Di suatu pagi yang cerah seorang gadis cantik duduk di kursi di ruang makan bersama ibunya. Gadis berambut panjang bermata coklat itu terlihat makan dengan lahap.
“Alexa... pelan-pelan makannya nak... nanti kau tersedak.”ucap ibunya menasehati putrinya.
“Ibu... hari ini aku bangun kesiangan. Maka dari itu aku harus makan cepat agar tidak terlambat. Hari ini banyak turis datang dan aku harus di tempat lokasi dalam tiga puluh menit ke depan.” balas Gadis itu tak mengindahkan nasehat dari ibunya dan tetap makan dengan rakus sambil kunci jawaban hampir semua makanan yang dihidangkan oleh ibunya di meja makan.
Lima menit kemudian Alexa selesai makan. Dia pun setelah keluar dari rumah setelah berpamitan dengan ibunya.
“Hati-hati nak...” teriak sang ibu mengantar putrinya sampai ke depan rumah sambil melambaikan tangan. Sedangkan Alexa hanya tersenyum lebar dan melambaikan tangan kemudian berlari dan melompat ke motor sport miliknya menuju ke suatu resort.
Gadis manis dan tomboy berusia 22 tahun itu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi melewati jalan bebatuan dengan lancar.
Tak lama kemudian tibalah dia di sebuah resort pantai. Alexa menepikan motornya di tempat parkir dan melirik jam tangannya.
“Waktu tinggal sepuluh menit lagi.” ucapnya melompat turun dari motornya kami berlari dengan cepat menuju ke bagian timur pantai.
Di dekat jajaran batu karang terdapat beberapa orang yang berkumpul di sana dam Alexa bergabung dengan mereka.
“Alexa... lagi-lagi kau hampir terlambat !” ucap seorang lelaki saat melihat Alexa yang baru datang.
“Siap salah... ! Maaf bos... tadi aku bangun kesiangan.” balas gadis itu dengan santai tanpa takut dan merasa bersalah.
“Kau ini... jika besok kau sampai terlambat maka aku akan memotong gaji mu ! ” ucap lelaki yang dipanggil bos oleh Alexa mengancam dan memperingatkan gadis itu.
“Iya bos... tolong jangan potong gaji ku. Besok dan seterusnya aku tidak akan terlambat.” balas gadis itu yang tak mau gajinya dipangkas setelah dua kali sudah dipotong sebelumnya karena telat.
Lelaki tadi kemudian mengabsen dan memanggil semua nama anak buahnya yang sudah berkumpul.
“Baiklah karena semuanya sudah berkumpul di sini maka sekarang sudah saatnya kalian bekerja sesuai job kalian masing-masing.” ucap lelaki tadi sambil membagikan satu persatu daftar kerja yang berisi pembagian tugas dan riset mana saja yang akan mereka kunjungi bersama para turis.
Alexa membaca daftar tugas kemudian langsung keluar dari barisan dan menuju tempatnya ditugaskan.
Alexa berjalan dengan cepat dan akhirnya tiba di resort pantai dimana di sana banyak berkumpul turis yang sudah menunggu kedatangannya.
“Good morning misters and ladies, i am Alexa. I will guide you all to go arround this place.” ucap gadis itu menyapa para turis dari berbagai bangsa.
“Okay... now is time for having fun. Let's go and i will show to you all interesting place here for you.” ucap Alexa lagi mengajak para turis wisata mancanegara itu untuk segera perjalanan dan mengikuti dirinya.
Alexa memandu para turis wisatawan itu menuju ke lokasi pantai berada.
“Madame and Misters here we are to the Lousrse Beach. Have fun in this place for two hours before we go to another place.” ucap Alexa lagi memberikan waktu pada para turis untuk menikmati waktu mereka di sana sejenak.
Sambil menunggu para turis menikmati waktu santai mereka di sana dia pun mengeluarkan papan luncurnya dan melemparnya ke pantai dan berselancar di sana.
“Waa... !” teriak Alexa saat ombak datang menggulungnya dan dia bisa menaklukkan ombak itu dan keluar dari ombak dengan berdiri tegak.
