NovelToon NovelToon

Wanita Milik 5 Tuan Muda

Bab 1: Mendadak Dijodohkan

Deru suara knalpot bersahutan memecah kesunyian malam di sepanjang jalan yang dilalui sekelompok anak muda peserta balap liar. Mereka memacu kendaran masing-masing dengan kecepatan tinggi. Saling senggol dan berusaha untuk menjatuhkan lawan sesekali dilakukan. Tidak ada aturan yang pasti dalam sebuah balapan liar. Hal terpenting adalah bisa sampai di garis finish pertama dan memenangkan hadiahnya.

Semakin dekat dengan garis finish, ambisi juara mereka semakin terpacu. Hiruk pikuk suara penonton menggema, menyambut kedatangan sang juara. Malam ini, pemilik motor Kawasaki Ninja C2 Carbo warna merah menjadi pemenangnya. Pembalap yang tertinggal selangkah di belakangnya tampak kesal.

“Irene … Irene … Iren ….” Suara penonton di sekitar area balapan riuh menyambut juara mereka.

Siapa sangka pemenang balapan malam itu adalah Irene Abraham, wanita cantik berambut panjang, putri kesayangan keluarga Abraham. Berasal dari keluarga kaya raya, Irene sudah terbiasa dimanjakan dengan kemewahan.

Apapun yang ia inginkan selalu bisa ia dapatkan.

Sejak kecil, ia telah diasuh oleh kakeknya. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat Irene masih berusia 3 tahun. Meskipun demikian, Irene tak pernah merasakan kekurangan harta maupun kasih sayang. Keluarga besar Abraham yang lain juga sangat menyayanginya.

“Dari mana kamu?”

Irene menghentikan langkah kaki ketika mendengar suara kakeknya. Ia sudah berusaha untuk tidak menimbulkan suara saat pulang agar orang rumah tidak tahu saat ia pulang larut malam. Irene hanya bisa meringis menunjukkan gigi kelincinya kepada sang kakek.

“Duduk! Kakek ingin bicara denganmu,” pinta sang kakek.

Irene menurut. Ia menghampiri kakeknya dan duduk tepat di hadapan lelaki tua yang sangat ia sayangi.

“Kakek belum tidur?” tanyanya basa-basi.

“Jawab pertanyaan kakek! Dari mana saja kamu selarut ini baru pulang?” Tanya kakek dengan nada kesal. Ia sengaja tidak tidur untuk membuktikan ucapan pelayan rumah yang melapor jika Irene sering pulang larut malam.

“Main sebentar ke rumah teman, Kek,” kilah Irene.

“Teman mana yang orang tuanya mengizinkan orang bertamu sampai larut malam?”

Irene menggaruk kepalanya dan duduk tidak tenang karena merasa bersalah. Irene tahu jika kakeknya marah karena mengkhawatirkan keselamatannya.

“Kakek tahu kalau kamu sering ikut balapan liar.”

Irene semakin tertunduk mengetahui kakeknya tahu apa yang ia lakukan. Sebenarnya Irene hanya bosan saja. Hidup dirasakan terlalu mudah untuknya sehingga ia menginginkan tantangan baru salah satunya balapan liar.

“Kakek membesarkanmu bukan untuk menjadi seorang wanita liar, Iren. Usiamu sudah cukup dewasa untuk mulai memikirkan masa depan dengan serius.”

“Aku minta maaf, Kek.”

“Buktikan saja permintaan maafmu dengan perbuatan!” tegas sang kakek. “Sepertinya ini saatnya kakek harus mengatakan wasiat kedua orang tuamu. Sebelum mereka meninggal, kamu telah dijodohkan dengan keluarga Narendra dari Surabaya. Mereka memiliki lima orang putra, kamu bisa memilih untuk dijodohkan dengan salah satu dari mereka.”

Irene membelalakkan mata mendengar kata perjodohan yang keluar dari mulut kakeknya.

