Di sebuah hutan belantara, seorang anak lelaki tampak terisak. Ia berlari ke sana kemari, tanpa arah dan tujuan. Ia berteriak-teriak mencari keberadaan kedua orang tuannya. Ia terus menangis dan menangis. Bocah lelaki itu tampak baru terbangun dari tidur lelap. Ketika ia membuka mata, ia menyadari berada di antara semak belukar. ia kebingungan.
“Ibu ... hiks ... ayah!” panggilnya pertama kali.
Sosok kecil itu tampak berisi, pakaiannya sangat bagus dan terkesan mahal, bertanda jika ia bukan anak sembarangan. Sayangnya, anak laki-laki itu tak mengingat siapa dirinya. Bahkan wajah kedua orang tuanya pun ia lupa.
“Siapa aku? Siapa pula namaku?” tanyanya bergumam. “Kenapa aku melupakan semuanya?”
“Apakah aku punya adik? Atau punya kakak? Bagaimana dengan Paman, Bibi?”
Dan serentet pertanyaan timbul dari dalam hatinya. Ia benar-benar lupa akan dirinya.
Sudah jauh ia berlari, tetapi ia bukannya keluar hutan melainkan masuk ke dalamnya. Ia menatap sekeliling, hari mulai gelap, perutnya mulai perih. Suara lolongan serigala terdengar begitu dekat. Bocah itu mulai ketakutan.
Sepasang mata merah menatapnya.
“Grrr!!” serigala mengerang lalu menyalak keras.
Bocah itu pun lari ketakutan. Ia terus berlari menyelamatkan dirinya. Beruntung ia mengenakan sepatu hingga tak terasa sakit jika telapak kakinya menginjak kerikil tajam. Perutnya makin sakit, ia tak tahu kapan ia makan terakhir kali. Yang ia rasakan jika saat ini ia benar-benar terasa lapar.
Peluh bercucuran, napasnya terengah-engah. Bocah lelaki itu sudah mulai kelelalahan. Pandangannya mulai memburam. Ia pun terjatuh.
“Uggh!” lututmya membentur bebatuan. Perih.
“Ibu ... hiks ... ayah,” panggilnya lirih.
Ia tak sanggup lagi berlari, ia pun pasrah jika harus mati dimangsa serigala di hutan ini. Perlahan, kesadarannya pun berkurang. Masih ia rasakan hembusan panas dari mulut serigala, lalu terdengar lolongan saling sahut menyahut memanggil para kawanannya.
“Kita akan bertemu di surga, ayah ... ibu,’ ujarnya lirih
sebelum ia tak sadarkan diri.
Beberapa jam kemudian. Bocah itu terbangun, matanya mengerjap, seluruh tubuhnya terasa sakit.
Perlahan matanya membuka sempurna, suasana tampak remang-remang. Bocah itu mendudukkan dirinya.
“Ugghh!” keluhnya saat ia bangkit.
“Grrr!”
Bocah tak bernama itu beringsut mundur. Namun saat menatap serigala di depannya, seakan mengajaknya berbicara. Bocah itu menetralkan ketakutannya.
“Aku di mana?” tanyanya lirih.
“Kau ada di sarang kami, My lord!” jawab serigala.
Bocah itu berjengkit kaget. Ia yakin jika binatang itu bisa bicara bahasa manusia.
“K-kau bisa bicara manusia!”
“Tidak. Tapi My Lord lah yang mengerti bahasaku!” jawab serigala.
“Tadi kau panggil apa aku tadi?” tanyanya sekali lagi kurang yakin akan pendengarannya.
“My lord,” jawab serigala.
“Ini tidak mungkin! Aku hanya manusia biasa. Aku bukan lah nabi dan aku bukan tuanmu!” sergah bocah itu tak percaya.
“My lord memang bukan nabi, tapi kau memang tuan kami dan kau memiliki kemampuan itu dan hanya bisa bicara dengan para serigala!” jelas serigala panjang lebar.
