bergerak dari tempatnya, ia masih menangis karena terpisah pamannya satu - satunya keluarga yang ia punya. Sejak kecil Nang In tidak dirawat oleh orang tuanya, menurut cerita paman, ibunya telah meninggal saat melahirkan dirinya, sedangkan ayahnya menitipkan Nang In pada Shen Li, lalu setelah itu ayah Nang In menghilang tanpa kabar.

Nang In baru berhenti menangis ketika matanya menghitam karena lelah, beban di hatinya pun dapat terbebaskan meskipun sedikit.

Beberapa saat setelah Nang In tenang, wanita tua itu masuk ke dalam ruangan sambil membawa sebotol giok di tangan kanannya.

"Bagaimana keadaanmu Nak?" tanya wanita tua itu.

Mendengar wanita tua itu bertanya, bukannya menjawab ia malah balik bertanya, "Maaf, apakah Nenek yang menyelamatkanku?"

Wanita Tua itu mengangguk ringan, "Suamiku yang menemukanmu dan aku yang mengobati lukamu"

"Kalau begitu terima kasih, aku berutang nyawa pada Nenek" Nang In membungkukkan badannya tiga kali sebagai bentuk rasa terima kasihnya.

"Tidak perlu sungkan, minum ini, ramuan itu akan menguatkan tubuhmu" wanita tua itu tersenyum sambil memberi sebotol giok kepada Nang In.

"Terima kasih"

"kau lapar Nak?"

"Aku tidak lap-"

Kriiiiuuuuuuk!

"Kau tidak bisa membohongi perutmu, ayo keluar, aku sudah menyiapkan makan malam" wanita tua itu tersenyum ringan sambil melangkah keluar.

Nang In menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia masih merasa malu karena perutnya tidak bisa sedikit berbohong, "Baik Nek"

Nang In pun keluar dan terkejut ketika melihat matahari terbenam dan lautan biru yang membentang luas seperti tidak ada ujungnya.

Pijakan dengan alas pasir yang lembut, angin sore yang berhembus dengan manja, desiran ombak dan kicauan burung camar membuat suasana menjadi lebih tenang, benar, ini adalah suasana pantai.

Seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Nang In mengusap matanya beberapa kali berusaha memastikan apakah ini nyata atau mimpi.

"Pu - Pulau? kenapa aku bisa terdampar di sebuah pulau!?" Nang In tidak bisa tidak terkejut, matanya menjelajah di sekeliling pantai, dia tidak menemukan apa pun, kapal, rumah, bahkan penduduk, benar - benar pantai yang polos.

"Hoi bocah, kemarilah" dari kejauhan terlihat seorang pria tua melambaikan tangan ke arahnya.

Pria Tua itu adalah orang yang menemukan Nang In di tepi pantai, di sampingnya, duduk wanita tua yang telah mengobati lukanya, keduanya tengah memanggang daging sate berukuran besar.

"Baik Kek" Nang In berteriak sambil mendekat ke arah dua lansia itu.

Setelah mendekat, Nang In langsung membungkukkan badannya tiga kali kepada pria tua yang ada di depannya, "Terima kasih karena telah menolongku Kek"

"Hahaha tidak perlu sungkan bocah! aku juga harus berterima kasih, karena berkatmu, aku tidak perlu tidur sendiri, benar begitu Yue'er~? " pria tua itu tersenyum genit ke arah wanita tua yang ada di sampingnya.

"Tentu saja kau tidak akan tidur sendiri, melainkan berdua dengan anak ini!" wanita tua itu melirik ke arah Nang In.

"Tidak, bukan itu maksudku! aku hanya bisa tidur jika berada di sampingmu Istriku! aku ti-"

Duag!

Ucapan pria paruh baya terpotong karena wanita tua itu memberikan pukulan penenang membuat benjolan besar di kepala pria tua itu.

"Berhenti bersikap seperti anak kecil Tua Bangka! kau membuat malu saja! aku belum memaafkan ucapanmu karena membicarakan wanita lain dihadapanku, seperti yang ku ucapkan, seminggu ini kita tidak akan tidur bersama, jika kau membuatku kesal lagi, akan ku tambahkan waktu hukumanmu, paham!" wanita tua itu mengomel sambil menunjuk pria tua disampingnya.

"Baik Istriku, baik" pria tua itu langsung duduk simpuh, wajahnya menunduk lemas tak berdaya, ia hanya bisa mengangguk - ngangguk seperti ayam mematok jagung, karena jika asal bicara, mungkin istrinya akan lebih marah padanya.

Melihat pemandangan itu membuat hati Nang In sedikit terhibur, bagaimana pun ia membutuhkan bantuan orang lain untuk mengikis kesedihannya.

Menyadari Nang In yang memperhatikannya, wanita tua itu batuk ringan sebagai pengalih perhatian, "Silahkan duduk Nak, maafkan sikap Suami Nenek yang kekanak - kanakan"

"Tidak apa Nek, sekali lagi, terima kasih karena telah menolongku, perkenalkan namaku Nang In"

"Sudah ku bilang tidak perlu sungkan, perkenalkan namaku Lin Yue, kau bisa memanggilku Nenek atau Bibi Lin, sedangkan Pria Tua ini-" Lin Yue menyenggol bahu pria tua di sampingnya.

