NovelToon NovelToon

Pengantin SMA

Awal masuk Sekolah

Namaku Nonik Juwita Putri. Aku adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Bapakku bekerja sebagai kuli bangunan, sedangkan Ibuku bekerja di sebuah Laundry.

Aku mempunyai dua orang Kakak laki-laki, dan satu adik perempuan. Kakakku yang pertama bernama Putra Adi Anggara ,dan Kakakku yang ke kedua bernama Bagas Dwi Saputra , sedangkan adik perempuanku bernama Lia Adira Putri. Kedua Kakakku adalah anak Bapakku dengan mantan istrinya yang dulu kabur dengan laki-laki lain.

Dulu Bapakku menikah muda dengan Tante Ita, dan mempunyai dua orang anak laki-laki . Karena faktor ekonomi Tante Ita tidak kuat hidup miskin, dan memilih pergi dengan laki-laki lain . Karena Bapakku tidak bisa mengurus dua orang anaknya yang masih kecil, dia lalu memilih menikah dengan ibuku. Dari pernikahannya dengan Ibuku, Bapakku memiliki dua orang anak perempuan yaitu aku dan adikku.

Aku sendiri mengetahui semua itu dari Bapakku sendiri.

Saat ini usiaku 6 tahun . Kakek menyuruh agar aku segera mendaftar ke Sekolah Dasar, akan tetapi Bapak melarangku Sekolah dengan alasan anak perempuan tidak perlu mengenal bangku Sekolah. Menurut Bapak percuma anak perempuan Sekolah karena setelah besar pasti akan menikah dan jadi Ibu rumah tangga. Tetapi Kakek tidak setuju dengan keputusan Bapak ,Kakek kemudian membujuk orang tuaku hingga mereka mengizinkanku untuk Sekolah.

Sehari sebelum masuk ke Sekolah Ibu hanya membelikanku seragam Sekolah, tas Sekolah, 1 buah buku tulis, 1 buah pensil, dan 1 buah penghapus. Dan uang yang di pakai untuk membeli peralatan Sekolah adalah uang dari Kakek.

Hari pertama masuk Sekolah aku di antar oleh Kakekku ,karena orang tuaku tidak mau mengantarku . Dari pertama aku Sekolah hingga sekarang orang tuaku juga tidak pernah memberiku uang jajan. Ketika akan berangkat ke Sekolah aku juga jarang sarapan pagi,karena orang tuaku berangkat bekerja pagi-pagi sekali.

Aku juga tidak pernah jajan di kantin Sekolah saat jam istirahat , karena aku tidak pernah membawa uang jajan. Aku hanya bisa melihat temanku yang lagi makan sambil menelan air liurku sendiri. Karena itu aku jadi sering merasakan perutku yang begitu lapar,dan bahkan sampai perih.

Saat ini aku baru satu bulan mengikuti pelajaran di Sekolah, dan selama mengikuti pelajaran aku selalu di suruh mencatat apapun yang guruku jelaskan di papan tulis . Hingga buku tulisku sudah penuh berisi catatan. Akan tetapi Ibu berpesan agar aku menggunakan semua peralatan Sekolah sampai aku naik ke kelas dua SD . Dan itu juga untuk semua mata pelajaran . Jujur aku merasa bingung , bagaimana caranya menggunakan buku tulis itu supaya cukup sampai 1 tahun ,dan apalagi buku itu di gunakan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan sekarang saja buku tulisnya sudah penuh berisi catatan.

****

Kegiatan hari ini di Sekolah , guruku menyuruh kami agar membeli buku pelajaran Matematika.

Seperti biasa aku pulang dari Sekolah dengan berjalan kaki . Di depanku ada seorang anak yang juga berjalan kaki. Beberapa menit kemudian datang seorang Ibu dengan membawa sepeda motor berhenti di samping anak itu.

