" Tuan Paulus, boleh temani aku minum?" tanya gadis itu.
" Tidak, aku mau pulang." tolak Paulus
Sambil berjalan dan diikuti oleh ke dua adik kembarnya yang bernama Paskalis dan Patrick. Gadis itupun tidak mau menyerah, gadis itu berjalan dengan cepat menyusul Paulus kemudian memegang tangannya membuat Paulus marah dan mendorong tubuh gadis itu hingga terjatuh.
bruk
" Akhhhhhhhh...!!!" teriak wanita itu
" Jangan pernah menyentuhku!!" bentak Paulus sambil menahan tangannya yang terasa gatal akibat sentuhan gadis itu.
Semua orang menatap Paulus dan gadis itu dan seorang pria paruh baya mendekati mereka.
" Ada apa tuan Paulus? kenapa dengan putriku?" tanya pria paruh baya itu sambil mengangkat tubuh putrinya agar berdiri.
" Anak tuan sudah berani menyentuhku, aku tidak suka, Paskalis dan Patrick ayo pergi." perintah Paulus sambil menahan hasratnya.
" Baik kak." Jawab Paskalis dan Patrick serempak.
Ke tiga pemuda tampan itu pergi meninggalkan tempat pesta pernikahan menuju ke parkiran mobil.
" Paskalis kamu tangkap gadis itu dan bawa ke markas dan kamu Patrick antar kakak ke hotel milik keluarga kita dan kendarai mobil dengan kecepatan tinggi agar lekas sampai," perintah Paulus dengan nada tegas.
" Baik kak," jawab ke dua adik kembarnya patuh tanpa banyak bertanya.
Paskalis menghentikan langkahnya kemudian menghubungi anak buahnya sedangkan Patrick adik bungsunya mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi hingga mereka sudah sampai di sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Paulus langsung turun dari mobil begitu pula dengan Patrick menuju ke arah lobby hotel. Patrick yang penasaran bertanya pada kakak kembarnya.
" Apa yang sebenarnya terjadi kak?" Tanya Patrick.
" Kakak diberikan obat perangsang oleh wanita ular itu, besok pagi kita bereskan wanita ular itu karena aku yakin dia pelakunya," ucap Paulus.
" Kurang aj*r dia harus diberi pelajaran yang tidak pernah dia bayangkan." ucap Patrick sambil menahan amarahnya.
" Betul, kamu tidur di kamar sebelah karena kakak mau berendam di air dingin," ucap Paulus.
" Baik kak," jawab Patrick patuh.
Kini mereka sudah sampai di depan kamar hotel, Paulus membuka pintu kamar hotel sedangkan Patrick menginap di kamar sebelah kakak kembarnya. Paulus masuk ke dalam kamarnya dan menyalakan lampu saklar.
ceklek
Kamar langsung terang kemudian Paulus membuka seluruh pakaiannya hingga polos tanpa sehelai benang pun kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk meredamkan tubuhnya di bathtub agar bisa menahan hasratnya yang mulai semakin memuncak.
" Si*l wanita ular itu berani bermain - main denganku, aku akan menghukumnya secara sadis." ucap Paulus sambil menahan amarahnya.
Di rasa kurang dingin Paulus berjalan ke arah shower kemudian membiarkan tubuhnya dibasahi oleh air shower.
Setengah jam lebih Paulus mandi hingga tubuhnya menggigil tapi pengaruh obat itu belum juga hilang.
" Si*l dingin sekali tapi pengaruh obatnya belum juga hilang." omel Paulus.
Karena tubuhnya sudah sangat menggigil Paulus memutar kran shower hingga air shower berhenti mengalir. Paulus mengambil handuk untuk menutupi bagian tubuh bawahnya, dengan tubuh menggigil Paulus keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah ranjang.
Ceklek
Tiba - tiba seorang gadis cantik masuk ke dalam kamar Paulus membuat Paulus menatap tajam ke arah gadis cantik tersebut.
" Pergi!!!" usir Paulus.