"Ah benar, perkenalkan namaku Zhou Jin, kau bisa memanggilku Paman Zhou" Zhou Jin tersenyum ringan ke arah Nang In.

"Salam kenal Pam-"

Kriiiiuuuuuuk!

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, suara perut Nang In kembali terdengar membuat suasana hening seketika, ia hanya tersenyum canggung, sementara kedua lansia itu menggeleng ringan.

"Haha Kalau begitu ayo kita makan, kau harus merasakan sate Beruang buatan Istriku yang lezat ini, makanlah!" Zhou Jin memberikan daging sate berukuran jumbo kepada Nang In.

Tanpa pikir panjang Nang In langsung melahap daging sate itu, kelezatan daging yang tiada tara menari - nari di atas lidahnya.

Di bawah rembulan yang hampir naik ke langit, mereka bertiga memakan daging sate dengan lahapnya.

Demon Jade

Setelah mengisi perut, Zhou Jin dan Lin Yue menjelaskan seluk beluk tentang pulau yang mereka tempati kepada Nang In.

"Nama Pulau ini adalah Pulau Rempah, pulau besar yang terletak di Laut Lintang Utara" Zhou Jin menjelaskan sembari sesekali meneguk air manis dari botol gioknya.

Sesuai namanya, Pulau Rempah adalah pulau dengan makhluk hidup dan sumber daya alam yang begitu melimpah, surga rempah - rempah yang langka, sarang dari berbagai jenis demonic beast, tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman herbal yang berkhasiat tinggi.

Pulau ini lebih mirip ruangan harta bagi para Juru Masak yang haus akan bahan - bahan berkualitas, juga menjadi surga bagi para Cultivator yang menginginkan sumber daya untuk memaksimalkan tingkat Cultivasi nya.

Zhou Jin dan Lin Yue meskipun keduanya terlihat seperti lansia yang berusia 60 tahun, faktanya mereka berdua sudah berumur hampir 500 tahun dan mengaku baru beberapa tahun tinggal di pulau ini, tentunya bagi seorang Cultivator berumur panjang adalah hal yang lumrah, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi Cultivator untuk mencapai keabadian.

Nang In mengelus dagu tampak menyadari sesuatu, "Bukankah tidak ada daratan selain di Benua Surga Utara?"

"Sepertinya itu hanya omong kosong belaka, bukankah pulau ini merupakan salah satu bukti bahwa ada daratan selain Benua Surga Utara?" Zhou Jin memiringkan kepalanya.

Nang In tertegun, ia selalu percaya bahwa tidak ada daratan selain di Benua Surga Utara, lagi pula itu adalah pengetahuan umum yang diketahui semua orang, jadi ia terkejut karena dirinya terdampar di luar Benua.

"In'er kau berasal dari Kekaisaran mana?" tanya Lin Yue, menyadarkan lamunan Nang In.

Nang In menjelaskan bahwa ia tinggal di Desa Udang, terletak di pinggiran pantai Kota Ikan Hijau, masih dalam kekuasaan Kekaisaran Blue Diamond.

Zhou Jin menaikkan satu alisnya, "Hmm lantas kenapa kau bisa terdampar di pulau ini?"

Nang In menceritakan bagaimana dia terdampar secara singkat, saat mendengar cerita bahwa Nang In menelan Demon Jade membuat ekspresi kedua lansia itu berubah.

"Kau memakannya!?" Zhou Jin dan Lin Yue terkejut ketika mendengar perkataan Nang In.

"Ada apa Paman, Bibi? tidak salah bukan?" Nang In kembali mengingat bagaimana warga desa dibantai hanya karena benda kecil itu, membuatnya sangat geram dan ia tidak menyesal telah menelan benda itu.

Zhou Jin terbelak kaget, ia mencengkram kedua lengan Nang In, "In'er! apa kau tau benda apa yang telah kau makan itu?"

Nang In menggeleng kepala, membuat kedua lansia itu menepuk jidat.

Zhou Jin menghela nafas lalu menjelaskan, " demon jade adalah giok terkutuk yang tercipta dari ribuan jiwa manusia yang tertumbal di dalamnya!"

Giok itu merupakan salah satu dari 6 Divine Weapon, senjata ilahi yang digunakan Manusia Dewa untuk melawan Seven Heaven Seal.

Karena Manusia Dewa telah tersegel di dalam Gunung Kegelapan, 6 Divine Weapon terpencar hingga ke pelosok Benua Surga Utara, bahkan dirumorkan ada yang tersebar hingga ke luar Benua.

Demon Jade, giok yang mempunyai kesadarannya sendiri, jika diletakkan di tengah - tengah medan peperangan yang berkecamuk, secara otomatis, giok itu akan menyerap habis emosi negatif dari jiwa - jiwa makhluk hidup yang telah mati disekitarnya, semakin diletakkan di lokasi yang penuh dengan penderitaan, semakin kuat pula demon jade tersebut.