“Jadi aku hanya bisa bicara dengan kalian tapi tak bisa bicara dengan hewan lainnya?”
“Mungkin, My lord,” jawab serigala seperti membungkuk hormat.
“Sepertinya, aku sesuatu yang penting bagi kalian?” tanya bocah itu menduga.
“Nanti kau akan tahu jawabannya, my lord!”
“Aku tak tahu siapa aku,’ cicit bocah itu murung.
“Nanti my lord akan tahu,” sahut serigala itu.
Binatang itu pun pergi dan berlalu. Di sisi kanan bocah itu terdapat berbagai buah dan makanan yang sepertinya enak. Tanpa pikir panjang, bocah itu memakan makanan yang terhidang. Usai makan ia merasa kehausan, satu cawan air tak jauh terhidang di sisi kirinya.
Lagi-lagi ia meminum minuman itu tanpa berpikir lagi. Perlahan dirinya terasa ngantuk. Ia pun merebahkan dirinya dan tertidur.
Sementara serigala yang tadi menghadap bocah itu, kini berada di depan ketua para serigala. Binatang paling besar dan paling kuat. Serigala itu membungkuk hormat pada ketua serigala.
“Yang Mulia!’
“Bagaimana, apa the lord sudah sadar?”
“Sudah Yang Mulia. The lord sudah sadar!” jawab serigala masih membungkuk.
“Baik lah. Kita urus dia sampai waktu yang di tentukan. Siapkan semuanya. Sudah waktunya mereka bersiap akan kedatangan seseorang yang akan membereskan semua masalah yang mereka ciptakan sendiri!” titah ketua serigala dengan penuh nada ketegasan.
“Baik Yang Mulia!” seru segerombolan serigala.
“Yang Mulia, bagaimana dengan kumpulan Zoor?” tanya salah satu serigala sedikit khawatir.
“Biarkan mereka. Toh, mereka dikhianati oleh manusia pujaannya sendiri!” jawab sang ketua penuh kewibawaan.
Semua serigala membungkuk hormat. Lalu semuanya membubarkan diri. Mereka membangun juga mempersiapkan sesuatu guna melatih manusia yang mereka yakini akan mengagungkan nama mereka.
Sedang di tempat lain sekawanan kelompok serigala mati bergelimpangan dengan tubuh terkoyak. Sosok remaja mengamuk sejadi-jadinya. Ia gagal menumpas satu-satunya lawan yang akan membinasakan dirinya nanti.
“Kalian tak berguna!” teriaknya.
“Ini adalah salahmu sendiri!” erang salah satu serigala yang sudah terkapar.
“Diam, kau!” bentak remaja itu.
Laki-laki berusia lima belas tahun itu begitu marah. Ia baru saja membawa beberapa anak buah yang baru saja direkrut dua tahun. anak buahnya melakukan kesalahan besar. Pembantaian yang mestinya berjalan sempurna, harus gagal gara-gara terpergok salah satu maid.
“Kau .. yang terburu napsu ... Kiev. Aku sudah memperingatimu ... sebelumnya,” ujar ketua serigala dengan nada terputus-putus.
“Diam ...!!” teriak Kiev.
Kiev adalah anak yang diambil oleh gerombolan serigala. Bedanya Kiev mengenali kedua orang tuannya. Kiev diambil oleh para serigala. Ada dua kelompok serigala terkuat di hutan. Mereka meyakini jika ada seseorang akan kembali menaikan kaum mereka. Para serigala akan membungkuk hormat pada kelompok lain yang berhasil menemukan anak laki-laki yang tepat.
Ciri-ciri Kiev sangat cocok dengan ramalan yang dipercaya oleh Zoor, nama ketua serigala yang mengambilnya. Ia mengumumkan pada semua penghuni hutan, jika sebentar lagi kaum serigala akan kembali menguasai rimba karena telah menemukan sang junjungan.
