NovelToon NovelToon

Pangeran Duyung

Malam Penuh Ilusi

Malam sunyi tanpa bintang. Seorang gadis tengah menangis sendiri di tepi pantai, hanya ditemani angin malam dan deburan ombak yang semakin kencang menerpa permukaan karang.

Hawa dingin yang sejak tadi menusuk kulit tak dirasakan. Bahkan andai ada ombak besar membawanya ke permukaan laut, itu jauh lebih baik daripada hidup dalam kubangan luka seperti ini.

"Brengsekkkk! Semua pria memang sama saja! Mereka mahluk sialan yang tidak seharusnya hidup!" maki gadis itu semakin meracau tidak jelas efek alkohol.

Sejak tadi Jesslyn terus menjerit dalam keterpurukan. Hatinya remuk dan hancur tatkala ia mengingat kejadian beberapa jam lalu. Saat ia menyaksikan sendiri kekasihnya tengah bertelanjang badan dengan seorang wanita di kamar kosnya.

Jesslyn tak menyangka bahwa hari ini menjadi hari paling sial untuknya. Yang lebih sial lagi, kekasihnya yang sangat dicintai itu tidur dengan sahabat dekatnya sendiri.

Dalam waktu yang sama Jesslyn merasa ditikam dari arah depan dan juga belakang.

Tanpa basa-basi, saat itu juga Jesslyn langsung pergi meninggalkan kosan Andri. Apa yang ia lihat sudah lebih dari cukup menjelaskan bahwa pacar Jesslyn dan sahabatnya adalah manusia biadab tak berperasaan.

Maka di sinilah Jesslyn sekarang. Duduk di tepi pantai ditemani seribu kesunyian. Ada dua botol wine yang sengaja ia beli sebelum perjalanan ke sini. Satu botol wine sudah habis dan cukup menenangkan hati Jesslyn. Satu lagi masih di tangan, hanya sisa setengahnya karena Jesslyn meminum wine itu nyaris tanpa jeda.

Pelan, Jesslyn merebahkan tubuhnya di atas pasir. Malam ini ia benar-benar ingin hilang ingatan, maka dari itu ia sengaja mabuk seorang diri di pantai dekat kawasan wisata yang tak berpengunjung kecuali dimanfaatkan nelayan untuk pemberangkatan kapal.

Duar ...

Duar ...

Duar ...

Suara kilat dan petir mulai terdengar menyambar-nyambar. Seoalah mereka saling bersautan dengan ombak yang semakin tinggi menerjang karang. Jesslyn yang sudah tak memiliki daya sama sekali memutuskan untuk tidur di pantai itu sampai pagi—berharap ada ombak datang menyeret tubuhnya biar mati sekalian.

"Eugh!"

Tepat tengah malam, Jesslyn merasa tubuhnya seperti ditindih sesuatu. Ia mencoba sebisa mungkin untuk membuka mata. Namun, kepalanya terasa sangat berat, otaknya tak mau diajak bekerja sama untuk membuka mata. Jesslyn berusaha sekeras mungkin sampai matanya berhasil terbuka setengahnya.

Sebuah cahaya menyilaukan menghantam wajah Jesslyn saat ia membuka mata. Seorang pria tampan yang pastinya hanya ada dalam dongeng muncul di balik cahaya itu.

Ah, ternyata ini hanya mimpi, batin Jesslyn. Ia pun menarik pria itu ke dalam pelukannya semakin dalam. Jesslyn dapat merasakan betapa indah lelukan tubuh pria itu walau dalam mata terpejam. Ia memeluknya semakin dalam, dan pria itu melakukan hal yang sama.

Ilusi efek alkohol yang Jesslyn minum benar-benar terasa nyata. Bahkan segala sentuhan yang diberikan pria itu seolah benar-benar sedang ia rasakan.

