NovelToon NovelToon

Skandal

Bara di Balik Skandal

Suasana di ruang latihan agensi begitu tegang. Yuju melemparkan pandangan tajam pada Mr. Kang, yang berdiri dengan sikap arogan di depannya. Mereka baru saja menyelesaikan rapat darurat mengenai skandal yang melibatkan mereka, dan meskipun di depan tim mereka menunjukkan profesionalisme, ketika hanya berdua, semuanya berubah menjadi medan perang.

“Aku sudah bilang dari awal, jangan pernah campur tangan dengan hidup pribadiku,” Yuju membuka suara dengan nada penuh kemarahan. "Tapi apa yang kau lakukan? Membuatku terlihat seperti gadis yang merayu bosnya di depan media!"

Mr. Kang mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. “Kau pikir aku sengaja? Kau yang terlalu ceroboh. Foto-foto itu tidak akan ada jika kau tahu caranya menjaga jarak.”

Yuju menatapnya dengan mata berkaca-kaca, bukan karena ingin menangis, tetapi karena merasa terpojok. “Ceroboh? Jadi ini semua salahku? Aku yang ceroboh, sementara kau santai-santai saja dengan kekasihmu dan aku yang diseret ke dalam kekacauan ini?”

“Apa kau pikir aku tidak tertekan? Skandal ini juga menghancurkan reputasiku!” Mr. Kang membentak balik, suaranya penuh emosi. “Kau hanyalah seorang artis di bawah naunganku. Aku yang mempertaruhkan segalanya untuk menutup skandal ini, jadi jangan bertingkah seperti korban!”

Yuju tidak dapat menahan tawanya yang pahit. “Kau mempertaruhkan segalanya? Kau bahkan tidak pernah mengaku salah! Semua ini hanya tentang citramu, Mr. Kang. Bukan tentang aku, bukan tentang apa yang sebenarnya terjadi.”

Mr. Kang mendekat, pandangannya dingin menusuk. “Kau terlalu naif, Yuju. Dunia ini bukan tempat untuk orang yang memikirkan perasaan. Kau ingin bertahan? Belajarlah menjaga mulut dan bersikap profesional.”

Yuju mengepalkan tangannya, menahan amarah yang hampir meledak. “Aku muak dengan sikapmu. Jika aku bisa, aku akan keluar dari agensi ini secepat mungkin.”

“Silakan,” Mr. Kang menjawab tajam. “Tapi ingat, tanpa aku, kariermu tidak akan pernah sampai sejauh ini.”

Mereka saling bertatapan tajam, seperti dua musuh yang siap menyerang kapan saja. Tidak ada lagi sisa kehangatan di antara mereka, hanya kebencian yang semakin membakar.

Ketika Yuju akhirnya keluar dari ruangan, dia merasa lega sekaligus hancur. Sementara itu, Mr. Kang berdiri di sana dengan tangan terkepal, menyadari bahwa hubungan mereka telah berubah menjadi perang tanpa akhir.

***

Semua bermula di malam itu, saat pesta tahunan agensi berlangsung dengan meriah. Lampu kristal yang menggantung di ballroom besar memantulkan cahaya gemerlap, menciptakan suasana glamor yang memikat. Yuju berdiri di salah satu sudut, memegang segelas jus jeruk. Sejak ia meninggalkan grup K-pop lamanya dan memilih berkarier sebagai artis solo di bawah naungan agensi ini, ia merasa seperti ikan kecil di tengah lautan penuh predator.

Pesta malam itu awalnya hanya rutinitas untuk memperlihatkan citra baik perusahaan. Namun, Yuju menyadari sesuatu yang aneh ketika Mr. Kang, bos sekaligus CEO agensinya, terus mendekatinya.

“Kenapa berdiri di sini sendirian?” tanya Mr. Kang sambil menyodorkan segelas anggur. Senyumnya ramah, tapi mata tajamnya seolah-olah menembus dinding pertahanan Yuju.

“Aku hanya tidak terlalu suka keramaian,” jawab Yuju canggung, menolak minuman yang ditawarkan.

“Kau tidak harus selalu terlihat waspada, Yuju. Aku hanya ingin berbincang. Tidak ada yang salah dengan itu, kan?”