" Putri, kenapa malah jalan kaki ? Seharusnya tunggu Ibu di depan Sekolah, " ucap Ibu itu pada putrinya. Terlihat Ibu itu begitu khawatir pada putrinya. Jujur aku merasa iri melihatnya. Dia anak yang begitu beruntung karena memiliki seorang Ibu yang begitu perhatian padanya. Ingin sekali aku berada di posisi anak itu , tapi sayang Ibuku setiap hari selalu marah-marah padaku

Sampai rumah aku langsung mengganti pakaianku ,setelah itu aku langsung ke dapur untuk makan ,karena perutku begitu lapar sekali.

Walaupun aku masih kelas 1 SD ,tapi aku sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring, mencuci bajuku dan mencuci baju adikku.

Kalau aku tidak mengerjakan pekerjaan rumah ,maka orang tuaku pasti akan marah-marah denganku atau bahkan memukulku.Sedangkan kedua Kakakku setiap hari hanya bermain .

Saat jam makan malam aku memberanikan diri bicara dengan orang tuaku .

" Bu , tolong belikan aku buku pelajaran Matematika. Tadi di Sekolah Ibu Guru menyuruh kami untuk membeli buku pelajaran, dan sekalian juga belikan aku buku tulis lagi ,karena buku tulisku sudah hampir penuh berisi catatan." Ucapku yang bicara sambil memandang wajah Ibu dan Bapak secara bergantian.

"Kami tidak memiliki uang, dan kalau masalah buku pelajaran kamu bisa meminjam sama temanmu. Kalau di Sekolah kamu bisa melihat buku dari teman sebangkumu. Kalau ada tugas rumah , kamu bisa meminjam sama temanmu yang ada di dekat sini. Kalau masalah buku tulis kamu usahakan saja dulu agar buku tulis itu bisa dipakai hingga naik kelas." Terang Ibu dan Bapak menjelaskan

Dari dulu mereka tidak pernah mau mengeluarkan uang untukku sedikit saja. Jujur hatiku begitu sakit melihat sikap mereka yang seperti itu padaku. Bahkan aku sering meneteskan air mata mengingat perilaku mereka padaku

"Masa cuma membelikan aku buku tulis saja tidak mau, buku tulisku itu tipis sekali ,dan isinya juga sedikit. Berbeda dengan punya Kakak. Buku tulis Kakak tebal, bagus dan isinya juga banyak. Kenapa setiap aku yang meminta kalian selalu menolak ? Sedangkan kalau Kakak yang minta kalian selalu menuruti semua kemauan mereka," balasku . Aku yang masih kecil memberanikan diri berbicara seperti itu,padahal tanganku begitu gemetar karena merasa takut.Aku takut di pukul dan di kurung di tempat yang gelap.

" Kamu dan Kakakmu itu berbeda, kamu itu masih kecil ,sedangkan Kakakmu sudah besar. Kakakmu bukunya begitu tebal karena pelajarannya banyak ,dan begitu banyak juga yang harus dia catat di Sekolah, sedangkan kamu cuma mencatat hal yang gampang saja." Terang Bapak dan langsung bangkit dari tempat duduknya .

Selesai makan aku mencuci piring. Dari tadi air mataku ingin menetes, namun berusaha aku tahan . Setelah selesai mencuci semua piring yang ada di meja makan , aku langsung masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar aku langsung menumpahkan air mata yang tadi aku tahan. Aku menangis terisak-isak. Aku menangis karena dari dulu mereka selalu membedakan aku dan Kakakku.

Aku sedih karena mereka tidak pernah perduli denganku. Bahkan mereka tidak pernah memperhatikanku saat dirumah.Aku hanya seorang anak kecil yang masih duduk di bangku kelas 1 SD yang seharusnya mendapatkan begitu banyak perhatian dari orang tuaku ,tetapi mereka tidak pernah perduli denganku.

Mereka yang seharusnya mengajarkanku mana hal yang baik dan buruk,tetapi mereka selalu menjauh dariku .

___

Besok paginya ...

