NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Kedua Sang Presdir

harus ikhlas menerima kenyataan pahit

aku pun baru saja kehilangan kedua orang tuaku, hati ini terasa kosong seperti tidak punya semangat untuk hidup. aku tinggal di rumah yang tidak terlalu besar tapi layak untuk di huni. orangtuaku meninggal akibat kecelakaan tragis yang menimpa mereka berdua. hatiku begitu hancur berkeping-keping mendengar berita besar yang mengakibatkan kedua orangtuaku mengalami kecelakaan dan mengakibatkan meninggal di tempat. aku menangis sejadi-jadinya di makam kedua orangtuaku yang tanahnya masih basah dan masih banyak taburan bunga di atas makam kedua orangtuaku. paman menepuk pundakku lalu aku menoleh dengan linangan air mata yang jatuh ke pipiku. Karena tak kuasa harus menerima kenyataan pahit ini.

"sudahlah zahra ikhlaskan ayah dan ibumu, mereka sudah tenang disana."pamanku berucap kepadaku dan mengusap-usap punggungku supaya aku lebih tegar dan kuat. Yahh harus kuat menerima kenyataan yang ada di depan mata kepalaku sendiri.

hiks...hiks...hiks...

aku menangis sesegukan mendengar penuturan pamanku. "tapi paman aku harus tinggal dimana, aku tidak sanggup harus tinggal di rumah itu karena terlalu banyak sekali kenangan mereka berdua." ucapku sambil menangis sesegukan.

"kamu tenang saja, kamu bisa tinggal dengan paman. ikut paman ke kota." ucap pamanku memberi saran.

" T-tapi paman apa tidak apa-apa aku ikut dengan paman, aku takut dengan bibi Rani." ucapku kepada paman sambil menundukkan kepala.

"tidak apa-apa, ayo kamu ikut dengan paman." ujar pamanku.

" ayah,, ibu,, aku akan pergi ke kota dengan paman dan aku akan tinggal di sana untuk waktu yang lama. aku akan menjenguk kalian Sesekali bila aku tidak sibuk." ucapku sambil menyeka sudut mataku yang penuh dengan air mata. lalu aku bangkit menyusuri jalan Setapak menuju jalan raya besar.

aku dan paman pergi dari makam kedua orangtuaku dan segera bergegas menuju mobil milik pamanku. aku masuk ke dalam mobil paman dan duduk di samping kursi Pengemudi. aku menatap ke Sembarang arah, melihat-lihat jalan yang sangat ramai. air mataku tidak mau berhenti, menyeka sudut mataku yang di penuhi air mata menggunakan tisu, hati ini masih terasa sakit, pikiran ku terasa hampa dan kosong.

"sudahlah zahra, ikhlaskan. kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus bangkit." tutur pamanku.

aku memilih diam sembari menatap jalanan, dan rasa kantuk itu tiba-tiba menyerang lalu aku pun terlelap saking kebanyakan menangis aku pun tertidur.

"zahra...zahra...zahra,, bangun nak kita sudah sampai." ucapnya lalu pamanku menggoyang- goyangkan lenganku. aku terkesiap ternyata sudah sampai di rumah pamanku . lalu aku turun dari mobil. dan menutup pintunya. betapa terkejutnya aku melihat rumah paman yang sangat megah dan mewah itu.

"I-ini rumah paman, besar sekali." ucapku takjub menatap bangunan yang megah itu.

paman hanya terkekeh melihatku. lalu mengajakku untuk masuk ke dalam rumah besar itu.

" ma,, mama???" Teriak pamanku memanggil-manggil istrinya itu.

dari lantai atas aku melihat seorang wanita cantik walaupun usianya tidak muda lagi, ia adalah bibiku? namanya bibi Rani. ia menuruni anak tangga dengan angkuhnya menatapku dengan begitu sinis. memang dari dulu bibiku sangat tidak suka padaku dan keluargaku karena kami tidak selevel dengannya. Lihat saja pakaian yang melekat di tubuhnya pasti barang-barang mahal semua. Entah kenapa aku merasa insecure melihatnya.

"kenapa anak ini kamu bawa sih pa." ucapnya ketus dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"MAMA,,."bentak pamanku kepada istrinya itu yang tak sopan pada keponakannya sendiri.