Begitulah hari-hari gadis yang merupakan seorang mahasiswi lulusan dari bahasa asing setiap harinya. Dia menikmati pekerjaannya sebagai tour guide turis asing yang menurutnya menyenangkan dan tidak membosankan.
Meski pun gaji yang diperolehnya tidak terlalu besar namun itu cukup untuk menghidupi dirinya dan ibunya selama ini, dan menurutnya hal itu sudah lebih dari cukup.
BERSAMBUNG
Hari-hari berlalu dan Alexa menjalani kehidupannya sebagai pemandu tour guide dengan senang.
Suatu sore sepulang kerja Alexa pulang ke rumah. Di tempatnya beberapa pekan ini sering terjadi cuaca ekstrem dan tak bisa diprediksi.
“whoosh.... !” angin tiba-tiba berhembus kencang.
Alexa yang saat itu mengenakan topi mengejar topinya yang lepas dan tertiup angin.
“Jika saja topi itu bukan barang berharga aku tak akan mengejarnya begini.” gumam gadis itu terus berlari di tengah angin yang berhembus kencang untuk mengejar topi pemberian dari ibunya.
“Dapat... !” ucap gadis itu tersenyum kecil setelah berhasil mendapatkan kembali topinya.
Alexa memutar balik motor yang dikendarainya menuju ke rumah.
“jeder... jeder... ! tiba-tiba kilat menyambar dengan keras dan suasana di sekitar menjadi lebih gelap dari sebelumnya.
“Apa yang sebenarnya terjadi...” batin gadis itu kemudian mempercepat laju motornya agar segera tiba di rumah.
Di tengah jalan angin berhembus semakin kencang dari sebelumnya.
“whoosh...” beberapa benda tersapu oleh angin kencang dan beterbangan di udara.
Di jalanan ada sebuah papan kayu yang tergeletak di depan rumah seseorang. Papan itu dalam bahasa udara terkena angin kencang.
“Celaka... papan kayu itu akan terbang ke arahku.” ucap Alexa menoleh ke belakang dan mendapati papan kayu yang meluncur dengan cepat ke arahnya.
Dia pun menambah kecepatan motornya dan berhasil lolos dari terpaan papan kayu tadi.
“Fyuh...” Alexa menghela nafas panjang setelah selamat.
Gadis itu terus melajukan motornya menuju ke rumah namun rupanya angin bertiup semakin kencang.
“buk...” suara sebuah pohon tumbang tepat di belakang motor Alexa.
“Ada apa ini ya...apa ada...” gumamnya melihat situasi saat itu yang semakin memburuk.
“Ibu... aku yang segera sampai ke rumah. Aku khawatir ada apa-apa pada ibu.” batin Alexa yang tiba-tiba teringat pada ibunya.
“broom...” Alexa semakin menambah kecepatan motornya agar segera tiba di rumah. Dia melewati beberapa pohon yang tumbang di tengah jalan.
Satu kilometer sebelum sampai ke rumah terlihat beberapa rumah di sepanjang jalan itu ada yang roboh tertimpa pohon. Ada juga yang atapnya hilang.
“Semoga saja ibu di rumah baik-baik saja...” gumam nya khawatir setelah melihat beberapa kondisi rumah yang rusak akibat terkena angin ribut.
Tak beberapa lama kemudian Alexa tiba di rumahnya. Dia segera turun melompat dari motornya. Beberapa rumah di kanan kiri rumahnya ambruk, sedangkan rumahnya sendiri sudah separuh rusak.
“Ibu... ibu...” teriak Alexa memanggil dari depan rumah makan dan tak ada respon dari ibunya.
Alexa masuk ke rumah dan mendapati seisi rumah yang berantakan terkena angin. Beberapa pilar ada yang roboh, pintu rumah ada yang lepas.
“Ibu... ibu...” panggil gadis itu mencari ibunya ke seisi rumah dan tak ada respon yang membuatnya semakin khawatir.
“Dimana ibu...” gumamnya lagi terus mencari keberadaan ibunya.
Dia berhenti saat melihat kamar mandi yang terhalang oleh pilar di depan pintu.