Grep
" Tolong aku, aku sangat tersiksa," mohon gadis itu sambil memeluk Paulus.
Paulus sangat terkejut karena baru kali ini dirinya di peluk oleh seorang wanita tubuhnya tidak mengalami reaksi yaitu gatal - gatal.
' Kenapa aku menyentuhnya tanganku tidak langsung memerah dan gatal-gatal?'' tanya Paulus dalam hati ketika tubuhnya di peluk oleh gadis itu.
" Baiklah tapi jangan salah kan aku karena kamu yang memintanya," ucap Paulus
Paulus yang sudah tidak bisa menahan has sratnya melepaskan pelukan gadis itu kemudian mendorongnya ke arah ranjang.
Akhirnya untuk pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri. Paulus melakukan secara berulang-ulang dan sudah tidak terhitung berapa banyak Paulus mengeluarkan laharnya ke rahim gadis itu hingga tubuhnya terasa lelah barulah Paulus berhenti setelah selesai mengeluarkan laharnya.
Paulus mengangkat tubuhnya dan berbaring di samping gadis itu dan memeluknya begitu pula dengan gadis itu membalas pelukan Paulus.
" Aku akan bertanggung jawab siapapun dirimu aku tidak perduli karena mulai sekarang dan seterusnya kamu adalah milikku." ucap Paulus yang sudah mengklaim gadis itu miliknya.
cup
Paulus mengecup kening gadis tersebut dan tidak berapa lama Paulus pun tertidur dengan pulas karena tubuhnya sangat lelah melakukan olahraga malam untuk pertama kalinya.
Pagi harinya Paulus perlahan membuka matanya dan menatap wajah cantik gadis yang masih tertidur dengan pulas.
" Sebenarnya aku ingin lagi menerkam dirimu tapi aku harus memberikan hukuman untuk wanita ular itu yang telah berani memberikan obat perangs**g padaku." ucap Paulus sambil perlahan melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Lima belas menit kemudian Paulus sudah selesai mandi dan keluar dengan tubuh segar. Paulus berjalan ke lemari dan memakai pakaian santai.
" Sebentar lagi aku akan kembali dan kita lanjutkan yang semalam." ucap Paulus sambil memandangi gadis yang di klaim menjadi miliknya karena gadis itu telah berhasil menyentuh tubuhnya tanpa ada reaksi kulit yang memerah dan gatal - gatal seperti sebelumnya.
Paulus pergi meninggalkan gadis itu dan keluar dari kamarnya dan menutup pintu bertepatan kedatangan ke dua adik kembarnya. Mereka bertiga pergi menuju ke sebuah gedung tua untuk memberikan pelajaran orang yang telah berani mengusiknya.
Setelah kepergian Paulus gadis itu perlahan membuka matanya, matanya membulat sempurna karena dirinya berada di ruangan asing.
" Kenapa aku berada di sini?" ucap gadis itu
Gadis itupun bangun dan dirinya sangat terkejut melihat dirinya tanpa menggunakan sehelai benang pun.
" Apa yang terjadi kenapa aku tidak memakai pakaian sama sekali?" tanya gadis itu dengan nada bingung.
Gadis itupun bangun dan turun dari ranjang tapi bagian privasinya terasa perih.
" Apa yang terjadi kenapa bagian privasiku terasa perih?" tanya gadis itu lagi pada dirinya sendiri.
Gadis itupun terdiam beberapa saat untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Potongan demi potongan terbentuk gadis itu mulai ingat apa yang terjadi membuat gadis itu berteriak.
" Akhhhhhhhh... Sial siapa yang melakukan ini padaku? Awas saja jika aku bertemu dengannya aku akan membalasnya berkali - kali lipat." ucap gadis itu dengan menahan amarahnya.
" Hiks... hiks... harta berhargaku yang ku jaga di ambil oleh pria yang tidak aku kenal," ucap gadis itu sambil terisak.
" Aku tidak boleh bersedih karena ini sudah terjadi dan sekarang aku harus pergi dari sini sebelum pemilik kamar ini datang," ucap gadis tersebut setelah selesai merenungi nasibnya.