Aku bangun dengan mata yang sembab, karena semalam habis menangis. Aku langsung pergi mandi ,dan bersiap untuk pergi ke Sekolah.

Selesai bersiap aku langsung menuju ke meja makan untuk sarapan pagi, akan tetapi tidak ada sarapan sama sekali di meja makan. Dan orang tuaku juga sudah pergi bekerja pagi-pagi sekali, karena jarak rumahku dengan tempat kerjanya sangatlah jauh. Aku lihat kedua Kakakku membawa bekal ke Sekolah, dan mereka juga di beri uang jajan . Sedangkan aku tidak di beri apapun oleh orang tuaku.

Karena tidak ada sarapan ,aku kemudian meneguk segelas air putih saja . Setelah itu aku pergi ke Sekolah dengan berjalan kaki . Sedangkan kedua Kakakku pergi ke Sekolah dengan naik sepada motor.

Walau tidak ada sarapan,dan tidak diberi uang jajan ,tetapi aku tetap semangat untuk pergi ke Sekolah.

Sesampai di Sekolah aku langsung masuk ke kelas untuk menaruh tas.

10 menit kemudian, lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, semua anak disuruh berbaris di depan pintu masuk, dan ketua kelas di perintahkan untuk mengatur barisan. Setelah itu anak-anak masuk kelas dengan menyalami guru.

Pelajaran pertama adalah matematika, aku duduk di bangku paling belakang. Saat ini Ibu Guru menjelaskan pelajaran di papan tulis dan dia juga menyuruh semua anak-anak untuk mencatat apa yang dia jelaskan di papan tulis.

Buku tulisku sudah penuh berisi catatan , dan kalau aku tidak mencatat pasti Ibu Guru akan marah padaku.

Aku merasa ketakutan dan bingung. Aku takut di marahi oleh Ibu Guru . Aku kemudian memiliki sebuah ide agar Ibu Guru tidak memarahiku.

Aku menghapus catatan sebelumnya menggunakan penghapus ,setelah itu menulisinya lagi . Aku melakukan semua itu terus menerus. Aku terus melakukan hal seperti itu agar tidak di marahi oleh Guruku.

Sepulang Sekolah, aku langsung mengganti baju dan makan. Sesudah itu aku pergi ke rumah temanku yang rumahnya dekat denganku. Aku pergi kesana karena ingin meminjam buku pelajaran . Hari ini Ibu Guru memberiku tugas yang harus di kerjakan di rumah. Jadi selesai makan aku langsung pergi ke rumah temanku untuk meminjam bukunya sebentar saja. Aku sengaja sehabis makan langsung meminjam buku,karena kalau sore atau malam kesana takutnya temanku menggunakan buku itu .

Tidak mengerjakan Tugas

Setelah sampai di rumah temanku,aku langsung bicara kepadanya mengenai tujuanku datang ke rumahnya. Namun dia tidak mau meminjamkan bukunya padaku. Semua temanku yang rumahnya ada di dekat rumahku tidak mau meminjamkan bukunya padaku . Bahkan aku ingin ikut mengerjakan tugas di rumahnya ,akan tetapi mereka tidak mengizinkannya. Aku tahu kalau mereka seperti itu karena tidak mau berteman denganku karena aku miskin.

Aku lalu pulang dengan perasaan sedih, takut dan bingung. Aku sedih karena tidak mendapatkan pinjaman buku. Aku takut di marahi oleh Ibu Guru jika tidak mengerjakan tugas. Aku juga bingung bagaimana caranya mengerjakan tugasku.

Malamnya aku ingin bilang ke pada orang tuaku mengenai tugasku yang belum aku kerjakan, tetapi mereka tidak mau mendengarkan aku bicara sama sekali. Aku seperti tidak terlihat di depan mereka.

Besoknya aku pergi ke sekolah dengan perasaan takut.

"Hari ini aku pasti akan di marahi oleh Ibu Guru Dewi, karena aku tidak mengerjakan tugas darinya. " Gumamku di dalam hati.