Kiev dilatih di bawah bimbingan Zoor. Pengikut serigala yang memiliki bekas luka dekat matanya itu makin bertambah karena mempercayai Kiev akan mengangkat lagi kejayaan mereka.
Serigala yang memiliki warna bulu lebih gelap dan tubuhnya jauh lebih besar di antara serigala lainnya. Zoor makin angkuh ketika Kiev dengan mudah menguasai semua pelatihan hanya dalam jangka waktu lima tahun saja.
Hingga tiba-tiba datang petunjuk jika anak laki-laki yang dipilih oleh Zoor akan mati sebelum berkuasa karena harus melindungi kawanannya. Akan ada pemimpin sesungguhnya yang hadir.
“Ini tidak boleh terjadi!” kecam Kiev dalam hati
“Hanya aku yang boleh berkuasa dan menjadi satu-satunya sang junjungan para serigala. Aku bukan budak mereka!”
Kiev merubah tujuan awal. Remaja itu menginginkan kekuasaan penuh. Ia tak mau menjadi pelindung bagi seluruh kawanan serigala. Kiev mencari tahu siapa yang akan menjadi pemimpin sepenuhnya.
Remaja itu kemudian membangun kelompok sendiri. Tentu bukan dari golongan serigala, melainkan manusia.
“Akan kugunakan kekayaan ayah untuk memperkuat kelompokku!’
Kiev menyeringai sadis. Ia telah menyusun rencana untuk menjadi satu-satunya yang digariskan.
“Aku adalah yang pertama digariskan. Hanya aku yang pantas menyandang gelar The lord!” tekadnya dalam hati.
Bersambung.
Hai ... ini adalah karya baru othor. Kali ini othor akan mencoba menyajikan genre fantasi. Kisah the alpha, sang manusia pemimpin para serigala.
Dukung terus ya karya othor ... makasih.
Next?
Di sebuah hutan belantara, tempat di mana semua hewan liar hidup dengan gerombolannya. Hutan tersebut dipimpin oleh seekor singa. Singa ditakuti oleh semua mahkluk hutan karena hidup bergerombol.
Para singa betina suka sekali hidup berkerumun bahkan saling menyusui, walau itu bukan anak mereka. Itulah yang membedakan singa dengan yang lainnya.
Begitu banyaknya singa jantan, namun mereka tak pernah menggugat satu dengan lainnya, kecuali berebut betina. Sedang kekuasaan diambil oleh singa paling besar di antara mereka. Singa dengan bulu paling gelap dan surai paling lebat. Singa itu bernama Zimba.
Zimba yang memimpin semua kalangan hewan, ia lah yang menempatkan letak dan gerombolan hewan-hewan. Walau rantai makanan tetap berjalan dan menempatkan mereka di peringkat paling atas. Hukum rimba tetaplah berjalan seusai dengan kekuatan hewannya. Bahkan tak jarang binatang paling buas bisa mati dengan gerombolan domba atau kijang bertanduk.
“Paduka, ada gerombolan manusia memasuki wilayah hutan!”
Seekor singa yang ukurannya lebih kecil memberi laporan. Tubuhnya membungkuk hormat pada sesembahan hutan. Zimba menatap Goor dengan pandangan tajam dan menusuk.
Zimba sangat takut jika manusia masuk lebih dalam dan merusak keseimbangan hutan.
“Halau mereka dengan cara apa pun!” titahnya tegas.
“Mereka membawa senjata api dan membawa kumpulan anjing untuk menyusuri hutan!” adu Goor lagi.
“Goor!’
“Baik paduka!”
Goor pun pergi dan memberitahu kawanan agar menghalau rombongan manusia agar tidak masuk hutan lebih dalam lagi. Zimba menghela napas panasnya.
“Moksa!’ panggilnya.
Sosok hewan melata datang menghampiri.