“brak... brak...” Alexa mengendor pintu dengan keras untuk membukanya.
“Ibu... apakah ibu di dalam ?” teriak Alexa memanggil ibunya.
“Lexa... tolong ibu... ibu terjebak di sini...” teriak sang ibu dengan lemah karena dia terluka di bagian kepala terkena pilar tadi.
“Ibu... tunggu sebentar aku akan berusaha mengeluarkan mu dari sana.” jawab Alexa dari luar.
Gadis itu berusaha menyingkirkan pilar berat itu dan mengangkatnya.
“Ugh... berat sekali...” gadis itu gagal memindahkan pilar dari depan pintu kamar mandi.
Dia pun berlari dengan cepat ke gudang dan mengambil gergaji lalu membawanya ke depan.
Alexa mulai memotong pilar kayu itu menjadi beberapa bagian agar dia udah mengangkatnya.
“Aku harus cepat...” gumamnya terus memotong kayu dengan gergaji dan merasakan tangannya pegal.
“brak... !” setelah berusaha keras akhirnya pilar kayu tadi pun terbelah. Alexa mengangkat satu persatu pilar tadi dan menepikannya.
“klak...” Alexa akhirnya berhasil membuka pintu kamar mandi.
“Ibu.... !” teriak gadis itu saat melihat ibunya bersandar di dinding kamar mandi dengan kepala yang berdarah dan tubuh terhimpit oleh kayu.
Alexa menyingkirkan kayu yang menghimpit tubuh ibunya kemudian segera mengeluarkannya dari sana dan membaringkan nya ke tempat tidur.
Gadis itu kelihatan bingung saat melihat kondisi ibunya yang terluka parah.
“Ibu... tunggu sebentar sampai angin berikut ini Reda aku akan membawamu ke rumah sakit.” ujarnya berdiri di samping ibunya dan memegangi tangannya.
Gadis itu kemudian berlari ke belakang mengambil kotak P3K dan membawanya ke depan.
“Ibu... aku akan merawat mu sebisa ku sebelum kita ke rumah sakit.” ucap gadis itu memasang perban pada kepala ibunya.
“Bagaimana Keadaan ibu sekarang... apa sudah merasa lebih baik ?” tanya nya dengan cemas.
“Lexa... mungkin Ibu tak bisa menemanimu lebih lama lagi. Ibu merasa kepala ibu sakit sekali.” ucap ibunya berkata dengan lemah.
“Ibu... jangan bilang begitu. Ibu akan baik-baik saja percayalah padaku.” balasnya merasa sedih sekali dengan apa yang barusan diucapkan oleh ibunya.
Sang ibu hanya tersenyum mendengar ucapan gadis itu dan memegang tangan Alexa. Sementara keadaan di luar masih belum reda.
BERSAMBUNG....
Alexa berlari keluar dan melihat angin ribut masih belum berhenti. Dia juga mendengar suara para warga ketakutan dengan adanya badai saat ini.
Alexa kembali masuk ke rumah dan menghampiri ibunya.
“Ibu... sabarlah sebentar. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit.” ucap Alexa yang mencemaskan kondisi ibunya yang semakin melemah.
“Lexa... dengarkan ibu baik-baik nak. Ibu sudah tak kuat lagi.”ucap sang ibu menahan rasa sakitnya yang terasa lebih sakit sambil memegangi tangan putrinya dengan erat.
“Ibu... jangan berkata seperti itu. Ibu akan baik-baik saja.” balas gadis itu berusaha menguatkan ibunya agar tidak down mentalnya yang akan memperparah lukanya.
“Tolong ambilkan kotak kayu di almari sana.” ucap ibunya Alexa sambil menunjuk ke arah almari tua yang tak pernah dibuka.
Alexa yang tak mengerti apa yang sebenarnya yang dicari ibunya segera berjalan menuju ke almari yang ditunjuk tadi.
“kriek...” Alexa membuka almari dan mencari kotak kayu yang di maksud oleh ibunya.