Gadis itupun bangun dan berjalan perlahan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah selesai gadis itu memakai handuk bekas di pakai oleh Paulus.
Gadis itu keluar dari kamar mandi kemudian mencari pakaiannya dan tidak berapa lama gadis itu melihat pakaiannya sudah robek membuat gadis itu berjalan ke arah lemari milik Paulus.
Gadis itu mengambil kemeja putih lengan panjang dan langsung memakai pakaian kemeja tersebut dan pergi meninggalkan kamar hotel itu yang kebetulan tidak pernah di kunci.
Gadis itu menghubungi kakak iparnya untuk menjemputnya di parkiran hotel. Gadis itu bersyukur suasana hotel tersebut sepi mengingat tempat menginap mereka adalah ruangan khusus VVIP pemilik hotel.
Gadis tersebut menunggu di parkiran mobil sambil bersembunyi karena dirinya hanya memakai kemeja sedangkan bagian bawahnya tidak memakai celana atau rok.Lima belas menit kemudian mobil itu berhenti tepat di depan gadis tersebut.
Gadis tersebut membuka pintu mobil dan langsung naik ke dalam mobil. Gadis itu duduk di sebelah pengemudi kemudian mobil itupun melaju ke arah mansion.
" Apa yang terjadi?" tanya kakak iparnya.
" Nanti aku ceritakan kak," ucap gadis itu.
" Ok," jawab kakak iparnya dengan singkat.
Singkat cerita gadis itu sudah sampai di rumah kakak iparnya. Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu utama. Mereka berdua berjalan hingga mereka berada di ruang keluarga.
" Isabela apa yang terjadi?" tanya Elisabeth yang melihat cara jalan Isabela berbeda.
Grep
" Mami hiks... hiks... hiks..." Ucap Isabela sambil terisak dan berlari ke arah Elisabeth kemudian memeluknya.
" Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Elisabeth sambil membalas pelukan putri ke duanya.
Isabela masih memeluk Elisabeth sambil menangis tanpa henti setelah di rasa cukup Isabela menceritakan apa yang telah terjadi.
" Kurang aj*r siapa yang berani mengusik keluarga kita?" tanya Dennis sambil menahan amarahnya.
" Kita cek cctv, agar kita tahu siapa pelakunya Pi," usul Mikael kakak pertama Isabela.
Mikael adalah putra pertama sedangkan Isabela adalah putri ke dua atau putri bungsu dari pasangan Dennis Taylor dengan Elisabeth Taylor.
" Bagus juga idemu, papi akan meretas cctv hotel itu," ucap Dennis sambil berdiri ke arah ruang kerjanya dengan diikuti Mikael.
Mikael adalah putra pertama sedangkan Isabela adalah putri ke dua atau putri bungsu dari pasangan Dennis Taylor dengan Elisabeth Taylor.
" Bagus juga idemu, papi akan meretas cctv hotel itu," ucap Dennis sambil berdiri ke arah ruang kerjanya dengan diikuti Mikael.
Dennis kini duduk di kursi kebesarannya dan mulai meretas rekaman cctv melalui laptopnya hingga lima belas menit kemudian Dennis menghembuskan nafasnya dengan kasar membuat Mikael menjadi bingung.
" Ada apa pi?" tanya Mikael
" Papi tidak bisa meretas rekaman cctv, kamu hubungi paman Max untuk datang ke sini," pinta Dennis
" Baik dad," jawab Mikael.
Mikael mengambil ponselnya yang di simpan di dalam saku jasnya kemudian mencari nomer telepon Max setelah ketemu Mikael menekan tombol hijau kemudian menempelkannya di telinganya panggilan ke tiga baru Max mengangkatnya.
" Hallo paman Max," panggil Mikael
" Ada apa Mikael," jawab Max
" Paman, papi ingin meretas cctv mengalami kesulitan, apakan paman bisa datang ke sini?" tanya Mikael
" Ok," jawab Max singkat
" Terima kasih paman," jawab Mikael.
