"Jevano! Cepat! Nanti kamu terlambat! Ini udah jam berapa!" Teriak Tiara dari lantai bawah dapur.
"Iya Ma sebentar! Lagi masukin buku ke dalam tas nih!" Balas Jevano berteriak dari kamarnya.
"Astaga... kenapa baru pagi-pagu gini sih masukin buku ke dalam tas Vano?!" Teriak Tiara lagi.
"Sabar Ma, jangan marah-marah terus. Masih pagi, nanti cepat tua loh" Ucap Deri menggoda istrinya.
"Ck anak Papa tuh! Jangan di manjain terus!" Sembur Tiara kesal pada Deri dan Deri pun hanya mengelus dadanya sabar.
Jevano pun baru saja keluar dari kamarnya, dan turun dari tangga dengan tergesa-gesa sambil merapikan dasi seragam sekolahnya. Karena jam pun sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB, bertanda kalau 15 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.
Hingga membuat Jevano kalang kabut. Walaupun Jevano tidak melewati pagar depan, sama aja Jevano tetap kalang kabut kalau pagar depan sekolah tutup.
"Pelan pelan Jevano!" Peringat Tiara takut kalau anak semata wayangnya itu tergelincir di tangga karena belarian di tangga rumah.
"Ma pa, Jevano berangkat sekolah sekarang ya!" Ucap Jevano pamit sambil menyalami tangan kedua orang tuanya, lalu mengambil roti sandwich dan juga meminum seteguk susu yang sudah di buatkan oleh Tiara untuknya.
"Bye i love you!" Teriak Jevano di depan pintu.
Jevano POV.
Hai perkenalkan, nama ku Jevano Mefaza. Aku anak tunggal di keluarga ku, dan aku adalah anak satu-satunya yang selalu di sayang oleh kedua orang tua ku yang selalu memberiku perhatian yang berlebih.
Kepribadian ku kata orang memang kurang baik, karena tempat langganan yang selalu aku kunjungi di sekolah adalah mengunjungi ruang BK.
Namun karena ketampanan ku, ah ralat maksud ku karena aku termasuk salah satu siswa yang berprestasi di sekolah, guru-guru selalu menutupi kesalahan yang aku lakukan.
Ditambah lagi, latar belakang keluarga ku yang di kenal cukup baik.
Guru-guru di sekah ku juga sepertinya sudah lelah dengan sikap ku, dan hanya menghukum ku saja. Dan berakhir hanya membiarkan aku tetap seperti itu, asalkan aku selalu membawa piala ke sekolah.
Tentu saja, uang juga bermain di belakangnya hehe.
Ah iya, tahun ini usia ku 17 tahun dan 3 bulan lagi usia ku genap 18 tahun. Dan sekarang aku duduk di bangku kelas 12 SMA, dan akan tamat tahun ini. Mungkin... sekitar 9 bulan lagi?
Keluarga ku, terutama nenekku berharap aku akan mendapatkan skor nilai ujian yang paling tinggi. Oke, oke baiklah kita lihat saja nanti.
Jevano POV END.
"Woi Vano! Kamu baru datang ya?!" Sapa Haris pada Jevano yang baru saja turun dari motornya.
"Yoi! Aku ada kelas favorit hari ini, hari inikan ibu aduhai yang masuk bye!" Pamit Jevano meninggalkan Haris dan juga Naufal yang sedang sarapan pagi di kantin favorit mereka di belakang gedung sekolah.
Ah iya, apa kalian pikir Jevano akan lewat pagar depan sekolah? Tidak, Jevano sudah terlambat dan dirinya selalu memutuskan untuk memanjat pagar belakang sekolah maupun dirinya terlambat ataupun tidak. Dalam setahun, dapat di hitung berapa kali Jevano melewati pagar depan sekolah.
"Gila ya si Vano, gak pernah mau berubah" Ucap Naufal menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Fal kamu punya cermin kaca gak di rumah?" Tanya Haris sewot.
Brukh!
"Sst... ARGHH!" Ringis Jevano kesakitan.
Reno memutar bola matanya malas, dan menghela nafasnya muak. "Kamu hari ini beruntung aku yang lihat Jev, sana cepat masuk ke dalam kelas! 5 menit lagi kelas di mulai!" Ucap Reno memerintah.
"Hehehe," Cengir Jevano. "Thanks dude!" Ucap Jevano menepuk bahu sahabatnya itu.