Percakapan mereka malam itu berlangsung singkat, tapi cukup untuk menarik perhatian orang-orang di pesta. Beberapa tatapan penuh arti mulai mengarah ke mereka. Yuju mencoba mengabaikannya, tapi bisikan-bisikan yang mulai terdengar membuat hatinya tidak nyaman.

Setelah pesta selesai, Yuju pulang dengan perasaan campur aduk. Namun, pagi berikutnya menjadi mimpi buruk. Foto-foto dirinya bersama Mr. Kang di pesta tersebar di internet dengan judul sensasional: “Hubungan Terlarang Artis Solo dan Bos Agensi”.

Yuju panik. Ia langsung menelepon manajernya, tapi tidak ada jawaban. Saat tiba di kantor agensi untuk mencari penjelasan, Mr. Kang sudah menunggunya di ruang rapat dengan wajah dingin.

“Aku tidak tahu bagaimana foto itu bisa tersebar,” ujar Yuju, memulai pembicaraan dengan nada tegang.

“Dan kau pikir aku tahu?” balas Mr. Kang, suaranya rendah namun penuh tekanan. “Masalahnya, sekarang ini sudah menjadi skandal besar. Kita harus mengendalikan situasi sebelum semuanya lepas kendali.”

Yuju menggeleng dengan marah. “Aku bahkan tidak melakukan apa-apa! Kenapa aku yang harus menanggung ini?”

“Kau sudah menandatangani kontrak, Yuju. Kau adalah tanggung jawab perusahaan ini, dan aku akan memastikan skandal ini tidak menghancurkan kita. Jadi, turuti perintahku.”

Yuju terdiam, mengingat kontrak yang ditandatanganinya beberapa bulan lalu. Sebagai artis individu, ia tidak memiliki kebebasan untuk meninggalkan agensi tanpa membayar penalti yang sangat besar. Bahkan, seluruh kariernya bisa hancur jika ia mencoba melawan.

“Jadi, apa rencanamu?” tanya Yuju dengan suara pelan, mencoba menahan amarahnya.

“Kita akan membuat pernyataan bahwa hubungan ini hanya profesional. Jangan membuat gerakan yang mencurigakan, dan pastikan kau tidak memancing perhatian media,” jawab Mr. Kang dingin.

Namun, Yuju tahu ini bukan akhir. Skandal ini hanyalah permulaan dari kekacauan yang lebih besar, dan ia tidak yakin bisa keluar dari perangkap yang telah ia masuki.

***

Hari-hari berikutnya berjalan dengan berat bagi Yuju. Setiap langkahnya diawasi ketat oleh manajer dan staf agensi, yang terus menekannya untuk menjaga citra bersih dan profesional. Namun, meskipun ia berusaha mengendalikan situasi dengan hati-hati, media tak henti-hentinya menyoroti hubungan terlarang yang mereka buat—hubungan yang sebenarnya hanya direncanakan oleh skandal dan kekuasaan, bukan perasaan tulus.

Suatu pagi, saat Yuju berjalan keluar dari ruang latihan, ia melihat Mr. Kang sedang berbicara serius dengan seorang jurnalis di sudut lorong. Mereka tampak terlibat dalam diskusi yang intens, dan saat Mr. Kang melihat Yuju, ekspresinya berubah menjadi lebih tegas.

“Sepertinya kita harus menambah drama sedikit,” ucap Mr. Kang dengan suara rendah, hanya cukup didengar oleh Yuju.

“Drama?” Yuju bertanya, bingung dengan maksudnya.

“Kita harus memastikan bahwa media melihat kita sebagai pasangan yang tak terpisahkan. Itu satu-satunya cara untuk meredakan keributan ini. Kau harus menjadi bagian dari citra itu, Yuju,” jawab Mr. Kang, matanya menatap lurus ke depan, tidak menunjukkan sedikit pun penyesalan.

Yuju merasa perutnya mual. “Jadi ini semua hanya permainan citra? Mengapa aku harus terlibat dalam kebohongan seperti ini?”

Mr. Kang menghela napas panjang. "Ini bukan hanya permainan citra. Ini tentang bertahan hidup di industri ini. Tanpa itu, kariermu akan berakhir lebih cepat daripada yang kau kira."