"loh kenapa sih pa, kok malah marah-marah ke mama."jawabnya sengit tapi ekor matanya masih menatapku seperti melihat musuh.

"zahra akan tinggal disini." Seru pamanku.

"A-apa papa bilang, coba ulangi." kata bibiku begitu terkejut mendengar penuturan suaminya itu. Paman tio menghela nafas besar dan menatap istrinya itu.

"zahra akan tinggal disini, bersama kita." ungkap paman mengulang lagi dengan tegas.

"gak bisa gitu dong pa, kenapa harus tinggal disini sih. mau tinggal dimana dia??" jawab bibiku tak Terima bila aku tinggal disini.

"zahra akan tinggal di kamar kosong di lantai atas." ucap pamanku tegas dan tak mau di  bantah.

"aku gak setuju,," jawab seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah. ia adalah hana anak dari pamanku.

"nah hana aja gak setuju, apalagi mama." jawab mereka berdua kompak..

"pokoknya papa tidak mau tau, zahra akan tetap tinggal disini bersama kita..TITIK," ungkapnya tegas mengajakku untuk naik ke lantai atas.

"nah zahra ini kamar kamu yah," kata paman tio.

"wah besar sekali kamarnya paman, ini mah lebih besar dari kamar zahra." kataku jujur.

paman hanya menggelengkan kepala melihatku, aku menunduk malu, melihat kelakuanku yang norak ini.

"ya sudah kamu istirahat, ganti baju lalu turun ke bawah untuk makan malam, "seru paman.

" emmm.. makasih paman, sudah mau nampung zahra disini.." ucapku tulus.

"kamu tidak perlu berterima kasih nak, kamu kan keponakan paman satu satunya sudah seharusnya paman bantu keluarga paman," jawabnya padaku.

aku menganggukan kepala, lalu paman berlalu pergi dari kamar yang aku tempati. aku segera merapikan baju bajuku ke dalam lemari.

namun di sisi lain, di lantai bawah ibu dan anak kekeh menolak kalau zahra tinggal disini

"kenapa sih anak itu harus tinggal disini, dia kan punya rumah di kampung kenapa harus tinggal di kota."seru bibi Rani tak terima.

"Iya betul itu kata mama pa, kenapa anak kampung itu harus tinggal disini. aku kan malu kalau teman-temanku tau, aku punya sepupu yang kampungan dan udik itu." hana bergidik jijik.

"sudah cukup kalian jangan membantah, zahra itu masih saudara sepupu kalian berdua. sudah seharusnya kita saling tolong menolong. ini malah memprotes gak jelas." bentak paman Tio dengan nafas yang memburu.

mereka berdua terdiam menundukkan kepala , tidak bisa berbuat apa-apa bila suami dan papanya berucap seperti itu

"cih,, aku harus cari cara untuk mengusir gadis kampung itu." gerutu hana dalam hati. ia tak Terima di bentak oleh ayah kandungnya sendiri cuma karena gadis kampung itu.

lalu mereka semua segera naik ke lantai atas untuk bersiap-siap untuk makan malam bersama.

suasana di ruang makan sangat dingin dan mencekam, tidak ada yang berbicara sama sekali hanya tatapan sinis, dan lirikan tajam menuju ke arahku. ya aku baru saja turun dan menuju ruang makan, baru saja aku mendorong kursi yang kosong untuk duduk di samping pamanku,mereka berdua seperti tidak suka kalau aku berada disini .

"emm, paman lebih baik aku makan di belakang saja. gak enak kalau disini takut hana dan bibi gak suka keberadaanku." jawabku lirih.

" tidak usah kamu hiraukan, abaikan saja mereka berdua dan kamu tetap akan disini zahra." Seru pamanku.

"baiklah, karena semuanya sudah berada di tempat masing-masing, mari kita mulai makan malam." titah paman Tio.

mereka semua menikmati makanan yang ada di piring masing-masing, tidak ada yang bersuara hanya terdengar suara denting sendok dan garpu. makan malam telah usai, mereka semua bangkit dari tempat duduknya, hana bergegas naik ke lantai atas, sedangkan bibi sedang menonton televisi di ruang tengah. dan pamanku berlalu pergi ke ruang kerja nya yang ada di lantai atas. aku mendekati bibiku yang asik menonton film, lalu aku duduk di sofa samping bibi .

" kamu ngapain disini." jawabnya sewot sekali.