“Hahaha … ini bukan zaman kakek lagi, mana ada perjodohan?”

“Kakek bicara serius.”

“Aku tidak mau!” tolak Irene.

“Kalau kamu tidak mau, kakek akan mencabut semua fasilitas yang selama ini kamu nikmati. Lalu, kakek akan mengirimmu tinggal di Nusa Kambangan selamanya,” ancam sang kakek.

Irene sampai tercengang mendengarnya. “Mana mungkin Kakek tega melakukan itu padaku?”

“Itu amanat. Kalau kamu tidak mau melaksanakannya, maka kamu akan dapat hukuman.”

Irene terdiam. Jika kakeknya sudah bicara, maka hal itu akan menjadi kenyataan.

“Tinggallah di kediaman mereka untuk bisa lebih mengenal kelima tuan muda dari kelurga Narendra. Jika kamu sudah bisa menentukan pilihan, kakek akan mempersiapkan pernikahan kalian.”

Irene menghela napas.”Baiklah, Kakek. Aku akan melakukannya. Irene akan tinggal di sana selama satu tahun. Jika selama itu Irene tidak menyukai satupun dari mereka, biarkan Irene memilih jodoh Irene sendiri.” Padahal sebenarnya Irene belum memikirkan sama sekali tentang jodoh dan pernikahan. Meskipun usianya sudah menginjak 20 tahun.

“Oke, kakek setuju. Minggu depan kamu akan dikirim ke sana. Jaga nama baik keluarga kita selama di sana. Sekarang,kamu boleh istirahat.”

Irene beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kamar mewahnya. Ia merebahkan diri di atas kasur super nyaman sembari memandangi keseluruhan ruangn itu. Tak bisa ia membaynagkan harus tinggal di Nusa Kambangan seperti terpenjara seumur hidupnya.

***

Akhirnya, hari yang paling Irene hindari tiba. Ia harus naik kereta sendiri menuju Kota Surabaya. Sebelum tiba, Irene sengaja mengolesi wajah, tangan, serta kakinya dengan body painting yang memberikan kesan bahwa wajahnya hitam, kusam, jelek, dan tidak menarik. Irene juga mengubah tatanan rambutnya menjadi kunciran dua. Pakaian yang ia kenakan memiliki warna bertabrakan yang terkesan norak. Jika kelima tuan muda itu benci dengannya, maka kemungkinan perjodohan akan dibatalkan.

Kereta tiba di Kota Surabaya. Mulai hari ini, Irene akan menjalani kehidupannya di lingkungan yang baru. Entah seperti apa hari-harinya ke depan, Irene hanya berharap bia bertahan selama satu tahun di sana.

Suasana stasiun begitu ramai. Irene sempat kebingungan memandangi orang-orang yang berlalu lalang. Ia lupa meminta nomor ponsel orang yang akan menjemputnya di sana.

Setelah berjalan beberapa langkah, dari sekumpulan penjemput penumpang, ada kelompok lelaki yang tampak menonjol di sana.

Empat orang lelaki tampan dengan dandanan fashionable menjadi pusat perhatian orang-orang. Salah seorang di antara mereka membawa secarik kertas lebar bertuliskan ‘Keluarga Narendra’.

Irene menyunggingkan senyum. Tidak disangka, ia akan dijemput oleh sekumpulan tuan muda yang tampangnya seperti pangeran. Mereka memang tampan, tapi bagi Irene tetap menyebalkan. Gara-gara mereka ia harus meninggalkan kehidupan nyamannya.

Iren membentangkan kertas yang dibawanya di hadapan kelima tuan muda. Tulisan yang tertera di kertasnya ‘Irene Abraham dari Jakarta’. Irene menunjukkannya sambil tersenyum manis.

Empat tuan muda yang melihat keberadaan wanita itu seketika tercengang. Mereka saling berpandangan heran, seakan tidak percaya melihat sosok wanita yang akan mereka jemput.