" Sama - sama," jawab Max
Tut Tut Tut
Sambungan komunikasi langsung terputus, Mikael menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya kemudian menatap Dennis yang masih mengutak atik laptopnya sambil sekali - sekali menghembuskan nafasnya dengan kasar.
" Masih tidak bisa pi?" tanya Mikael
" Papi tidak bisa, sepertinya hotel tersebut milik seseorang dan diberikan keamanan yang cukup tinggi," ucap Dennis menjelaskan.
" Hotel itu kita tidak tahu siapa nama pemiliknya," Ucap Mikael.
" Memang benar apa yang kamu katakan , papi saja ingin meretas pemilik hotel tersebut tidak bisa," ucap Dennis sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya dengan berhadapan putra sulungnya yang hanya dihalangi dengan meja sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
" Papi, jika paman Max berhasil meretas dan kita mengetahui siapa pria itu .... ( menjeda kalimatnya ) Apakah papi akan menikahkan pria itu dengan Isabel?" tanya Mikael agak ragu.
" Tidak," jawab Dennis singkat dan tegas.
" Memangnya kenapa pi?" tanya Mikael.
" Kita tidak tahu siapa pria itu," ucap Dennis
" Maksud papi?" tanya Mikael sambil berfikir.
" Jika pria itu sudah menikah atau orang yang suka mempermainkan wanita, apakah kamu setuju menikahkan adik kesayanganmu dengan pria seperti itu? tanya Dennis.
" Maaf pi, Mikael tidak berpikiran seperti itu," ucap Mikael.
" Tidak apa - apa," jawab Dennis
Tidak berapa lama pintu ruang kerja milik Dennis di ketuk oleh seseorang sebanyak tiga kali, Dennis memerintahkan untuk masuk barulah pintu itu di buka oleh seseorang.
Ceklek
Max membuka pintu kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut dan diikuti oleh Louis membuat Dennis dan Mikael terkejut pasalnya Mikael hanya menghubungi Max terlebih Louis jarang bermain ke mansion Dennis ataupun saudara - saudara kembar Dennis.
Bukan karena marah tapi masing - masing sibuk dengan kegiatan masing - masing terlebih Louis tinggal di luar negri bersama keluarga kecilnya dan biasanya Louis akan datang jika ada acara pertemuan keluarga besar daddy Alvonso atau misi penyelamatan.
" Kalian kaget ya kenapa aku datang?' tanya Louis sambil menaikan salah satu alisnya dan duduk di sofa begitu pula dengan Max.
" Tepat sekali, karena tidak biasanya kamu datang kalau tidak karena kumpul keluarga besar atau di ajak misi penyelamatan," ucap Dennis.
" Pas aku sampai di mansion Max ternyata Max bersiap untuk pergi dan aku bertanya katanya mau ke rumahmu jadi aku ikut saja sekalian," ucap Louis menjelaskan.
" Tumben main ke mansion Max?" tanya Dennis.
" Aku, Max, Alvonso dan Alvian ingin membuat perusahaan baru dalam bidang program IT," ucap Louis
" Oh iya aku baru ingat kalau kalian berempat berkerjasama membuat perusahaan baru," ucap Dennis.
" Kenapa kamu tidak mau gabung?" tanya Louis
" Saat ini belum ingin bergabung," ucap Dennis
" Ok, aku tunggu kalau ingin bergabung di perusahaan," ucap Louis
" Ok," jawab Dennis singkat.
" Oh ya kata Mikael kamu mengalami kesulitan tidak bisa meretas cctv ?" tanya Max yang sedari tadi diam dengan nada serius.
" Apakah benar begitu Dennis?" tanya Louis
" Iya benar," jawab Dennis sambil mengusap wajahnya dengan kasar dan menghembuskan nafasnya dengan berat.
" Ada apa? Ceritakan pada kami, kitakan bersaudara harus saling membantu walau kita tidak ada hubungan darah sekalipun," ucap Louis yang melihat perubahan wajah Dennis.