"emm.. anu bibi, apa boleh aku duduk disini menonton tv disini." Pintaku kepada bibi Rani.

bibi melirik ku sinis, lalu membuang muka ke sembarang arah. aku menghela nafas panjang sepertinya bibi tidak suka kalau aku berada di ruang tengah hanya untuk sekedar menonton tv.

"ya sudah boleh tapi kamu jangan dekat dekat bibi, kamu duduk aja tuh di pojokkan sofa ." ungkap bibi merasa jijik denganku sambil mengibas-ngibaskan tangannya supaya aku menjauh darinya.

aku mengganggukan kepala, lalu duduk di pojokan sofa. setelah selesai menonton TV . aku bangkit dari sofa menuju ke lantai atas menuju kamar yang baru saja aku tempati.

aku membuka pintu kamar, lalu segera bersiap untuk tidur. ku baringkan tubuh ini di atas ranjang . tiba tiba air mata ini terjatuh sendiri, aku terisak mengingat kenangan manis dengan kedua orangtuaku. "Tuhan kenapa engkau mengambil orang yang sangat aku cintai, aku sangat rindu kepada mereka berdua." ucapku lirih sembari menangis sesegukan hingga tak terasa tertidur pulas saking seringnya menahan tangis terus-menerus seperti ini.

harus kuat menjalani hidup

di pagi hari, sinar mentari melewati sela sela tirai yang berayun ayun, membangunkan seorang wanita cantik yang sedang tertidur pulas. aku mengerjapkan kedua mataku melihat jam di atas nakas ternyata sudah pagi. karena kebanyakan menangis jadinya aku tertidur. bodohnya aku pake segala ketiduran . lupa untuk ganti baju. lalu aku berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar, astaga betapa terkejut nya aku melihat isi kamar mandi yang sangat luas berbeda sekali dengan yang ada di rumahku .

aku bingung dengan tombol yang ada di dalam bak mandi, aku menekan tombol berwarna merah ternyata itu untuk air hangat, aku menanggalkan semua pakaian ku dan mencoba berendam di dalam bak mandi yang sangat luas, aku menikmati sensasi air hangat yang menerpa pori-pori kulit di tubuhku, rasanya menenangkan sekali rasanya aku malas sekali untuk bangkit, aku memejamkan mata sejenak .

Tak terasa sudah 15 menit aku berendam, lalu aku menggosok-gosokkan badan dengan sabun cair yang ada di meja kecil. lalu aku memakai bathrobe alias baju mandi, lalu berjalan menuju lemari pakaian dan memakai pakaian yang ku bawa dari rumah. setelah aku memakai pakaian, aku menuju meja rias untuk memoles make up tipis dan memakai lipstik tipis, dan membuka pintu kamar untuk turun di ke bawah, aku menuruni anak tangga dan ternyata paman, bibi dan hana sudah ada di ruang makan. lalu paman melambaikan tangan untuk meminta ku sarapan bersama. rasanya tidak enak saja kalau aku sarapan di meja makan karena aku di tatap sinis oleh bibiku dan anaknya.

"zahra kemarilah, kita sarapan bersama." paman mengajakku untuk bergabung sarapan bersama dengan mereka semua di atas meja.

"SE-selamat pagi paman,..bibi,...hana. "ucapku gugup tak berani menatap mereka bertiga.

"selamat pagi zahra, "seru paman tersenyum hangat . tapi hanya paman saja yang menyapa, tidak dengan 2 orang wanita yang ada di depanku ini. lalu aku menarik kursi dan duduk. aku membalikkan piring, lalu paman menyodorkan wadah nasi goreng di depanku.

"makan lah zahra, ini nasi goreng sangat enak , atau kamu mau makan roti. silahkan kamu mau makan yang mana??

Aku mengambil nasi goreng itu dan menaruhnya di atas piringku, lalu memulai memasukkan nasi goreng itu kedalam mulutku. Dan mengunyah secara perlahan-lahan. Sangat enak sekali mirip sekali masakan mama. aku tersenyum getir menatap makanan yang asapnya masih mengepul itu.

suasana tampak hening, karena semua yang ada di meja makan tampak menikmati sarapannya masing-masing,, aku menundukkan kepala sembari menyuapkan nasi goreng kedalam mulutku hingga habis tak tersisa, aku mengambil tisu di kotak wadah lalu mengusap sudut-sudut bibirku. lalu aku bangkit dari kursi ingin membawa piring-piring kotor itu ke arah dapur tetapi paman menahanku untuk tidak melakukannya.