Jesslyn menjerit. Meracau tidak karuan sambil menjambak rambut kepala pria tampan itu sekuat tenaga. Malam penuh ilusi itu serasa menjadi adegan nyata yang indah bagi Jesslyn.

Hingga pagi menjelang subuh, Jesslyn membuka mata dengan senyuman. Pakaian di tubuhnya masih rapi. Letak tidurnya juga tak berubah dari sejak pertama kali ia berbaring. Menandakan bahwa semalam ia memang benar-benar mendapat pengalaman mimpi erotis bersama seorang pria dari negeri khayalan.

"Ah, apakah yang semalam adalah mimpi? Jadi begitu ya rasanya bercinta? Eh, kenapa sekarang hatiku jadi lebih baik gara-gara mimpi itu!" Jesslyn memeluk tubuhnya sambil tersipu malu. Ia mengecek bagian segitiga milikinya untuk memastikan sekali lagi bahwa yang tadi malam hanyalah mimpi.

"Sip!" Tidak ada darah sama sekali. Miliknya juga tidak terasa perih—yang artinya ia tidak habis melakukan one night stand dengan siapa pun, dan dipastikan tidak ada orang yang datang karena lokasi yang Jesslyn datangi sangat terpencil.

Kisah kehamilan Jesslyn yang misterius pun dimulai dari sini.

***

Kesalahan Fatal

Sementara di sisi lain.

Kerajaan bawah laut sedang dibuat gempar atas pengakuan Pangeran Raven. Putra duyung berwajah tampan itu dihajar habis-habisan oleh ayahnya pasca mengaku habis melakukan hubungan terlarang dengan seorang wanita dari bangsa manusia.

"Bagaimana bisa kau melakukan hal sebodoh itu, Raven? Apa kau tahu apa akibatnya jika kau sampai berani melakukan hubungan terlarang dengan bangsa manusia?"

Pangeran Raven yang semula tertunduk, kontan mendongak penuh. "Bukankah jika hanya melakun sekali tak akan langsung jadi?" tanya pria itu dengan polosnya.

Baginda ranja menggeram. Berkali-kali Permaisuri mengusap dada suaminya agar duyung tua itu sedikit lebih tenang.

"Kau benar-benar bodoh sekali Raven! Apa kau tidak tahu jika spermatozoid pada bangsa ikan memiliki kualitas yang sangat tinggi? Jika dicampurkan dengan gen manusia, sembilan puluh sembilan persen manusia itu memiliki kemungkinan hamil."

"Apa ayah bilang? Ayah tidak bercanda bukan?" Seluruh tubuh Raven gemetar hebat termasuk sirip lebar berwarna biru emas miliknya.

Raven tak bisa membayangkan jika benihnya kini sedang bersarang di perut wanita tak dikenal itu.

"Lalu aku harus bagaimana Ayah? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Raven bingung.

Baginda Raja menatap Raven serius. "Kau adalah putra pertama yang melanggar aturan kerajaan laut, Raven! Jika para petinggi dikerajaan ini tahu bahwa kau melakukan hubungan terlarang dengan bangsa manusia, kau tidak akan diizinkan lagi tinggal di kerajaan laut barat selama-lamanya," ujar sang Ayah.

Raven sendiri memang duyung pertama yang berani melakukan kesalahan sefatal itu. Selama ini cerita cinta antara duyung dan manusia hanyalah ada di dalam dongeng. Sementara di kehidupan nyata, tidak ada satu pun keturunan duyung yang berani menjalin hubungan dengan bangsa manusia. Bahkan mereka cenderung menghindar dan tidak mau berinteraksi dengan bangsa manusia.

Duyung sendiri adalah manusia setengah ikan. Kehadiran mereka ada dan nyata, hanya saja letak tempat tinggal mereka sangat jauh di perairan dalam yang tak bisa dijangkau oleh manusia. Sementara manusia hanya mampu menjangkau lima persen dari seluruh isi lautan yang misterius dan penuh rahasia abadi.