“Sebenarnya kita mau menjemput calon istri atau calon budak? Yakin, ini putri keluarga Abraham dari Jakarta? Kenapa penampilannya norak seperti wanita kampung?” celetuk Arvy, putra keempat keluarga Narendra. Ia tidak menyangka harus membatalkan agenda pemotretan hanya untuk menjemput seorang gadis buruk rupa. Selama bekerja di dunia hiburan, tidak pernah ia melihat wanita sejelek itu. Ia kira wanita Jakarta pastilah lebih modis daripada wanita di Surabaya. Ternyata, ada wanita yang penampilannya lebih buruk daripada pelayan di rumahnya.

Alex mencubit pinggang Arvy yang sudah bicara sembarangan di depan tamu mereka. Alex merupakan putra kedua yang pemikirannya paling dewasa. Pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan keluarga.

“Apa benar kamu Nona Irene dari Jakarta?” tanya Alex dengan nada bicara yang sopan.

Irene mengangguk. Ia tidak menyangka dari kelima tuan muda yang menjemputnya, ada satu orang yang bisa berlaku sopan padanya.

Saudara-saudara Alex yang lain tampak tidak terlalu peduli dengan kehadirannya. Mereka bahkan tidak sungkan memperlihatkan tatapan benci dan kesal saat melihat Irene.

❤❤❤❤❤

Hai ... selamat membaca karya baru author. Semoga kalian suka, ya. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like atau komentarnya 😘

Bab 2: Wanita Kampungan yang Dekil

“Perkenalkan, kami putra keluarga Narendra. Namaku Alex, putra kedua. Kakak pertama kami tidak bisa ikut karena masih sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku yang mewakili keluarga untuk menyambut kedatanganmu.” Alex seolah berlaku sebagai perwakilan keluarga menyambut Irene. “Ini putra ketiga, namanya Alfa. Dia seorang desiner.” Alex mengenalkan lelaki yang menurut Irene paling imut. Sejak tadi Alfa terus memperhatikan Irene.

“Kalau yang ini artis kebanggaan keluarga kami, namanya Arvy. Dia sangat terkenal di kalangan para wanita.” Irene jadi tahu lelaki yang paling tidak menyukai kedatangannya ternyata seorang artis. Pantas saja penampilannya terlihat paling modis. Irene akan mencacat nama Arvy sebagai orang yang paling harus ia hindari.

“Kalau ini adik bungsu kami, namanya Ares. Dia seumuran denganmu. Dia juga masih kuliah di jurusan manajemen, katanya mau mengikuti jejakku meneruskan bisnis keluarga.”

“Tidak perlu dijelaskan juga, Kak. Memangnya siapa yang perlu dikenal oleh orang seperti dia,” ketus Ares.

Dalam hati, Irene kesal sekali dengan sikap songong lelaki yang seumuran dengannya. “Perkenalkan, namaku Irene Abraham, semoga kita bisa berhubungan dengan baik.” Irene tetap berusaha bersikap sopan mengingat pesan dari kakeknya agar bisa menjaga nama baik keluarga.

Setelah saling memperkenalkan diri, Irene menaiki mobil yang membawanya ke sebuah mansion besar yang terletak di pinggiran kota. Sebuah tempat tinggal bergaya klasik Eropa itu sedikit lebih besar daripada kediamanannya. Irene yang berdiri di antara keempat lelaki tampan itu terlihat seperti budak, bukan putri, karena penampilnnya yang jauh berbeda.

“Waow! Apakah ini guci emas asli?” tanya Irene sembari mengelus-elus benda yang kelihatan mahal itu. “Ha ... patung macan ini sangat mirip dengan aslinya.” Irene beralih ke patung macan seukuran asli. “Lampu kristalnya mewah, ya ... kalian memang benar-benar orang kaya seperti yang kakekku bilang.”

