NovelToon NovelToon

Tatap Aku, Lelakiku!

Berubah Tiba-tiba

Bianca terduduk di sebuah cafe, pandangan matanya terarah ke arah luar. Ia melihat satu persatu mobil yang datang dan masuk ke area parkir, berharap salah satu mobil yang masuk adalah mobil calon suaminya.

Namun nihil, satu jam menunggu. Sello tidak kunjung datang, membuat Bianca hampir saja menyerah untuk menunggu. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, kemudian mengambil ponselnya. Lalu berusaha menelepon Sello. Namun, beberapa berdering, Sello sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Hari ini, ia berencana untuk membeli cincin pernikahannya bersama Sello. Walaupun awalnya memang Sello menolak untuk pergi karena beralasan banyak pekerjaan dan menyerahkan semuanya pada Bianca.

Tapi Bianca berhasil memaksa Sello, hingga akhirnya Sello mau menemaninya. Tapi ternyata, sudah satu jam berlalu, Bianca menunggu, Sello tidak kunjung tiba dan Bianca ingin sekali menangis kencang-kencangnya.

Padahal Ia sudah berharap Sellomau menemaninya, karena walau bagaimanapun mereka akan memilih cincin pengantin dan menurut Bianca ini adalah momen penting.

Bianca mengutak-ngatik ponselnya kemudian ia melihat galeri, ia membelai fotonya dan foto Sello yang diambil 4 tahun lalu, ketika mereka awal berpacaran.

Tanpa sadar, air mata Bianca menetes saat melihat Sello yang tersenyum dan rasanya sekarang, Bianca jarang sekali melihat Sello tersenyum seperti dulu.

Hubungan mereka sudah berjalan 4 tahun dan Sello pun sudah menjadi mualaf 7 bulan lalu. Mereka bertemu karena ruang lingkup yang sama di mana, Lyodra Ayah Bianca bekerja sama dengan Gabriel ayah Sello. Bukan hanya itu, Mendiang Stuard yang tak lain adalah kakek Sello dan mendiang Zayn yang tak lain kakek Bianca pun sangat dekat.

Dan ketika mereka pertama bertemu, benih-benih cinta itu tumbuh di hati keduanya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Sello dan Bianca pun mulai dekat dan mereka pun memutuskan untuk berpacaran.

hingga akhirnya setelah 4 tahun menjalin hubungan Sello memberanikan diri untuk mengajak Bianca menikah dan dia pun rela menjadi mualaf karena memang Bianca menganut agama Islam.

Tapi anehnya, sudah 2 bulan ini, Sello berubah. Tidak ada lagi Sello yang hangat, tidak ada lagi Sello yang perhatian seperti dulu. Bianca merasa, ia benar-benar kehilangan sosok Sello dan berasa benar-benar tidak mengenal calon suaminya.

Sello jarang sekali bisa ditemui, beberapa kali Bianca datang ke kantor Sello. Namun, Sello selalu sedang sibuk. Hingga mau tak mau, Bianca kembali Pulang.

Bahkan saat Bianca membahas tentang pernikahan mereka yang akan segera berlangsung, Sello tidak pernah menjawab, ia hanya selalu fokus bermain ponselnya.

Seminggu lalu, Bianca bertemu Sello dan mengajak Sello memilih cincin pengantin. Dan Bianca tak menyangka, Sello ingin menunda pernikahan mereka.

Tapi, Bianca berhasil meyakinkan Sello, karena pernikahan mereka tidak mungkin dibatalkan, apalagi undangan dan persiapan sudah matang semuanya hingga tinggal menunggu waktu saja.

Mau tak mau, Sello pun membatalkan niatnya dan rencana pernikahan terus berlangsung dan setelah seminggu ini, tidak ada pembicaraan lagi bahkan pesan Bianca pun jarang sekali dibalas oleh Sello

Bianca pernah bertanya pada Sello tentang Kenapa Sello berubah. Tapi Selalu selalu beralasan karena pekerjaan dan Bianca berusaha memaklumi itu, ingin ia berpikiran positif pada Sello. Tapi ternyata, sangat sulit.

Entah apa yang membuat Sello berubah. Tapi, Bianca meyakini sesuatu, setelah menikah ia pasti bisa merubah Sello seperti Sellom seperti dulu.

Mungkin.

scroll

Perih yang Tak berujung

waktu menunjukkan pukul 03.00 sore, pada akhirnya. Bianca menyerah, ia menyerah menunggu Sello, Ia sudah menunggu selama 3 jam dan ia rasa, tak ada alasan lagi untuk ia menunggu.