"sudah zahra kamu duduk aja menikmati dessert puding, untuk piring-piring kotor biar para pelayan saja yang membawa nya ke dapur." Katanya lagi dan aku menurut dan duduk kembali di sebelah pamanku.

"biarin aja sih pa, kalau dia mau membantu membawa piringnya." celetuk hana tersenyum mengejek.

"hana..," Bentak pamanku dengan mata yang menatap tajam ke arahnya.

"zahra itu sepupu kamu bukan orang lain."geramnya lagi menahan kesal melihat anak semata wayangnya yang bertindak sesuka hatinya.

"kenapa sih pa? papa selalu saja bela dia." hana menunjukku dengan tatapan sinis nya, lalu dia menghentakkan kursi dan berlari menuju kamar nya .

pamanku menghela nafas kasar, melihat tingkah anaknya yang sangat keterlaluan itu, tapi aku menjadi tidak enak gara-gara aku hana dan pamanku jadi bertengkar.

"zahra kamu jangan masukan ke hati yah ucapan hana barusan." tutur pamanku lembut.

tiba tiba bibi rani datang dan mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatiku.

"papa kenapa sih buat anak kita "hana" menangis, apa gara-gara dia anak kita menangis tadi. "tunjuk bibiku dengan tatapan mata yang begitu sengit.

"sudahlah ma, kamu jangan memperkeruh suasana. zahra itu keponakan kita." tegas paman tio berlalu pergi.

"ini semua gara-gara kamu." bentak bibi rani lalu dia menghentakkan kakinya pergi naik ke atas meninggalkan aku sendirian.

air mata yang ku tahan, akhirnya lolos juga. "kamu harus kuat zahra, gak boleh nangis,"hati kecil ku berucap untuk menguatkan diriku sendiri. aku menghapus air mata ini dan berjalan menuju taman yang lumayan cukup luas.aku Termenung memikirkan kedua orang tuaku. memang benar paman Tio orang kaya yang baik hati, karena dia adik dari mamaku. ia cukup sukses dengan usahanya, memang dia yang paling baik dan sayang padaku dari kecil hanya saja bibi dan anaknya dari dulu sangat gak suka padaku.

Karena perusahaan tempat papa bekerja bangkrut jadi sudah tidak ada penghasilan lagi, rumah lama yang di kota sudah di jual, lalu kami sekeluarga pindah dan papa membeli rumah di perkampungan yang jauh dari kota. ya menurutku cukup asri dan sangat sejuk karena di daerah pegunungan, karena tabungan orangtuaku tidak lah banyak.

papa dan mama akhirnya menjadi petani sayuran hidroponik dan mempunyai lahan yang tidak terlalu luas tapi cocok untuk bertanam cabai dan sayuran lainnya. usaha papa dan mama berkembang pesat hingga akhirnya menambah luas tanah, setiap paman dan bibi ku main kerumah kami yang di kampung, pasti bibi akan marah-marah dan mencibir dengan mulut pedasnya itu. katanya rumah kami sangat kecil, udah gitu gerah gak ada AC. dan lain sebagainya, aku tersenyum tipis dan menghela nafas panjang. "sampai kapan aku disini???,, sedangkan bibi dan hana sangat tidak suka padaku . apakah aku harus pergi dari sini, tapi...!!! aku tersadar dari lamunan karena seseorang menepuk pundakku.

"ehh non zahra, ngapain disini, kok melamun???"tanya bi Nur, wanita paruh baya yang sangat baik hati.

aku menoleh dan tersenyum, "ehh bi Nur, zahra lagi gak ngapa-ngapain kok. hanya duduk menikmati angin sepoi-sepoi bi nur." ungkap ku jujur, padahal aku melamun mengenang mendiang kedua orang tuaku.

"non zahra, kalau hati non zahra alda yang mengganjal bisa kok cerita sama bi Nur, "kata bi Nur lembut.

aku menggelengkan kepala, " enggak ada kok bi Nur, hanya teringat mendiang papa dan mama saja .

bi Nur mengusap-usap punggungku memberi kekuatan, supaya aku tabah dan sabar, harus ikhlas gak boleh sedih. harus kuat menjalani hidup yang masih panjang.

aku mengganggukan kepala, dan memeluk bi Nur namun sayang air mata ini lolos juga, hingga tak terbendung lagi. aku berusaha tegar namun apalah daya hati ini masih sakit hati setelah apa yang terjadi.