Yuju tahu bahwa ia tidak punya banyak pilihan. Kontrak yang telah ditandatanganinya menyedihkan. Tidak ada jalan keluar, dan jika ia memutuskan untuk menentang Mr. Kang, ia akan kehilangan segalanya. Semua yang telah dibangunnya dalam karier solo akan hancur seketika. Tapi di sisi lain, ia merasa semakin terjebak dalam dunia yang tidak pernah ia bayangkan.

Pada suatu malam, saat mereka diundang untuk menghadiri sebuah acara gala perusahaan, Yuju dan Mr. Kang berpose di depan kamera bersama, seolah-olah mereka adalah pasangan yang sempurna. Senyuman mereka terlihat tuntas, meskipun di dalam hati Yuju ada rasa sakit yang dalam.

Selama acara berlangsung, Yuju merasa semakin terasing. Ia melihat betapa orang-orang mengagumi Mr. Kang, sementara dirinya hanya menjadi bagian dari latar belakang yang tak terhindarkan. Di balik senyumnya yang dipaksakan, ia merasa seperti boneka yang dikendalikan oleh pria yang sama sekali tidak menghargainya.

Tiba-tiba, seorang wanita mendekati mereka, seorang wanita cantik dengan senyum manis yang sudah sangat dikenal di dunia hiburan—kekasih Mr. Kang, Ahn Seoyeon, seorang aktris terkenal. Yuju merasa darahnya mendidih saat wanita itu mengulurkan tangan untuk menyapa Mr. Kang, seolah-olah tidak ada yang salah.

"Mr. Kang, lama tak bertemu," kata Ahn Seoyeon dengan suara lembut, namun penuh kekuatan.

Mr. Kang tersenyum, menjabat tangannya dengan hangat. "Seoyeon, selalu senang bertemu denganmu." Namun, saat pandangannya beralih ke Yuju, matanya tiba-tiba dingin. "Yuju, ini Seoyeon. Teman lama."

Yuju memaksakan senyum, namun hatinya terasa hancur. Melihat mereka bersama, dia merasa seperti orang ketiga yang tidak diinginkan. Selama ini, ia berjuang untuk kariernya, namun ternyata dirinya hanyalah alat untuk menjaga citra perusahaan dan Mr. Kang, yang sebenarnya sudah memiliki segalanya, termasuk wanita yang sempurna di matanya.

Ketika Seoyeon pergi dengan senyuman manisnya, Yuju merasa seolah-olah ia akan meledak. "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Mr. Kang?" ia bertanya dengan nada bergetar, meskipun ia berusaha menjaga ketenangannya.

Mr. Kang menatapnya tanpa ekspresi. "Apa yang aku inginkan dari kamu? Kamu sudah tahu jawabannya, Yuju. Semua ini adalah bagian dari pekerjaanmu. Jangan berpikir lebih dari itu."

Yuju tahu bahwa ia semakin jauh terperosok dalam situasi yang tidak bisa ia kendalikan. Ia merasa marah, kecewa, dan lebih dari itu, ia merasa seperti sebuah kepingan puzzle yang hilang dalam dunia yang penuh kebohongan ini. Ia mulai merasakan ketegangan yang tak terelakkan, tetapi dengan kontrak yang mengikat dan karier yang tergantung di ujung tanduk, Yuju tidak tahu harus kemana lagi.

Penguntit

Hari-hari setelah gala semakin membuat Yuju merasa terasing. Di balik senyum yang ia pasang di depan kamera dan di depan publik, hatinya semakin hancur. Setiap kali melihat Mr. Kang bersama kekasihnya, Ahn Seoyeon, rasa cemburu itu semakin menggerogoti dirinya. Ia tak bisa lagi membendung perasaan yang telah lama ia pendam. Meskipun ia tahu hubungan mereka hanya sebuah kontrak yang tak terucapkan, kenyataannya tetap menyakitkan.

Suatu sore, setelah rapat yang penuh ketegangan, Yuju memutuskan untuk menemui Mr. Kang di kantornya. Ia tahu ini adalah saatnya untuk berbicara, untuk mengungkapkan segala yang dirasakannya. Ketika ia masuk ke dalam ruang kerja Mr. Kang, pria itu sedang duduk di meja kerjanya, tampak sibuk dengan berkas-berkas di depannya.