Setelah sampai di Sekolah aku hanya duduk sendiri sambil memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.

Lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak langsung berbaris di depan pintu masuk, dan ketua kelas juga langsung mengatur barisan. Setelah itu anak-anak masuk ke kelas dengan menyalami guru.

Pelajaran pertama adalah matematika,sama seperti kemarin.Jantungku berdegup dengan cepat ,dan keringat dingin keluar dari tubuhku. Tubuhku juga gemetar ,karena merasa takut akan di marahi oleh Ibu gurunya.

3 menit kemudian Ibu guru Dewi masuk ke kelas.

"Selamat pagi anak-anak."

" Selamat pagi Ibu guru." kata semua anak-anak

"Jangan ribut ya! Apa kalian sudah mengerjakan tugas dari Ibu ? "tanya Ibu guru Dewi menatap semua anak didiknya.

" Sudah Bu." jawab semua teman-temanku.

"Kalau begitu kalian kedepan satu-satu,dan bawa tugasnya juga,karena Ibu akan memeriksanya." ucapnya sambil menatap kami

Hanya aku yang diam saja, dengan tubuh yang gemetar karena merasa takut.

Saat giliranku yang harus ke depan ,aku begitu lama bangkit dari tempat dudukku.

"Nonik,cepat bangun! " kata Ibu guru Dewi sambil menatapku.

Aku lalu bangkit dari tempat dudukku dan melangkahkan kakiku ke depan dengan begitu pelan.

"Nonik ,cepatlah kemari. Kenapa kamu berjalan begitu pelan ? "tanya Ibu guru Dewi dengan alis mata terangkat karena merasa penasaran.

"Iya Bu , "jawabku yang langsung melangkah dengan cepat.

Setelah sampai didepan aku hanya diam saja, tanpa bicara apapun .

"Nonik,mana tugasnya ? " kata Ibu guru Dewi sambil menatapku.

"Maaf Bu,aku tidak mengerjakan tugas dari Ibu." ucapku sambil menunduk.

"Kenapa kamu tidak mengerjakan tugas dari Ibu ? Apa kamu tidak bisa mengerjakannya ?" tanya Ibu guru Dewi

"Bukan karena itu Bu,aku bahkan tidak tahu apakah pertanyaan dibuku itu sulit atau gampang di kerjakan,karena aku tidak memiliki buku pelajaran."aku menjelaskan semuanya ke pada Ibu guru Dewi.

Ibu guru Dewi lalu menatapku dengan perasaan kasihan. Setelah itu dia menatap ke arah teman-temanku .

"Anak-anak, kenapa kalian tidak mau meminjamkan buku untuk Nonik? Apa kalian tidak merasa kasihan kepadanya? " tanya Ibu guru Dewi sambil menatap teman-temanku.

Tetapi teman-temanku hanya diam saja ,dan menundukkan kepalanya.

"Lain kali jangan seperti itu lagi ya? kalau kalian bisa membantu teman yang lagi susah ,lebih baik di bantu. Apa kalian tidak kasihan dengan Nonik ? Dia mau mengerjakan tugas Sekolah ,tetapi tidak memiliki buku . Kesana -kemari ingin meminjam buku kepada kalian ,tetapi kalian tidak mau meminjamkannya." Ibu guru Dewi masih menatap ke teman-temanku.

"Iya Bu." balas teman-temanku lagi.

Ibu guru Dewi lalu menatapku .

"Nonik,ini ambillah buku Ibu. Kebetulan Ibu punya 2 buku, jadi kamu bisa menggunakan buku ini." sambil menyerahkan bukunya kepadaku.

Aku lalu mengambil buku itu dengan bibir tersenyum lebar, dan mata yang berbinar-binar.

"Terimakasih Bu ,aku janji akan membayar buku ini kalau aku sudah memiliki uang." aku bicara sambil menatap Ibu guru Dewi dengan seulas senyuman.