"non zahra, tidak usah menyiksa diri sendiri ataupun merasa bersalah, karena memang sudah kehendak takdir Tuhan. kita hanya bisa pasrah dan berdoa saja. "tutur bi Nur hati hati agar aku tidak tersinggung.

aku menyeka sudut mataku yang sudah basah dengan air mataku dan menghapus nya dengan kasar. benar apa yang di katakan bi Nur kalau aku harus kuat, supaya aku bisa melewati semuanya. aku memberi semangat pada diriku sendiri.

aku tersenyum," makasih yahh bi". Ucapku lirih.

sama sama non, ya sudah bi Nur mau ke belakang mau menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. mari non,"ucap bi Nur berlalu pergi .

"kamu ngapain disini." bentak nya dengan suara melengking.

aku menoleh, ternyata bibiku sudah ada di depan mataku dengan gaya angkuhnya itu. dengan sorot mata yang begitu tajam dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"umm, bibi Rani aku hanya duduk saja di taman, "aku menundukkan kepala tidak berani menatapnya.

"enak saja duduk duduk santai, emangnya kamu nyonya di rumah ini, akulah nyonya di rumah ini." bentak bibi Rani.

lalu bibi Rani menyodorkanku sebuah tempat menyiram tanaman, dan gunting untuk membersihkan tanaman liar yang di samping bunga bunga kesayangan bibi Rani. lalu bibi rani pergi begitu saja dengan angkuhnya

lalu men titah kan aku untuk merawat bunga bunga kesayangannya. dengan menghela nafas aku melakukan pekerjaan itu, aku tau ia sengaja melakukan ini padaku, setelah lebih dari 30 menit aku sudah menyelesaikan semuanya,

"loh zahra, kamu ternyata ada disini." jawab paman tio , aku menoleh dan tersenyum ramah pada beliau untuk menutupi kesedihanku. Aku berusaha tetap tersenyum supaya paman tio tak tau aku habis menangis tadi.

"iya paman aku habis menyirami bunga-bunga yang ada disini." kataku pada paman tio.

"kamu ngapain menyirami bunga-bunga yang ada disini, ini sudah ada yang mengerjakan. sudah taro itu gunting dan tempat buat menyiramnya, ayo ikut paman." titahnya lagi.

lalu aku menepuk-nepuk sisa-sisa daun yang menempel di tubuhku, aku segera berjalan mengikuti langkah paman. langkah kami terhenti di ruangan yang terdapat banyak sekali buku-buku berjejer rapih sekali.

"ada apa ya paman." ucapku menatap netra hitam milik pamanku itu.

"udah kamu duduk dulu aja zahra." titahnya lagi.

aku mulai duduk di sofa menghadap pamanku dengan sorot mata yang lurus menatap ke arahnya.

"begini zahra, apa kamu mau kuliah lagi??" tanya pamanku.

aku terdiam mendengar penuturan pamanku, aku memilin ujung bajuku. bingung harus menjawab apa. "aku pengin sekali kuliah tapi aku gak enak dengan pamanku." ucapku dalam hati.

"gimana zahra, apa kamu mau kuliah lagi." pamanku mengulang ucapannya padaku.

"ummm.., gimana yahh paman zahra bingung, dan terus terang saja zahra tak enak sama paman dan bibi, zahra sudah bersyukur banget bisa tinggal disini." ucapku lirih sambil menahan air mata yang sudah hampir mau jatuh. Namun sebisa mungkin aku harus kuat

"kamu gak usah gak enak, kita ini keluarga. sudah seharusnya saling membantu."paman menghela nafas kasar mendengar penuturanku.