Ah iya, Reno. Perkenalkan Reno adalah ketua OSIS di sekolah, dan dia adalah yang paling baik di antara trman-teman Jevano yang nakal. Walaupun terkadang, Reno juga ikut bersama mereka untuk bolos jelas dan nyebat rokok di rooftop.
...🐈⬛🐈⬛🐈⬛...
"Carisa hari ini kamu gak usah sekolah ya, mulai besok dan juga seterusnya kita bakal netap di Jakarta. Soal sekolah? Kamu gak perlu khawatir, Mama sama Papa udah urus semuanya," Jelas Ayu.
"Ah iya, kamu cuma tinggal pilih sekolah di Jakarta yang kamu mau, kali ini bebas. Gak ada aturan sama sekali, asalkan itu harus swasta mengerti?" Tanya Ayu sambil menjelaskan.
"Ma?? Kenapa sih? Kenapa baru bilang sekarang? Kenapa dadakan banget! Carisa bahkan belum pamitan sama teman-teman Carisa," Rengek Carisa frustasi.
"Ya udah, nanti kalau kamu udah selesai beres-beres, Mama masih izin kamu keluar sampai jam 10 malam" Sahut Ayu enteng.
"Karena besok jam 10 pagi kita harus udah ada di bandara," Lanjut Ayu tegas, dan tidak menerima bantahan apapun itu.
Dan Carisa pun hanya berdehen saja, tidak bisa mengatakan apapun selain menyetujui Ayu Mamanya. Padahal dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Carisa ingin sekali rasanya marah dan membanting apapun yang lihatnya.
Bagaimana coba tidak kesal? Bahkan orang tuanya tidak mendiskusikan itu terlebih dahulu padanya. Dan selalu mengambil keputusan sendiri, tanpa berdiskusi ataupun bertanya terlebih dahulu padanya.
Setelah Carisa selesai membereskan apa yang sekiranya, barang yang akan di bawanya nanti. Carisa pun beristirahat, dan hendak menghubungi teman-temannya.
...Room chat ...
...Ladies...
^^^Carisa :^^^
^^^Guyssssss maaf banget ya :(^^^
^^^Aku harus pindah ke Jakarta^^^
^^^Maaf baru ngabarin kalian, karena aku juga baru tahu barusan dari Mama^^^
^^^Kesel banget ^^^
^^^read^^^
...Room chat ...
...Jino...
^^^Carisa : ^^^
^^^Jino?^^^
^^^Sepulang sekolah bisa jemput aku gak?^^^
Jino :
Apa?
Bisa kok yang, kamu gak sekolah ya?
Aku gak ada lihat kamu tadi di kelas
Kenapa? Kamu sakit?
Gak kan?
Perlu aku temenin di rumah?
^^^Carisa :^^^
^^^Gak kok aku gak sakit^^^
^^^Aku baik-baik aja^^^
^^^Aku mau ketemuan nanti, bisa kan? Ada yang mau aku omongin^^^
Jino:
Oh oke yang
Kamu siap-siap aja sekarang
Bentar lagi aku otw ke rumah kamu
^^^Carisa :^^^
^^^Loh Jino???^^^
Jino:
Tunggu ya manis ku
Selesai pelajaran Pak Kiwil aku langsung otw
^^^Carisa :^^^
^^^Ya udah^^^
^^^Terserah deh^^^
^^^Read^^^
Carisa pun langsung bersiap-siap, dan 20 menit kemudian Jino pun sudah muncul dan berada di depan gerbang rumah Carisa dengan motor ninja kesayangannya.
"Pakai ini, aku gak mau nanti kita di tanggap sama Pak polisi lagi" Ucap Jino terkekeh pelan.
"Ih gak mau Jino, nanti rambut aku rusak" Rengek Carisa.
"Ck engga Sa, udah deh sini biar aku aja yang pakein. Bawel!" Ucap Jino memakaikan Carisa helm yang selalu di sediakan Jino khusus untuk Carisa.
"Ih Jino!" Kesal Carisa dan hanya dapat pasrah saja, saat Jino memakaikannya helm.
"Tau gak sih Sa? Kalo kamu pakai helm gini, kamu makin imut" Ucap Jino mencubit hidung mancung Carisa pelan.
"Tau gak sih Sa? Kalo kamu pakai helm gini, kamu makin imut" Ucap Jino mencubit hidung mancung Carisa pelan.