Selain itu, Demon Jade membuat pemiliknya selalu merasakan haus akan darah, dengan kata lain, giok ini membuat Nang In menjadi seorang maniak Pembunuh.

Maka dari itu, Manusia Dewa begitu sulit dikalahkan karena menyerap energi jahat dari Demon Jade, membuatnya semakin kuat setiap saatnya dan bisa dibayangkan jika seorang anak berusia 5 tahun menelan benda yang menyimpan ribuan jiwa tersebut? sudah pasti kematianlah jawabannya!

Melirik ke arah Lin Yue yang memasang ekspresi khawatir, Nang In bertanya, "Apakah separah itu Bi?"

Lin Yue menghela nafas lalu berkata, " Tentu saja In'er, secara tidak langsung giok itu akan memakan masa hidupmu, ketika masa hidupmu sudah habis, maka mayatmu akan menjadi wadah bagi Demon Jade itu sendiri!"

Mata Nang In melebar, ia benar - benar terkejut bahwa dirinya akan mati hanya karena menelan benda kecil itu, bahkan setelah mati pun ia tidak beristirahat dengan tenang? yang benar saja!

"Tapi jika aku tidak memakannya, bukankah lebih berbahaya jika Black Skull Valley yang mendapatkannya?"

Zhou Jin dan Lin Yue merenung sesaat lalu mengangguk, perkataan Nang In memang benar, jika sampai Master Sect Black Skull Valley yang mendapatkan Demon Jade itu, maka keseimbangan Benua Surga Utara akan goyah, mereka pasti akan memulai perang terhadap aliran putih.

Namun membiarkan Nang In menelan giok terkutuk itu juga bukan solusi yang benar, mungkin saat ini Nang In telah menjadi incaran Black Skull Valley, bahkan sudah menjadi incaran seluruh aliran hitam, lupakan menjadi seorang buronan, lagi pula ia akan mati karena berumur pendek!

"Apakah ada cara untuk menyelamatkanku Bi?"

Setelah memikirkan sesuatu, Lin Yue berkata, "Ada satu cara untuk menyelamatkanmu"

Mata Nang In memancarkan kilauan, "Sungguh? cara apa itu Bi?"

"Julukan Queen Of Science memang bukan main - main, aku jadi semakin mencintaimu Istriku~" Zhou Jin memuji sambil mengarahkan tubuhnya ke Lin Yue, bermaksud untuk memeluknya.

Namun Lin Yue mendengus dingin, membuat Zhou Jin mengurungkan niatnya.

Menghiraukan Zhou Jin, Lin Yue menatap Nang In dengan serius, "Kau harus menjadi Cultivator yang kuat hingga sanggup menekan keberadaan demon jade itu sendiri!"

"Aku harus menjadi Cultivator kuat? hanya itu Bi?" Nang In memiringkan kepalanya.

"Terdengar mudah, tetapi nyatanya cara ini merupakan jalan yang penuh dengan resiko, tapi ini lebih baik dari pada membiarkan tubuhmu diambil alih"

Sebenarnya Lin Yue sempat berpikir untuk melenyapkan Demon Jade bersama dengan Nang In, karena jika Demon Jade sampai mempunyai sebuah tubuh, itu akan menjadi bencana bagi Benua Surga Utara, mengingat keselamatan satu Benua dipertaruhkan, ia tidak akan ragu untuk membunuh Nang In.

Namun, apakah dengan membunuh Nang In membuat Demon Jade menjadi lenyap? mengingat bahwa ini salah satu dari 6 Divine Weapon, tentu tidak akan lenyap dengan mudah, justru dengan membunuh Nang In akan membantu Demon Jade untuk mendapatkan sebuah tubuh.

Tentu saja Lin Yue tidak cukup sembrono untuk mengambil keputusan itu, dari pada terus memikirkan dampak negatif, kenapa ia tidak berpikir sebaliknya?

Yaitu dengan memanfaatkan Demon Jade sebagai elixir dan membuat Nang In menjadi Cultivator yang kuat, Nang In hanya perlu belajar mengendalikan kekuatan Demon Jade agar tidak membahayakan dirinya dan sekelilingnya.

Zhou Jin mengelus janggut, tampak memikirkan sesuatu, "Tapi mengapa Pria bernama Shen Li ini mempunyai salah satu dari 6 Divine Weapon? dan mengapa aku tidak pernah mendengar namanya?"

"Hmm aku juga begitu asing dengan nama itu, tetapi mengingat dia mampu mendesak pasukan Black Skull Valley, dia pasti Cultivator yang cukup kuat" ucap Lin Yue.

"Tentu saja, Paman Li adalah Cultivator yang kuat, maka dari itu aku..." secara mengejutkan Nang In tiba - tiba bersujud di depan Zhou Jin dan Lin Yue.

"Paman Zhou, Bibi Lin, tolong izinkan aku untuk menjadi murid kalian, aku harus bertahan hidup dan menjadi kuat, jadi ku mohon terimalah aku sebagai murid kalian...."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!