"ya sudah kamu pikirkan dulu, baru kasih tau paman." Ucapnya lalu paman bangkit dari kursi bergegas keluar dari ruang kerja nya. aku pun mengikuti langkah pamanku dari belakang.

aku dan paman menuruni tangga, ternyata sudah waktunya makan siang. aku bergegas mengikuti langkah pamanku menuju meja makan disana sudah ada bibi Rani dan hana. seperti biasa mereka menatapku sinis dan angkuhnya.

aku memilih kursi yang kosong jauh dari keduanya di samping pamanku sebelah kiri, lalu menarik salah satu kursi dan mulai duduk. aku begitu takjub banyak sekali makanan yang tersaji di meja makan. aku bingung mau makan apa. aku mengambil ayam goreng dan udang asam manis saja di atas piringku dan menyuapkan nasi beserta lauk ke dalam mulutku, kami menikmati makan siang di piring masing masing tidak ada yang berbicara sama sekali. setelah selesai makan sepertinya paman ingin berbicara pada kami semua yang ada di meja makan.

"papa ingin berbicara dengan kalian semua." ucap pamanku.

"apa yang mau papa bicarakan sih, aku mau siap siap ke kampus nih." gerutu hana dengan nada yang terdengar ketus.

pamanku melirik hana tajam, hingga dia langsung terdiam cemberut tapi anehnya matanya menatap sinis ke arahku.

"papa akan mendaftarkan kuliah zahra di kampus kamu hana." ungkap pamanku ke anaknya itu.

"A-apa papa bilang, zahra satu kampus denganku , oh my god itu gak mungkin. aku gamau satu kampus dengan gadis itu." Hana menunjuk-nunjuk padaku dengan tatapan sinis nya. aku menundukkan kepala saja tak berani melihatnya.

"umm, P-paman, zahra gamau kuliah kok. Z-zahra mau kerja saja paman." ujarku jujur sambil menatap matanya itu.

"loh kenapa zahra, bukannya kamu mau jadi dokter." Seru paman tio.

"nah dia aja katanya gamau kuliah pa, terus kenapa papa maksa banget suruh dia kuliah di kampus hana." ketus hana sewot.

"Lagian aneh deh pa, kenapa sih kamu kekeuh banget mau kuliahin dia." tunjuk bibi Rani padaku dengan mata yang melotot.

"kalian berdua kenapa sih gak bisa bersikap baik ke zahra, hana kalian masih saudara sepupu dan mama, zahra itu keponakan kamu juga." ucap pamanku menahan kesal melihat anak dan istrinya yang selalu tidak suka dengan padaku.

pamanku memijit pelipis nya melihat tingkah keduanya yang selalu bikin emosi jiwa. Pasalnya mereka berdua kenapa tak bisa bersikap baik kepada zahra sepupu dan keponakannya sendiri

"emm paman zahra mau kerja saja, zahra gamau nyusahin paman dan bibi." Ungkapku menundukkan kepala tak berani menjawab lebih atau yang lainnya.

"ya bagus dong sadar diri, kalau kamu tuh nyusahin kami semua."jawabnya tak kalah ketus

"MAMA,.."bentak pamanku pada istrinya itu yang sudah kelewatan

" kenapa sih pa, emang kenyataannya kan kalau dia cuma jadi beban disini." Sindir bibi Rani padaku

lalu bibi Rani bangkit dari duduknya dan mendorong nya dengan kasar. begitupun hana juga sama. hatiku sakit mendengar penuturan bibi Rani ingin rasanya menangis tapi aku tahan. pamanku menarik rambutnya frustasi melihat tingkah keduanya, menghela nafas panjang lalu menghampiriku.

"zahra maafkan perkataan bibi mu dan hana yahh, mereka tidak bermaksud berkata seperti itu." tutur paman hati hati takut aku tersinggung.

"tidak apa-apa kok paman, aku bisa mengerti kok. dan aku sadar diri kalau aku disini hanya menumpang."ucapku lirih.

pamanku menepuk nepuk pundakku, "kamu harus sabar menghadapi sikap bibi mu dan hana yahh, sebenarnya mereka itu baik."tutur pamanku.

aku menggangguk kepala saja dan segera bergegas naik ke atas. setelah sampai kamar lalu menguncinya dengan rapat. air mata yang ku tahan akhirnya lolos juga, aku terisak dan sesegukan. masih terngiang-ngiang hinaan dari bibi Rani dan hana, "Tuhan kenapa mereka berdua sangat tidak suka padaku." aku menangis sesegukan dan berjalan menuju ranjang, membaringkan tubuhku di atasnya. menguatkan hatiku supaya tetap tegar dan kuat menghadapi kenyataan yang ada.