"Tolong maafkan aku Ayah. Aku janji ini yang terakhir dan pertama. Aku tidak akan merambah dunia manusia lagi selama-lamanya," ucap Raven. Duyung tampan itu mulai berlutut di hadapan sang Ayah dan Ibundanya. Memohon ampunan dan sedikit welas asih agar Raven masih diizinkan untuk tetap tinggal.

"Minta maaf saja tidak cukup Raven! Bagaimanapun juga Ayah harus membereskan wanita itu. Sekarang Ayah harus memerintahkan bangsa duyung naik ke daratan karena ulahmu," kata Baginda dengan nada masih marah.

"Untuk apa memerintahkan bangsa duyung naik ke daratan, Ayah? Bukannya pantang bagi kita merambah dataran?" tanya Raven benar-benar tidak paham dengan situasi saat ini. Ia terlalu awam jika sudah menyangkut bangsa manusia.

"Wanita yang kau nodai itu, cepat atau lambat pasti akan hamil Raven. Jika kita tidak membunuhnya, maka keturunan duyung dan manusia akan terlahir untuk pertama kalinya!" tegas Ayah.

Sontak Raven membeliak. "Membunuh?" Ia lalu menggeleng tidak percaya. Jelas Raven tidak suka dengan rencana ayahnya itu.

"Apa tidak ada cara lain selain membunuhnya, Yah? Kasihan sekali jika wanita itu dibunuh. Lagi pula belum pasti juga wanita itu hamil," Kata Raven mempertimbangkan.

"Benih duyung memiliki kualitas yang sangat tinggi Raven. Tidak ada istilah ikan mandul dan keguguran. Jika kita tidak membunuhnya, maka benih itu akan terus tumbuh!"

"Lalu apa yang terjadi jika anakku terus tumbuh di perut wanita itu, Yah?" tanya Raven lagi.

"Bangsa duyung akan celaka karena wanita itu pasti akan melahirkan bayi perpaduan manusia setengah ikan! Dan bangsa manusia yang tamak itu pasti akan mencari keberadaan kita. Apalagi selama ini mereka selalu penasaran dengan keberadaan duyung," ucap sang Ayah.

Raven termenung sejenak. Terus terang saja ia masih tidak percaya bahwa melakukan sekali bisa langsung jadi.

*

*

*

Ngemeng-ngemeng Jesslyn kok kasian banget ya gengs. Udah dihamilin, mau dibunuh pula🤣. Kadang aku gak nyangka kalo cerita outofthebook ini milikku. Wkwkw.

Keluar Di Mana?

"Tapi aku tidak setuju jika harus membunuh bangsa manusia, Yah! Bagaimanapun juga itu salahku. Kita masih punya banyak cara tanpa harus menyakiti manusia itu. Mungkin kita bisa bekerja sama dengan gadis itu, menunggu bayi itu lahir dan membawanya ke laut," usul Raven kepada Ayahnya.

Ibunda yang sejak tadi duduk di samping Baginda Raja ikut menimpali. "Yang dikatakan Raven betul sekali, Suamiku! Lagi pula wanita dari bangsa manusia memiliki masa subur! Jika wanita itu sedang tidak dalam masa subur, ada kemungkinan bahwa benih Raven tidak tumbuh di dalamnya."

Raven pun ikut mengangguk-angguk. "Betul, Yah! Yang Ibunda katakan ada benarnya juga. Belum tentu dia hamil."

Raven yang tadinya putus asa mulai merasa memiliki harapan walau sebenarnya ia tidak paham sama sekali dengan sistem reproduksi manusia. Intinya ia senang saja mendengar penjelasan Bundanya.

Semoga saja wanita malang itu tidak hamil setelah digempur habis-habisan olehnya. Untung saja malam itu Raven menggunakan tehnik hipnotis, jadi wanita itu tidak sepenuhnya sadar bahwa dirinya sedang digagahi oleh pria duyung itu.