"Ih Jino apa sih!" Ucap Carisa tersipu malu dan memukul lengan Jino hingga membuat Jino terkekeh pelan karena gemas sendiri melihat perilaku kekasihnya.
"Ya udah ayo naik," Ajak Jino dan Carisa pun menaiki motor ninja itu.
"Kenapa tadi gak sekolah?" Tanya Jino lembut.
"Hmm gak papa sih, ada yang mau aku omongin sama kamu. Aku ngomong di motor gak papa kan?" Tanya Carisa.
"Mau ngomongin apa sih? Serius banget kayaknya," Sahut Jino
Jino memiliki sedang berpikiran negatif, sebenarnya Jino takut kalau Carisa akan meminta putus dengannya.
"Aku mau minta maaf No, aku juga baru tahu tadi pagi dari Mama. Aku harus pindah ke Jakarta dan kita akan netap disana. Aku binggung sama hubungan kita, kamu mau lanjut? Atau mau berhenti aja sampai disini?" Tanya Carisa.
Jino pun memberhentikan motornya, Jino tahu betul dan mendengar jelas apa yang barusan di katakan oleh kekasihnya. Jino pun menepikan motornya, dan mematikan mesin motornya. Lalu menoleh ke belakang, untuk menatap Carisa yang juga sedang menatapnya.
"Kamu sayang kan Sa sama aku?" Tanya Jino tiba-tiba.
"Huh? Pertanyaan kamu itu, kamu tau sendiri kan jawabannya? Ya iyalah aku sayang sama kamu," Jawab Carisa.
"Aku juga Sa, aku sayang sama kamu. Aku mau kita lanjut, aku gak mau putus dari kamu Sa. Kalo kamu mau kita tiap bulan jumpa ya? Aku bakal datang kok ke Jakarta selama sebulan sekali, gimana? Aku gak mau kita berakhir gitu aja," Jelas Jino.
",Kamu gak papa soal itu?" Tanya Carisa.
"Aku gak masalah soal itu, asalkan kamu selalu menyimpan aku di hati kamu Sa. Dan aku juga gitu, yang bakal selalu nyimpan kamu di sini," Tunjuk Jino pada dada bidangnya.
"Apasih Jino! Aku dengarnya merinding," Kekeh Carisa memukul lengan Jino pelan dan Jino pun terkekeh pelan.
"Oke kita akan lanjut, tapi kamu harus janji dulu ya sama Aku. Kamu harus janji kalo kamu gak bakal selingkuh dari aku, kamu tau aku kan? Aku gak bakal selingkuh," Jelas Carisa.
"Iya sayang ku, aku tau dan gak akan. Dapatin kamu aja udah kayak cari berlian langka, mana bisa aku lepasin kamu gitu aja hm?" Ucap Jino membuat Carisa bangga terhadap dirinya sendiri.
...🐈⬛🐈⬛🐈⬛...
"Ma Vano dengar Mama sama Papa ada pertemuan di hari Minggu ya?" Tanya Jevano pada Tiara yang sibuk dengan ponselnya.
"Hm, kamu harus ikut ya Jev. Kali ini Nenek juga berada di sana, dan jadi tuan rumahnya" Jelas Tiara.
"Yahh Ma... Vano udah janji mau keluar bareng Naufal, Reno, sama Haris. Sekali ini aja deh Ma," Mohon Jevano merengek.
"Lagian kan Naufal juga harus ikut kan hari Minggu? Ya udah sih, pigi hari ini aja, Mama sama Papa gak terima alasan apapun. Hari Minggu kamu harus kosong ya! Mama gak mau tau," Ucap Tiara tegas.
"Pa.... bujuk Mama dong Paa" Rengek Jevano seperti anak kecil.
"Udah deh Jev, nurut aja sama Mama kamu. ini juga demi kebaikan kamu juga nantinya. Iya kan Ma?"" Tanya Deri pada istirnya.
"Iya Papa kamu bener, kamu harus bisa belajar mulai sekarang" Sahut Tiara.
"Ck iya iya!" Sahut Jevano kesal lalu berjalan menuju kamarnya.
"Jevano gak ada alsan ya buat kabur malam ini, Papa udah buat perangkap, jadi hati hati!" Peringat Deri.
Deri baru saja memasang beberapa cctb, dan juga meminta beberapa bodyguard untuk berjaga di sekitar kamar Jevano. Karena Jevano pasti setiap Malnya, akan kabur dari rumah dan berkahir di club' bersama teman-temannya kecuali Reno.