“Paduka!” sahut Moksa dengan desis dan derit yang menakutkan.
“Cari tahu siapa yang membawa masuk mereka ke hutan!” titahnya. “Bantu mereka menghalau manusia masuk ke sini!”
“Baik paduka!’
Moksa melesat meninggalkan Zimba. Hewan besar itu merebahkan tubuhnya mengawasi di daerah paling tinggi.
Tatapannya yang tajam dan sangat mahir memindai semua pergerakan mahkluk hutan. Hewan besar itu makin gelisah ketika melihat pergerakan manusia mulai memasuki kawasan kelinci. Zimba berdiri, angin mengembus surainya yang panjang, hewan itu begitu gagah.
Lalu dengan aumannya yang keras dan besar, mampu membuat semua penghuni hutan takut dan bersembunyi di tempat paling aman.
“Astaga ... singa!” teriak salah satu manusia.
Para anjing menyalak dan hendak lari dan melepaskan diri dari kekangan manusia. Hewan-hewan itu juga takut akan auman sang raja rimba.
“Aku sampai merinding. Apa kita hentikan saja perburuan ini?” tanya salah satu manusia sambil bergidik takut.
“Kita sudah sejauh ini. Mana mungkin kita kembali!” seru salah seorang yang nampaknya pemimpin rombongan pemburu.
“Tapi dari tadi kita tak mendapatkan apapun. Bahkan anjing-anjing ini juga mulai takut!” sela salah seorang lagi.
“Kita sudah satu jam berputar di hutan ini!” lanjutnya.
Goerge pimpinan pemburu tampak berpikir panjang. Anjing-anjing tak mau lagi berlari lebih dalam untuk masuk. Ia sangat yakin jika para penghuni hutan bersembunyi di tempat paling dalam hutan. dengan kesal ia melepaskan tembakan ke arah pohon berharap mengenai sasaran, apapun itu.
Dor! Hanya daun-daun yang berguguran karena letusan. Namun harapannya kosong. Tak satupun hewan keluar karena terkejut. George marah luar biasa.
“Tidak mungkin hutan ini sepi penghuni!” teriaknya.
“Hari mulai gelap. Sebaiknya kita kembali, sebelum kita tersesat dan kehilangan jalan pulang. Para anjing tak mampu mengingat jalan jika kita memaksa!” ujar salah seorang memberi saran.
George terpaksa mengikuti semua rekannya. Ia kalah suara dan mereka akan marah jika George memaksakan kehendak. Sepuluh laki-laki akhirnya bergerak keluar hutan dengan laras panjang mereka. Para anjing nampak senang, karena mereka akhirnya pulang dan bisa tidur di rumah hangat.
Sepasang mata dan lidah menjulur, tampak mengamati pergerakan manusia. Desisan dan derit seekor ular yang sangat menakutkan, nampak tenang dan lega. Tubuh melata itu melesat meninggalkan tempat di mana ia mengamati situasi. Sedang di bukit tempat di mana Zimba berada tampak masih setia mengamati.
Angin menerpa surainya hingga melambai-lambai. Matanya masih menatap gerombolan manusia yang bergerak keluar hutan. sang raja rimba mengembuskan napas lega.
Di dalam hutan, ada beberapa kumpulan serigala hidup berdampingan dengan makhluk lainnya. Semua rukun dan memang rantai makanan tetap berjalan seperti biasanya. Hingga ada beberapa kumpulan yang masuk pemukiman manusia. Lalu di antara mereka menjadi peliharaan. Dari sanalah masalah mulai timbul.
Serigala memang tidak sama dengan anjing. Tapi serigala akan menjadi jinak pada tuan yang memberinya makanan. Terlebih sang tuan membebaskan serigala tetap dalam hutan. namun ketika makan tiba, serigala-serigala itu akan kembali pada tuannya.