"Tidak usah di bayar , Ibu ikhlas memberikannya " kata Ibu guru Dewi yang ikut tersenyum .

"Tidak apa-apa kok Bu, Ibu membelinya menggunakan uang Ibu sendiri,jadi aku harus menggantinya. Aku janji akan mengganti uang Ibu kalau aku sudah memiliki uang ." ucapku kepada guruku itu.

"Baiklah, kalau begitu sekarang kamu kembali ke tempat dudukmu ya! " balas Ibu guru Dewi sambil mengusap kepalaku.

Tetapi aku masih diam , dan menatap Ibu guru Dewi dengan alis mengerut dalam fokus karena merasa bingung.

"Ibu, kenapa Ibu guru tidak menghukumku? Bukannya aku tidak mengerjakan tugas dari Ibu sekarang ini ? Kemarin Ibu bilang kalau yang tidak mengerjakan tugas akan di hukum."tanyaku sambil menatap guruku itu dengan raut wajahku yang begitu bingung.

"Ibu tidak menghukum, karena kamu memberikan alasan yang tepat. Tapi lain kali jangan seperti ini lagi ya ! "terang guruku itu

"Sekali lagi terima kasih banyak ya Bu! ucapku lagi sambil tersenyum senang dan langsung kembali ke tempat dudukku.

"Padahal dia masih kecil, tapi sudah punya pikiran ingin mengganti uangku itu. Dia gadis yang sangat cantik dan pintar." gumam Ibu guru Dewi dihatinya.

Kriiinggg,

Lonceng waktu istirahat telah berbunyi. Semua teman-temanku keluar kelas dengan bersorak gembira menuju ke kantin Sekolah. Hanya aku yang masih duduk di tempat dudukku. Karena aku tidak membawa uang atau makanan , jadi aku lebih memilih mengerjakan tugas yang tadi di berikan oleh Ibu guru Dewi.

Sedangkan Ibu guru Dewi yang belum keluar dari kelas menatapku terus tanpa henti. Dia lalu menghampiriku." Nonik ? Kenapa kamu tidak istirahat? "tanya Ibu guru Dewi dengan fokus menatapku karena merasa penasaran.

"Maaf Bu,aku tidak mememiliki uang jajan atau makanan dari rumah. Dari pada aku diam saja tanpa melalukan apapun , jadi lebih baik aku mengerjakan tugas yang Ibu berikan tadi." jawabku sambil menulis.

Ibu guru Dewi lalu menatapku. Tiba-tiba dia mengambil sesuatu di dalam dompetnya.

"Nonik,ambillah uang ini . Kamu bisa menggunakan uang Ibu ini untuk membeli makanan di kantin "sambil menyerahkan uang kertas 10.000 ke padaku.

Aku menatap uang itu begitu lama . Aku menatap uang itu ,karena aku belum pernah memiliki uang 10 ribuan. Apalagi uang 10 ribuan, uang 2000an saja aku tidak pernah punya. Aku hanya pernah memegangnya saat Kakak atau orang tuaku menyuruhku membeli sesuatu di warung depan.

"Maaf Bu, aku tidak bisa menerima uang Ibu. Lagian aku sudah terbiasa tidak makan apapun saat jam istirahat." Aku bicara sambil menolak uang itu dengan sopan.

"Tidak apa-apa,Ibu ikhlas kok memberikannya. Ayo ambillah! " katanya sambil memaksaku.

Akan tetapi ,aku tetap tidak mau menerima uangnya itu. Dia yang melihat aku terus menolak, akhirnya memasukkan uangnya lagi ke dalam dompetnya.Dan setelah itu dia keluar dari kelasku.

2 menit kemudian Ibu guru Dewi datang lagi ke kelasku dengan membawa roti dan air minum.

"Nonik, makanlah roti ini. Kalau kamu menolak , maka Ibu tidak akan mau mengajar di kelas ini lagi." sambil memberikan roti dan air minum kepadaku.

Aku lalu mengambil roti dan air minum itu.