Mata Bianca sudah memerah, rasa sakit menelusup dalam dada. Ini bukan sekali dua kali Sello begini, tapi ia masih mencoba untuk sabar menghadapi calon suaminya.

Saat ia akan bangkit dari duduknya, tiba-tiba pintu cafe terbuka. Muncul sosok Sello hingga Bianca mengurungkan niatnya untuk bangkit. Hati Bianca semakin terasa pedih Kala tidak ada raut penyesalan, sedikitpun di wajah calon suaminya.

“Maaf membuatmu menunggu lama!” kata Sello setelah menarik kursi dan mendudukkan diri di hadapan Bianca.

“Hanya itu yang kau ucapkan? tidakkah kau menyesal. Aku sudah menunggumu di sini selama berjam-jam,” jawab Bianca. Raut wajah kecewanya tidak bisa disembunyikan membuat Sello menghela nafas.

“Maafkan aku, Bianca. Aku banyak sekali pekerjaan tadi. Bukankah sudah kubilang, aku tidak bisa menemanimu. Seharusnya kau pergi sendiri dari tadi.” alih-alih menyesal, karena membiarkan Bianca menunggu Sello malah memberikan pembelaan membuat Bianca tersenyum getir.

“Bagaimana apa kita pergi sekarang?” tanya Sello, Bianca mengangguk. Sello pun kembali bangkit dari duduknya, disusul Bianca yang juga ikut bangkit.

Saat berada di luar kafe, Bianca tertegun saat Sello berjalan mendahuluinya. Ia lupa, kapan terakhir kali Sello menggenggam tangannya, ya lupa kapan Sello menoleh memastikan keadaannya, ia lupa kapan Sello mengkhawatirkannya..Yang pasti semuanya benar-benar berubah.

“Tidak apa-apa, Bianca. Dia pasti akan berubah seperti dulu.” Bianca masih berusaha meyakini bahwa Sello akan berubah setelah mereka menikah, ia mengenal Sello selama bertahun-tahun dan ia yakin dan berusaha untuk percaya bahwa Sello benar-benar sibuk.

••••

“Sello apa ini Bagus?” tanya Bianca memperlihatkan cincin pilihannya kehadapan Sello.

“Bagus!” kata Sello, membuat Bianca menghela nafas. Ini sudah ketiga kali ia bertanya pada Sello. Namun, Sello hanya menjawab dengan hal yang sama. Bahkan, ekspresi Sello seakan mengatakan bahwa dia tak peduli.

Pada akhirnya, setelah tiga kali memilih, Bianca pun memilih cincin terakhir, ia sudah tidak peduli lagi dengan pendapat Sello “Kita akan ke mana lagi sekarang?” tanya Martin.

“Bagaimana jika ke apartemenku saja, aku akan memaksakan makan malam untukmu di sana,” ajak Bianca. Matanya berbinar menatap Sello penuh harap, berharap kali ini Sello l mau meluangkan waktu sedikit saja untuknya. Jujur saja, ia begitu merindukan Sello dan ingin menghabiskan waktu dengan Sello.

Sello melihat jam di pergelangan tangannya, kemudian menggeleng. “Tidak bisa Mommyku akan datang dari luar negeri dan aku harus menyambutnya dimansion!" balas Sello.

“Sello, bolehkah aku ikut ke mansionmu. Aku ingin bertemu Paman Gabriel dan bibi Amelia.” kata Bianca, Sello tampak terdiam, kemudian mengangguk.

“Ayo!” Bianca terdiam saat melihat ekspresi Sello, terlihat jelas bahwa Sello begitu terpaksa mengiyakan ucapannya.

“Sello sepertinya aku harus membatalkan untuk bertemu bibi Amelia. Aku takut, Daddy mencariku!” kata Bianca dengan mata yang berair, rasanya menyakitkan ketika melihat ekspresi Sello yang tampak tidak suka ketika ia mengatakan akan ikut ke mansiom.

“Baiklah, Ayo. Aku akan mengantarmu pulang,” jawab Sello. Sello pun berbalik, kemudian mendahului Bianca berjalan membuat hati Bianca teriris-iris.

Dengan hati yang luar biasa pedih, akhirnya Bianca pun mengikuti langkah Sello..

Feeling sang ibu

Suasana di dalam mobil begitu hening, Sello fokus mengemudi, sedangkan Bianca melihat ke arah jendela. Jujur saja, ia ingin menangis sekencang-kencangnya.