mencoba bertahan

rasanya aku sudah tidak kuat lagi,untuk tinggal di rumah ini, karena berbagai macam hinaan dan lontaran kata pedas yang selalu ku Terima setiap harinya. aku bertahan di rumah ini karena pamanku yang sangat baik padaku, aku harus kuat dan mengelus dada ketika mereka kembali menghina dan mencaci maki ku. "ma pa apa yang harus zahra lakukan . aku menangis tergugu, mendekap foto kedua orang tuaku, aku harus kuat supaya bisa berdiri sendiri. aku menghapus kasar airmata ini. aku melirik jam di atas nakas ternyata sudah mau sore , aku bergegas menuju kamar mandi dan menutup pintunya, menanggalkan pakaian dan menceburkan diri ke dalam bak. aku menekan tombol warna hijau untuk air dingin. supaya pikiran dan tubuh ini menjadi rileks dan segar. aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, aku memejamkan mata sejenak menenangkan hati dan pikiran. memang berendam sangat menyenangkan. lama lama aku betah di kamar mandi cuma buat berendam saja. apa aku harus mencari pekerjaan ya?? "aku mengetuk ngetuk ujung bak mandi sembari berpikir. yahh walaupun ijazah ku hanya tamat SMA tapi aku jurusan farmasi. makannya aku sangat ingin bercita-cita jadi dokter tapi apalah daya cita cita itu harus pupus . aku urungkan niat untuk kuliah karena melihat kondisi keuangan keluargaku. ya walaupun makan seadanya tapi aku dan keluargaku sangat bersyukur atas nikmat yang di berikan Tuhan pada keluargaku.

"baiklah besok aku akan mencari kerja saja, ucapku memberi semangat pada diri sendiri.

setelah lebih dari 20 menit aku berendam, menggosok-gosokkan badan dengan sabun, dan membilasnya dengan air dingin, memakai handuk dan berjalan keluar dari kamar mandi menuju lemari pakaian. dan memakai pakaian rumahan sederhana, dan memakai pelembab bibir supaya tidak kering. lalu aku berjalan ke arah ranjang. duduk di pinggir ranjang mengambil benda pipih sejuta umat di atas nakas. aku pun memulai mencari cari lewat website maupun email. baiklah besok aku akan mengirim surat lamaran kerja ke kantor pos , aku mengecek sisa tabunganku melalui M-banking di ponselku. ya lumayanlah buat mencari pekerjaan sisanya tetap aku simpan. aku akan menulis surat lamaran kerja dulu. setelah di rasa sudah siap semua, zahra merapikan kembali berkas berkas surat lamaran kerjanya.

tok tok tok

"non zahra kata tuan, sudah waktunya makan malam." ucap bi Nur mengetuk pintu kamarku.

" iya sebentar bi, "zahra lagi siap siap dulu.

sudah tidak ada lagi ketukan pintu dari bi Nur. mungkin sudah pergi turun ke bawah. baiklah aku harus segera bergegas turun ke bawah, baru saja aku menuruni anak tangga seperti biasa selalu mendapatkan tatapan sinis dan aura tidak suka nya.

"cih,, manja banget sih segala harus di samperin dulu. "celetuk bibi Rani sinis, melototkan kedua matanya

" tau tuh gatau diri banget, udah seperti ratu saja harus banget di samperin segala. "hana tersenyum mengejek sembari menatap sinis

pamanku mengelengkan kepala sembari menghela nafas frustasi.

aku mengabaikan keduanya, sekarang aku harus bangkit dan tidak boleh lemah di mata mereka berdua. lalu menarik salah satu kursi dan duduk dengan tenang. aku mengambil nasi serta lauk yang ada di meja makan. menyuapkan makanan kedalam mulutku dengan tenang.

"emm,, pa aku boleh minta uang ga. "cicit hana

" buat apalagi emang emang han, tanya pamanku kepada anaknya

"biasa pak buat hangout dong,," ucap hana tersenyum senang

" kan uang yang papa kasih tiap bulan emang gak cukup, "kata pamanku lagi

"ya kurang atuh pa, kan kebutuhan aku banyak belum buat tugas kuliah,belum yang lainnya pa, "rengek nya manja

pamanku menghela nafas, lalu merogoh saku celananya mengambil benda pipih dan mengetik pesan dan ponsel hana pun berbunyi menandakan sebuah pesan masuk , betapa senang nya hana memeluk lengan pamanku.