"Terima kasih ya Bu! Ibu begitu baik kepadaku. Aku janji akan membalas kebaikan Ibu ini." ucapku sambil menatapnya .

"Iya sama-sama," balasnya sambil tersenyum.

Setelah itu dia ke keluar dari kelasku.

Tawaran pekerjaan

Hari ini adalah hari minggu, selesai mencuci baju aku membersihkan seluruh ruangan rumahku. Walaupun aku orang miskin dan usiaku masih kecil ,tetapi aku tidak suka rumahku kotor, dan berdebu. Aku tidak pernah membiarkan rumahku ada debu sedikitpun . Dari usiaku 5 tahun orang tuaku sudah mengajarkan aku segalanya, dan kalau aku tidak mengerjakan tugasku ,maka orang tuaku akan marah ,atau bahkan mencambuk tubuhku dengan ikat pinggang yang Bapak gunakan.

Setiap hari aku di rumah hanya membersihkan rumah,mencuci bajuku dan mencuci baju adikku atau bahkan mencuci baju Kakakku. Kadang aku ingin sekali pergi bermain, tetapi orang tuaku tidak pernah mengizinkan aku pergi bermain.

Hari ini orang tuaku bekerja setengah hari, karena paginya dia harus pergi ke tempat orang nikahan , jadi mereka pergi bekerja jam 11:20 . Walaupun Bapakku bekerja sebagai kuli bangunan , tapi dia setiap hari selalu pergi bekerja. Karena selain menjadi kuli bangunan ,Bapak juga membuat batako. Upah Bapak menjadi kuli bangunan perhari 150.000 ,sedangkan upah Ibu perhari 65.000.

Hari ini Bapak baru saja menjual 1000 biji batako seharga 3 juta rupiah . Kakakku yang pertama di beri uang 300 ribu,dan Kakakku yang kedua di beri uang 300 ribu. Melihat hal itu aku langsung mendekati Bapakku.

" Bapak, sepatuku sudah robek. Tolong belikan aku satu sepatu lagi." ucapku sambil menatap Bapakku.

"Kenapa cepat sekali robek sepatunya? Belum ada 1 tahun tetapi sudah robek. Pasti kamu di sekolah hanya main terus , makanya cepat sekali robek sepatunya." Bapakku bicara sambil berkacak pinggang.

"Sepatuku robek karena aku menggunakannya untuk olahraga juga." Aku bicara menunduk, dan tidak berani menatap wajah Bapakku. Saat marah ,wajah Bapakku begitu seram ,seperti hewan buas melihat mangsanya.

"Dari awal kami sudah tidak mengizinkanmu untuk Sekolah ,tetapi kamu begitu memaksa ingin Sekolah. Buat apa seorang gadis Sekolah? Nanti juga kalau sudah besar akan menikah dan memasak di dapur. " Bapakku bicara sambil bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkanku.

Setelah kepergian Bapak,Ibu lalu menghampiriku.

"Nonik,sudah Ibu katakan berkali-kali ,jangan pernah membuat Bapak marah. Jangan meminta sesuatu yang aneh dengan Bapak, karena Bapak lagi menabung untuk biaya kuliah kedua Kakakmu." Kata Ibu dan setelah itu dia meninggalkanku.

Aku tidak tahu mengapa orang tuaku begitu tega terhadapku. Apa seorang anak perempuan tidak ada artinya bagi mereka,kenapa mereka selalu membuatku menangis.

Aku berdiri mematung , dan tanpa sadar air mataku mulai mengalir dari kedua mataku. Aku hanya seorang anak kecil yang masih membutuhkan perlindungan orang tua. Di usiaku yang masih kecil ,aku tidak bisa melakukan apapun kecuali menangis. Dulu aku pernah berpikir,mungkin saja aku bukan anaknya . Mungkin aku seorang anak yang di pungut dari jalanan,makanya kedua orang tuaku begitu tega denganku.Apalagi tetanggaku dulu selalu membicarakanku. Kata tetanggaku ,aku berbeda dari saudaraku. Kulitku begitu putih bersih, dan wajahku dibilang cantik. Sedangkan saudara dan orang tuaku kulitnya sawo matang.