“Ada apa, Yuju?” tanya Mr. Kang tanpa mengangkat wajahnya, suaranya terkesan dingin, seolah tidak peduli dengan kedatangannya.

Yuju menutup pintu dengan keras, membuat Mr. Kang akhirnya mengangkat pandangannya. Matanya bertemu dengan mata Yuju yang penuh amarah.

“Aku ingin tahu, apa sebenarnya hubungan kita, Mr. Kang?” Yuju bertanya dengan suara gemetar, meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Kenapa aku harus terus bertahan dalam permainan ini, jika kamu sudah punya Seoyeon di sisimu?"

Mr. Kang terdiam sejenak. Raut wajahnya tak berubah, namun ada kilatan kesal yang tampak di matanya. "Jangan bicara tentang Seoyeon. Itu urusan pribadi," jawabnya dengan nada tegas. “Kau tahu kenapa kita melakukan ini. Ini demi kariermu, Yuju.”

“Tapi itu bukan tentang karierku lagi, kan?” Yuju menyahut dengan cepat, suaranya semakin keras. “Kau sudah membuatku terjebak dalam situasi yang aku benci. Aku bukan hanya sekedar alat untuk menaikkan citramu atau menjaga agensimu tetap bersih! Aku punya perasaan juga, Mr. Kang!”

Mr. Kang berdiri dan mendekat, mencoba menenangkan keadaan. “Tenanglah, Yuju. Jangan biarkan perasaan ini menguasaimu. Semua ini untuk kebaikanmu, untuk kelangsungan kariermu. Jangan pikirkan hal-hal yang tidak perlu.”

Yuju merasa darahnya mendidih. "Kebaikan? Itu yang kau katakan? Kebaikanmu itu hanya untuk dirimu sendiri, untuk menjaga citramu tetap utuh. Sementara aku harus menjadi boneka yang hanya bisa mengikuti perintahmu!"

Tiba-tiba, pintu terbuka, dan seorang staf masuk membawa berkas penting. Melihat Yuju yang berdiri dengan wajah marah dan Mr. Kang yang tampak tegang, staf itu berhenti sejenak, lalu pergi tanpa berkata apa-apa.

“Lihat? Ini semua hanya tentang kontrol, kan?” Yuju melanjutkan, suara penuh emosi. “Kamu mengatur semua orang di sekitarmu. Tapi kamu tak pernah memikirkan apa yang aku rasakan.”

Mr. Kang menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Kau masih tidak mengerti, Yuju. Ini bukan soal perasaan. Aku melakukan ini demi masa depanmu. Kau ingin sukses, kan? Ingin dikenal?”

“Kenal? Jadi ini semua tentang sukses? Aku bahkan tidak tahu siapa diriku lagi, Mr. Kang! Aku ingin keluar dari permainan ini!” Yuju berteriak, hampir menangis. “Tapi aku terjebak! Terjebak dalam kontrak bodoh ini! Aku tidak bisa keluar, dan aku tidak tahu berapa lama aku bisa berpura-pura bahagia!”

Mr. Kang mematung, menatapnya tanpa ekspresi. “Kau tidak bisa keluar. Kau sudah menandatangani kontrak sebagai artis individu, bukan bagian dari grup. Kau harus mengikuti peraturan jika ingin bertahan di dunia ini.”

“Aku muak dengan dunia ini!” Yuju hampir tidak bisa menahan tangisnya. “Aku ingin keluar, tapi aku tidak bisa! Dan aku harus terus berada di sini, melihatmu bersama Seoyeon dan tahu bahwa aku hanya bagian dari sebuah rencana yang tidak pernah aku setujui!”

Ada keheningan yang sangat panjang di antara mereka. Mr. Kang menatap Yuju dengan tatapan yang sulit diartikan. Meskipun ia terlihat tenang, dalam hatinya ada perasaan yang lebih dalam daripada yang ia tunjukkan. Tetapi ia tahu, di dunia ini, tidak ada tempat untuk perasaan—hanya ada kekuasaan, kontrol, dan permainan yang lebih besar.