Hal ini membuat George memiliki ide brilian. Ia akan menggunakan para serigala untuk membawa mereka masuk lebih dalam ke hutan. Pria itu yakin jika serigala memiliki ingatan kuat untuk masuk ke dalam hutan. Pria itu makin mencari tahu fakta tentang kawanan serigala.
“Ah, serigala akan kembali pada kawanannya atau pemimpinnya. Mereka memiliki sistem hierarki yang tinggi dan hanya mematuhi satu serigala paling tinggi kekuasaannya,” ia bermonolog.
“Tapi suara singa dalam hutan itu?” George sempat ragu.
“Hanya satu auman saja mampu menggetarkan seluruh tubuhku!” lanjutnya dengan suara takjub.
George mengangkat tangannya, di sana bulu-bulu halus berdiri.
“Bahkan hanya mengingatnya saja. Aku sudah merinding ketakutan!”
George termenung. Ia duduk di kursi malas. Istri dan dua anaknya sudah tidur dari tadi. Musim gugur sebentar lagi akan usai. Musim dingin sudah mulai terasa. Bahkan setiap pria itu menghela napasnya, ada asap tipis keluar dari mulut atau hidungnya.
“Apa menunggu hingga musim semi tiba?” ujarnya lagi bermonolog.
“Ah, ya. Para makhluk hutan tentu paling tahu cuaca, mereka sudah mengumpulkan makanan dari musim semi untuk menghadapi musim dingin datang!” serunya berasumsi.
Keinginannya berburu dan ingin mengalahkan penghuni hutan yang paling berkuasa di sana. julukan “The best Hunter” membuatnya gelap mata. Ia sudah membunuh setidaknya delapan singa dan sepuluh beruang dengan senjatanya.
“Akan kubunuh, hewan yang paling berkuasa di sana. binatang itu harus tahu, jika manusia lah yang paling tinggi kedudukannya!” ujarnya sambil menyeringai sadis.
“Siapapun kau ... manusia adalah mata rantai makanan paling tinggi!” ujarnya penuh keangkuhan.
“Sayang ... sedang apa kau berlama-lama di luar, hari mulai dingin?” sosok cantik keluar dengan balutan selimut tebal.
George menoleh. Dari tatapan licik berubah menjadi lembut dan penuh cinta. Sang istri menyampirkan selimutnya ke tubuh sang suami. Kini keduanya dalam balutan selimut. Dua wajah saling dekat, bahkan hidung keduanya saling bersinggungan. Embusan panas yang keluar dari mulut keduanya menyapu wajah masing-masing. George mengecup cepat bibir sang istri.
“Nanti kau sakit,” lanjut wanita itu dengan nada khawatir.
“Ayo kita masuk sayang,”ajak pria tersenyum dengan suara serak.
Keduanya pun masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Lampu di matikan semua penghuni di desa tersebut sudah terlelap dalam mimpi mereka. George membawa tubuh sang istri dalam penyatuan panas dan cumbuan yang membuat keduanya menggelepar penuh nikmat. George benar-benar bernapsu. Idenya membuat pria itu bergairah untuk bercinta dengan panas bersama istrinya.
bersambung
next?
Sudah dua hari ini, George memberi makan serigala yang suka sekali masuk ke pemukiman warga. Musim dingin segera tiba. Hewan buruan yang menjadi makanan serigala sudah tidak ada yang keluar lagi dari sarangnya.
Hingga hewan bertaring tajam itu masuk ke pemukiman untuk mencari makanan.
“Hi!” sapanya dengan senyum penuh rencana.
Pria itu meletakkan tiga potong daging di dekat kakinya. George ingin sekali menyentuh hewan buas itu. Ia ingin tubuhnya dibaui oleh serigala hingga jinak dan menuruti kata-katanya.
Tiga ekor serigala menatapnya dengan tatapan tajam.