Tidak ada pembahasan apapun yang Sello lontarkan. Padahal mereka baru saja memilih cincin pernikahan, Sello tidak bertanya apapun. Padahal, pernikahan mereka sebentar lagi. Faktanya, Bianca terlalu mencintai Sello. Rasanya, ia tidak sanggup untuk melepaskan calon suaminya.

Mungkin Bianca bodoh karena mempertahankan Sello yang berubah. Tapi prinsip Bianca, ia lebih baik sakit hati agar Sello tetap bersamanya dan Ia tetap bisa melihat Sello.

Sedangkan Sello, sedari tadi fokus menyetir pikirannya melarang buana, ada yang salah dengan pikirkan, hingga ia tidak fokus pada Bianca.

“Ahhh!” Bianca tiba-tiba terpiekik, karena tanpa sengaja, Sello membanting setir kemudi ke kanan, karena ia hampir saja menabrak mobil yang ada di depannya. Hingga Bianca terhuyung kedepan dan kepalanya terbentur.

Bianca memegang kepalanya yang terasa nyeri, kemudian ia melihat ke arah Sello yang tampak terdiam, seperti memikirkan sesuatu. Bahkan, Selo sama sekali tidak mengkhawatirkannya, membuat Bianca tersenyum getir. Lagi-lagi, ia berusaha untuk tetap baik-baik saja.

“Sello, kau tidak apa-apa? apa ada masalah?” pada akhirnya, Bianca yang bertanya. Padahal jelas-jelas dia yang terluka. Bahkan, keningnya pun memerah.

Sello menoleh kemudian menegakkan tubuhnya. “Tidak apa-apa.” Setelah itu, ia menyalakan mobilnya dan menjalankannya. Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mobil yang dikendarai Sello, sampai di kediaman Bianca.

“Kau tidak turun?” tanya Selo ketika Bianca masih belum turun dari mobilnya padahal sudah 10 menit berlalu dan itu sukses membuat dada Bianca berdenyut nyeri, karena tanpa sengaja Sello mengusirnya secara halus.

“Sello, apa aku punya salah padamu?” tanya Bianca, Ini pertanyaan yang sering Bianca lontarkan pada Sello, ketika Sello bersikap acuh padanya.

Lagi-lagi, Sello menghela nafas. “Bianca, Aku tidak tahu apa yang kau maksudkan. Tapi, aku benar-benar sibuk dengan pekerjaan. Jadi aku mohon mengerti aku.” Lagi-lagi, Selo menjawab pertanyaan yang sama dan lagi-lagi biar Bianca yang harus menerima alasan calon suaminya.

“Aku harus kembali lagi ke kantor,” ucap Sello, secara tak sengaja ia mengusir Bianca dari mobilnya, membuat Bianca mengangguk, kemudian Bianca pun turun dari mobil. Lalu setelah itu, Sellomenyalakan mobilnya dan menjalankannya, sedangkan Bianca hanya bisa melihat mobil Selo dengan tatapan petir.

“Tidak apa-apa, Bianca. Dia pasti akan berubah lagi!” kata Bianca yang masih berusaha membohongi hatinya sendiri.

Setelah mobil Sello pergi, ia langsung berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Saat berjalan, ia melihat paper bag di tangannya paper bag itu berisi cincin pernikahan yang Bianca pilih tadi.

Seharusnya, cincin Itu disimpan oleh Sello. Tapi jangankan disimpan, Sello saja tidak menanyakan cincin itu. Pada akhirnya, Bianca kembali harus menutup lukanya dengan senyuman, meyakini semuanya akan baik-baik saja Walaupun dia sendiri tidak yakin.

“Bianca!” panggil Maria sang ibu, Bianca yang baru saja berjalan langsung menoleh, kemudian ia langsung tersenyum, berusaha menyembunyikan kesedihannya dari sang ibu.

“Mana Selo? bukan kalian berencana memberi cincin pernikahan? mana dia apa dia tidak mengantarmu?” tanya Maria bertubi-tubi, ia mengerutkan keningnya saat melihat reaksi Bianca yang berbeda.

“Sello, sedang ada pekerjaan, Mom. di kantornya, sebentar lagi kami akan menikah dan aku rasa dia butuh waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum kami berbulan madu.” dusta Bianca

“Bianca, apa kau menyembunyikan sesuatu dari mommy?” tanya Maria.

Bianca ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!