Yuju menatapnya dengan penuh kebencian, tahu bahwa perasaan ini, perasaan terluka dan terhina, akan terus membakar dirinya. “Aku tidak akan diam saja,” katanya dengan suara penuh tekad. “Suatu saat, aku akan keluar dari semua ini, bahkan jika itu berarti aku harus menghancurkan segala sesuatu yang telah kau bangun.”

Dengan langkah tegap, Yuju berbalik dan keluar dari ruangan Mr. Kang, meninggalkan pria itu dengan pikiran yang bertentangan. Ia tahu, skandal ini baru saja dimulai, dan tak ada jalan kembali.

***

Setelah pintu ruangannya tertutup dengan keras, Mr. Kang duduk kembali di kursinya. Wajahnya masih datar, tetapi matanya memperlihatkan sesuatu yang lebih dalam—kelicikan dan kontrol yang sudah menjadi ciri khasnya. Ia menghela napas perlahan, lalu mengambil ponselnya. Dengan beberapa sentuhan, ia menghubungi seseorang yang sudah lama menjadi tangan kanan untuk urusan seperti ini.

“Mulai sekarang, aku ingin kau mengawasi Yuju,” perintah Mr. Kang dengan nada rendah namun penuh otoritas. “Pastikan dia tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Aku ingin tahu setiap gerakannya, setiap pertemuan yang dia hadiri, bahkan setiap pesan yang dia kirim.”

Di ujung telepon, suara seorang pria menjawab dengan tenang. “Dimengerti, Tuan Kang. Saya akan memastikan tidak ada satu pun yang lolos dari pengawasan.”

Mr. Kang tersenyum tipis, senyuman yang penuh kelicikan dan kepuasan. “Bagus. Dan jika dia mencoba sesuatu yang tidak sesuai dengan kontraknya, beri tahu aku segera. Kita tidak bisa membiarkan dia merusak reputasi agensi atau… rencana besar kita.”

Setelah telepon ditutup, Mr. Kang bersandar di kursinya, memandang ke luar jendela dengan tatapan penuh perhitungan. Di pikirannya, Yuju bukan hanya sekadar artis di bawah naungannya; dia adalah alat penting dalam permainan besar yang sedang ia jalankan. Yuju mungkin berpikir bisa melawan, tapi Mr. Kang tahu bahwa dia selalu selangkah lebih maju.

Sementara itu, Yuju berjalan keluar dari gedung agensi dengan langkah cepat, masih diliputi amarah. Ia merasa lega telah mengungkapkan perasaannya, tapi rasa tidak berdaya itu tetap ada. Kontraknya seperti belenggu yang tidak bisa ia lepaskan, dan ia tahu bahwa setiap tindakannya kini pasti diawasi.

Di sudut jalan, seseorang dengan pakaian sederhana namun mencurigakan memperhatikan Yuju dari kejauhan. Orang itu berbicara melalui earpiece kecil yang hampir tidak terlihat. “Dia baru saja keluar. Sepertinya dia menuju ke apartemennya. Apa instruksi selanjutnya?”

Suara Mr. Kang terdengar di ujung sana. “Biarkan dia merasa bebas, tapi jangan sampai dia sadar sedang diawasi. Aku ingin tahu semua rahasianya, bahkan yang dia sembunyikan dari dirinya sendiri.”

Malam itu, Yuju duduk di kamarnya, memandangi layar ponselnya yang terus bergetar karena pesan dan telepon dari manajernya. Namun, ia mengabaikannya. Hatinya terlalu penuh dengan kemarahan dan kelelahan.

“Aku harus menemukan cara keluar dari semua ini,” gumamnya pada dirinya sendiri. Tapi ia tidak tahu bahwa setiap langkahnya kini sudah menjadi bagian dari permainan Mr. Kang yang jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan.

Bersambung

Hai semuanya ini novel untuk bersenang-senang ya, jadi jangan di anggap serius ya para readers. Thank's yang udah mampir baca

Hari yang Menjengkelkan

Keesokan paginya, Yuju duduk di sudut kamarnya, menatap pesan dari manajernya yang menuntut kehadirannya di lokasi pemotretan. Ini adalah kontrak kerja sama dengan sebuah brand kecantikan ternama, dan ia tahu jadwal ini tidak bisa dihindari. Namun, ketika membaca detailnya, Yuju merasa amarahnya kembali menyala.