Irene pura-pura bertingkah takjub terhadap semua barang mewah yang ada di sana. Tingkah konyolnya membuat keempat tuan muda tercengang, betapa kampungannya wanita yang baru saja mereka jemput dari bandara. Ia berharap mereka segera mengusirnya pergi dan membatalkan perjodohan yang sangat tidak masuk akal untuknya.

“Irene, apa kamu tidak punya pakaian lain? Penampilanmu sangat jelek. Kalau kamu memang tidak punya pakaian yang bagus, aku akan memberikannya.” Mata Alfa sangat sakit sejak tadi harus memperhatikan penampilan Irene yang sangat norak. Jiwa fashionistanya meronta-ronta. Ingin sekali ia menarik tubuh wanita itu ke dalam kamar lalu mendandaninya dengan pakaian yang lebih layak. Menurut Alfa, penampilan Irene seperti pengemis yang sering ia lihat di lampu merah.

“Memangnya kenapa? Aku suka dengan gaya berpakaianku. Menurutku ini sudah bagus.” Irene tetap pada pendiriannya. Ia tidak mau dirubah mengikuti pendapat orang lain.

“Hah! Aku sudah tak tahan lagi! Kakek sangat menyebalkan menyuruh kita menjemput wanita kampungan seperti dia!” Arvy emosi. Ia marah-marah di hadapan Irene. “Heh! Wanita kampungan! Jangan harap di antara kami ada yang akan jatuh cinta padamu, ya! Melihat penampilanmu saja kami sudah muak!” bentaknya. Alex kembali harus menenangkan hati adiknya yang paling tidak bisa menahan diri.

Melihat emosi yang diluapkan oleh Arvy, Irene semakin merasa senang. Tujuannya sejak awal memang untuk membuat kelima tuan muda itu tidak menyukainya. Ia juga ingin segera pulang ke rumah dan menjalani hari-harinya seperti biasa. Untuk Irene, tidak menikah pun hidupnya akan baik-baik saja. Kekayaan keluarganya bisa membiayai hidupnya sampai mati tanpa harus pusing memikirkan hari esok.

“Irene, lebih baik kamu naik ke atas bersama Beki. Dia akan menunjukkan dimana letak kamarmu,” ucap Alex. Memang hanya Alex yang memberikan perlakuan baik padanya.

“Mari, Nona. Saya akan mengantarkan Anda ke kamar.”

Wanita muda berpakaian pelayan itu bertingkah sopan mengajak Ruby ikut dengannya. Seorang lelaki yang bertugas membawa barang juga ikut di belakang mereka. Pelayan bernama Beki juga sepertinya baik. Sikapnya ramah meskipun menyambut dirinya dengan penampilan yang sangat jelek. Padahal Irene berharap pelayan di sana juga akan menjahatinya supaya ia lebih banyak alasan untuk meminta pulang kepada kakeknya.

Beki membukakan sebuah kamar yang sangat besar dan mewah. Fasilitas di dalamnya terlihat sangat lengkap dan tertata rapi, seakan memang sudah sengaja dipersiapkan untuk menyambut kehadiran Irene. Pelayan lelaki yang membawakan barang segera pergi setelah meletakkan barang bawaan Irene di kamar. Tersisa Irene dan Beki di dalam kamar.

“Nona, ini akan menjadi tempat tinggal Nona selama berada di rumah ini. Nama saya Beki, akan menjadi pelayan pribadi Nona mulai hari ini,” ucap Beki dengan nada paling sopan.

“Kenapa kamu bersikap baik padaku?” tanya Irene heran.

Beki merasa sedikit aneh mendengar pertanyaan dari nona barunya. “Apa maksud Nona?” tanya Beki.

“Kamu tidak keberatan melayani seorang nona yang jelek seperti aku?” Irene bermaksud mengetes calon pelayannya dengan mendengarkan jawaban apa yang sekiranya hendak keluar dari mulut Beki.