Sudah tidak dapat terhitung, berapa kali Deri sudah Menganti kamera cctb yang berada di dekat luar kamar Jevano. Karena setiap malam Jevano ingin keluar, pasti dirinya medusak cctv itu dengan segaja dan kabur entah bagaimana dirinya selalu berhasil kabur dan tidak terlihat jejak kemana dirinya akan pergi.
...🐈⬛🐈⬛🐈⬛...
"Gimana Ca? Udah ketemu mau sekolah dimana?" Tanya Ayu pada Carisa.
"Hm? Belum Ma, Carisa masih binggung. Carisa mau sekolah yang dekat-dekat aja sama rumah Ma, Oh iya Ma boleh gak kalo Carisa free dulu sampai hari Minggu? Carisa mau istirahat. Capek," Ucap Carisa terlihat lelah.
"Oh yaudah kalo kamu maunya gitu dulu, istirahat aja dulu. Hari Minggu Mama sama Papa mau hadirin event bisnis kelaurga Mefaza, kamu ikut juga ya? Mungkin kamu bisa dapat teman baru disana," Jelas Ayu dan Carisa pun hanya menganggukkan kepalanya menurut.
"Ah iya Mama sama Papa juga nanti mau belanja ke butik terdekat disini, mau cari dress yang mau di pakai di hari Minggu. Kamu mau ikut?" Tanya Ayu.
"Boleh deh Ma, Carisa juga bosan. Pengen lihat dunia luar," Jawab Carisa.
"Oke kalo gitu bentar lagi ya, kamu siap-siap aja dulu. papa bentar lagi sampai rumah, kamu istirahat aja dulu" Ucap Ayu mengusap rambut Carisa sayang.
Setelahnya, Ayu pun keluar dari kamar Carisa.
Ting!
Carisa pun membuka ponselnya, dan membuka room chat nya bersama Naura. Mata Carisa langsung membola saat melihat beberapa foto yang di kirimkan Naura padanya, Naura mengirimkan foto Juni yang sedang makan bersama Risa di Mall.
Nara tidak hanya mengirimkan foto Jino dan Disa yang sedang makan di Mall, bahkan Naura mengirimkan foto-foto Jino dan Risa yang terlihat vulgar.
Bukankah itu sudah menjelaskan semuanya? Pikir Carisa.
Kepercayaan Caida terhadap Jino seketika memudar, saat melihat foto-foto yang di kirimkan Naura padanya. Padahal dirinya baru berada di Jakarta selama 2 hari, dan lihat? Jino bahkan sekarang sudah mengandeng seorang gadis bersamanya.
Lebih sakitnya lagi, Risa adalah sahabat dekat Carisa sendiri.
...Room Chat ...
Naura :
*Send 9 pict*
^^^Carisa :^^^
^^^Makasih Naura^^^
Naura :
Sa maaf baru bilang ini sama kamu
Mereka selama ini backstreet selama 2 bulan ini
Maaf Sa
Jangan bilang ke Risa sama Jino kalo kamu dapat
fotonya dari aku ya?
^^^Carisa :^^^
^^^Okeyy, makasih banyak info nya Ra^^^
^^^Kamu tenang aja^^^
Naura :
Oke Sa
read
Lantas tanpa berpikir panjang, Carisa pun langsung menelepon Jino. Tidak perlu menunggu waktu yang lama, karena Jino langsung mengangkat panggilan telepon Carisa dengan sekali panggilan.
"Halo? Kenapa sayang? Line ku kenapa gak di balas hm? Aa... kamu pasti lagi rindu ya dengar suara aku ? Makanya nelepon?Iyakan?" Tanya Jino dengan percaya dirinya.
"Halo? Kenapa sayang? Line ku kenapa gak di balas hm? Aa... kamu pasti lagi rindu ya dengar suara aku ? Makanya nelepon?Iyakan?" Tanya Jino dengan percaya dirinya.
"Kamu capek gak? Aku udah muak deh kayaknya," Sahut Carisa.
"Loh kenapa sayang? Aku ada salah sama kamu?" Tanya Jino binggung.
"Jino sekarang kamu buka chat kita, aku baru aja ngirim kamu foto-foto kamu yang udah jelasin kejelasan hubungan kita" Ucap Carisa.