George adalah seorang pemburu handal dan terbaik yang pernah dimiliki oleh kota itu, mungkin saja dunia. Tentu hal semacam tatapan mengancam dari hewan buas mampu ia hadapi dengan tenang. Ia pernah membunuh begitu banyak hewan buas dengan tangannya sendiri.
“Tenanglah kawan. Aku hanya ingin berbagi denganmu,” ujarnya meyakinkan.
Sudah lima hari ini hewan yang sama mendatangi rumah pria yang selalu memberinya daging segar. Entah itu daging ayam atau pun daging sapi. George sangat mengenali tiga ekor serigala itu.
“Mereka hewan yang kemarin datang!” gumamnya senang dalam hati.
George mundur tiga langkah dari daging yang ia letakkan di tanah. Tiga hewan liar dan buas itu maju satu langkah. Pria itu mundur lagi setengah langkah.
Perlahan salah satu serigala maju mendekati potongan daging. George tetap tenang dengan jantung berdebar.
Serigala yang maju itu mengambil daging dan mundur, lalu dua ekor lagi mengambil sisa daging yang diletakkan George.
Ketiga hewan itu melangkah pergi. Namun salah satunya menoleh pada George. Pria itu tersenyum penuh arti. Ia melambaikan tangannya seakan meminta mereka datang lagi jika masih kurang.
“Aku akan menyiapkan makanan utuh untuk kalian dan kawanan kalian!”
Serigala itu pun lari menyusul dua kawanannya. George tersenyum dengan seringai menakutkan. Ia yakin tak butuh waktu lama. Dirinya akan membunuh sang penguasa rimba.
“Jangan panggil aku The Best Hunter jika tak mampu mengulitimu dan memamerkan kepalamu di ruang tamuku!” ujarnya bengis.
Selama musim dingin. George benar-benar melaksanakan janjinya. Pria itu memberikan empat ekor daging ayam utuh, bahkan tak segan ia membeli domba dan memotongnya lalu membaginya begitu saja pada hewan buas itu.
Tadinya hanya tiga ekor, lama kelamaan sekumpulan serigala mendatangi halaman belakang rumah George.
Pria itu sengaja lama keluar dari dalam rumahnya. Ia ingin hewan-hewan itu memanggilnya, seperti anjing jinak yang menginginkan makanan. Benar saja. Tak lama, kumpulan serigala mulai menyalak seperti anjing. George pura-pura keluar dengan tatapan terkejut.
“Ah, kalian lapar ya?” tanyanya dengan nada menyesal.
Beberapa serigala tampak mengibaskan ekor mereka. Hal itu membuat George senang bukan main. Kibasan ekor bertanda jika hewan itu mengharapkan kehadirannya. Ia pun segera mengambil dua bagian daging domba yang sudah dipotong.
Pria itu membawanya dan berjalan mendekati kawanan itu. beberapa masih takut dan mundur. Tapi melihat ada yang jinak dan bahkan mau dipegang dan dibelai.
Akhirnya membuat yang lain tak takut lagi.
Para kumpulan pemburu juga melakukan hal sama dengan ketua mereka. Semuanya tampak menuruti keinginan Goerge. agar ketika musim semi tiba. banyak para hewan melakukan musim kawin, yang di yakini jika semua binatang akan keluar dari sarang mereka.
“George, apa hari ini kita akan kembali ke hutan itu?” tanya salah satu pemburu.
“Ya, tapi kita bawa makanan untuk hewan-hewan itu dulu,” jawab George.
“Lalu kita memburunya.” lanjutnya pelan dengan seringai bengis.
George sengaja mengantar makanan pada serigala langsung ke wilayah kawanan itu. Pria itu sengaja melakukan itu, agar hewan buas itu percaya padanya. Para serigala tampak senang, itu terlihat dari kibasan ekornya.
Semakin lama para serigala tergantung pada makanan yang George berikan. Lalu ia dan kawan-kawan sesama pemburu membeli satu ekor sapi dengan ukuran sedang.