Ada banyak tumpukan kotak di sana dari berbagai ukuran yang membuatnya bingung kotak mana yang dimaksud oleh ibunya.
“Apa mungkin kotak ini yang dimaksud oleh ibu... ?” batin Alexa saat melihat satu kotak yang tampak berbeda dari kotak lainnya. Dimana kotak kayu itu tanpa usang sekali dan terkunci.
“Aku bawa saja yang ini...” gumam Alexa kemudian mengambil kotak usang tadi dan menutup kembali almari lalu menghampiri ibunya.
“Ibu apakah kotak ini yang Ibu maksud...” ucap nya menunjukkan kotak yang di bawahnya pada ibu nya, dan sang Ibu mengangguk pelan.
“Bukalah kotak ini sekarang...” pinta ibunya Alexa sambil menyerahkan sebuah kunci yang diambilnya dari balik liontin yang dipakainya saat ini.
Alexa menerima kunci yang diberikan oleh ibunya dan mencoba untuk membukanya.
“Klik...” kotak kayu usang berhasil terbuka.
Di dalam kotak ternyata terdapat sebuah kalung dengan liontin yang berbentuk seperti yang tidak seorang putri pada zaman kuno.
“Apa ini bu...” tanya gadis itu mengeluarkan kalung dari kotak kayu usang dan menunjukkan pada ibunya.
“Kalung itu adalah pemberian dari ayahmu untuk diri mu. Carilah ayahmu dan tunjukkan liontin itu padanya. Maaf selama ini Ibu tak pernah memberitahukan padamu tentang keberadaan ayah mu.”ucap ibu menjelaskan sebelum detik-detik terakhirnya.
“Jadi aku punya ayah... lalu di mana aku mencarinya bu... dan siapa nama ayah ?” tanya gadis itu bertubi-tubi pada ibunya.
Ibunya Alexa tampak semakin lemah, nafasnya mulai tersengal dan dia merasakan sakit yang teramat sangat. Di tengah rasa sakitnya dia tetap berusaha menjelaskan pada Alexa.
“Ayah mu bernama A-Au-stin...Ber... ” jawab ibunya Alexa terbata-bata dan belum tuntas. Tangannya yang tadi menggenggam erat Alexa terkulai lemas. Tubuhnya sedingin es dengan mata yang masih terbuka menatap Alexa.
Alexa terlihat syok sekali melihat keadaan ibunya. Dia tak percaya pada apa yang dilihatnya.
“Ibu....!!” teriaknya histeris dan menggenggam kembali tangan ibunya yang sedingin es.
“Ibu... tolong jangan membuatku takut...” ucapnya lagi tak mau berpikiran negatif dan segera memeriksa denyut nadi ibunya.
Dia tak merasakan denyut nadi ibunya. Dia lalu memeriksa detak jantung ibunya dan ternyata jantungnya sudah tak berdetak lagi.
“Tidak... ibu... jangan pergi... jangan tinggalkan aku sendiri !!!” teriaknya lagi semakin histeris dan memeluk ibunya dengan erat sembari mengguncang tubuh ibunya berharap wanita itu sadar dari tidurnya.
Namun kenyataan berkata lain dan kenyataan memang pahit, ibunya sudah meninggal dunia.
“Ibu.... !!! Woah...” teriak Alexa yang tidak bisa menerima kenyataan. Gadis tomboi yang kuat dan kesehariannya tak pernah menangis itupun menumpahkan air matanya sederas ombak di lautan.
Dia pun terduduk lemas dengan menggenggam kalung ini merupakan wasiat dari ibunya.
“Ibu... katakan pada ku... kenapa aku harus mencari ayahku...” ucapnya sambil menatap liontin dalam genggaman tangannya.
“Austin... Ibu siapa nama lengkap ayah... lalu di mana aku harus mencarinya.” ucapnya masih berlinang air mata dan seketika merasa lemas. Dia pun menjatuhkan wasiat pemberian dari ibunya ke lantai.
Gadis itu masih tak percaya pada apa yang barusan terjadi padanya. Ternyata dalam sekejap takdir hidupnya berubah dan satu-satunya orang terpenting dalam hidupnya pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!