" Benar kata Louis walau kita tidak ada hubungan darah sekalipun kita harus saling membantu, apalagi akukan adik iparmu." ucap Max sambil menatap wajah kusut Dennis.
Dennis menceritakan semua apa yang terjadi sesuai cerita putri bungsunya yang bernama Isabela sedangkan Max dan Louis yang mendengar hal tersebut menahan amarahnya karena Isabel sudah di anggap anak kandung oleh Louis dan Max.
" Itulah yang terjadi sebenarnya karena itulah aku memintamu datang untuk membantuku siapa dalang yang telah berani mengusik keluargaku," ucap Dennis sambil menggenggam ke dua tangannya dengan erat.
" Apa nama hotelnya?" tanya Louis dan Max serempak.
" Nama hotelnya xxxxx," ucap Dennis
Louis dan Max yang datang membawa laptop langsung membuka laptopnya dan mulai mengutak atik laptopnya dengan jari jemari yang lincah sedangkan Dennis dan Mikael menunggu Louis dan Max dan berharap ketemu pelakunya.
" Oh ya, jika seandainya kami menemukan pelakunya apakah kamu akan menikahkan pria itu dengan Isabel?" tanya Louis.
" Tidak," jawab Dennis singkat dan tegas.
" Memangnya kenapa? Bukankah seharusnya pria itu harus bertanggung jawab?" tanya Louis.
" Kita tidak tahu siapa pria itu," ucap Dennis.
" Maksudnya?" tanya Louis penasaran.
" Jika pria itu sudah menikah atau orang yang suka mempermainkan wanita, apakah aku bisa setuju menikahkan putri kesayanganku dengan pria seperti itu? tanya Dennis.
" Benar juga perkataan mu. lalu apa rencana mu selanjutnya?" tanya Louis
" Aku akan memindahkan kuliah putriku di luar negri," ucap Dennis
" Bagaimana kalau di negara asal ku? Di sana kampusnya sangat bagus Isabel bisa kuliah di sana apa lagi kami sekarang tinggal di negara S," ucap Louis.
" Nanti akan aku tanyakan ke Isabel," Ucap Dennis.
" Ok," jawab Louis sambil mengutak atik laptopnya.
" Bagaimana Max dan Louis? Sudah ketemu pelakunya?" tanya Dennis setelah lima belas menit berdiam diri
" Bagaimana Max dan Louis? Sudah ketemu pelakunya?" tanya Dennis setelah lima belas menit berdiam diri
" Sudah," Jawab Max.
" Sahabat putrimu Isabela, dia memberikan sesuatu ke makanan dan minuman yang sudah di campur kemungkinan obat peran sa*g seperti yang tadi kamu katakan." ucap Max sambil memberikan laptopnya ke arah Dennis dengan menahan amarahnya.
Dennis melihat putrinya Isabela berada di restoran yang berada di lobby hotel bersama ke lima sahabatnya sedang memesan makanan dan minuman ke pelayan restoran. Setelah selesai memesan pelayan restoran itupun pergi meninggalkan mereka, salah satu sahabat Isabela berbicara tapi suaranya tidak terdengar oleh Dennis.
" Aku ingin mendengarkan suaranya." pinta Dennis sambil memberikan laptopnya ke Max.
" Ok, sebentar." ucap Max sambil menerima laptopnya.
" Louis, aku minta tutup informasi semua tentang putriku Isabela supaya orang tidak bisa meretasnya," pinta Dennis.
" Ok." Jawab Louis singkat sambil mengutak atik laptopnya.
" Sekarang ada suaranya." ucap Max sambil memberikan kembali laptonya ke arah Dennis.
xxxxxxx Flash Back On xxxxxxx
" Isabela dan para sahabatku sekalian, mulai besok aku akan tinggal di pedalaman yang tidak ada alat komunikasi jadi kita tidak bisa saling berhubungan lagi," ucap salah satu sahabatnya.
" Kok mendadak sih?" tanya mereka serempak
" Ayahku dipindah tugaskan," jawab gadis itu.