“Kita bawa sapi ini ke kawanan itu dan lepaskan. Hewan-hewan itu pasti mengejar buruannya. Di sana kita akan masuk mengikuti mereka, pura-pura membantu melumpuhkan buruan mereka.”
Ide brilian George sangat disenangi para pemburu lain. Mereka membawa sapi itu dengan mobil bak terbuka. Pagi menjelang. Para pemburu telah mengisi senjata dan parang. Mereka akan bersenang-senang dengan hasil tangkapan yang akan mereka bawa pulang nantinya.
Delapan mobil dengan satu kendaraan bak terbuka yang membawa sapi. Mereka pun pergi ke hutan dengan debaran jantung yang menggila. Adrenalin mereka terpacu, seakan menantang sosok penguasa terkuat di sana,
“Ingat ... singa itu adalah bagianku!” tekan George pada para pemburu.
Benar dugaan pria itu. mereka mendapati hewan-hewan yang berlarian ketika mereka lewat. Tapi mereka tak memburu hewan-hewan itu. tujuan mereka satu. Menghancurkan hutan.
“Kita ke kawanan serigala!” teriak George.
Setelah memasuki kawasan. Orang-orang mulai menurunkan sapi. Para serigala mulai berdatangan dengan kibasan ekor dan lidah menjulur. Gonggongan terdengar, tanda hewan buas itu menyambut manusia datang.
Ketika sapi turun, George sengaja melukai sapi di paha binatang itu lalu menepuk keras pinggul hewan tersebut.
Tentu saja sapi lari. Darah yang mengalir di kaki hewan itu tercium oleh para serigala. Lagi-lagi dugaan George tepat. Para serigala tak mau buruannya lepas, gerombolan hewan itu mengejar makanan mereka.
“Kita ikuti!” teriak George, langsung membawa senjatanya.
Dua puluh pria mulai berlari mengejar para serigala dengan kendaraan jeep terbuka. George mengomandoi. Hingga mereka masuk lebih dalam ke hutan, orang-orang mulai turun karena tak dapat dilalui oleh kendaraan mereka.
“Sapinya berhenti di sana, mereka belum terlalu dalam masuk ke hutan!” lapor salah satu pemburu.
George mengokang senjata. Ia pun menembak dan membuat sapi itu lari. Para serigala mengejar i
buruan itu. Lalu ia meng-kodekan para pemburu lain untuk mulai berburu. Maka tak lama, terdengar letusan senjata. Semua hewan mulai ketakutan. Zimba yang tengah berburu mendengar letusan itu.
Hewan besar itu pun berlari menuju bukit, binatang itu meninggalkan buruannya begitu saja. Heiyna berdatangan untuk merebut hasil buruan sang raja rimba.
“Goor!” teriaknya.
Goor yang sedang kawin dengan betina yang berhasil ia rebut dari pejantan lain langsung melepaskan diri.
Hewan itu berlari kencang menuju sang pemimpin sebelum dirinya mati karena lambat.
“Paduka!”
“Lihat itu!” titah Zimba.
Goor menatap manusia digiring para serigala memasuki hutan dan mulai menembaki hewan-hewan.
Salah satu dari mereka berhasil membunuh satu ekor rusa dengan tanduk paling indah.
“Mereka membunuh Xeyla!” teriak Goor dengan tatapan tak percaya.
“Siapkan pasukan. Kita bertempur habis-habisan!” titah Zimba.
Goor berlari menuju kawanan. Zimba mulai mengaum keras berkali-kali. Semua hewan tau arti auman itu. George mendengar auman itu, ia tersenyum lalu menatap bukit. Di sana sosok siluet hewan paling besar bersurai panjang berdiri.
Zimba menembus mata kecil yang menatapnya.
“Kita bertemu lagi ... buruan!” gumam George dengan seringai licik.
bersambung
manusia memang pemusnah!
next?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!