Saat aku ke rumah nenek, aku pernah bertanya dengan nenek dan menceritakan semuanya. Kata Nenek kalau aku memang anak dari Bapak dan Ibuku. Bahkan Nenek memperlihatkan foto Ibu saat pertama kali melahirkanku.

Nenek bilang ,kalau dulu saat Ibu mengandungku ,dia begitu menginginkan anak laki-laki,tetapi yang lahir malah anak perempuan. Nenek juga bilang padaku, kalau Ibu begitu mencintai Bapak.Dulu Bapak dan Ibu bersahabat, dan saat Bapak menikah dengan Tante Ita, Ibu sempat mengurung diri di kamarnya begitu lama. Dan saat Bapak bercerai dari Tante Ita,Ibu lalu mendekati Bapak. Hingga sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. Semanjak itu,Ibu selalu menuruti perkataan Bapak ,karena dia tidak mau kehilangan Bapak.

Setelah kepergian orang tuaku ,aku langsung menuju ke kamarku untuk tidur siang . Tapi tiba-tiba aku melihat uang 50 ribuan tergeletak di lantai. Aku langsung mengambil uang itu,dan memasukkan ke saku celanaku.

"Siapa yang menjatuhkan uang ini ya? pasti ini milik Kakak. Aku tidak akan memberikan uang ini pada mereka . Ibu dan Bapak begitu sibuk bekerja ,tapi mereka di beri uang malah di gunakan untuk membeli minuman beralkohol." pikirku sambil masuk ke kamar.

Di kamar sebelah Kakakku lagi minum alkohol bersama temannya, bahkan suara musiknya begitu keras.

"Lebih baik aku menggunakan uang ini untuk membeli buku tulis,dan kaos kaki "gumamku di dalam hati dengan tersenyum bahagia.

Karena begitu berisik ,aku memutuskan untuk keluar dari kamarku . Aku lalu pergi membeli buku tulis dan kaos kaki.

Selesai berbelanja ,aku langsung pulang kerumah. Di dalam perjalanan aku tidak berhenti untuk tersenyum ,aku tersenyum karena akhirnya aku memiliki buku tulis juga.

Jam 13:25 ,aku duduk sendiri di teras depan. Namun tiba-tiba aku melihat Tante Sari begitu kesusahan membawa barang belanjaan. Tante Sari adalah tetangga dekat rumahku. Aku lalu menghampiri Tante Sari.

"Tante,biar aku bantu ya ! " ucapku sambil mendekati Tante Sari.

"Tapi Tante akan membawa barang belanjaan ini ke rumah majikan Tante. Rumahnya tidak jauh dari sini , apakah tidak apa-apa membantu Tante sampai ke sana ?" Tante Sari bertanya sambil fokus menatapku.

"Tidak apa-apa kok Tante, aku juga tidak ada kerjaan dirumah . Oh iya ,Tante kerja apa disana ?" aku bertanya dengan alis mata terangkat

"Sebenarnya Tante hanya memasak saja di sana. Tapi kemarin yang bertugas untuk membersihkan rumah tiba-tiba saja berhenti ,jadi sekarang Tante yang mengerjakan tugas itu dulu ,sampai bos Tante mendapatkan penggantinya."balas Tante Sari menjelaskan

"Kok dia berhenti Tan? "tanyaku lagi

" Dia berhenti ,karena mau menikah," jawab Tante Sari sambil tersenyum.

Kami begitu asik jalan kaki sambil mengobrol .

5 menit kemudian, aku sampai di rumah majikan Tante Sari. Tante Sari menyuruhku untuk mengikutinya ke dapur. Dan aku hanya menurut saja.

Tiba-tiba hujan turun..