“Saya hanya melaksanakan perintah. Apapun yag Tuan Besar perintahkan, pasti akan saya laksanakan dengan baik, bukan karena paras maupun penampilan, Nona.”

Irene mangguk-mangguk mendengar jawaban dari Beki. Sepertinya dia merupakan pelayan muda pilihan. Terlihat dari sikap dan gaya bahasanya yang sangat tertata. “Terima kasih, Beki. Kamu boleh kembali. Aku mau beristirahat.”

“Nona, ada yang mau saya katakan sebelum pergi.” Raut wajah Beki terlihat serius. Irene jadi penasaran dan ingin mendengarkan apa yang hendak pelayannya katakan.

“Apa?” tanya Irene.

“Anda harus berhati-hati dengan Tuan Muda Pertama.” Beki mengatakannya dengan nada lirik.

Irene mengerutkan dahi. “Maksudmu ... Alan?” ia begitu penasaran mengapa Beki bisa menyuruhnya hati-hati kepada Alan. Irene memang belum bertemu secara langsung dengan lelaki itu, ia hanya sekedar tahu namanya saja. Padahal, menurut Irene yang paling menyebalkan adalah Arvy si artis dan Ares si anak bungsu.

Beki mengangguk pelan.

“Kenapa? Apakah dia seorang mafia atau pembunuh berdarah dingin?” Irene jadi sangat penasaran.

Beki tersenyum. “Saya tidak bisa mengatakannya. Usahakan Anda tidur dengan pakaian tertututp dan pastikan jendela dalam kondisi terkunci. Saya permisi dulu.” Beki sepertinya tidak mau memberikan penjelasan lebih jauh. Ia langsung pergi begitu saja sebelum rasa penasaran Irene terpuaskan.

Irene jadi terngiang-ngiang perkataan Beki. Muncul prasangka buruk jika Alan adalah orang yang mesum. Mungkin saja ia suka masuk ke dalam kamar orang lain untuk melihat seorang wanita yang sedang tertidur.

Segera Irene mengecek satu per satu jendela untuk memastikan sudah terkunci dengan benar. Ia juga mengunci pintu dengan rapat. Matanya sudah sangat mengantuk setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang. Ia memutuskan untuk menggosok gigi dan mencuci muka, membersikhan penyamarannya di area wajah, tangan dan kaki. Ikatan rambut norak yang sejak tadi menghiasi kepalanya juga ikut dilepaskan. Irene tersenyum melihat penampilan cantik dirinya telah kembali.

Ia mengambil selembar pakaian tidur dari dalam kopernya. Pakaian tidur yang mungkin menurut orang terlihat cukup seksi, namun Irene sangat menyukainya. Pakaian tidur berbahan satin menurut Irene paling nyaman untuk tidur. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang empuknya.

Tak butuh waktu lama, Irene sudah terlelap dalam tidurnya. Ia sampai tidak sadar jika saat ia tidur ada seseorang yang diam-diam masuk ke dalam kamarnya dan memperhatikan dirinya yang sedang tertidur dengan nyaman.

❤❤❤❤❤

Jangan lupa tinggalkan jejak like atau komentarnya. Terima kasih 😘

Bab 3: Wanita yang Digilir

Tengah malam Irene terbangun karena ingin buang air kecil. Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, ia tak bisa kembali tertidur. Irene memutuskan untuk diam-diam keluar kamar dan berjalan-jalan sebentar melihat rumah barunya yang tadi belum sempat ia perhatikan dengan lebih teliti.

Para penjaga dan pelayan tidak tampak di dalam rumah. Jika menengok le arah luar, masih ada yang berjaga. Rumah sebesar itu terasa sunyi pada malam hari. Irene terus berjalan tanpa tujuan menyusuri lorong-lorong yang ada di rumah itu. Ada perasaan bahagia bisa berkeliling di tempat baru.