" Tapi kamu kan bisa datang ke sini atau kami yang akan datang ke sana" ucap Isabela.
" Kalau aku libur akan aku usahakan untuk datang, karena selain keluarga kami pindah aku juga berkerja di kantor tempat ayahku berkerja," Jawab gadis itu.
" Semoga kamu dan keluargamu sukses di sana," ucap Isabela.
" Amin," jawab mereka serempak.
" Aku mau ke toilet dulu," Ucap Isabela sambil berdiri.
" Aku juga," jawab ke tiga gadis itu serempak.
Ke empat gadis itupun berjalan ke arah toilet meninggalkan dua sahabatnya yang masih duduk bertepatan kedatangan dua pelayan restoran sambil mendorong troli kemudian menyajikan semua pesanan mereka.
" Vincent, kenapa memilih Isabela? Apakah kamu tahu aku sangat mencintaimu sejak kita masih kecil?" tanya gadis itu.
" Maaf Valen, aku hanya menganggapmu dari dulu hingga sekarang hanya sebagai sahabat masa kecilku," Ucap Vincent.
" Aku dan Isabela sama - sama cantik tapi kenapa kamu memilih Isabela? Padahal kamu baru mengenal Isabela hanya sebentar tapi kenapa kamu langsung mencintainya?" Tanya Valen.
" Memang benar kamu cantik tapi soal perasaan kita tidak pernah bisa tahu, carilah pria yang lebih baik dariku," ucap Vincent sambil berdiri.
" Mau kemana? Kita belum selesai bicara," ucap Valen dengan nada ketus.
" Aku mau ke toilet menemui kekasihku," ucap Vincet sambil berjalan meninggalkan Valen sendirian.
" Kurang aj*r, gara - gara Isabela Vincent tidak mencintaiku," ucap Valen sambil menahan amarahnya.
Valen mengedarkan pandangan ke arah makanan dan minuman milik Isabela kemudian tersenyum devil kemudian Valen membuka tasnya dan mengambi botol kecil dan membuka tutup botol tersebut. Valen menuangkan ke minuman dan makanan milik Isabela setelah selesai Valen menyimpan kembali botol tersebut ke dalam tasnya bersamaan kedatangan ke lima sahabatnya dan tanpa membuang waktu mereka makan bersama tapi sebelumnya mereka berdoa masing - masing.
Lima belas menit kemudian mereka sudah selesai makan dan minum, mereka melanjutkan mengobrol kembali kecuali Valen. Valen mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan sambil senyum sendiri membuat ke lima sahabatnya menatap Valen.
" Ada apa Valen?" tanya Isabela
" Isabela aku minta tolong bisa?" tanya Valen
" Minta tolong apa?" tanya Isabela sambil mengipasi wajahnya dengan menggunakan tangannya.
" Aku ingin menemui seseorang, apakah kamu mau menemaniku?" tanya Valen.
" Memang kenapa mesti ditemani?" tanya Isabela sambil mengusap wajahnya karena wajahnya keluar keringat.
" Kamu kan bisa bela diri jadi tolong temani aku karena aku takut kalau dia ternyata seorang penjahat," ucap Valen.
" Kalau begitu biar kami saja yang menemanimu," ucap salah satu sahabatnya.
" Isabela kenapa dari tadi kamu mengipasi wajahmu?" tanya sahabat lainnya.
" Tidak tahu nih tiba - tiba terasa panas," ucap Isabela.
" Masa sih, aku saja tidak merasa panas," ucap sahabatnya.
" Iya benar," jawab mereka serempak.
" Aku akan mengantarmu pulang," ucap Vincent sambil berdiri.
" Jangan, biar aku saja yang mengantar pulang kebetulan aku lebih dekat," ucap Valen sambil berdiri.
' Sia - sia rencanaku jika Vincent mengantar wanita murahan ini ke apartemennya,' ucap Valen dalam hati.
" Ayo Isabela aku temani kamu pulang," Ucap Valen sambil menarik tangan Isabela.
" Tapi bukankah kamu ingin menemui seseorang?" tanya Isabela sambil ikut berdiri.