“Iklan sabun mandi? Dan aku harus mandi di depan kamera?” gumamnya dengan wajah penuh ketidakpercayaan.

Ia mencoba membantah, tetapi agensi menegaskan bahwa kontrak tersebut sudah ditandatangani dan membatalkan jadwal akan berakibat pada denda besar. Dengan hati berat, Yuju akhirnya berangkat ke lokasi pemotretan.

Setibanya di sana, suasana sibuk. Para kru bersiap dengan kamera, lampu, dan peralatan lainnya. Studio telah disulap menjadi kamar mandi mewah dengan bak mandi besar penuh busa. Di tengah keramaian itu, Yuju melihat sosok yang membuat darahnya mendidih—Mr. Kang berdiri di sudut ruangan, mengamati persiapan dengan serius.

“Kenapa dia harus ada di sini?” pikir Yuju kesal.

Manajernya segera menghampiri. “Yuju, ini adalah proyek besar. Bos ingin memastikan semuanya berjalan sempurna. Ikuti instruksi dengan baik, oke?”

Pemotretan dimulai dengan Yuju mengenakan pakaian mandi yang elegan. Awalnya, ia mencoba bersikap profesional, meskipun merasa tidak nyaman dengan pengambilan video yang memperlihatkan dirinya sedang mandi di dalam bak busa.

Namun, pengambilan video terus diulang-ulang. Setiap kali selesai, Mr. Kang datang mendekat, memberikan komentar tajam.

“Busa di bagian bahu terlalu tipis. Ulangi lagi,” katanya dingin.

“Ekspresi wajahmu kurang lembut. Ini iklan kecantikan, bukan film horor. Ulangi.”

“Cahaya di kulitnya kurang berkilau. Ganti sudut kamera. Yuju, jangan terlalu tegang.”

Yuju mencoba bertahan, tetapi setelah lebih dari lima kali pengambilan ulang, ia kehilangan kesabarannya. Saat Mr. Kang kembali memberikan kritik, ia menghentikan kru dengan gerakan tangannya.

“Berhenti! Aku sudah cukup!” seru Yuju dengan suara tinggi, membuat semua orang di studio terdiam. Ia berjalan menghampiri Mr. Kang dengan tatapan penuh amarah.

“Berapa kali lagi kau ingin mengulang ini? Apa kau sengaja mempermalukan aku?”

Mr. Kang tetap tenang, meskipun raut wajahnya menunjukkan sedikit kejengkelan. “Aku hanya ingin hasil terbaik. Ini adalah proyek besar, Yuju. Jika kau tidak bisa memberikan yang terbaik, kau hanya akan menghancurkan citramu sendiri.”

“Hasil terbaik? Kau bahkan tidak peduli bagaimana perasaanku!” balas Yuju tajam. “Ini bukan soal profesionalisme lagi. Kau hanya ingin mengontrol semuanya!”

“Dan itu pekerjaanku!” Mr. Kang membalas dengan suara tegas, mendekati Yuju. “Jika kau tidak bisa menghormati aturan di sini, kau seharusnya tidak menjadi artis.”

Yuju mendengus, merasa terhina. “Oh, jadi ini tentang aturan? Bagaimana dengan harga diriku? Apa itu tidak penting bagimu?”

“Kau menandatangani kontrak, Yuju. Kau tahu apa yang kau masuki. Jadi berhenti bersikap seperti korban dan lakukan pekerjaanmu.”

Kata-kata itu seperti tamparan keras bagi Yuju. Ia menatap Mr. Kang dengan mata berkilat, mencoba menahan air matanya. Namun, ia tidak bisa menahan diri lagi.

“Kau tidak peduli dengan siapa pun selain dirimu sendiri. Aku menyesal pernah percaya pada agensi ini,” katanya sebelum berbalik dan berjalan keluar dari studio, meninggalkan suasana tegang di belakangnya.

Mr. Kang memandang kepergian Yuju dengan rahang yang mengeras. “Beri dia waktu,” katanya pada manajer. “Tapi pastikan dia kembali. Proyek ini tidak boleh gagal.”