Setibanya di ujung lorong, ia melihat cahaya dari sebuah ruangan yang terbuka. Karena penasaran, Irene memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah sana. Ternyata ada seorang lelaki yang sedang berendam di dalam kolam air hangat tanpa sehelai benangpun yang menutupi.

Sejenak Irene mematung, terkesima dengan pemandangan indah yang ada di depan matanya.

“Siapa di sana?” tanya Alan yang menyadari kehadiran seseorang dari arah pintu.

Irene merasa panik karena ketahuan. “Ah, hm! Aku sedang mencari toilet.” Ia mencari alasan.

“Kamu salah masuk ruangan. Toilet ada di ujung sebelah kiri.”

“Iya, maafkan saya!” Iren segera berlari pergi sebelum ketahuan. Jantungnya seakan mau copot saat dipergoki sedang mengintip. Ia tak mau dicap sebagai wanita yang mesum karena ketahuan sedang mengintip orang mandi.

***

Keesokan paginya, Irene kembali melumuri bagian tubuhnya yang tampak dengan body painting agar kulitnya terlihat gelap dan dekil. Tak lupa ia menguncir rambutnya menjadi dua sebagai identitas dirinya yang baru. Setelah selesai, ia siap turun ke bawah untuk sarapan bersama tuan muda yang ganteng-ganteng.

Baru saja Irene mulai turun dari tangga, selera para tuan muda sepertinya langsung hilang. Mata Irene terpaku pada sosok lelaki yang semalam ia lihat sedang berendam tanpa pakaian sedang duduk bersama yang lain. Irene tidak menyangka ternyata dia adalah Alan, anak tertua dari keluarga Narendra. Irene hanya berharap lelaki itu tidak mengenalinya.

“Irene, duduklah!” pinta Alex.

Irene memilih duduk di sebelah Alex. Jika ia duduk di sebelah yang lain, pasti mereka tidak akan suka. Terutama Arvy yang sudah membuang muka sejak ia muncul..

“Irene, ini kakak kami, Kak Alan yang kemarin tak bisa ikut menjemputmu di stasiun.” Alex memperkenalkan lelaki yang ada di hadapan Irene. Irene hanya menyunggingkan senyum. Alan terlihat diam meskipun terus memperhatikan Irene.

“Lihatlah, Kak! Kakek kita sepertinya sudah dihipnotis sampai ingin menjodohkan salah satu dari kita dengan wanita seperti dia!” Arvy mengadukan Irene yang jelek kepada kakak tertuanya. “Aku yakin keluarga Abraham sebenarnya sudah bangkrut, makanya dia licik ingin menumpang hidup pada keluarga kita.”

Ucapan Arvy sangat menjengkelkan. Ingin rasanya Irene langsung menjambak rambut Arvy dan memukulinya tanpa ampun. Ia heran melihat ada lelaki yang mulutnya sangat lemes seperti Arvy.

“Arvy, tidak boleh mengejek orang apalagi di meja makan.” Alex mencoba mengingatkan adiknya.

“Biarkan saja! Kak Alan juga pasti tidak suka dengan dia! Lihat saja, Kak Alan juga hanya diam sejak tadi. Kak Alan juga pasti syok seperti yang kemarin kita alamni.”

Alan bukan terkejut karena penampilan Irene. Ia hanya penasaran, wanita yang ia lihat di kamar yang katanya akan ditempati oleh calon istri salah satu dari mereka berbeda jauh dengan yang saat ini ada di hadapannya. Semalam, ia melihat seorang wanita cantik berkulit putih bersih, rambut panjang yang tergerai, serta tubuh yang seksi berbalut pakaian satin terbaring anggun di atas tempat tidurnya.

Hari ini, wanita yang disebut sebagai calon menantu di rumah itu justru memiliki kulit tubuh yang hitam seperti arang sisa pembakaran. Alan ragu dengan yang semalam ia lihat, mungkin saja hanya halusinasinya.