Jino pun menurut dan membuka room chat mereka, "Sa... dengar aku bisa jelasin ke kamu. Ini itu engga yang kayak kamu pikirin Sa," Ucap Jino.
Gak kayak yang aku pikirin? Kamu yakin? itu udah terlalu jelas untuk njelasin segalanya. Aku juga tau soal kamu yang ngejalanin hubungan backstreet sama Risa. Jino, selamat bersenang-senang."
"Sekarang kamu udah bebas, selamat bersenang-senang. Sekarang kamu udah bebas dari aku, jangan hubungi aku lagi ya? Makasih buat kenangan buruknya," Ucap Carisa langsung memutuskan panggilan itu begitu saja.
Setelah mengakhiri hubungannya dengan Jino, entah mengapa Carisa merasa lega. Dan Carisa juga langsung memblokir nomor Jino, dan berkahir Carisa menangis di balik bantal empuk barunya.
"Kenapa sih?! Kenapa kalian jahat banget?! Hiks..." Islam Caris bertiak di dalam bantal dan berakhirlah zeakdnag Carisa tertidur lelap karena kelelahan menangis.
...🐈⬛🐈⬛🐈⬛...
Hari Minggu, pertemuan bisnis.
"Jevano! Vano!" Teriak Tiara dari depan kamar Jevano smab menggedor pintu kamar Jevano.
Ceklek
"Astaga anak ini! Jam segini belum bangun juga! Bangun cepat! Siap-siap sana!" Kesal Tiara sambil menggoyangkan badan Jevano agar bangun dari tidur lelapnya.
"Maa benar lagii..." Rengek Jevano yang masih enggan untuk membuka matanya.
"Cepat Vano! Itu Mama udah siapin kemana kamu!" Ucap Tiara dengan nada bicara yang tinggi dan terlihat kesal.
"AAAAAAAAA iya Maaaa, bentarrr. 5 Menit lagi ya, 5 menit lagi..." Rengek Jevano saat Tiara menarik kupingnya agar bangun.
"Mama hitung sama 3, kalo kamu juga belum mau bangun dan mandi. Mulai besok kamu ke sekolahnya naik angkot, yang jajan kamu juga" Ucap Tiara di potong oleh Jevano.
"Ihhh Mama iya iya, Vano bangun nih!" Ucap Jevano langsung bangkit dari aksurnya dan menuju kamar mandi.
"Mama sama Papa kebiasaan deh, apa-apa ngancam terus!" Gerutu Jevano di bawah shower.
Setelah Jevano selasau mandi, Jevano pun beralih pada ruang pakaian pribadinya. "Kemeja yang mana sih?" Human Jevano sendiri mencari dimana keberadaan kemeja yang kayanya sudah di siapkan oleh Mamanya.
"Ah itu dia!" Ucap Jevano mendapatkan kemana yang di gantung di luar lemari.
Jevano pun mengambil kemeja itu, dan hendak memakainya. Namun terhenti, karena ada panggilan yang baru saja masuk ke teleponnya. Lantas Jevano pun memutuskan untuk, mengangkat panggilan itu terlebih dahulu.
"Hm? Kenapa?" Tanya Jevano.
"Kamu datang gak?" Tanya Naufal.
"Iya nih, kamu?" nya Jevano balik.
Naufal pun menghela nafasnya kasar, "Kayaknya kamu terpaksa lagi ya? Ck, aku juga! Malas banget, mau kabur aja gak?" Ajak Naufal.
"Ck aku gak bisa kabur kali ini, Nenek ku tuan rumahnya Fal. Gak mungkin kan aku cucu satu-satunya buat malu?" Jelas Jevano sembari bertanya.
"Ck, iya juga sih. Ya udah deh, karena kamu juga eksana, aku juga kesana" Ucap Naufal.
"Eh eh Naufal! Tunggu dulu!" Sela Jevano saat Nauf hendak mematikan teleponnya.
"Kenapa?" Tanya Naufal.
"Nanti datang sama Rina gak? Atau sama keluarga?" Tanya Jevano.
"Aku datang sama keluarga ku, Rina kayaknya gak datang deh. Mama sama Papa nya lagi di luar negeri, gak mungkin kan dia datang sendiri?" Kekeh Naufal.
"Iya juga sih, yaudah deh kalo gitu" Jawab Jevano menghela nafasnya lega.
"Ck, berhenti mainin perasannya, kamu ini ya!" Peringat Naufal.