Di luar studio, Yuju duduk di bangku taman terdekat, mencoba mengatur napasnya. Amarahnya bercampur dengan rasa lelah yang mendalam. Ia tahu bahwa bertahan di dunia ini berarti harus menelan rasa sakit, tetapi kali ini ia tidak yakin berapa lama lagi ia bisa bertahan.

***

Yuju masih duduk di bangku taman, memandang kosong ke depan. Udara dingin sore itu membuat tubuhnya menggigil, tetapi pikirannya jauh lebih kacau. Ia tak tahu bagaimana menghadapi tekanan ini lagi. Suara langkah kaki yang lembut mendekat membawanya kembali ke kenyataan.

“Yuju,” suara lembut manajernya terdengar, “minumlah ini.”

Manajer itu menyodorkan sebotol air mineral dingin. Awalnya Yuju enggan menerima, tetapi ia tahu, manajernya adalah satu-satunya orang di agensi yang terlihat benar-benar peduli padanya. Dengan pelan, ia mengambil botol itu dan meneguknya.

Manajer itu duduk di sampingnya, tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat. Setelah Yuju tampak lebih tenang, ia akhirnya berbicara. “Aku tahu ini tidak mudah. Tekanan seperti ini… rasanya seperti semuanya berat di pundakmu, bukan?”

Yuju menoleh, wajahnya masih muram. “Ini lebih dari berat. Ini menyakitkan. Aku merasa seperti kehilangan diriku sendiri. Aku hanya boneka di mata mereka.”

Manajer itu menghela napas, memandang Yuju dengan tatapan penuh pengertian. “Aku tidak akan membohongimu, Yuju. Dunia ini memang keras. Tapi aku percaya kamu ada di sini bukan tanpa alasan. Kamu punya sesuatu yang orang lain tidak miliki—bakat, keberanian, dan tekad. Itu sebabnya mereka mengincarmu, dan itu juga sebabnya kamu bisa bertahan sejauh ini.”

Yuju menggigit bibirnya, berusaha menahan emosi yang meluap. “Tapi aku tidak bisa bertahan dengan cara seperti ini. Semua ini hanya membuatku merasa kecil.”

Manajer tersenyum tipis. “Kau tidak kecil, Yuju. Kau lebih kuat dari yang kau pikirkan. Tekanan ini hanya sementara. Jika kau bisa melewatinya, kau akan melihat betapa jauh kau bisa melangkah.”

“Tapi bagaimana dengan mereka? Mr. Kang?” Yuju melirik ke arah gedung studio di belakang mereka. “Dia hanya peduli pada dirinya sendiri. Aku hanyalah alat baginya.”

Manajer menatap Yuju dengan serius. “Aku tahu dia tampak seperti itu. Tapi percayalah, dia punya alasan di balik tindakannya. Mungkin kau tidak bisa melihatnya sekarang, tapi di balik semua itu, dia hanya ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Meski caranya sering kali salah.”

Yuju mendengus pelan. “Itu tidak membuat semuanya lebih baik.”

“Tidak,” manajer mengakui. “Tapi setidaknya kau tahu bahwa kamu tidak sendirian. Jika ada yang bisa mengubah situasi ini, itu adalah kamu sendiri. Aku percaya padamu, Yuju.”

Kata-kata manajernya perlahan melunturkan kekesalan yang ia rasakan. Ia tidak sepenuhnya tenang, tetapi setidaknya ia merasa ada seseorang yang mendukungnya, meskipun dalam situasi yang rumit ini.

Dari kejauhan, Mr. Kang berdiri di balik jendela studio, mengamati percakapan mereka dengan tatapan tajam. Ia tidak mendengar apa yang dibicarakan, tetapi ia bisa melihat ekspresi Yuju yang perlahan melunak.

Dengan senyum kecil penuh perhitungan, Mr. Kang bergumam pada dirinya sendiri. “Yuju, kau memang keras kepala. Tapi aku tahu, kau tidak akan menyerah begitu saja. Dan aku akan memastikan kau tetap di jalurku, apa pun yang terjadi.”

Saat Yuju dan manajernya kembali ke studio, Mr. Kang sudah berdiri di tempatnya, tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi di dalam pikirannya, rencana untuk menjaga Yuju tetap terkendali terus berkembang.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!