" Memang benar, aku akan menemuinya sebentar setelah itu kita akan pergi," ucap Valen
Isabela tidak menjawab ucapan Valen karena dirinya berusaha menahan hasr*tnya sedangkan Valen hanya tersenyum menyeringai, mereka berjalan ke arah lift kemudian menekan tombol lift tersebut.
Ting
Pintu lift terbuka mereka berdua masuk ke dalam lift kemudian Valen menekan tombol lift hingga tidak berapa lama pintu lift terbuka dan dua pria menunggu di depan lift. Isabela dan Valen keluar dari lift dan dua pria itu langsung memegang tangan Isabela dan Valen.
" Siapa kalian!!" teriak Isabela dan Valen serempak
Isabela menginjak kaki pria itu bersamaan menggigit bibir bawahnya agar dirinya tersadar kemudian memukul ke dua pria itu, sekali - kali Isabela memukul dan menendang ke dua pria itu. Gerakkan yang lincah membuat Isabela memukul mereka hingga babak belur namun baru saja selesai dua pria datang dan tanpa banyak bicara menyerang Isabela sedangkan Isabela merasa dirinya terancam di tambah gairahnya yang semakin memuncak berlari dengan cepat membuat ke dua pria itu mengejarnya.
Isabela berlari hingga melihat sebuah pintu kamar hotel terbuka membuat Isabela membuka pintu tersebut kemudian menutupnya dengan cepat sedangkan ke dua pria itu hanya mengepalkan ke dua tangannya.
" Kenapa kalian berdua lama hah!!" Bentak Valen
" Maaf nona tadi kami mendadak sakit perut," ucap ke dua pria itu dengan serempak.
" Si*l... Si*l gagal rencanaku," ucap Valen dengan nada kesal.
" Maaf nona mengenai bayarannya?" tanya salah satu pria.
" Ini uangnya," ucap Valen sambil memberikan segepok uang
" Terima kasih nona." jawab pria itu sambil menerima amplop tersebut dan langsung menghitung uang tersebut.
" Nona tunggu!!! Kenapa ngasihnya kurang?" tanya pria dengan nada protes.
" Apa yang aku tugaskan tidak sesuai rencana jadi aku potong bayarannya," ucap Valen sambil berjalan meninggalkan ke dua pria tersebut.
" Tapi nona bagaimana dengan ke dua teman kami?" tanya salah satu pria.
" Memangnya kenapa?" tanya Valen sambil menekan tombol lift.
" Ke dua teman kami babak belur dan perlu berobat ke rumah sakit jadi kami minta nona menambahkan uangnya," ucap salah satu pria tersebut.
" Aku tidak perduli," ucap Valen sambil masuk ke dalam lift.
" Nona tunggu aku..." ucapan pria itu berhenti karena pintu lift tertutup dengan rapat.
" Si*l," ucap ke dua pria itu serempak.
xxxxxx Flash Back On xxxxx
Dennis menekan tombol off di laptop milik Max sambil menahan amarahnya begitu pula dengan Max dan Louis terhadap Valen wanita ular yang sangat licik.
" Max retas data Valen dia berasal dari keluarga mana," perintah Dennis
" Ok," jawab Max singkat sambil mengutak atik kembali laptopnya.
" Louis, apakah kamu sudah selesai memberikan pengaman tambahan?" tanya Dennis.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Apa jawaban Louis? Tunggu di bab selanjutnya ya
Ayo donk vote, like, komentar dan hadiahnya biar author semangat menulisnya.
Author mengucapkan terima kasih banyak atas vote, like, komentar dan hadiahnya, maafkan author kalau ada komentar yang tidak di balas yang pasti author membaca semua komentar kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua dalam memberikan author vote, like, komentar dan hadiahnya.
Dari author,
Yayuk Triatmaja
🌹
Terima kasih sudah mampir di ceritaku.
Oh iya, ini ada karya teman ku di jamin pasti ok punya.... bisa mampir dan nikmati untuk para pembaca novel setiaku dengan judul :
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!