"Kalian ini benar-benar duyung bodoh! Memang bangsa manusia memiliki masa subur dan tidak subur, tapi benih Raven akan tetap tumbuh di dalam uterus manusia selama setengah bulan! Bagaimana jika dalam setengah bulan wanita itu mendapatkan masa suburnya?" tanya sang Baginda Raja sambil menatap sengit istri dan putranya secara bergantian.

"Tunggu dulu, Yah! Sepertinya aku melewatkan sesuatu!" kata Raven sumringah. Baginda raja hanya diam dan menunggu anak itu selesai bicara.

"Aku keluarnya di luar! Jadi ada kemungkinan besar dia tidak hamil."

Mendengar itu, permaisuri melengoskan wajahnya malu. Anaknya yang satu ini benar-benar keterlaluan sekali, pikirnya dalam hati.

"Kau yakin keluar di luar?" tanya Ayah, dengan bodohnya ikut memastikan sekali lagi.

Air laut yang dingin itu terasa memanas hanya karena ulah anaknya Raven. Baginda Raja sudah memegang tombaknya erat-erat, siap melemparkan benda itu kepada sang Anak jika kesabarannya sudah benar-benar dibuat habis.

"Yakin, Yah!" Raven menjawab mantap. Namun, dua detik kemudian ia meralat ucapannya kembali. "Tapi yang ketujuh kali aku keluar di dalam."

"Revaaaan!" bentak Baginda Raja seketika.

Wusssss!

Tombak yang sejak tadi dipegang Ayah mulai meluncur dengan bebasnya. Beruntung Raven langsung menghindar karena sudah ancang-ancang, sehingga tombak itu menancap pada dinding karang tebal di belakang pria itu.

"Pergila ke kamarmu Raven! Ayah benar-benar muak menghadapi tingkahmu!" Baginda Raja menggeram sambil memijit pelisnya.

"Lalu bagaimana dengan nasibku, Yah? Apa Ayah tega membiarkanku diusir dari kerajaan ini?" Raven kembali berlutut dan memohon. Kali ini anak itu lebih bersikap serius demi cepat selesainya masalah ini.

"Jika kau memang ingin bertanggung jawab atas kekacauan yang kau buat, maka naiklah ke atas dataran seorang diri saja, cari dan pastikan wanita itu tidak hamil anakmu baru kau bisa kembali lagi ke sini," ujar Baginda sambil menggemeretakkan gigi-giginya.

"Tapi daratan terlalu berbahaya untuk putra kita! Bagaimana jika terjadi sesuatu terhadap Revan?" Ibunda Permaisuri menggeleng tidak setuju. Bagaimanapun juga Raven adalah putra satu-satunya mereka.

"Mau bagaimana lagi? Kau bisa menilai sendiri bahwa putra kita tidak bisa bersikap dewasa. Mungkin dengan menyuruhnya naik ke daratan, Raven akan lebih dewasa menghadapi masalahnya kelak,"

"Tapi, Yah!" sela Raven.

"Tidak ada tapi-tapi Raven! Ini adalah keputusan mutlak! Ayah perintahkan kau naik ke daratan untuk memastikan keadaan wanita itu!" tegas sang Ayah. Raven benar-benar tercengang. Pasalnya ia tidak mengetahui keberadaan wanita itu sama sekali.

"Maafkan Bunda Raven! Kali ini Bunda tidak bisa menolongmu. Semoga kau bisa menyelesaikan masalahmu sendiri," tambah Sang Ibu pasrah.

Mendengar itu Raven terpuruk tak berdaya. Ia benar-benar takut sekali pada dunia manusia yang katanya menyeramkan dan selalu dipenuh kejahatan itu.

"Bagaimana ini?" gumam Raven bermonolog dengan diri sendiri.

***

Hello. Sampai di sini gimana perasaan kalian?

100 komen. Nanti aku up lagi bestieeeee.... 🤣🤣🤣

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!