"Heh aku gak mainin perasaan Rina ya! Aku sama Rina kita temanan aja," Jawab Jevano.
Aku tutup! Sampai jumpa disana!" Ucap Naufal langsung menutup panggilan telepon mereka.
Jevano pun mencibir kesal, "Dasar!" Kesalnya pada Naufal.
"Vano cepat!" Teriak Tiara lpada anaknya yang tak kunjung turun dari kamarnya.
"Iya Ma, sebentar!" Jawab Jevano berteriak dan segara bersiap-siap.
...🐈⬛🐈⬛🐈⬛...
"Ayu! Saka!" Panggil Sarah.
"Astaga sudah lama ya kita gak ketemu," Sapa Sarah ramah pada kedua pasangan suami istri itu.
"Ah Tante... gak juga," Kekeh Ayu ramah.
"Putri kalian?" Tanya Sarah saar melihat Carisa yang berdiri di samping Ayu.
"Iya Tante, perkenalkan ini Carisa Leonarka. Putri kami satu-satunya," Jawab Saka sambil memperkenalkan Carisa dan Carisa pun tersenyum ramah pada Sarah.
"Cantik sekali ya..." Ucap Sarah memuji Carisa.
"Ah itu Tiara!" Ucap Sarah menunjuk pada menantunya. "Tiara! Sini!" Panggil Sarah pada menantunya. "Tante harap kamu sudah melupakan mantan mu yang itu ya Saka," Goda Sarah terkekeh pelan.
"Tentu saja aku sudah melupakannya Tante, aku kan udah punya Ayu disisi ku saat ini" Jelas Saka terdengar ramah, dan merangkul pinggang istrinya posesif.
"Oh Ayu? Saka?" Sapa Tiara ramah yang datang bersamaan dengan suaminya.
"Kamukenal dia gak Jev? Kayaknya orang tua kamu kenal mereka dengan baik kan? Seperti teman lama, yang udah lama gak bertemu" Tebak Naufal asal.
"Dia cantik," Ucap Lia.
"Hm cantik, aku setuju. Ku rasa dia mungkin seumuran sama kita. Iyakan?" Tebak Nabila yakin.
"Hei Vano, kenapa diam aja? Jangan-jangan kamu suka padanya pada saat pandangan pertama ya?" Goda Lia terkekeh pelan, begitu pun dengan lainnya yang terkekeh pelan.
"Ck kalian apa-apaan sih! Siapa juga yang suka," Sela Jevano cepat.
"Eiii masih belum bisa move on. dari Yura ya? Aaaa kasihan banget," Ucap Nabila.
"Gak, Jevano udah lupa sama Yura. Dia lagi gak tertarik aja buat pacaran, iya kan Jev?" Ucap Naufal sok tahu.
"Emm.. Fal temen kamu gak itu kan?" Tanya Lia.
"Eh? Dia masih normal kok!" Jawab Naufal cepat.
"Eh kalian udah dengar soal kabar orang tua Cika sama Kila belum? Tanya Nabila.
"Ck malas banget ngomongin mereka, sok merasa tinggi cuma karena orang tuanya naik jabatan di kantor pusat doang! Dih!" Ujar Lia terlihat tak senang.
Naufal pun hanya terkekeh pelan, dan menggeleng-gelengkan kepalanya tak heran pada kedua gadis itu.
"Kamu juga jangan merasa tinggi ya cantik!" Ucap Jevano menepuk-nepuk kepala Lia pelan, dan pergi begitu saja meninggalkan kedua gadis itu.
Setelah meninggalkan teman-temannya, Jevano pun menvaritmepat yang di rasanya nyaman untuk di tempatinya dan duduk disana hingga acara selesai nanti. Jevano pun mencari tempat yang sekiranya dekat dengan semua tempat, seperti toilet, dan juga meja yang penuh dengan makanan dan minuman.
Setelah mendapatkan tempat yang cocok untuknya, Jevano pun duduk di sana dan bermain ponsel seperti biasanya. Mata Jevano tidak dapat berhenti untuk menatap gadis yang baru pertama kali di lihatnya itu, namun Jevano sudah sering ah tidak.
Jevano sudah beberapa kali melihat kedua orang tua gadis itu, turut hadir pada acara ini. Namun, kenapa gadis itu baru terlihat hari ini? Pikir Jevano.
"Dari tadi lihatin terus, suka sama dia Jev?" Tanya Naufal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!