"Wah , malah hujan. Nonik , jangan pulang dulu ya! Hujannya sangat deras,nanti kamu malah sakit kalau pulang kehujanan." kata Tante Sari sambil menyuruhku duduk.

Setelah itu Tante Sari menyapu rumah itu. Dan karena aku merasa tidak enak hanya duduk saja, aku lalu membantunya.

"Tante , biar aku bantu ya ? sambil menunggu hujan reda. " ucapku sambil mendekati Tante Sari.

"Tidak usah,kamu duduk saja. Ini pekerjaan orang dewasa,kamu pasti tidak akan bisa mengerjakannya." Tante Sari bicara sambil tersenyum.

"Tenang saja Tante,aku sudah biasa melakukan ini. Aku juga merasa tidak enak kalau hanya duduk saja disini." balasku

"Kamu memang anak yang baik . Kalau begitu , kamu bersihkan semua meja ini ya ?" kata Tante Sari sambil memberi contoh padaku.

"Iya Tante. " Dan aku langsung mengerjakannya.

Selesai membersihkan meja,aku menyapu. Tanpa aku sadari Nenek Tuti memperhatikanku bekerja. Nenek Tuti adalah majikan Tante Sari. Nenek Tuti langsung menghampiri Tante Sari yang lagi memasak.

"Sari, siapa gadis kecil itu? Dia cantik ,dan pintar sekali bersih-bersih. Bahkan kamu saja kalah darinya." Nenek Tuti memujiku.

"Dia anak tetanggaku nyonya, dia ikut kesini karena tadi dia membantuku membawakan barang belanjaan."Tante Sari menjelaskan sambil menunduk.

Setelah itu Nenek Tuti duduk di meja makan. Sedangkan aku yang lagi menyapu ,tiba-tiba saja menemukan anting emas di dekat pot bunga. Aku lalu mengambil anting itu,dan kemudian mencari Tante Sari.

"Tante..Tante, aku menemukan anting ini di dekat pot bunga. Mungkin ini milik majikan Tante. " kataku sambil memberikan anting itu kepada Tante Sari.

Aku sendiri tidak melihat ada majikan Tante Sari duduk di meja makan , karena terhalang oleh tubuh Tante Sari.

"Sari coba suruh anak itu kesini." ucap nenek Tuti dan aku begitu kaget mendengar suara majikan Tante Sari.

Aku menundukkan kepala ,karena merasa takut.

"Pasti majikan Tante Sari akan marah,karena aku telah ikut membersihkan rumahnya." gumamku dalam hati

"Nonik,ayo temui Nenek Tuti . Tidak usah takut, dia orangnya baik kok , " kata Tante Sari berbisik di telingaku.

Aku lalu menemui Nenek Tuti.

"Namamu siapa ? " tanya Nenek Tuti sambil menatapku.

"Namaku Nonik nek, maafkan aku nek, karena begitu lancang ikut membantu Tante Sari bersih-bersih. Aku membantunya, karena merasa tidak enak hanya duduk saja." aku bicara dengan kepala yang masih menunduk.

"Nonik baru kelas berapa? " tanya Nenek Tuti lagi

"Aku baru kelas 1 SD Nek" jawabku

Setelah itu Nenek Tuti bertanya dengan Tante Sari tentang orang tuaku.

"Oh iya Nonik, apa Nonik mau bekerja disini? Nanti Nonik hanya mengerjakan pekerjaan yang ringan saja ,seperti tadi. Agar Tante Sari tidak begitu kerepotan. Nanti Nenek akan kasih uang 10.000 perhari. Bagaimana? " Nenek Tuti bertanya sambil menatapku.

"Memangnya aku boleh ikut bekerja disini? " tanyaku karena tidak percaya dengan apa yang aku dengar.

"Boleh kok, nanti Nonik datang kesini barengan dengan Tante Sari.Lalu pulangnya jam 15:30. Bagaimana? " Nenek Tuti bertanya lagi

"Hhmm, mau Nek" kataku sambil tersenyum senang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!