"thankyou papa, love you, "mengecup pipi papa nya itu.

hana bangkit dari kursi bergegas naik ke lantai atas dengan gembira nya. hati kecilku merasa iri melihat pemandangan manis di depannya, aku hanya mampu meremas ujung baju yang aku kenakan, seperti teriris iris melihat adegan antara ayah dan anak. aku tersenyum tipis melihatnya.

" emm paman,, "aku memanggilnya lalu ia menoleh.

pamanku tersenyum hangat, "kenapa zahra" katanya

"zahra mau minta ijin sama paman boleh?? ucapku hati hati

" kamu mau kemana emang nak, "tungkasnya lagi.

"boleh kah zahra mencari pekerjaan?? "cicit nya lagi

pamanku tampak terdiam, mungkin dia terkejut dengan keinginanku yang ingin bekerja.

" kamu gak usah nyari kerja zahra," kamu bisa bekerja di perusahaan paman. ungkap pamanku

"mama tidak setuju," bibi Rani berkata dengan suara lantang

" kenapa lagi sih ma, bisa gak sih kamu gak usah protes dan mencampuri urusanku. "titah suaminya

"loh aku ini istri mu pa, kenapa aku tidak boleh protes, "cebiknya kesal.

" dia tidak boleh bekerja di perusahaan kita, aku malu pokoknya TITIK. "timpal nya lagi

pamanku menghembuskan nafas kasar menahan emosi

"paman gak usah, zahra mau cari kerja di tempat lain aja." tutur ku hati hati supaya paman tidak tersinggung.

" kamu mau cari kerja dimana nak?? "nyari kerja itu susah loh apalagi di kota. "cicit pamanku memberi nasihat

"nah bagus deh kalau sadar diri, "desis bibi Rani. lalu dia bangkit dari kursi meninggalkan meja makan. ingin menghindari berdebat dengan suaminya itu.

" ya sudah kalau kamu ingin mencari pekerjaan, kamu ada ongkos gak buat besok zahra," pamanku bertanya padaku.

"ada kok paman, zahra masih punya tabungan kok. "cicit ku

" uang yang ada di tabungan kamu udah simpen saja yak," nanti paman transfer ke rekening kamu." pamanku merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya

"ohh iya nomor rekening kamu berapa zahra," pamanku berucap lagi

" tidak usah paman, zahra jadi tidak enak ." aku menundukkan kepala merasa sungkan pada pamanku .

tapi pamanku tetap kekeh dengan pendirian nya, mau tidak mau aku menyebutkan nomor rekening ku, tidak lama suara dering ponselku berbunyi ada notif pesan masuk dan ternyata itu pesan dari M-banking ku, betapa terkejut nya aku setelah mengecek mutasi di rekening ku dan melihat nominal angka yang di berikan pamanku.

"I-ini banyak banget paman, "aku merasa tidak enak menerima uang yang begitu banyak

" sudah gpp nak, itu buat kebutuhan kamu untuk mencari kerja. "tutur pamanku

"T-tapi zahra jadi tidak enak sama paman, nanti bibi Rani akan marah kalau zahra di kasih uang sama paman, "ucapku lirih

" bibimu tidak akan marah zahra, paman jamin itu. nanti tiap bulan akan paman transfer uang buat kamu yahh, biar kamu bisa jalan jalan ke luar." ucapnya lagi

aku menghela nafas pasrah, kalau pamanku sudah memberi titah, tidak bisa di bantah sama sekali

"Terima kasih paman, ya sudah zahra mau ke atas dulu. selamat malam paman. "ucapku tersenyum sopan

paman menganggukan kepala, aku bangkit dari kursi melangkah menuju anak tangga dan segera pergi ke kamarku. aku membuka pintu kamarku dan menguncinya rapat supaya bibi Rani dan hana tidak bisa masuk ke kamarku.

aku melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka lalu mengeringkan muka ku dengan handuk kecil yang tergantung ,membuka pintu kamar mandi dan berjalan menuju meja rias untuk melakukan ritual ku memakai cream malam. dan memasukannya ke dalam pouch dan meletakkan kembali ke tempat semula. besok adalah awal aku membuka lembaran baru,

aku berjalan menuju ranjang untuk tidur karena rasa kantuk yang sudah melanda. ku baringkan tubuhku dan akupun terlelap masuk ke alam mimpi yang indah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!