Alan memang tidak bisa ikut menjemput Irene karena kesibukannya. Ia memutuskan untuk mengintip sebentar wanita itu lewat jendela kamar yang berhasil dicongkelnya. Caranya memang salah, tapi Alan sangat penasaran dengan wanita pilihan kakeknya.

Selesai sarapan, mereka berenam sibuk dengan urusan masing-masing. Alan akan pergi mengecek restoran, Alex pergi ke kantor, Alfa pergi ke butik, Arvy pergi ke lokasi syuting, sementara Ares terpaksa harus ke sekolah bersama Irene yang memang akan mulai berkuliah di kampusnya. Ia mengendarai mobilnya dengan lemas ditemani wanita buruk rupa di sebelahnya. Sebelum pergi, Arvy sempat menertawakan dirinya.

Ares menurunkan Irene agak jauh dari kampus. Ia tidak ingin ada yang melihat dirinya datang bersama gadis buruk rupa itu. Seisi kampus pasti akan menertawakannya jika tahu.

Irene terpaksa mencari tempat kuliahnya sendiri. Orang-orang yang sudah berada di ruang perkuliahan menatap aneh ke arah Irene seakan mereka baru kali ini menjumpai orang jelek seperti dirinya.

“Anak baru, ya?” tanya seorang mahasiswa berkaca mata yang duduk di sebelahnya.

Irene mengangguk.

“Kenalkan, namaku Bian.” Lelaki itu mengulurkan tangannya. Irene membalas uluran tangan itu.

“Irene,” jawabnya.

***

Irene terlihat kebingungan di tempat parkir. Sejak tadi ia berkeliling mencari mobil milik Ares. Kalau saja bukan demi menjaga nama baik keluarganya, mungkin ia akan memilih mengeluarkan sifat aslinya di hadapan tuan muda yang menyebalkan itu.

“Heh! Cewek jelek. Sudah selesai kuliahnya?” kedatangan Ares yang tiba-tiba sangat mengagetkan Iren.

“Sudah, kamu juga sudah selesai?”

“Kenapa tanya-tanya? Memangnya kita sedekat itu?” ledek Ares.

Rasanya Irene ingin menjambak habis-habisan lelaki di hadapannya itu. “Ya sudah, kita pulang sekarang saja, yuk!”

“Siapa yang mau mengajakmu pulang bareng? Pulang sendiri jalan kaki. Hahaha ….” Ares terlihat sangat puas menjaili Irene.

Menurut Irene, tingkah Ares sangat kekanak-kanakkan. Padahal usia mereka sepantaran, tapi dari sifatnya sudah jauh berbeda.

“Irene, ayo kita pulang!” Tiba-tiba Alex telah muncul di antara mereka berdua..

“Kak Alex kenapa ada di sini?” tanya Irene penasaran.

“Tentu saja untuk menjemputmu.”

Irene merasa aneh. Setahu Irene, ia akan berangkat dan pulang bersama Ares sampai lulus karena mereka satu kampus. Alex masih mengenakan pakaian kerjanya, kemungkinan ia langsung meluncur dari kantor ke kampusnya.

“Bukannya mengantar dan menjemput Irene adalah tugasku, Kak?” tanya Ares. Ia juga bingung melihat kakaknya ada di sana.

“Kata Kakek, kita harus bergiliran mengantar dan menjemput Irene setiap hari supaya kita semakin akrab dengan Irene. Minggu ini adalah giliranku mengantar jemput Irene dari kampus.”

Irene hanya bisa tersenyum kaku. Ia merasa dirinya seperti piala bergilir yang akan diperebutkan oleh kelima tuan muda di rumah itu. Entah apa yang ada di pikiran kakeknya dan kakek mereka serta kedua orang tua yang telah meninggal saat berusaha menjodohkan cucu-cucu. Irene selalu menganggapnya sebagai hal yang konyol.

❤❤❤❤❤

Jangan lupa dukungannya untuk author. Beri jejak like atau komentar. Terima kasih 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!